Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TAFSIR DAN HADIS TARBAWI

MATERI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN DAN HADIS


TAUHID, AKHLAQ, IBADAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir dan Hadis Tarbawi

Dosen Pengampu: Ahmad Shofiyyudin M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. M. Chanif Chaniago (230101093)

2. Rahma Nouva Aulia (230101251)

3. Siti Nisaul Muthoharoh (230101220)

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’ SUNAN GIRI

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur hanya kepada Allah SWT atas ridhonya


penulis dapat menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah tafsir dan
hadis tarbawi, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
“MATERI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN DAN HADIS” ini dengan baik
dan benar.

Makalah ini penulis kerjakan dengan hati-hati dan selektif, di samping itu
apabila di dalam makalah ini terdapat kesalahan penulis, yang tidak relawan
menurut pembimbing mohon untuk dikembangkan.

Kami berharap dengan makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar
bagi terbentuknya peserta didik yang kuat akidahnya, meningkat takwanya, luas
ilmu pengetahuannya dan dapat menunjang terwujudnya kejayaan islam dalam
kehidupan.

Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ini jauh dari kesempurnaan,
baik dalam segi bahasa, penulisan maupun materi yang diberikan. Oleh karna itu
penulis mengharap kritik dan saran. Atas kritik dan saran dari berbagai pihak saya
haturkan terima kasih.

Bojonegoro, 25 September 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II ......................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Pentingnya Pendidikan Tauhid ......................................................... 3
B. Hadis tentang Tauhid ....................................................................... 9
C. Pengertian Akhlaq ............................................................................. 10
D. Hadis tentang Akhlaq ........................................................................ 13
E. Pengertian Ibadah.............................................................................. 13
F. Hadis tentang Ibadah ......................................................................... 14
BAB III ........................................................................................................ 16
PENUTUP ................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................ 16
B. Saran .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subjek pelajaran yang
harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di
indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama salah satu dimensi kehidupan
yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu. Dalam bahasa indonesia,
istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe”
dan akhiran “an” mengandung arti “perbuatan” (hal, cara atau sebagainya).
Istilah pendididkan ini semula berasal dari bahasa yunani “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan dalam bahasa inggris “education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan.

Pengertian al-qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan pada
Nabi Muhammad SAW. Dalam agama islam, al-qur’an disebut kitab suci
yang mulia lagi sempurna. Al qur’an bukan hanya petunjuk bagi umat
muslim, melaikan alqur’an juga termasuk bagian dari pedoman bagi seluruh
umat manusia.

Islam mewajibkan bagi pemeluk agamanya untuk menuntut ilmu. Begitu


pentingnya menunutut ilmu maka ayat yang diturunkan oleh Allah yang
pertama adalah perintah membaca atau perintah untuk menuntut ilmu,
selanjutnya Allah SWT baru menurukan perintah-perintah yang lain kepada
Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa pentingnya kita belajar ilmu tauhid dan apa hadis dari pendidikan
ilmu tauhid?

2. Apa pengertian dan hadis dari ilmu akhlaq?

3. Apa pengertian dan hadis dari ibadah?

1
C. Tujuan

1. Dapat mengetahui seberapa pentingnya kita belajar ilmu tauhid serta


mengetahui hadisnya.

2. Memahami materi pendidikan akhlaq di dalam Al-qur’an serta mengetahui


hadisnya.

3. Memahami materi pendidikan ibadah di dalam Al-qur’an serta mengetahui


hadisnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Pendidikan Tauhid

Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia,


dengan demikian pendidikan menjadi pandangan masyarakat betapa
pentingnya dasar pendidikan menjadi pondasi pada seseorang. Terlebih
tentang pendidikan keimanan (Tauhid) atau yang disebut dengan pendidikan
khuluqiyah1 hubungan sikap dan perilaku. Dijelaskan dalam surat:

1. Surat al-luqman ayat 13

َ ‫اّلل ا َِّن الش ِْركَ لَظُ ْل ٌم‬


‫عظِ ْي ٌم‬ َّ َ‫َواِذْ قَا َل لُ ْقمٰ ُن ِِل ْبن ِٖه َوه َُو يَ ِعظُ ٗه ٰيبُن‬
ِ ِۗ ٰ ِ‫ي َِل ت ُ ْش ِر ْك ب‬

Artinya: dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar
(Depag RI, 2005: 412)

Ayat ini menjelaskan tentang nasihat luqman kepada anaknya


bahwa perbuatan syirik itu merupakan kezaliman yang besar (hidayat,
2016). Bahkan menurut ibnu katsir, syirik bukan hanya kezaliman yang
besar, tapi merupakan kezaliman terbesar (dimsyiqi, 2000). Terkait
besarnya dosa syirik ini Allah SWT juga mempertegas dengan firmanya
dalam surat An nisa ayat 48 yang artinya: “sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik dan tidak mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barang siapa yang
mepersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.
Ayat ini meggambarkan tentang perilaku syirik yang tidak diampuni oleh
Allah SWT. Maksudnya, jika seseorang meninggal dalam keadaan syirik

1
Khuluqiyah atau bisa disebut juga dengan hukum khuluqiyah yakni hukum yang berkaitan
dengan perilaku normal manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk
sosial.

3
(belum bertaubat) maka dosanya tidak diampuni karena perbuatan syirik
adalah termasuk dosa besar. Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga telah
mengancam para pelaku syirik dalam neraka jahannam. Sebagaimana
firmannya dalam surat Al maidah ayat 72 artinya: “sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan padanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. Menurut imam adz
Dzahaabi dalam kitabnya al kabair, ayat di atas menjelaskan tentang orang
yang meninggal dalam keadaan syirik (meyekutukan Allah) maka tempat
kembalinya adalah neraka secara qoth’ I (qhot’an), berbeda halnya dengan
orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan beriman, maka dia
masuk surga walaupun di azhab terlebih dahulu di neraka (imam adz
dzahabi 2003). Jadi, dalam ayat 13 ini luqman memberikan nasehat yang
sangat penting kepada anaknya tentang perbuatan dosa yang paling besar.
Yang mana dosa ini oleh imam adz dzahabi dalam kitabnya tersebut
dimasukkan dalam urutan pertama. Hal ini menunujukkan bahwa syirik
merupakan perbuatan dosa yang harus dihindari oleh seorang muslim.

2. Surat ar-rum ayat 9

ؕۡ‫عاقِبَةُ الَّذ ِۡينَ م ِۡن قَ ۡب ِل ِهم‬ َ َ‫ف َكان‬ َ ‫ض فَيَ ۡنظُ ُر ۡوا ك َۡي‬ ِ ‫َولَمۡ يَس ِۡي ُر ۡوا فِى ۡاِلَ ۡر‬
ِ ‫ع َم ُر ۡوهَا َو َجا ٓ َء ۡت ُهمۡ ُرسُلُ ُهمۡ بِ ۡالبَيِ ٰن‬
ؕ‫ت‬ َ ‫ع َم ُر ۡوه َۤۡا ا َ ۡكث َ َر ِم َّما‬
َ ‫ض َو‬ َ ‫اِل ۡر‬ َ ۡ ‫اروا‬ َ َ ‫كَانُ ۡۤۡوا ا‬
ُ َ ‫شدَّ م ِۡن ُهمۡ قُ َّوة ً َّواَث‬
َ‫س ُهمۡ يَ ۡظ ِل ُم ۡون‬
َ ُ‫ّٰللاُ ِليَ ۡظ ِل َم ُهمۡ َو ٰلـك ِۡن كَانُ ۡۤۡوا ا َ ۡنف‬
ٰ َ‫فَ َما َكان‬.

Artinya: "Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan


membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak
berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim
kepada diri mereka sendiri."

(Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan


memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang sebelum mereka')
maksudnya umat-umat sebelum mereka, mereka dibinasakan karena
mendustakan rasul-rasulnya. (Orang-orang itu adalah lebih kuat dari

4
mereka sendiri) seperti kaum Ad dan kaum Tsamud (dan telah mengolah
bumi) mereka telah mencangkul dan membajaknya untuk lahan pertanian
dan perkebunan (serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah
mereka makmurkan) artinya lebih banyak dari apa yang telah
dimakmurkan oleh orang-orang kafir Mekah (dan telah datang kepada
mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata)
hujjah-hujjah yang jelas. (Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim
kepada mereka) dengan membinasakan mereka tanpa dosa (akan tetapi
merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri) karena mereka
mendustakan rasul-rasul mereka.2

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi.


(Ar-Rum: 9) lalu menggunakan pemahaman dan akal serta penalaran
mereka, juga menggunakan pendengaran mereka untuk mendengar kisah-
kisah umat-umat terdahulu. Dan memperhatikan bagaimana akibat (yang
diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka' Orang-orang itu adalah
lebih kuat daripada mereka (sendiri). (Ar-Rum: 9) Yakni umat-umat
terdahulu dan generasi-generasi yang silam lebih kuat daripada kalian, hai
orang-orang yang diutus kepada mereka Nabi Muhammad; bahkan umat-
umat terdahulu itu jauh lebih banyak harta dan anak-anaknya daripada
kalian. Tiadalah yang diberikan kepada kalian berjumlah sepersepuluh
dari apa yang diberikan kepada mereka. Mereka hidup di dunia dalam
kondisi yang jauh lebih mapan dari pada kalian; tingkat kehidupan kalian
jauh di bawah mereka. Mereka sempat membangun dunia dengan
bangunan-bangunan yang tinggi-tinggi dan meramaikan dunia lebih
banyak daripada kalian, bahkan mereka mengolah dan menggarap tanah
jauh lebih banyak daripada apa yang kalian garap. Hanya saja ketika
datang kepada mereka rasul-rasul mereka yang datang membawa bukti-
bukti dari Allah, mereka berbangga diri dengan apa yang telah mereka
capai dari kehidupan dunia. Maka Allah mengazab mereka disebabkan
dosa-dosa mereka. Akhirnya tiada seorang pun yang dapat melindungi

2
Muhammad bin Ahmad Al-Mahali, Tafsir jalalain, (Surabaya: nurul huda), hlm 333.

5
mereka dari azab Allah.Harta benda dan anak-anak mereka sama sekali
tidak dapat menyelamatkan mereka dari pembalasan Allah, tidak pula
dapat membela mereka barang sedikit pun dari azab Allah. Allah sama
sekali tidak bertujuan menganiaya mereka dengan menimpakan azab dan
pembalasanNya atas mereka itu. akan tetapi merekalah yang berlaku zalim
kepada diri sendiri. (Ar-Rum: 9) Maksudnya, tiada lain yang menimpa diri
mereka hanyalah akibat dari perbuatan mereka sendiri, karena mereka
mendustakan ayat-ayat Allah dan memperolok-olokkannya. Azab yang
menimpa mereka itu tiada lain sebagai akibat dari dosa-dosa mereka
sendiri yang mendustakan rasul-rasul Allah dan ayat-ayat-Nya

3. Surat al-fushilat ayat 53

‫ع ٰلى كُل‬ ِۗ ٰ ْ ‫سنُ ِر ْي ِه ْم ٰا ٰي ِتنَا فِى‬


َ ٗ‫ق َو ِف ْٓي ا َ ْنفُ ِس ِه ْم َحتٰى َيت َ َبيَّنَ لَ ُه ْم اَنَّهُ ْال َحق ا َ َولَ ْم َي ْكفِ ِب َر ِبكَ اَنَّه‬
ِ ‫اِلفَا‬ َ

ٌ ‫ش ِه ْيد‬
َ ٍ‫ش ْيء‬
َ ِِ

Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda


(kekuasaan) Kami di Segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Alquran tersebut
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?”

Allah berfirman “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-

tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi, maksudnya adalah tanda-


tanda Keesaan dan Qudrat kami (Allah)” (Al-Qurtubi,917:2008). Ibnu

Zaid berkata maksud dari kata ‫ األفااق فاى‬disini adalah “disegala wilayah

bumi dan tanda-tanda langit (Al-Qurtubi,2008:917). Dalam Tafsir At


Thobari sebagian berpendapat bahwa maksud ayat “‫ ”األفااق فاى ايتناا‬adalah
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi (At-
Thobari,2009:801). Dalam kitab An Nukat wa Al Uyun, seperti yang
dikutib dalam Tafsir at Thobari dijelaskan bahwa: Muhammad
menceritakan kepada kami, ia berkata: Ahmad menceritakan kepada kami,
ia berkata: Asbath menceritakan kepada kami dari As Suddi tentang ayat

6
“‫ ”سانرهم ايتناا فاى األفااق‬kami akan memperlihatkan tanda-tanda (kekuasaan)
kami disegala wilayah bumi,“ ia berkata maksudnya adalah penjuru dunia
yang kami bukakan untukmu wahai Muhammad (At Thobari, 2008:802).
Adapun ahli takwil lain berpendapat bahwa maknanya adalah, Allah
memperlihatkan bintang-bintang dan bulan kepada mereka pada waktu
malam, dan memperlihatkan matahari pada waktu siang itulah yang
dijanjikan Allah untuk diperlihatkan kepada mereka di segala wilayah
bumi. Adapun Quraish Shihab mengatakan dalam menafsirkan ayat Kami
akan memperlihatkan kepada mereka dalam waktu yang tidak terlalu lama
yakni tanda-tanda kekuasaan serta kebenaran firman-firman Kami di
segenap ufuk dan juga pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa ia yakni quran itu adalah benar (Shihab, :440) Muhammad
‘Ali Ash Shobuni dalam tafsirnya Shofwatut Tafasir bahwa kata ‘Afaaq
disini adalah di penjuru langit dan bumi yang terdiri dari matahari, bulan,
bintang, pepohonan, dan tumbuh-tumbuhan dan apa-apa keajaiban dilangit
dan dibumi (Shobuni, :128).

Selanjutnya Ali Ash Shobuni menafsirkan ‫وفااى انفسااهم‬ dan pada


keajaiban-keajaiban Allah pada penciptaan manusia dan keadaan
kehidupan manusia.(Shobuni, :128). Dalam Tafsir at Thobari: ‫وفاى انفساهم‬
Dan pada diri mereka sendiri berupa penciptaan yang sempurna dan detail
pada diri setiap manusia hingga hikmah-hikmah yang tidak terbayangkan,
seperti penciptaan saluran air kencing dan lubang pembuangan kotoran.
Setiap kita makan dan minum dari satu lubang yang sama, tetapi keluar
dari dua jalan yang berbeda. Allah SWT menciptakan kedua mata bagi
manusia yang bagaikan dua titik air bening yang mampu melihat kejauhan
hingga jarak 500 tahun perjalanan. Allah SWT menciptakan bagi manusia
kedua telinga yang dengannya mampu membedakan berbagai macam
suara (Al Qurtubi,2008:919). Masih menurut ath Thobari ada juga yang
mengatakan ‫“وفاى انفساهم‬Dan pada diri mereka sendiri” yakni berupa wujud
manusia yang semula setetes air mani dan kemudian mengalami perubahan
dari satu bentuk kebentuk yang lainnya (Al Qurtubi,2008:919). Firmanya
hingga jelas bagi mereka bahwa “al-qur’an itu adalah benar” maksudnya

7
adalah, diperlihatkan kepada orang-orang musyrik itu kemenangan kami
dipenjuru negeri mereka, bahkan ditempat mereka sendiri, agar mereka
mengetahui hakikat kebenaran yang telah kami turunkan kepada
Muhammad. Telah kami wahyukan janji kepadanya, bahwa kami pasti
akan memenangkan agama yang kami utus bersamanya terhadap semua
agama yang ada, walaupun orang-orang musyrik itu merasa tidak senang
(At-thobari, 2009:804). Al qurtubi bahwa Al-qur’an itu adalah benar
tentang makna Al-haq ada beberapa pandangan.

a) Ia adalah al-qur’an

b) Islam yang dibawa dan didakwahkan oleh Rasulullah SAW

c) apa yang ditampakkan perbuatan Allah SWT itulah al-haq

d) muhammad dialah Rasulullah SAW yang haq (Al-qurtubi, 2008:920).

Sedangkan Ali Ash Shobuni menafsirkan hingga jelas bagi mereka bahwa
Al-qur’an itu benar sampai tampak jelas bagi mereka bahwasannya al-
qur’an tersebut adalah benar (shobuni:129). Dari sini dapat kita lihat
bahwa ayat-ayat kauniah yang berupa alam semesta yang diciptakan oleh
Allah SWT tidak hanya sebatas untuk tempat tinggal dan tempat
berdiamnya manusia. Lebih dari itu, ayat-ayat kauniyah sebagai bukti dari
kebenaran dari Al-qur’an, kebenaran dari islam itu sendiri, dan kebenaran
(haq) apa-apa yang diciptakan oleh Allah SWT.

4. Surat Al-qashashas ayat 3

ِ ‫ع ْونَ ِب ْال َح‬


‫ق ِلقَ ْو ٍم يؤْ ِمنُ ْو َن‬ َ ‫نَتْلُ ْوا‬
َ ‫ع َليْكَ م ِْن نَّ َب ِا ُم ْوسٰ ى َوف ِْر‬

Artinya: Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan


Fir‘aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman.

Salah satu aspek penjelasannya adalah kami melalui malaikat jibril


membacakan yakni menyampaikan kepadamu sebagian episode dari
kisah penting nabi musa dan fir’aun, penguasa mesir pada masanya.
Pembacaan dan penyampaian itu dilakukan dengan sebenarnya dan

8
kenyataan untuk dimanfatkan oleh orang-oramg yang beriman dengan
cara menarik pelajaran dari kisah tersebut.

B. Hadis tentang Tauhid

Abu Huraira Meriwayatkan:

‫ب َحتَّى ا ْح َم َّر َوجْ ُهه ُ َحتَّى َكأَنَّ َما‬ ِ ‫سلَّ َم َونَ ْح ُن نَتَنَازَ عُ فِي ْالقَدَ ِر فَغ‬
َ ‫َض‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ ‫ّٰللا‬ َ ِ َّ‫علَ ْينَا َرسُو ُل ّٰللا‬ َ ‫خ ََر َج‬
ْ ُ َ ُ َ
‫ئ فِي َو ْجنَت َ ْي ِه الر َّما ُن فَ َقا َل أبِ َهذَا أم ِْرت ُ ْم أ ْم بِ َهذَا أ ْرسِلتُ إِلَ ْيكُ ْم إِنَّ َما َهلَكَ َم ْن َكانَ قَ ْبلَكُ ْم حِ ينَ تَنَازَ عُوا فِي‬َ ‫فُ ِق‬
ْ َّ َ ُ
‫عل ْيك ْم أِل تَتَنَازَ عُوا فِي ِه مِن َم ْج ِل ِس ِه‬ َ َ ُ‫عزَ ْمت‬ َ ْ
َ ‫َهذَا األ ْم ِر‬

Artinya: “Rasulullah SAW keluar menemui kami sementara kami sedang


berselisih dalam masalah takdir, kemudian beliau marah hingga
wajahnya menjadi merah sampai seakan-akan pipinya seperti buah
delima yang dibelah, lalu beliau bertanya, ‘Apakah kalian
diperintahkan seperti ini atau apakah aku diutus kepada kalian untuk
masalah ini? Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian
adalah lantaran perselisihan mereka dalam perkara ini. Karena itu,
aku tekankan pada kalian untuk tidak berselisih dalam masalah ini.’”
(HR: Al-Tirmidzi)

Meskipun demikian, sejarah mencatat bahwa semasa hidup Nabi, pada saat
beliau masih sehat wal afiat, terjadi dua perdebatan tentang aqidah yang di
kemudian hari menciptakan perbedaan pemahaman Aqidah di kalangan umat
Islam. Atau dengan kata lain, perdebatan ini merupakan bibit-bibit munculnya
kelompok-kelompok di luar Ahlusunnah wal Jamaah, ialah peristiwa Dzu al-
Khuwaisirah. Nama lengkapnya ialah Dzu al-Khuwaisirah al-Tamimi. Ia
merupakan seorang muslim pedesaan yang merasa dirinya lebih baik dari
Rasulullah Saw. hingga berani menyuruh Nabi untuk berbuat adil. Peristiwa
ini terjadi ketika Nabi sedang membagi-bagikan harta rampasan (ghanimah)
pasca perang Hunain.

ِ ‫ فَقَالَ ذُو ال ُخ َوي‬،‫سلَّ َم يَ ْق ِسمُ ذَاتَ يَ ْو ٍم قِ ْس ًما‬


،ِ‫ْص َرة‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ع ْن أَبِي‬
َ ‫ بَ ْينَا النَّ ِبي‬: َ‫ قَال‬،ِ‫سعِي ٍد ال ُخد ِْري‬ َ
‫ ائْذَ ْن لِي‬:‫ َم ْن يَ ْع ِد ُل إِذَا لَ ْم أ َ ْعد ِْل» فَ َقا َل عُ َم ُر‬، َ‫ « َو ْيلَك‬:‫ قَا َل‬،‫ّٰللا ا ْعد ِْل‬
ِ َّ ‫ يَا َرسُو َل‬:‫ِيم‬ٍ ‫َر ُج ٌل م ِْن بَنِي تَم‬

9
،‫ص َيامِ ِه ْم‬ ِ ‫ َو‬،‫صالَ ِت ِه ْم‬
ِ ‫ص َيا َمهُ َم َع‬ َ ‫ َيحْ ق ُِر أ َ َحدُكُ ْم‬،‫ص َحابًا‬
َ ‫صالَتَهُ َم َع‬ ْ َ ‫ ِإ َّن لَهُ أ‬،َ‫ «ِل‬:‫ قَا َل‬،ُ‫عنُقَه‬
ُ ْ‫فَ ْْلَض ِْرب‬
‫الر ِميَّ ِة‬
َّ َ‫س ْه ِم مِن‬َّ ‫ق ال‬ ِ ‫يَ ْم ُرقُونَ مِنَ الد‬
ِ ‫ِين َك ُم ُرو‬

Artinya: “Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu, dia berkata; "Ketika
kami sedang bersama Rasulullah Saw. yang sedang membagi-bagikan
pembagian (harta rampasan), datanglah Dzul Khuwaishirah, seorang
laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; "Wahai Rasulullah, engkau
harus berlaku adil". Maka beliau berkata: "Celaka kamu. Siapa yang
bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu
telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil".
Kemudian 'Umar berkata; "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk
memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: "Biarkanlah dia. Karena
dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian
memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya
dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur'an namun tidak
sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti
melesatnya anak panah dari target (hewan buruan).” (HR. Bukhari)

Pelanggaran yang yang dilakukan oleh Dzu al-Khuwaisirah ini secara


Aqidah ialah merasa bahwa pendapat dirinya lebih baik ketimbang keputusan
Rasulullah Saw. kelak di kemudian hari, orang-orang semacam dia akan ikut
berperang bersama dengan Ali Ra. pada saat perang Shiffin dan sesudah
peristiwa tahkim, mereka berpendapat bahwa semua yang terlibat dalam
peristiwa tersebut layak dibunuh karena telah kafir. Mereka kemudian
berhasil membunuh Ali Ra. dan menciptakan kelompok baru yang disebut
sebagai Khawarij.

C. Pengertian Akhlaq

Akhlaq adalah sifat tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-


perbuatan dengan mudah dilakukan tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.
Menurut Rosihan Anwar, akhlaq adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorong manusia untuk berbuat tanpa melalui pertimbangan dan pilihan
terlebih dahulu. Dijelaskan dalam surat:

10
1. Surat Al- luqman ayat 14

َ‫عا َمي ِْن أ َ ِن ا ْشكُ ْر لِي َو ِل َوا ِلدَيْك‬


َ ‫صالُهُ فِي‬ َ ً ‫سانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أُمهُ َو ْهنا‬
َ ِ‫علَى َو ْه ٍن َوف‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫األ ْن‬ َّ ‫َِ َو‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫ي ْال َم‬َّ َ‫ِإل‬

Artinya: “kami berwasiat kepada manusia terhadap kedua orang tuanya,


ibunya telah mengandungnya dalam keadaan amat payah dan
menyapihnya dalam waktu dua tahun agar Bersyukurlah kepadaku
dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada ku tempat kembali”

Ayat ini menjelaskan bahwa seorang anak diperintahkan untuk


berbuat baik kepada kedua orang tuanya sebagai wujud rasa syukur atas
kebaikan keduanya, terutama kepada ibunya. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan oleh Ibnu Jarir ath Thabari dalam tafsirnya (Thabari, 2001).
Karena seorang ibu telah mengandungnya sejak janin di dalam kandungan.
Setiap bertambah usia dan besar janin, semakin bertambah lemahlah ibu
dan semakin bertambah kesulitannya. Terlebih saat melahirkan, seorang
ibu dengan susah payah mengeluarkan bayinya dari rahimnya. Setelah itu,
ibu menyusui bayinya selama dua tahun (Imam adz Dzahabi, 2003).
Menurut Ibnu Jarir ath Thabari, seorang anak diwajibkan untuk selalu taat
kepada kedua orang tuanya selama orang tua tersebut tidak memerintahkan
dalam perbuatan dosa. Apabila ada diantara keduanya menyuruh untuk
berbuat kesyirikan, maka seorang anak dilarang untuk menaatinya. Akan
tetapi ia harus tetap berhubungan baik dengan keduanya ketika hidup di
dunia (Thabari, 2001). Senada dengan ath Thabari, Ibnu Katsir juga
menafsirkan, apabila orang tua berusaha agar seorang anak mengikuti
agama mereka (kesyirikan), maka seorang anak dilarang untuk
mengikutinya, akan tetapi ia harus tetap berhubungan baik (ma’ruf)
dengan keduanya selama di dunia (Dimsyiqi, 2000). Dengan demikian,
ayat ini telah memberi batasan yang jelas tentang kewajiban seorang anak

11
untuk mematuhi perintah kedua orang tuanya dengan tetap
mengedepankan perintah Allah SWT.

2. Surat Al-luqman Ayat 18-19

)١٨( ‫َال فَ ُخ ْو ٍۚ ٍر‬ َ ٰ ‫ض َم َر ًح ِۗا ا َِّن‬


ٍ ‫ّٰللا َِل يُحِ ب كُلَّ ُم ْخت‬ ِ ‫اِل ْر‬َ ْ ‫اس َو َِل ت َ ْم ِش فِى‬
ِ َّ‫صع ِْر َخدَّكَ لِلن‬
َ ُ ‫َو َِل ت‬
)١٩( ‫ص ْوتُ ْال َح ِمي ِْر‬َ َ‫ت ل‬ ِ ‫اِلص َْوا‬ َ ْ ‫ص ْوت ِِۗكَ ا َِّن ا َ ْنك ََر‬ ْ ‫صدْ فِ ْي َم ْش ِيكَ َوا ْغض‬
َ ‫ُض م ِْن‬ ِ ‫َوا ْق‬

Artinya: “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena


sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong
lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan
dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.”

Dalam ayat delapan belas ini, luqman menasehati anaknya untuk


menjauhi akhlak tercela, yaitu larangan berpaling dari manusia karena
sombong dan menganggap rendah orang lain, serta larangan berjalan di
muka bumi dengan sombong. Sebab, Allah SWT tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membanggakan diri. Menurut Ibnu ‘Abbas,
sebagaimana yang dikutip oleh ath Thabari, ayat ini menjelaskan tentang
larangan perbuatan sombong (takabbur), larangan merendahkan hamba-
hamba Allah (ihtiqor ‘ibadillah) dan larangan memalingkan muka saat
berbicara dengan manusia (al i’radh ‘anhum biwajhika idza kallamuka)
(Thabari, 2001). Hal senada juga dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam
tafsirnya (Dimsyiqi, 2000). Sehingga, menurut penulis, ayat ini lebih
menekankan seorang hamba untuk senantiasa menjaga akhlaknya saat
bergaul dengan sesama manusia, terutama untuk menghindari sifat
sombong. Karena sifat sombong, sebagaimana yang dikatakan oleh adz
Dzahabi, merupakan sifat Iblis (Imam adz Dzahabi, 2003).

Ayat ke Sembilan belas dalam surat Luqman ini menjelaskan untuk


perintah berakhlak baik. Dalam ayat ini, Luqman menasehati anaknya
untuk berakhlak mulia kepada manusia, yakni dengan cara sederhana
dalam berjalan, tidak terlampau cepat dan terburu-buru, tidak juga

12
terlampau lambat dan bermalas-malasan, kemudian melunakkan suara
(saat berbicara), dan tidak berteriak-teriak tanpa ada perlu, karena seburuk-
buruk suara adalah suara keledai (Thabari, 2001). Berkenaan dengan ayat
ke-18 dan ke-19 di atas, Ibnu Katsir membahasnya cukup panjang. Dalam
pembahasannya tersebut, ia menjelaskan tentang pentingnya sifat rendah
hati (tawadhu). Selain itu, ia juga menjelaskan tentang besarnya dosa
sombong (takabur). Ia mengutip sebuah hadits tentang ancaman bagi
orang yang sombong yang tidak akan masuk surga (Dimsyiqi, 2000).

D. Hadis tentang Akhlaq

Salah satu tugas utama Nabi Muhammad saw adalah sebagai penyempurna
akhlak, maka ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya pada bab musnad Abi
Hurairah yang berbunyi:

َ ‫نَّ َما بُعِثْتُ ِألُت َِم َم‬


ِ ‫صا ِل َح ْاأل َ ْخ َال‬
‫ق‬

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan


keshalihan akhlak.”

Imam Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya At-Tamhid menjelaskan bahwa


maksud “‫صا ِل َح‬ ِ ‫ “ أاْل َ أخ ََل‬dalam makna Hadis ini adalah seluruh kebaikan yang
َ ‫ق‬
ada, seperti kehormatan diri, adil, dll.

E. Pengertian Ibadah

Ibadah adalah suatu usaha untuk memberikan kesadaran beribadah kepada


manusia agar mengerti tentang eksisten dirinya sebagai seorang hamba Allah.
Dengan tunduk setinggi-tingginya. (shiddieqy, 2010).

Dijelaskan dalam surat Al-luqman ayat 17:

‫ع ْز ِم ْاِلُ ُم ْو ِر‬ َ َ‫ع ٰلى َما ٓ ا‬


َ ‫صا َب ِۗكَ ا َِّن ٰذلِكَ ِم ْن‬ َ ‫صبِ ْر‬ َ َ‫ص ٰلوة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر ْوفِ َوا ْنه‬
ْ ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َوا‬ َّ ‫ي اَق ِِم ال‬
َّ َ‫ٰيبُن‬
)١٧(

Artinya: “Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat


yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta

13
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.”

Dalam ayat ke tujuh belas ini, Luqman kembali menasehati anaknya


tentang kewajiban kepada Allah SWT. Kewajiban yang dimaksud adalah
mendirikan shalat, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran
(amar ma’ruf nahyi munkar) serta bersabar atas musibah yang menimpanya.
Maksud mendirikan shalat menurut Ibnu Katsir adalah dengan
memperhatikan batasan-batasannya (hududuha), fardhu-fardhunya
(furudhuha) dan waktu-waktunya (auqotuha). Sedangkan maksud dari
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahyi
munkar) adalah memerintahkan orang lain untuk melakukan perkara yang
baik dan mencegah perkara yang buruk sebatas kemampuan (bihasbi
thaqatika wa juhdika). Sedangkan maksud dari bersabar atas musibah adalah
bersabar atas kesulitan saat memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran (amar ma’ruf nahyi munkar) (Dimsyiqi, 2000).

Penafsiran yang sama juga disampaikan oleh ath Thabari dalam


mengartikan mendirikan shalat. Hanya saja, ath Thabari lebih luas dalam
menafsirkan perihal memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran
(amar ma’ruf nahyi munkar). Menurutnya, amar ma’ruf adalah dengan
memerintahkan manusia untuk menaati Allah dan mengikuti perintah-Nya,
sedangkan nahyi munkar adalah mencegah manusia dari bermaksiat kepada
Allah dan terjerumus ke dalam keharaman (Thabari, 2001). Dengan
demikian, ayat ini mengandung makna perintah Allah yang kaitannya dengan
pengabdian langsung kepada-Nya (hablum minallah) berupa perintah
mendirikan shalat, dan berkaitan dengan sesama manusia (hablum minannas)
yang berupa perintah mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran serta perintah untuk bersabar saat mengamalkan keduannya.

F. Hadis tentang Ibadah

Anak yang masih belum mencapai usia balig (kira-kira sebelum usia 12-
13 tahun) terkait kewajiban belajar menjadi tanggung jawab orang tuanya.
Sebenarnya pihak orang tua yang pertama menanggung kewajiban belajar

14
anak-anaknya, tidak hanya soal biaya tetapi juga yang mengajarnya.
Sedangkan guru, ustad, dosen, atau yang lainya menjalankan tugas mengajar
atas dasar fardhu kifayah3. Jika kemudian mendapat amanah dari para orang
tua murid atau santri, maka kewajiban mereka semakin kokoh karena telah
menerima amanah itu. Jadi orang tua yang langsung sebagai pengajar
anaknya atau para guru, ustad, dosen dan lainya tentu tidak boleh teledor
sebab keteledorannya membuat mereka tidak hanya berdosa melainkan
menjadi penyesalan di dunia dan akhirat akibat keteledoran menjaga amanah
Allah yang berupa anak atau keturunan.

َ ‫صالَةِ َوهُ ْم أ َ ْبنَا ُء‬


‫سب ِْع ِسنِينَ َواض ِْربُوهُ ْم‬ َّ ‫ « ُم ُروا أ َ ْوِلَدَكُ ْم بِال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ّٰللا‬ ِ َّ ‫قَالَ َرسُو ُل‬
َ ‫علَ ْي َها َوهُ ْم أ َ ْبنَا ُء‬
‫ع ْش ِر ِسنِي َن‬ َ

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Perintahlah anak-anak kalian


mengerjakan shalat ketika telah berusisa tujuh tahun Hijriyyah dan
pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika usia sepuluh
Hijriyyah.” (HR Abu Dawud)

3
Fardhu Kifayah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam Islam
untuk memenuhi tuntutan agama.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-qur’an berisikan banyak ayat-ayat tentang pendidikan. Makalah ini


membahas ayat-ayat Al-qur’an dan hadis-hadis tentang materi pendidikan
yang diberikan untuk peserta didik di lembaga pendidikan terutama lembaga
pendidikan islam. Seperti materi pendidikan tauhid, akhlaq, dan ibadah.

Ayat Al-qur’an tentang materi pendidikan tauhid salah satunya terdapat


dalam qur’an surat Al-luqman ayat 13, Ar-rum ayat 9,Al-fushillat 53, dan Al-
qhashas ayat 3. Materi pendidikan akhlaq termuat dalam qur’an surat Al-
luqman ayat 14, dan Al-luqman ayat 18-19. Materi pendidikan ibadah ada
dalam surat Al-luqman ayat 17.

B. Saran

Materi pendidikan yang dilaksanakan dalam lembaga pendidikan islam


mesti mengacu pada Al-qur’an dan hadis. Peserta didik yang beriman,
berakhlaq mulia dan berilmu serta terwujudnya peradaban manusia muslim
yang berkualitas merupakan tujuan pendidikan islam. Oleh karenanya, dalam
mencapai tujuan tersebut harus diiringi dengan materi-materi pendidikan
yang sesuai dengan ayat-ayat Al-qur’an dan hadis.

Kami berharap dengan makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar
bagi terbentuknya peserta didik yang kuat akidahnya, meningkat takwanya,
luas ilmu pengetahuannya dan dapat menunjang terwujudnya kejayaan islam
dalam kehidupan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahally, Imam Jalaluddin dan As-suyutti, Imam Jalaluddin. (1990). Tafsir


Jalalain Asbab An-nujulnya, Bandung,: Sinar Baru

Al-Qurtubi,Abi Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Alshori. 2008.Al Jami’u li


Ahkami al Quran (terj). Jakarta : Pustaka Azzam

Ash-Shobuni,MuhammadAli. Shofwatut Tafasir. 1401 Surabaya: Darul Fikr.

At-Thobari,Abi Ja’far Muhammad bin Jarir. 2009. Jami’ul bayan ‘an takwilil al
quran. Jakarta:Pustaka Azzam

Depag RI, 2005:412.

Hidayat, N. (2016). KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT Q.S.


LUQMAN AYAT 12-19. TA’ALLUM, 04(46), 359–370.

Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail. (2002). Terjemah Tafsir
Ibnu Katsir. Bandung: Sinar Baru al-Gensindo.

Imam adz Dzahabi. (2003). al Kabair (, cet. Ke-2, 2003), Maktabah al Furqon.

Shihab, M Quraish. 2017. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

https://banten.nu.or.id/ubudiyyah/mengapa-rasulullah-diutus-JSP1S
https://islam.nu.or.id/nikah-keluarga/keutamaan-menuntut-ilmu-di-tengah-
pencegahan-covid-19-CnX2

https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/ketika-sahabat-berdiskusi-soal-aqidah-di-depan-
nabi-muhammad-saw-5T4eb

Anda mungkin juga menyukai