Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR
Makalah ini penulis kerjakan dengan hati-hati dan selektif, di samping itu
apabila di dalam makalah ini terdapat kesalahan penulis, yang tidak relawan
menurut pembimbing mohon untuk dikembangkan.
Kami berharap dengan makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar
bagi terbentuknya peserta didik yang kuat akidahnya, meningkat takwanya, luas
ilmu pengetahuannya dan dapat menunjang terwujudnya kejayaan islam dalam
kehidupan.
Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ini jauh dari kesempurnaan,
baik dalam segi bahasa, penulisan maupun materi yang diberikan. Oleh karna itu
penulis mengharap kritik dan saran. Atas kritik dan saran dari berbagai pihak saya
haturkan terima kasih.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II ......................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Pentingnya Pendidikan Tauhid ......................................................... 3
B. Hadis tentang Tauhid ....................................................................... 9
C. Pengertian Akhlaq ............................................................................. 10
D. Hadis tentang Akhlaq ........................................................................ 13
E. Pengertian Ibadah.............................................................................. 13
F. Hadis tentang Ibadah ......................................................................... 14
BAB III ........................................................................................................ 16
PENUTUP ................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................ 16
B. Saran .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subjek pelajaran yang
harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di
indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama salah satu dimensi kehidupan
yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu. Dalam bahasa indonesia,
istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe”
dan akhiran “an” mengandung arti “perbuatan” (hal, cara atau sebagainya).
Istilah pendididkan ini semula berasal dari bahasa yunani “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan dalam bahasa inggris “education” yang berarti pengembangan
atau bimbingan.
Pengertian al-qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan pada
Nabi Muhammad SAW. Dalam agama islam, al-qur’an disebut kitab suci
yang mulia lagi sempurna. Al qur’an bukan hanya petunjuk bagi umat
muslim, melaikan alqur’an juga termasuk bagian dari pedoman bagi seluruh
umat manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa pentingnya kita belajar ilmu tauhid dan apa hadis dari pendidikan
ilmu tauhid?
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Khuluqiyah atau bisa disebut juga dengan hukum khuluqiyah yakni hukum yang berkaitan
dengan perilaku normal manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk
sosial.
3
(belum bertaubat) maka dosanya tidak diampuni karena perbuatan syirik
adalah termasuk dosa besar. Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga telah
mengancam para pelaku syirik dalam neraka jahannam. Sebagaimana
firmannya dalam surat Al maidah ayat 72 artinya: “sesungguhnya orang
yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan padanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. Menurut imam adz
Dzahaabi dalam kitabnya al kabair, ayat di atas menjelaskan tentang orang
yang meninggal dalam keadaan syirik (meyekutukan Allah) maka tempat
kembalinya adalah neraka secara qoth’ I (qhot’an), berbeda halnya dengan
orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan beriman, maka dia
masuk surga walaupun di azhab terlebih dahulu di neraka (imam adz
dzahabi 2003). Jadi, dalam ayat 13 ini luqman memberikan nasehat yang
sangat penting kepada anaknya tentang perbuatan dosa yang paling besar.
Yang mana dosa ini oleh imam adz dzahabi dalam kitabnya tersebut
dimasukkan dalam urutan pertama. Hal ini menunujukkan bahwa syirik
merupakan perbuatan dosa yang harus dihindari oleh seorang muslim.
ؕۡعاقِبَةُ الَّذ ِۡينَ م ِۡن قَ ۡب ِل ِهم َ َف َكان َ ض فَيَ ۡنظُ ُر ۡوا ك َۡي ِ َولَمۡ يَس ِۡي ُر ۡوا فِى ۡاِلَ ۡر
ِ ع َم ُر ۡوهَا َو َجا ٓ َء ۡت ُهمۡ ُرسُلُ ُهمۡ بِ ۡالبَيِ ٰن
ؕت َ ع َم ُر ۡوه َۤۡا ا َ ۡكث َ َر ِم َّما
َ ض َو َ اِل ۡر َ ۡ اروا َ َ كَانُ ۡۤۡوا ا
ُ َ شدَّ م ِۡن ُهمۡ قُ َّوة ً َّواَث
َس ُهمۡ يَ ۡظ ِل ُم ۡون
َ ُّٰللاُ ِليَ ۡظ ِل َم ُهمۡ َو ٰلـك ِۡن كَانُ ۡۤۡوا ا َ ۡنف
ٰ َفَ َما َكان.
4
mereka sendiri) seperti kaum Ad dan kaum Tsamud (dan telah mengolah
bumi) mereka telah mencangkul dan membajaknya untuk lahan pertanian
dan perkebunan (serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah
mereka makmurkan) artinya lebih banyak dari apa yang telah
dimakmurkan oleh orang-orang kafir Mekah (dan telah datang kepada
mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata)
hujjah-hujjah yang jelas. (Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim
kepada mereka) dengan membinasakan mereka tanpa dosa (akan tetapi
merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri) karena mereka
mendustakan rasul-rasul mereka.2
2
Muhammad bin Ahmad Al-Mahali, Tafsir jalalain, (Surabaya: nurul huda), hlm 333.
5
mereka dari azab Allah.Harta benda dan anak-anak mereka sama sekali
tidak dapat menyelamatkan mereka dari pembalasan Allah, tidak pula
dapat membela mereka barang sedikit pun dari azab Allah. Allah sama
sekali tidak bertujuan menganiaya mereka dengan menimpakan azab dan
pembalasanNya atas mereka itu. akan tetapi merekalah yang berlaku zalim
kepada diri sendiri. (Ar-Rum: 9) Maksudnya, tiada lain yang menimpa diri
mereka hanyalah akibat dari perbuatan mereka sendiri, karena mereka
mendustakan ayat-ayat Allah dan memperolok-olokkannya. Azab yang
menimpa mereka itu tiada lain sebagai akibat dari dosa-dosa mereka
sendiri yang mendustakan rasul-rasul Allah dan ayat-ayat-Nya
ٌ ش ِه ْيد
َ ٍش ْيء
َ ِِ
Zaid berkata maksud dari kata األفااق فاىdisini adalah “disegala wilayah
6
“ ”سانرهم ايتناا فاى األفااقkami akan memperlihatkan tanda-tanda (kekuasaan)
kami disegala wilayah bumi,“ ia berkata maksudnya adalah penjuru dunia
yang kami bukakan untukmu wahai Muhammad (At Thobari, 2008:802).
Adapun ahli takwil lain berpendapat bahwa maknanya adalah, Allah
memperlihatkan bintang-bintang dan bulan kepada mereka pada waktu
malam, dan memperlihatkan matahari pada waktu siang itulah yang
dijanjikan Allah untuk diperlihatkan kepada mereka di segala wilayah
bumi. Adapun Quraish Shihab mengatakan dalam menafsirkan ayat Kami
akan memperlihatkan kepada mereka dalam waktu yang tidak terlalu lama
yakni tanda-tanda kekuasaan serta kebenaran firman-firman Kami di
segenap ufuk dan juga pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa ia yakni quran itu adalah benar (Shihab, :440) Muhammad
‘Ali Ash Shobuni dalam tafsirnya Shofwatut Tafasir bahwa kata ‘Afaaq
disini adalah di penjuru langit dan bumi yang terdiri dari matahari, bulan,
bintang, pepohonan, dan tumbuh-tumbuhan dan apa-apa keajaiban dilangit
dan dibumi (Shobuni, :128).
7
adalah, diperlihatkan kepada orang-orang musyrik itu kemenangan kami
dipenjuru negeri mereka, bahkan ditempat mereka sendiri, agar mereka
mengetahui hakikat kebenaran yang telah kami turunkan kepada
Muhammad. Telah kami wahyukan janji kepadanya, bahwa kami pasti
akan memenangkan agama yang kami utus bersamanya terhadap semua
agama yang ada, walaupun orang-orang musyrik itu merasa tidak senang
(At-thobari, 2009:804). Al qurtubi bahwa Al-qur’an itu adalah benar
tentang makna Al-haq ada beberapa pandangan.
a) Ia adalah al-qur’an
Sedangkan Ali Ash Shobuni menafsirkan hingga jelas bagi mereka bahwa
Al-qur’an itu benar sampai tampak jelas bagi mereka bahwasannya al-
qur’an tersebut adalah benar (shobuni:129). Dari sini dapat kita lihat
bahwa ayat-ayat kauniah yang berupa alam semesta yang diciptakan oleh
Allah SWT tidak hanya sebatas untuk tempat tinggal dan tempat
berdiamnya manusia. Lebih dari itu, ayat-ayat kauniyah sebagai bukti dari
kebenaran dari Al-qur’an, kebenaran dari islam itu sendiri, dan kebenaran
(haq) apa-apa yang diciptakan oleh Allah SWT.
8
kenyataan untuk dimanfatkan oleh orang-oramg yang beriman dengan
cara menarik pelajaran dari kisah tersebut.
ب َحتَّى ا ْح َم َّر َوجْ ُهه ُ َحتَّى َكأَنَّ َما ِ سلَّ َم َونَ ْح ُن نَتَنَازَ عُ فِي ْالقَدَ ِر فَغ
َ َض َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُ ّٰللا َ ِ َّعلَ ْينَا َرسُو ُل ّٰللا َ خ ََر َج
ْ ُ َ ُ َ
ئ فِي َو ْجنَت َ ْي ِه الر َّما ُن فَ َقا َل أبِ َهذَا أم ِْرت ُ ْم أ ْم بِ َهذَا أ ْرسِلتُ إِلَ ْيكُ ْم إِنَّ َما َهلَكَ َم ْن َكانَ قَ ْبلَكُ ْم حِ ينَ تَنَازَ عُوا فِيَ فُ ِق
ْ َّ َ ُ
عل ْيك ْم أِل تَتَنَازَ عُوا فِي ِه مِن َم ْج ِل ِس ِه َ َ ُعزَ ْمت َ ْ
َ َهذَا األ ْم ِر
Meskipun demikian, sejarah mencatat bahwa semasa hidup Nabi, pada saat
beliau masih sehat wal afiat, terjadi dua perdebatan tentang aqidah yang di
kemudian hari menciptakan perbedaan pemahaman Aqidah di kalangan umat
Islam. Atau dengan kata lain, perdebatan ini merupakan bibit-bibit munculnya
kelompok-kelompok di luar Ahlusunnah wal Jamaah, ialah peristiwa Dzu al-
Khuwaisirah. Nama lengkapnya ialah Dzu al-Khuwaisirah al-Tamimi. Ia
merupakan seorang muslim pedesaan yang merasa dirinya lebih baik dari
Rasulullah Saw. hingga berani menyuruh Nabi untuk berbuat adil. Peristiwa
ini terjadi ketika Nabi sedang membagi-bagikan harta rampasan (ghanimah)
pasca perang Hunain.
9
،ص َيامِ ِه ْم ِ َو،صالَ ِت ِه ْم
ِ ص َيا َمهُ َم َع َ َيحْ ق ُِر أ َ َحدُكُ ْم،ص َحابًا
َ صالَتَهُ َم َع ْ َ ِإ َّن لَهُ أ،َ «ِل: قَا َل،ُعنُقَه
ُ ْفَ ْْلَض ِْرب
الر ِميَّ ِة
َّ َس ْه ِم مِنَّ ق ال ِ يَ ْم ُرقُونَ مِنَ الد
ِ ِين َك ُم ُرو
Artinya: “Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu, dia berkata; "Ketika
kami sedang bersama Rasulullah Saw. yang sedang membagi-bagikan
pembagian (harta rampasan), datanglah Dzul Khuwaishirah, seorang
laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; "Wahai Rasulullah, engkau
harus berlaku adil". Maka beliau berkata: "Celaka kamu. Siapa yang
bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu
telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil".
Kemudian 'Umar berkata; "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk
memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: "Biarkanlah dia. Karena
dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian
memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya
dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur'an namun tidak
sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti
melesatnya anak panah dari target (hewan buruan).” (HR. Bukhari)
C. Pengertian Akhlaq
10
1. Surat Al- luqman ayat 14
11
untuk mematuhi perintah kedua orang tuanya dengan tetap
mengedepankan perintah Allah SWT.
12
terlampau lambat dan bermalas-malasan, kemudian melunakkan suara
(saat berbicara), dan tidak berteriak-teriak tanpa ada perlu, karena seburuk-
buruk suara adalah suara keledai (Thabari, 2001). Berkenaan dengan ayat
ke-18 dan ke-19 di atas, Ibnu Katsir membahasnya cukup panjang. Dalam
pembahasannya tersebut, ia menjelaskan tentang pentingnya sifat rendah
hati (tawadhu). Selain itu, ia juga menjelaskan tentang besarnya dosa
sombong (takabur). Ia mengutip sebuah hadits tentang ancaman bagi
orang yang sombong yang tidak akan masuk surga (Dimsyiqi, 2000).
Salah satu tugas utama Nabi Muhammad saw adalah sebagai penyempurna
akhlak, maka ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya pada bab musnad Abi
Hurairah yang berbunyi:
E. Pengertian Ibadah
13
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.”
Anak yang masih belum mencapai usia balig (kira-kira sebelum usia 12-
13 tahun) terkait kewajiban belajar menjadi tanggung jawab orang tuanya.
Sebenarnya pihak orang tua yang pertama menanggung kewajiban belajar
14
anak-anaknya, tidak hanya soal biaya tetapi juga yang mengajarnya.
Sedangkan guru, ustad, dosen, atau yang lainya menjalankan tugas mengajar
atas dasar fardhu kifayah3. Jika kemudian mendapat amanah dari para orang
tua murid atau santri, maka kewajiban mereka semakin kokoh karena telah
menerima amanah itu. Jadi orang tua yang langsung sebagai pengajar
anaknya atau para guru, ustad, dosen dan lainya tentu tidak boleh teledor
sebab keteledorannya membuat mereka tidak hanya berdosa melainkan
menjadi penyesalan di dunia dan akhirat akibat keteledoran menjaga amanah
Allah yang berupa anak atau keturunan.
3
Fardhu Kifayah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam Islam
untuk memenuhi tuntutan agama.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami berharap dengan makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar
bagi terbentuknya peserta didik yang kuat akidahnya, meningkat takwanya,
luas ilmu pengetahuannya dan dapat menunjang terwujudnya kejayaan islam
dalam kehidupan.
16
DAFTAR PUSTAKA
At-Thobari,Abi Ja’far Muhammad bin Jarir. 2009. Jami’ul bayan ‘an takwilil al
quran. Jakarta:Pustaka Azzam
Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail. (2002). Terjemah Tafsir
Ibnu Katsir. Bandung: Sinar Baru al-Gensindo.
Imam adz Dzahabi. (2003). al Kabair (, cet. Ke-2, 2003), Maktabah al Furqon.
https://banten.nu.or.id/ubudiyyah/mengapa-rasulullah-diutus-JSP1S
https://islam.nu.or.id/nikah-keluarga/keutamaan-menuntut-ilmu-di-tengah-
pencegahan-covid-19-CnX2
https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/ketika-sahabat-berdiskusi-soal-aqidah-di-depan-
nabi-muhammad-saw-5T4eb