Anda di halaman 1dari 23

BAHAN PENGAJARAN DALAM AL QUR’AN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


TAFSIR

Dosen Pengampu :
Cecep Miftahul Hasani, M,Us

Disusun Oleh:

Rizki Darul Pali 21221011231


Roma Adi Prianto 21221011310
Muhammad Fathan Mafaza 22231011031

FAKULTAS ILMU KEAGAMAAN ISLAM


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat berangkaikan salam semoga
Allah Swt selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam rangka memenuhi tugas makalah mata kuliah TAFSIR dengan judul “BAHAN
PENGAJARAN DALAM AL-QUR’AN”. Dalam pengerjaan dan penyusunan pembuatan
makalah ini, kami mengambil sumber dari berbagai macam buku.
Tentunya makalah ini dibuat jauh dari kata sempurna, baik dari gaya bahasanya,
penulisan, maupun pembahasannya. Oleh karena itu pemakalah meminta maaf sebesar-
besarnya kepada pembaca jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Sekiranya para
peserta diskusi dapat memberikan kritikan, saran, ataupun argumen lainnya yang dapat
membuat isi pembahasan menjadi lebih sempurna lagi.
Pada akhirnya, kelak pemakalah harapkan makalah ini dapat memberi manfaat
utamanya bagi penyusunan/pemakalah maupun pembaca dan bagi umat Nabi Muhammad
SAW pada umumnya.

Kuningan, 13 Januari 2024

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5
2.1 Tafsir Al Qur’an Surat Lukman ayat 12 samapai 19.................................................5
2.2 Tafsir Menurut Al Qur’an Surat Al – Jum’ah ayat 2 ................................................17
2.3 Tafsir Menurut Al Qur’an Surat An – Nisa ayat 59....................................................18
BAB III PENUTUP............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................21
3.2 Daftar pustaka................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kalamullah, yang berisi tentang ketentuan dan pedoman bagi seluruh
manusia agar dapat melaksanakan syariat islam dengan benar dan harus diimplementasikan
secara kaffah dalam aspek kehidupan, baik yang menyangkut masalah sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan maupun pendidikan.
Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat dipahami dari ayat: Dan
kami tidak menurunkan kepadamu al-kitab (al-qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat
menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu menjadi petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang beriman. Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajar orang-
orang yang mempunyai pikiran.
Menurut Abu Hasan ‘Ali An-Nadwi bahwa pendidikan dan pengajaran umat islam itu harus
berpedoman kepada aqidah islamiyyah yang berdasarkan al-qur’an dan al-hadits. Pada
makalah ini penulis akan coba menjelaskan pengertian tadris berdasarkan ayat Al-Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada materi ini
adalah:
1. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah Lukman ayat 12 sampai 19 ?
2. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah Al-Jum’ah ayat 2 ?
3. Bagaimana Tafsir yang terkandung dalam Surah An-Nisa ayat 59 ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Tafsir yang terkandung dalam Surah Lukman ayat 12 sampai 19.
2. Mengetahui Tafsir yang terkandung dalam Surah Al-Jum’ah ayat 2.
3. Mengetahui Tafsir yang terkandung dalam Surah An- Nisa ayat 59.

4
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1. Tafsir al-Qur’an Surah Luqman ayat 12-19


A. Penafsiran Mahmud Yunus terhadap al-Qur’an surah Luqman ayat 12-19
1. Ayat 12

‫آَت ْي َن ا ُلْق َم اَن اْلِح ْك َم َة َأِن اْشُك ْر ِهَّلِلۚ َو َم ْن َي ْشُك ْر َف ِإَّن َم ا َي ْشُك ُر ِلَن ْف ِس ِهۖ َو َم ْن‬ ‫َو َلَقْد‬
‫َفِإَّن َهَّللا َغ ِنٌّي َح ِميٌد‬ ‫َكَفَر‬
Artinya :“dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur,
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".1

“Luqman ialah seorang yang arif bijaksana.”2

Luqman telah diberi hikmah oleh Allah, yakni perintah bersyukur kepada Allah atas
nikmat yang tidak terhingga banyaknya. Seorang dikatakan arif bijaksana apabila ia berlaku
adil yang mutlak, meskipun terhadap keluarga bahkan diri sendiri.

2. Ayat 13

‫َو ِإْذ َق اَل ُلْق َٰم ُن ٱِلْبِنِهۦ َو ُه َو َيِع ُظ ُهۥ َٰي ُبَن َّى اَل ُتْش ِر ْك ِبٱِهَّللۖ ِإَّن ٱلِّش ْر َك َلُظ ْلٌم‬
‫َعِظ يٌم‬

1
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h. 750
2
Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, Cetakan Tujuhpuluh Tiga, PT. Hidakarya Agung, Jakarta,
2004, h. 604

5
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benarbenar kezaliman yang besar"3

“Ia (Luqman) mendidik anaknya dan memberi pengajaran kepadanya, katanya : “Hai
anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah.”

Pokok pertama dan utama dalam Islam adalah beriman dan mengi’tiqadkan adanya
Allah yang Maha Esa. Inilah Tuhan segala sesuatu dan Tuhan semesta alam. Segala sesuatu
dalam alam wujud, baik di bumi, di langit adalah makhluk ciptaan Allah dan tunduk dibawah
perintah dan kekuasaanNya. Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak dianakkan (tidak
beribu-bapa), bahkan tidak ada suatu juapun yang menyerupaiNya. Maka tak ada Tuhan
kebaikan dan kejahatan. Tidak ada Tuhan awan, Tuhan angin, dan Tuhan hujan. Bahkan tidak
ada yang menserikati Allah dalam KetuhananNya. Allah itulah yang disembah dengan
sebenarnya dan tak ada yang disembah selain Dia. Maka tak boleh menyembah patung atau
berhala. Tak guna menyembah batu dan pohon. Karena semuanya itu tidak ada faedahnya
untuk dipuja dan disembah dan tak ada melaratnya, kalau tidak dipuja dan tak disembah.

Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, terutama kepada manusia yang


dianugerahiNya akal pikiran dan anggota yang cukup, sehingga manusia dapat menggunakan
tenaga alam untuk kepentingan dan kebahagiannya. Pendeknya dalam surat al-Qur’an
diterangkan sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna yang harus diyakini oleh kaum muslimin.4

3. Ayat 14

‫ُأ‬
‫ِلَد ْي ِه َح َم َلْت ُه ُّمُهۥ َو ْه ًن ا َع َلٰى َو ْه ٍن َو ِفَٰص ُلُهۥ ِفى َع اَم ْي ِن َأِن‬ ‫َو َو َّصْي َن ا ٱِإْلنَٰس َن ِبَٰو‬
‫ِإَلَّى ٱْلَمِص يُر‬ ‫ٱْشُك ْر ِلى َو ِلَٰو ِلَد ْي َك‬
Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.5

3
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h. 750
4
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam; dari Zaman Nabi s.a.w, Khalifah Rasyidin, Bani
Umaiyah, dan Abbasiyah sampai Zaman Mamluks dan Usmaniyah Turki, Cetakan Keenam, PT. Hidakarya
Agung, Jakarta, 1990, h. 10-11.
5
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h. 750

6
Setelah bersyukur kepada Allah, sebagai seorang anak, sudah sepatutnya kita
mengucapkan terima kasih kepada ibu-bapa karena telah merawat kita sejak dalam
kandungan. Cara untuk menyampaikannya yaitu dengan berbuat kebaikan kepada keduanya,
terutama saat ibu-bapa sudah berusia lanjut, karena saat itulah mereka membutuhkan kasih
sayang dari anaknya. Tidak berkata kasar terhadap ibu-bapa atau menghardiknya. Yang harus
dilakukan ialah mendoakan ibu-bapa, semoga Allah memberikan rahmat kepada keduanya. 6

4. Ayat 15

ۖ‫َو ِإن َٰج َه َد اَك َع َلٰٓى َأن ُتْش ِر َك ِبى َم ا َلْي َس َل َك ِبِهۦ ِع ْل ٌم َفاَل ُتِط ْع ُهَم ا‬
‫َو َص اِحْبُهَم ا ِفى ٱلُّد ْن َي ا َم ْع ُروًفاۖ َو ٱَّت ِبْع َس ِبيَل َم ْن َأَن اَب ِإَلَّى ۚ ُثَّم ِإَلَّى َم ْر ِجُع ُك ْم‬
‫َفُأَن ِّب ُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم َت ْع َم ُلوَن‬
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”7.

Allah menyuruh kamu supaya berbuat baik kepada ibu bapa dan menurut apa-apa
perintahnya, tetapi jika keduanya menyuruh kamu supaya kafir (mempersekutukan) Allah,
maka janganlah kamu turut perintahnya itu. Dalam pada itu hendaklah kamu bergaul dengan
dia menurut patutnya juga, dan tidak boleh kamu memusuhinya dan durhaka kepadanya.
Pendeknya perkataan ibu bapa itu, wajib diturut, jika tidak melanggar peraturan agama Islam.
Berkata nabi Muhammad, saw.: “tidak boleh mengikut perintah makhluk, kalau sekiranya
akan mendurhakai perintah Khaliq (Allah)”.8

5. Ayat 16

‫َٰي ُبَن َّى ِإَّن َه ٓا ِإن َت ُك ِم ْث َقاَل َح َّبٍة ِّمْن َخ ْر َد ٍل َفَت ُك ن ِفى َص ْخ َر ٍة َأْو ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َأْو‬
‫ِفى ٱَأْلْر ِض َي ْأِت ِبَه ا ٱُهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل َلِط يٌف َخ ِبيٌر‬

6
Ibid, Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam…, h. 12
7
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h. 750
8
Ibid, Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, h. 605

7
Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus9
lagi Maha mengetahui.”10

Semua amalanmu, meskipun sebesar zarrah, baik ataupun jahat, niscaya akan dibalas
Allah.11

Sesudah hidup di dunia ini ada hidup yang lain, yakni hidup di akhirat, hari
pembalasan. Pada hari itu tiap-tiap orang dialas Allah menurut amal perbuatannya. Amal
kebaikan dibalas dengan pahalayang berlipat ganda dan perbuatan kejahatan diganjar dengan
siksa yang setimpal dengan dosanya. Untuk pahala dan siksa itu disediakan Allah dua kampung :
surga dan neraka.12

6. Ayat 17

‫َٰي ُبَن َّى َأِقِم ٱلَّص َلٰو َة َو ْأُم ْر ِب ٱْلَم ْع ُروِف َو ٱْن َه َع ِن ٱْلُمنَك ِر َو ٱْص ِبْر َع َلٰى َم ٓا‬
‫ُمو‬ ‫َأَص اَبَك ۖ َّن َٰذ ِلَك ِم ْن َع ْز ٱُأْل‬
‫ِر‬ ‫ِم‬ ‫ِإ‬
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasukhal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).”13

Tegakkanlah sembahyang! Suruhlah memperbuat yang ma’ruf dan laranglah


memperbuat yang munkar! Sabarlah atas cobaan yang menimpa engkau!14

Amal ibadat yang utama ialah sembahyang (shalat), sebagai pernyataan mengabdi
kepada Allah dan ikhlas hati menyembahnya. Bahkan sebagai ungkapan terima kasih dan
syukur kepada Allah atas nikmat yang tidak terhitung banyaknya. Selain itu faedah
sembahyang ialah untuk membersihkan jiwa dan menghubungkan hati kepada Allah serta

9
Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana
kecilnya.
10
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751
11
Ibid, Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, h. 604
12
Ibid, Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam…, h. 10-11
13
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751
14
Ibid, Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, h. 604

8
mengingatNya. Dengan demikian sembahyang itu akan mencegah manusia berbuat dosa dan
yang keji-keji. Kemudian menyuruh dengan ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Serta
berhati sabar dan tabah atas segala cobaan yang menimpa.15

7. Ayat 18

‫َو اَل ُتَص ِّعْر َخ َّد َك ِللَّن اِس َو اَل َت ْم ِش ِفى ٱَأْلْر ِض َمَر ًح اۖ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِحُّب ُك َّل‬
‫ُم ْخ َت اٍل َفُخ وٍر‬
Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”16

Janganlah engkau sombong terhadap manusia! Janganlah engkau berjalan dimuka


bumi dengan sangat bersuka ria, sehingga lupa daratan dan lautan. Artinya biasanya orang
sombong itu bila berhadapan dengan mereka ia memalingkan pipinya (mukanya), seolah-olah
ia tidak suka behadapan dengan mereka karena ia berbangsa mulia dan orang lain terpandang
rendah olehnya. Begitu juga janganlah engkau berjalan dimuka bumi dengan sangat gembira,
seolah-olah akan menginjak-injak orang yang ada dihadapanmu karena Allah tak kasih
kepada orang yang sombong dalam perjalanannya dan bermegah-megah.17

8. Ayat 19

‫َو ٱْق ِص ْد ِفى َم ْش ِيَك َو ٱْغ ُض ْض ِمن َص ْو ِتَك ۚ ِإَّن َأنَك َر ٱَأْلْص َٰو ِت َلَص ْو ُت‬

‫ٱْل َح ِميِر‬
Artinya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”18

Hendaklah sederhana dalam perjalanan (jangan terlalu kencang jangan terlalu


lambat)! Rendahkanlah suara engkau dalam bercakap-cakap! Adab sopan santun ini haruslah
tiap-tiap ibu bapa mengajarkan kepada anak-anaknya. Artinya, hendaklah berjalan dengan

15
Ibid, Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam…, h. 11, 13
16
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751
17
Ibid, Mahmud Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, h. 605
18
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751

9
sederhana dan tingkah laku yang baik, seraya menyapa orang yang patut disapa, serta
mengucapkan selamat (salam) kepadanya. Janganlah engkau bercakap-cakap dengan suara
yang keras sebagai suara himar, melainkan hendaklah dengan perkataan lemah lembut. Inilah
sebahagian dari nasihat Luqman kepada anaknya, yang patut jadi tiru teladan bagi ibu-bapa
terhadap anak-anaknya.19

Untuk membentuk akhlak yang baik ialah dengan mendidik dan membiasakan akhlak
yang baik itu, sejak dari kecil sampai dewasa dan hari tua, bahkan sampai mati. Sebagaimana
kita disuruh menuntut ilmu, mulai dari buaian sampai masuk lahad (mati), begitu pulalah diri
dan anak kita masing-masing hendaklah dididik dari kecil sampai mati.

Untuk memperbaiki akhlak yang jahat, ialah dengan mengusahakan lawannya.


Misalnya bakhil diperbaiki dengan lawannya, yaitu pemurah dan memberikan derma atau
sedekah. Meskipun pada mula-mulanya amat berat, tetapi dengan dilakukan secara
berangsur-angsur lambat laun menjadi ringan dan mudah. Demikian itu semuanya dengan
latihan dan perjuangan terus-menerus. Inilah yang dinamakan oleh Imam al-Ghazali :
Mujahadun Nafs (perjuangan hawa nafsu). Pendeknya, setiap muslim wajib mendidik dirinya
supaya berakhlak baik, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan hadis agar bisa diajarkan
kepada generasi setelahnya.20

B. Penafsiran M. Quraish Shihab terhadap al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19


1. Ayat 12

‫َو َلَقْد آَت ْي َن ا ُلْق َم اَن اْلِح ْك َم َة َأِن اْشُك ْر ِهَّلِلۚ َو َم ْن َي ْشُك ْر َف ِإَّن َم ا َي ْشُك ُر ِلَن ْف ِس ِهۖ َو َم ْن‬
‫َكَفَر َفِإَّن َهَّللا َغ ِنٌّي َح ِميٌد‬
Artinya :“dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur,
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".21

19
Ibid, Mahmud Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, h. 605
20
Mahmud Yunus, Akhlak menurut al-Qur’an dan Hadis Nabi s.a.w, CV. Al-Hidayah, Jakarta, 1975
21
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
750

10
Dalam ayat di atas M. Quraish Shihab menafsirkan bahwa seorang yang bernama
Luqman telah di anugerahi oleh Allah SWT hikmah, sambil menjelaskan beberapa butir
hikmah yang pernah beliau sampaikan kepada anaknya. Kata Hikmah berasal dari hakamah
yang bermakna kendali karena kendali menghalangi hewan/kendaraan yang mengarah ke
arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai
adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal buruk pun
dinamai hikmah dan pelakunya dinamai hakim. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang
bila digunakan/diperhatikan akan menghalangi terjadinya mudarat atau kesulitan yang lebih
besar dan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih besar.

Luqman dalam surat ini ialah seorang tokoh yang diperselisihkan identitasnya, orang
Arab mengenal dua orang Luqman. Pertama, Luqman ibn ‘Ad, tokoh ini mereka agungkan
karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan
pemisalan dan perumpamaan. Kedua ialah Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata
bijak dan perumpamaan perumpamaannya. Agaknya dialah yang dimaksud oleh surat ini.
Sahabat Nabi, ibn Umar ra., menyatakan bahwa Nabi bersabda: “aku berkata benar,
sesungguhnya Luqman bukanlah seorang nabi, tetapi dia adalah seorang hamba Allah yang
banyak menampung kebajikan, banyak merenung, dan keyakinannya lurus. Dia mencintai
Allah, maka Allah mencintainya, menganugerahkan kepadanya hikmah.22

Ayat tersebut menyatakan: Dan sesungguhnya Kami yang Mahaperkasa dan


Bijaksana telah menganugrahkan dan mengajarkan juga mengilhami hikmah kepada Luqman,
yaitu: “Bersyukur kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri; dan barang siapa yang kufur,
yakni tidak bersyukur, maka yang merugi adalah dirinya sendiri. Dia sedikitpun tidak
merugikan Allah, sebagaimana yang bersyukur tidak menguntungkan-Nya, karena
sesunguhnya Allah Mahakaya tidak butuh kepada apa pun lagi Maha Terpuji oleh makhluk di
langit dan di bumi.23

2. Ayat 13

22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keseraian al-Qur’an, Lentera Hati,
Jakarta, 2002, h. 296-297
23
M. Quraish Shihab, Al-Lubab; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah alQur’an, Lentera
Hati, Tangerang, 2012, h. 172

11
‫َو ِإْذ َق اَل ُلْق َٰم ُن ٱِلْبِنِهۦ َو ُه َو َيِع ُظ ُهۥ َٰي ُبَن َّى اَل ُتْش ِر ْك ِبٱِهَّللۖ ِإَّن ٱلِّش ْر َك َلُظ ْلٌم‬
‫َعِظ يٌم‬
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benarbenar kezaliman yang besar"24.

Penafsiran menurut M. Quraish Shihab : kata (‫( يعظه‬ya’izhuhu terambil dari kata (‫)وعظ‬
wa’zh yaitu nasihat yang menyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati. Ada
juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman.
Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana
perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, penuh kasih sayang sebagaimana
dipahami dari panggilan mesranya kepada anak. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasihat
itu dilakukannya dari saat ke saat, sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini
dan datang pada kata (‫( يعظه‬ya’izhuhu. Selanjutnya kata )‫)يّ بن‬bunnayya adalah patron yang
menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah )‫)ابني‬ibny dari kata )‫)ابن‬ibn yakni anak lelaki.
Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini, kita dapat berkata bahwa ayat di
atas memberi isyarat bahwa mendidik anak hendaknya didasari rasa kasih sayang.

Asbab an-Nuzul surat Luqman ayat 13 ialah ketika Rasulullah menyampaikan ayat 82
surat Al-An’am yang mengisahkan penyesalan orangorang musyrik akibat kemusyrikannya,
para sahabat merasa kesulitan untuk menghindarkan keimanan dari kezaliman. Kemudian,
Rasulullah membacakan ayat yang baru turun ini yang mengisahkan cara Luqman
mengantisipasi putranya agar tidak syirik25.

3. Ayat 14

‫ُأ‬
‫َو َو َّصْي َن ا ٱِإْلنَٰس َن ِبَٰو ِلَد ْي ِه َح َم َلْت ُه ُّمُهۥ َو ْه ًن ا َع َلٰى َو ْه ٍن َو ِفَٰص ُلُهۥ ِفى َع اَم ْي ِن َأِن‬
‫ٱْشُك ْر ِلى َو ِلَٰو ِلَد ْي َك ِإَلَّى ٱْلَمِص يُر‬
Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah,

24
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
750
25
Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al-Qur’an, h. 660

12
dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”26.

M. Quraish Shihab : Ayat di atas dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak ulama bukan
bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan alQur’an untuk menunjukkan
betapa penghormatan dan kabaktian kepada kedua kedua orangtua menempati tempat kedua
setelah pengagungan kepada Allah swt. Memang, al-Qur’an sering kali menggandengkan
perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada kedua orangtua. (lihat QS. al-An’am
(6): 151 dan al-Isra’ (17): 23). Tetapi kendati nasihat ini bukan nasihat Luqman, itu tidak
berarti bahwa beliau tidak menasihati anaknya dengan nasihat serupa.

Mengenai nasihat Luqman itu secara langsung atau tidak, yang jelas ayat diatas
menyatakan. Dan Kami perintahkan, yakni berpesan dengan amat kukuh, kepada semua
manusia menyangkut kedua orang ibu-bapaknya; Pesan kami disebabkan karena ibunya, telah
mengandungnya dalam keadaan kelemahan diatas kelemahan, yakni kelemahan berganda dan
dari saat ke saat bertambahtambah. Lalu, dia melahirkannya dengan susah payah, kemudian
memelihara dan menyusukannya setiap saat, bahkan ditengah malam ketika manusia lain
tertidur nyenyak. Demikian hingga tiba masa menyapikannya dan penyapihannya di dalam
dua tahun terhitung sejak hari kelahiran sang anak. Ini jika orangtuanya ingin
menyempurnakan penyusuan. Wasiat kami itu adalah: Bersyukurlah kepada-Ku! karena
Allah yang menciptakan kamu dan menyediakan semua sarana kebahagiaan kamu, dan
bersyukur pulalah kepada dua orang ibu-bapak kamu karena mereka yang Aku jadikan
perantara kehadiran kamu di pentas bumi ini. Kesyukuran ini mutlak kamu lakukan karena
hanya kepada-Kulah----tidak kepada selain Aku---- kembali kamu semua, wahai manusia,
untuk kamu pertanggungjawabkan kesyukuran itu.

Kendati ayat di atas tidak menyebutkan jasa bapak, tapi tidak berarti jasa bapak tidak
harus disyukuri. Ini hanya mengisyaratkan untuk memberikan perhatian tambahan kepada ibu
karena kelemahannya dan dalam konteks kelahiran, ibu menanggung beban lebih banyak
daripada ayah. Sebab itu pula, pengabdian anak tidak selalu mendahulukan ibu atau memberi
tiga kali lebih banyak daripada ayah, tetapi anak harus bijaksana dengan melihat kondisi
siapa yang harus didahulukan.

4. Ayat 15

26
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
750

13
ۖ‫َو ِإن َٰج َه َد اَك َع َلٰٓى َأن ُتْش ِر َك ِبى َم ا َلْي َس َل َك ِبِهۦ ِع ْل ٌم َفاَل ُتِط ْع ُهَم ا‬
‫َو َص اِحْبُهَم ا ِفى ٱلُّد ْن َي ا َم ْع ُروًفاۖ َو ٱَّت ِبْع َس ِبيَل َم ْن َأَن اَب ِإَلَّى ۚ ُثَّم ِإَلَّى َم ْر ِجُع ُك ْم‬
‫َفُأَن ِّب ُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم َت ْع َم ُلوَن‬
Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”27

Pada ayat sebelumnya menjelaskan betapa pentingnya berbakti kepada orangtua,


tetapi ayat diatas justru menjelaskan tentang pengecualian menaati perintah orangtua. Maka
menurut M. Quraish Shihab : Dan jika keduanya---- apalagi kalau hanya salah satunya, lebih-
lebih kalau orang lain----bersungguh sungguh memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, apalagi setelah Aku dan Rasul-
Rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila
menggunakan nalarmu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian,
jangan memutuskan hubungan dengannya atau tidak menghormatinya. Tetapi, tetaplah
berbakti kepada keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu dan pergaulilah
keduanya di dunia yakni selama mereka hidup dan dalam urusan keduniaan---bukan akidah---
dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip
agamamu. Karena itu, perhatikan tuntunan agama dan ikutilah jalan orang yang selalu
kembali kepadaKu dalam segala urusan karena semua urusan dunia kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Ku-lah juga di akhirat nanti---bukan kepada siapa pun selain Ku---
kembali kamu semua, maka Ku beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan dari
kebaikan dan keburukan, lalu masing-masing Ku beri alasan balasan dan ganjaran masing-
masing.

5. Ayat 16

27
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
750

14
‫َٰي ُبَن َّى ِإَّن َه ٓا ِإن َت ُك ِم ْث َقاَل َح َّبٍة ِّمْن َخ ْر َد ٍل َفَت ُك ن ِفى َص ْخ َر ٍة َأْو ِفى ٱلَّس َٰم َٰو ِت َأْو‬
‫ِفى ٱَأْلْر ِض َي ْأِت ِبَه ا ٱُهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل َلِط يٌف َخ ِبيٌر‬
Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus 28
lagi Maha mengetahui.”29

Ayat di atas merupakan lanjutan dari wasiat Luqman kepada anaknya. M. Quraish
Shihab menjabarkan : Luqman berkata : “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu
perbuatan baik atau buruk walau seberat biji sawi dan berada pada tempat yang paling
tersembunyi, misalnya dalam batu karang sekecil, sesempit, dan sekokoh apapun batu itu,
atau di langit yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam perut bumi yang sedemikian
dalam---di mana pun keberadaannya--- niscaya Allah akan mendatangkannya lalu
memperhitungkan dan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Maha halus menjangkau
sesuatu lagi Maha Mengetahui segala sesuatu sehingga tidak satu pun luput dari-Nya.

6. Ayat 17

‫َٰي ُبَن َّى َأِقِم ٱلَّص َلٰو َة َو ْأُم ْر ِب ٱْلَم ْع ُروِف َو ٱْن َه َع ِن ٱْلُمنَك ِر َو ٱْص ِبْر َع َلٰى َم ٓا‬
‫ُمو‬ ‫َأَص اَبَك ۖ َّن َٰذ ِلَك ِم ْن َع ْز ٱُأْل‬
‫ِر‬ ‫ِم‬ ‫ِإ‬
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasukhal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).”30

M. Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab al-Misbah bahwa Luqman melanjutkan


nasihat kepada anaknya yakni nasihat yang menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran
Ilahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan
mesra : Wahai anakku sayang, laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun, dan
28
Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana
kecilnya.
29
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751
30
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751

15
sunnah-sunnahnya. Dan di samping engkau memerhatikan dirimu dan membentenginya dari
kekejian dan kemungkaran, hendaklah engkau menganjurkan orang lain berlaku serupa.
Karena itu, perintahkanlah secara baik-baik siapa pun yang mampu engkau ajak mengerjakan
ma’ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran. Memang, engkau akan mengalami banyak
tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah karena itu tabah dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu dalam melaksanakan aneka tugasmu.
Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya
dalam kebaikan yakni shalat, amr ma’ruf nahi munkar, atau dan kesabaran termasuk hal-hal
yang diperintah Allah agar diutamakan sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.

7. Ayat 18

‫ُتَص ِّعْر َخ َّد َك ِللَّن اِس َو اَل َت ْم ِش ِفى ٱَأْلْر ِض َمَر ًح اۖ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِحُّب‬ ‫َو اَل‬

‫ُم ْخ َت اٍل َفُخ وٍر‬ ‫ُك َّل‬


8. Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”31

Menurut penafsiran M. Qurasih Shihab, ayat 18 dan 19 merupakan nasihat Luqman


kali ini tentang akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi
pelajaran akidah, beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak. Hal ini memiliki dua
manfaat, antara lain agar anak tidak bosan dengan satu macam pelajaran tetapi juga
mengisyaratkan bahwa antara akidah dan akhlak adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.

Beliau menasehati anaknya : Dan wahai anakku, di samping butir-butir nasihat yang
lalu, janganlah juga engkau berkeras memalingkan mukamu dari manusia----siapa pun dia----
didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Tetapi, tampillah kepada setiap orang dengan
wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka
bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan anugrah kasih sayang-Nya kepada
orangorang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam

31
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751

16
berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang
sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan jangan juga perlahan menghabiskan waktu.

9. Ayat 19

‫َو ٱْق ِص ْد ِفى َم ْش ِيَك َو ٱْغ ُض ْض ِمن َص ْو ِتَك ۚ ِإَّن َأنَك َر ٱَأْلْص َٰو ِت َلَص ْو ُت‬

‫ٱْل َح ِميِر‬
Artinya : “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”32

Dan sederhanakan suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak
menarik dan akhirnya tarikan napas yang buruk.

Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 12-19 :

1. Luqman adalah salah seorang manusia istimewa yang dianugerahi hikmah, yaitu
pengetahuan dan perbuatan yang paling utama dari segala sesuatu. Ia adalah ilmu
yang didukung oleh amal, dan amal tepat yang didukung ilmu.
2. Salah satu hikmah terbesar adalah syukur, yakni memfungsikan anugerah yang
diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
3. Panggilan Luqman kepada anaknya dengan “anakku sayang” mengisyaratkan
bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang.
4. Meninggalkan yang buruk, yang puncaknya adalah syirik, lebih utama daripada
mengamalkan yang baik.
5. Pentingnya air susu ibu (ASI) bagi anak. Masa penyusuan yang sempurna adalah
dua tahun sejak kelahiran anak.
6. Tidak dibenarkan mematuhi siapapun, walau ibu bapak, dalam hal yang
bertentangan dengan ajaran agama.
7. Wajib menghormati dan berbakti kepada orangtua, kendati mereka non-Muslim.

32
Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama, 2002, h.
751

17
8. Membiasakan anak shalat sejak dini adalah hal yang mutlak dilakukan oleh
orangtua. Demikian juga menanamkan budaya dan adat istiadat masyarakat yang
tidak bertentangan dengan agama, sabar, tabah, santun, rendah hati.33

2.2. Tafsir Al-qur’an Surah Al-Jum’ah ayat 2

‫َٰل‬
‫ُهَو ٱَّلِذ ى َبَع َث ِفى ٱُأْلِّم ِّيۦَن َر ُس واًل ِّم ْنُهْم َيْتُلو۟ا َع َلْيِه ْم َء اَٰي ِتِهۦ َو ُيَز ِّك يِهْم َو ُيَع ِّلُم ُهُم ٱْلِكَٰت َب َو ٱْلِح ْك َم َة َو ِإن َك اُنو۟ا ِم ن َقْبُل َلِفى َض ٍل ُّم ِبيٍن‬

Terjemah Arti:
“ Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelum benar benar dalam
keadaan sesat yang nyata.”
 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dia lah yang mengutus kepada orang-orang Arab yang tidak bisa membaca dan menulis
seorang Rasul dari kalangan mereka, membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya yang
diturunkan kepadanya, membersihkan mereka dari kekufuran dan akhlak yang buruk,
mengajari mereka Al-Qur`ān, mengajari mereka As-sunnah, dan sesungguhnya mereka
sebelum pengutusan Rasul tersebut kepada mereka berada dalam kesesatan yang nyata dari
kebenaran, karena mereka dahulu menyembah berhala-berhala, menumpahkan darah dan
memutuskan silaturahim.

 Kandungan ayat
Syaikh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi menulis dalam tafsirnya “Mahaasinut-
ta’wil” tentang hikmah bahwa Nabi Muhammad diutus dan dibangkitkan Tuhan
dalam kalangan mereka masyarakat orang-orang yang ummiy.
Pada ujung ayat 2 menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
yang ummiy teerjadi setelah kedatangan Rasul dari kalangan mereka sendiri.
Sebelum Rasul itu diutus banyak terjadi kesesatan yang nyata pada bangsa Arab.
Mereka bukan hanya ummiy yang buta huruf saja bahkan ummiy dalam hal agama
dan jalan yang benar. Misalnya mereka kuburkan anak perempuan mereka hidup-
hidup, perang suku, dan ka’bah mereka jadikan tempat untuk berkumpulnya
berhala-berhala sesembahan mereka.

‫ۙ َو ِا ْن َك ا ُن ْو ا ِمْن َقْبُل َلِفْي َض ٰل ٍل ُّم ِبْي ٍن‬

33
M. Quraish Shihab, Al-Lubab; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari surah-surah AlQur’an, Lentera
Hati, Tangerang, 2012, h. 175-176

18
"meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata,"

Kata ( ‫ ) ِإْن‬dalam firman-Nya : (‫ ) َو ِإْن َك اُنوا‬berfungsi sama dengan kata (‫) ﺇﻦ‬
sesungguhnya. Indikatornya adalah huruf (A) lam pada kalimat ‫ َلِفي َض الٍل ُم ِبيٍن‬.
Penggalan ayat di atas bermaksud mengambarkan bahwa apa yang dilakukan oleh
Rasulllah itu sungguh merupakan nikmat yang besar bagi masyarakat arab yang
beliau sungguh merupakan nikmat yang besar bagi masyarakat arab yang beliau
jumpai. Beliau bukan mengajar orang-orang yang memiliki pengetahuan, atau
menambah kesucian orang yang hampi suci, tetapi mereka adalah orang oaring yang
sangat sesat.
“ Makanya diutamakan membangkitkan Nabi Muhammad SAW itu dalam kalangan
orang-orang yang ummiy ialah karena mereka masih mempunyai otak yang tajam,
paling kuat hatinya, paling bersih fitrahnya dan paling fasih lidahnya. Kemurnian
batinya (fitrahnya) belum dirusakkan oleh geloombang modernisasi, dan tidak pula
oleh permainan golongan-golongan yang mengaku dirinya maju. Oleh sebab itu
mereka masih polos, maka setelah jiwa mereka itu diisi dengan islam mereka telah
bangkit dikalangan manusia dengan ilmu yang besar dan dengan hikmah yang
mengagumkan dan dengan siasat yang adil. Dengan ajaran itu mereka memimpin
bagsa-bangsa, dengan ajaran itu mereka menggoncangkan singgasana raja-raja yang
besar-besar. Dan dengan jelasnya bekas ajaran itu pada sisi mereka, bukanlah berarti
bahwa risalah kedatangan Muhammad ini hanya khusus untuk mereka “. Nabi
Muhammad saw adalah da'i pertama, dakwahnya oleh lingkungan masyarakat
Qurasy dipandang sebagai penyimpangan dari tradisi yang sudah mapan. Sudah
menjadi keyakinan yang berurat bagi bangsa Arab, bahwa cara yang tepat bagi
manusia untuk mencapai sesuatu yang bernilai adalah kesetiaan kepada adat yang
sudah mapan. Bersama sahabatnya Nabi Mhammad saw menjadi uswatun hasanah
periode Islam awal.34

2.3. Tafsir Al-qur’an Surah An - Nisa Ayat 59

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَٰن َز ْعُتْم ِفى َش ْى ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ٱِهَّلل َو ٱلَّرُسوِل ِإن ُك نُتْم‬
‫ُتْؤ ِم ُنوَن ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِر ۚ َٰذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِوياًل‬

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul ( Nya ), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
34
Abdul Hamid, (2015). PARADIGMA DAKWAH SYEKH YUSUF AL-QARADHAWI (Rekontruksi Pemikiran Dakwah
Harakah). Jakarta: Kencana, Cet-ke.1, h. 83

19
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.

 Tafsir Surat An-Nisa ayat 59


Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNYA serta melaksanakan
syariatNYA, laksanakanlah perintah-perintah Allah dan janganlah kalian mendurhakaiNYa,
dan penuhilah panggilan rasulNYA dengan mengikuti kebenaran yang dibawanya, dan
taatilah para penguasa kalian dalam perkara selain maksiat kepada Allah. Apabila kalian
berselisih paham dalam suatu perkara diantara kalian,maka kembalikanlah ketetapan
hukumnya kepada kitab Allah dan Sunnah rasulNYA, Muhammad , jika kalian memang
beriman dengan sebenar-benarnya kepada allah dan hari perhitungan. Mengembalikan
persoalan kepada al-qur’an dan assunnah itu adalah lebih baik bagi kalian daripada berselisih
paham dan pendapat atas dasar pikiran belaka dan akan lebih baik akibat dan dampaknya.

 Tafsir Al-Muyassar/ Kementerian Agama Saudi Arabia

59. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya! Taatlah kalian
kepada Allah dan taatlah kalian kepada rasul-Nya dengan menjalankan apa yang Dia
perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang, dan taatlah kalian kepada para pemimpin
kalian sepanjang mereka tidak menyuruh kalian berbuat maksiat. Apabila kalian berselisih
paham tentang sesuatu, kembalilah kepada kitabullah dan sunah nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- terkait masalah itu, jikalau kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari
Akhir. Sikap kembali kepada kitab suci dan sunah itu lebih baik bagi kalian daripada
mempertahankan perselisihan itu dan mengandalkan pendapat akal, serta lebih baik akibatnya
bagimu.

 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah


pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
universitas islam Madinah

59. ‫( َأِط يُعو۟ا َهللا َو َأِط يُعو۟ا الَّرُسوَل‬taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya))
Setelah Allah memerintahkan para qadhi dan penguasa apabila mereka memutuskan perkara
diantara rakyatnya agar mereka memutuskannya dengan kebenaran, maka disini Allah
memerintahkan para rakyat untuk mentaati pemimpin mereka. Dan hal itu didahului dengan
perintah untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul, karena qadhi atau penguasa apabila
menyelisihi hukum Allah dan rasul-Nya maka hukum mereka tidak berlaku.
‫ُأ‬
‫( َو ۟و ِلى اَأْلْم ِر‬dan ulil amri)

20
Mereka adalah para Imam, Sultan, Qadhi, dan semua yang memiliki kekuasaan yang syar’i
dan bukan kekuasaan yang mengikuti thaghut. Yang dimaksud dengan ketaatan kepada
perintah dan larangan mereka adalah dalam apa yang bukan kemaksiatan sebagaimana telah
datang hadist dari Rasulullah (tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam kemaksiatan kepada
Allah). Dan pendapat lain mengatakan yang dimaksud dengan ulil amri adalah para ulama al-
qur’an dan fiqih yang menyuruh kepada kebenaran dan menfatwakannya sedang mereka
memiliki ilmunya.

‫( َفِإن َتٰن َز ْعُتْم‬Kemudian jika kamu berlainan pendapat)


Yakni antara sebagian kalian dengan sebagian yang lain, atau sebagian kalian dengan para
pemimpin.

‫( ِفى َش ْى ٍء‬tentang sesuatu)


Yang mencakup urusan-urusan keagamaan dan keduniaan.

‫( َفُر ُّد وُه ِإَلى ِهللا َو الَّرُسوِل‬maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul)
Adapun mengembalikannya kepada Allah adalah dengan mengembalikannya kepada al-
Qur’an, dan mengembalikannya kepada Rasul adalah dengan mengembalikannya kepada
sunnah-sunnahnya setelah kematiannya, namun ketika ia masih hidup maka dengan bertanya
dan meminta hukum dan putusan kepadanya.

‫( ۚ ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر‬jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian)
Pengembalian hukum kepada Allah dan rasul-Nya merupakan suatu kewajiban bagi kedua
belah pihak yang berselisih, dan ini merupakan salah satu sifat dari orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir.

‫( ٰذ ِلَك‬Yang demikian itu) Isyarat ini ditujukan pada pengembalian hukum yang diperintahkan
tersebut.
‫( َخْيٌر‬lebih utama) Yakni lebih utama bagi kalian.
‫(َو َأْح َس ُن َتْأِوياًل‬dan lebih baik akibatnya) yakni Allah dan Rasul-Nya adalah rujukan yang lebih
baik daripada anggapan kalian bahwa apabila terjadi perselisihan kalian merujuk kepada
selain Allah dan rasul-Nya. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah lebih baik
balasan dan bahalanya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

21
Kandungan nilai pendidikan surat luqman ayat 12-19
o Tugas orang tua ialah mengenalkan Allah kepada anaknya dan mengesakan-Nya. Karena
Rasulullah telah bersabda yang artinya: “Setiap anak yang dilahirkan adalah dalam
keadaan suci (fitrah), sampai lidahnya bisa berbicara. Kedua orangtuanya lah yang
menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Baihaqi dan ath-
Thabrani)
o Mengajarkan anak tentang ibadah yang baik dan benar serta nilai-nilai akhirat.
o Mengajarkan tiga unsur ajaran al-Qur`an, yakni akidah, syari`at dan akhlak (akhlak
terhadap Allah dan orang tua)
o Mengajarkan pentingnya bersabar dan segala macam kebajikan serta dilarangnya
berperilaku sombong yang merupakan syarat mutlak meraih sukses duniawi dan
ukhrawi.
o Mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik.

Kandungan Nilai Pendidikan al-Jumu’ah ayat 2

 Rasul oleh Allah untuk umat manusia, bertujuan untuk memberikan pendidikan ilmu pengetahuan
dari Kitab serta penyempurnaan akhlak dan aqidahnya.
 Pendidikan, pengajaran, dan keterampilan merupakan bentuk untuk menumbuh-kembangkan
potensi dalam diri sendiri yang merupakan bagian tugas seorang pendidik.

Kandungan Nilai Pendidikan surat an nisa’ ayat 59

Nilai pendidikan yang terdapat dalam surat an nisa’ ayat 59 yaitu:

 Perintah untuk taat kepada allah.


 Perintah untuk taat kpada rasulullah saw.
 Perintah untuk taat kepada ulil amri atau pemimpin.
 Apabila terjadi perbedaan pendapat maka hendaklah dikembalikankepada allah dan
rasulnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosidin, Dedeng. 2003. Akar-akar Pendidikan. Bandung : Pustaka Umat.


2. Shihab, M Quraish. 2007. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentara Hati

22
3. Nawawi Al-Bantani, Maroh Al-Labid Al-Tafasir (Surabaya: Al
Haramain, 2014).
4. Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir Munir(Damaskus: Dar Al-Fikr, 2003),

5. 4 Rusiadi, Metodologi Pembelajaran Agama


6. Islam, Cet. Ke II, (Jakarta: Sedaun, 2012), hal. 13
7. 5 Yayan Ridwan, Ilmu Pendidikan Islam,
8. 78 HM. Arifin, Pesikologi dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1997)
9. Hamid, A. (2015). PARADIGMA DAKWAH SYEKH YUSUF AL-QARADHAWI (Rekontruksi
Pemikiran Dakwah Harakah). Jakarta: Kencana.
10. Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Al Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama,
2002,
11. Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al-Qur’an, h. 660

23

Anda mungkin juga menyukai