Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

KONSEP, MODEL, DAN POLA

PENDIDIKAN ISLAM DALAM Al-QUR’AN

OLEH:

NAMA : KORENA VERA K.


NIM : 190.104.140
SEMESTER/KELAS : II/F

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-
Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan salam
marilah kita limpah curahkan kepada Guru besar kita Yakni Nabi Muhammad
SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang , konsep, model dan pola
pendidikan islam dalam A-Qur’an makalah ini kami tujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah tafsir tarbawi Pendidikan. Makalah ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan
ataupun para akademisi yang ingin meningkatkan atas pengetahuanya. apabila ada
kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena
kealpaan, kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Mataram, 5 Mei 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B..Rumusan Masalah.....................................................................1
C..Tujuan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Deskripsi Penafsiran Surah Lukman Ayat 12-19 dari Pakar
kalasik dan kontemporer...........................................................3
B. Penjelasan Tentang Konsep, Model, dan Pola pendidikan
Dasar yang Ideal dalam Surah Luqman Ayat 12-19.................17
BAB III PENUTUP...............................................................................26
A. Kesimpulan...............................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha atau tindakan untuk membentuk kepribadian
manusia. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corat dan
bentuk amal dalam kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat. Di
dalam al-qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenan
dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Seperti kisah Luqman dalam
mendidik anaknya. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang
terdiri dari masalah iman, akhlak ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan sumber referensi yang berisi berbagai aspek
kehidupan, termasuk juga dalam bidang pendidikan. Sebagai seorang pelajar
muslim, sudah seharusnya menjadika al-qur’an sebagai dasar dan acuan dalam
hal pendidikan. Di dalam al-qur’an sendiri terdapat banyak sekali ayat yang
berkaitan dengan dunia pendidikan salah satunya adalah yang terdapat dalam
surah luqman ayat 12-19.
Pendidikan islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi
dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan
mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah SWt dan
sesama manusia, dapat mengambil manfaat dari alam semesta ini untuk
kepentingan di dunia masa kini dan di akhirat nanti.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah nya adalah :
1. Bagaimana konsep pendidikan islam menurut surat luqman ayat 12-
19?
2. Bagaimana pola pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman
ayat 12-19?
3. Bagaimana komponen pendidikan yang terkandung dalam surat
Luqman ayat 12-19?
C. Tujuan Masalah
Selanjutnya tujuan makalah, pemakalah ingin :

1
1. Untuk megetahui konsep pendidikan islam menurut surat Luqman
ayat 12-19.
2. Untuk mengetahui pola pendidikan yang terkandung dalam surat
Luqman ayat 12-19.
3. Untuk mengetahui konsep pendidikan yang terkandung dalam surat
luqman ayat 12-19.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penafsiran Surah Luqman Ayat 12-19 dari pakar tafsir klasik
dan kontemporer
1. Asbabun Nuzul
Surat Luqman adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw
berhijrah ke Madinah. Menurut mayoritas ulama‟ semua ayat-ayatnya
Makkiyah. Penamaan surat ini sangat wajar karena nama dan nasehat beliau
yang sangat menyentuh diuraikan disini, dan hanya disebut dalam surat
ini.Tema utamanya adalah ajakan kepada Tauhid dan kepercayaan akan
keniscayaan kiamat serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama. Al-
Biqa‟i berpendapat bahwa tujuan utama surat ini adalah membuktikan
betapa kitab Al-Qur‟an mengandung hikmah yang sangat dalam, yang
mengantar kepada kesimpulan bahwa yang menurunkannya adalah Dia
(Allah) yang maha bijaksana dalam firman-Nya. Dia memberi petunjuk
untuk orang-orang yang bertaqwa. Surat ini terdiri dari 33 ayat menurut
ulama‟ Mekkah dan Madinah, dan 34 menurut ulama‟ Syam, Kufah dan
Bashrah. Perbedaan itu sebagaimana anda ketahui hanya perbedaan dalam
cara menghitung bukan berarti ada ayat yang tidak diakui oleh yang
menilaianya hanya 33 ayat.1
Asbabun Nuzul ayat 13 adalah ketika ayat ke-82 dari surat AlAn‟am
diturunkan, para sahabat merasa keberatan. Kemudian mereka datang
menghadap Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di
antara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim?”
Jawab beliau: “ Bukan begitu. Bukankah kau telah mendengar wasiat
Luqman Hakim kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kezaliman yang besar.2
1
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, pesan kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati,
2003), Juz 11, h. 107-108
2
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah-An-Nas,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), h. 660

3
Sa‟ad bin Malik seorang lelaki yang sangat taat dan menghormati
ibunya. Ketika ia memeluk islam, ibunya berkata: “Wahai Sa‟ad mengapa
kamu tega meninggalkan agamamu yang lama, memeluk agama yang baru.
Wahai anakku, pilihlah salah satu kau kembali memeluk agama yang lama
atau aku tidak makan dan minum sampai mati.” Maka Sa‟ad kebingungan,
bahkan ia dikatakan tega membunuh ibunya. Maka Sa‟ad berkata: “ Wahai
ibu, jangan kau lakukan yang demikian, aku memeluk agama baru tidak
akan mendatangkan madharat, dan aku tidak akan meninggalkannya”. Maka
Umi Sa‟ad pun nekad tidak makan sampai tigahari tiga malam. Sa‟ad
berkata: “Wahai ibu, seandainya kau memiliki seribu jiwa kemudian satu
per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan baa uku (islam).
karean itu terserah ibu mau makan atau tidak”. Maka ibu itupun makan.
Sehubungan dengan itu, maka Allah swt menurunkan ayat ke-15 sebagai
ketegasan bahwa kaum muslimin wajib taat dan tunduk kepada perintah
orang tua sepanjang bukan yang bertentangan dengan perintah-perintah
Allah SWT.3
2. Tafsir Q.S Luqman [31]: 12-19
Adapun pendapat mengenai surat Luqman ayat 12-19 dari para mufassir,
sebagai berikut:
1) Mufassir Klasik
a. Mufassir Klasik
Pada bahasan ini akan diuraikan pemikiran tokoh Ibnu Katsir
tentang konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an surat Luqman
ayat 12-19. Pembahasan tersebut dimulai dari surat 31:12 yang
berbunyi:
“wa laqad ātainā luqmānal-ḥikmata anisykur lillāh, wa may
yasykur fa innamā yasykuru linafsih, wa mang kafara fa
innallāha ganiyyun ḥamīd”

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada


Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa

3
Ibid, h. 661

4
yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
Firman Allah ta‟ala “Dan sungguh, telah kami berikan hikmah
kepada Luqman.” (12) yaitu pemahaman, ilmu, dan tabir mimpi,
“yaitu “Bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla atas karunia yang
telah Allah Ta‟ala berikan dan anugerahkan kepadanya, yaitu
karunia yang telah Allah Ta‟ala khususkan baginya di antara orang-
orang yang sejenis dan sezaman dengannya. Lalu Allah Ta‟ala
berfirman, “Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah, maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.” Yaitu
sesungguhnya manfaat dan pahala tersebut hanyalah kembali kepada
orang-orang yang bersyukur4.
wa iż qāla luqmānu libnihī wa huwa ya'iẓuhụ yā bunayya lā
tusyrik billāh, innasy-syirka laẓulmun 'aẓīm

wa waṣṣainal-insāna biwālidaīh, ḥamalat-hu ummuhụ wahnan


'alā wahniw wa fiṣāluhụ fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaīk,
ilayyal-maṣīr

wa in jāhadāka 'alā an tusyrika bī mā laisa laka bihī 'ilmun fa lā


tuṭi'humā wa ṣāḥib-humā fid-dun-yā ma'rụfaw wattabi' sabīla
man anāba ilayy, ṡumma ilayya marji'ukum fa unabbi`ukum bimā
kuntum ta'malụn

“13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di


waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."14. Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya

4
Abil fida Isma‟il bin katsir Addamasyqiy, Tafsir Al-Qur‟anul Adhim Ibnu Katsir, Juz 3,
(Singapura: kutanahazu pinag, tt), h. 443-444

5
kepada-Kulah kembalimu.15. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.”
Selanjutnya tafsiran ayat 13-15 Allah Ta‟ala berfirman
mengabarkan tentang wasiat surat Luqman kepada anaknya yaitu
orang yang paling dicintai, sehingga ia berhak untuk diberikan
kebaikan yang paling utama. Luqman memberikan wasiat kepada
anaknya, yaitu memberikan wasiat kepadanya agar menyembah
Allah Ta‟ala semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun.
Lalu dia berkata seraya memberi peringatan kepadanya,
“sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar
kezhaliman yang besar (13) yaitu syirik adalah kezhaliman yang
paling besar. Selanjutnya Ibnu Katsir menyandingkan wasiat kepada
anaknya agar menyembah Allah Ta‟ala semata dengan berbakti
kepada kedua orang tua (14). Seorang anak harus patuh dan berbuat
baik kepada orangtua, selama mereka tidak memerintahkan untuk
menggadaikan atau menjual agama demi kecintaan anak terhadap
orangtua(15).5
Pada ayat 16-19 adalah wasiat-wasiat yang bermanfaat yang telah
Allah Ta‟ala firmankan tentang Luqman Al-Hakim, agar orang-
orang dapat meniru dan meneladaninya. Allah Ta‟ala berfirman pada
surat 31:16
yā bunayya innahā in taku miṡqāla ḥabbatim min khardalin fa
takun fī ṣakhratin au fis-samāwāti au fil-arḍi ya`ti bihallāh,
innallāha laṭīfun khabīr

5
Ibid., 444-445

6
"Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

Allah Ta‟ala akan mendatangkannya pada hari kaimat kelak


ketika Dia meletakkan timbangan-timbangan keadilan, dan Alah
Ta‟ala akan memberi balasan atasnya. Jika amal perbuatan itu baik,
maka balasannyapun baik, dan jika amal perbuatan itu buruk, maka
balasannya pun buruk. Sebagaimana Firman Allah dalam surat
AlAnbiya‟:47 dan sekalipun amal tersebut sekecil biji dzarrah yang
tertutup rapat, dalam batu besar, atau ada dia ngkasa raya, niscaya
Allah akan mendatangkan balasanya.6

yā bunayya aqimiṣ-ṣalāta wa`mur bil-ma'rụfi wan-ha 'anil-


mungkari waṣbir 'alā mā aṣābak, inna żālika min 'azmil-umụr

“Wahai ankku! Laksanakanlah shalat, yaitu sesuai dengan


ketentuannya, fardhunya, dan waktunya. “Dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar.”
yaitu sesuai dengan kemampuan dan kesanggupanmu. “Dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu”. Selanjutnya Allah
Ta‟ala, “Dan janganlah kau memalingkan wajahmu dari manusai
(karena sombong).”

Selain nasihat Luqman kepada anak-anaknya untuk mendirikan


shalat sesuai dengan batasan-batasannya, fardlu-fardlunya, dan
waktuwaktunya, ia juga dalam ayat tersebut menyuruh anaknya
untuk mengerjakan amar ma‟ruf dan nahi munkar terhadap
manusia. Disamping itu Ibnu Katsir menjelaskan tentang perintah
mendirikan shalat yang diibrahkan dalam Luqman mendidik anaknya
sekaligus Luqman menganjurkan kepada anaknya untuk selalu
bersikap sabar dalam melaksanakan perintah Alah Swt.7
Ibnu Katsir lebih lanjut menjelaskan tentang apa yang
dinasihatkan Luqman kepada anaknya yang merupakan buah hatinya

6
Ibid., h. 445-446
7
Abil fida Isma‟il bin katsir Addamasyqiy, Tafsir Al-Qur‟anul Adhim Ibnu Katsir, Ibid., h. 446

7
yang paling ia sayangi dengan nasihat agar anaknya mempunyai
akhlak yang baik, dalam firman-Nya surat 31:18
wa lā tuṣa''ir khaddaka lin-nāsi wa lā tamsyi fil-arḍi maraḥā,
innallāha lā yuḥibbu kulla mukhtālin fakhụr

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia


(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.”

Ibnu Katsir menyebutkan kriteria akhlak baik dalam bergaul


dengan masyarakat dalam surat Luqman ayat 18 yakni Luqman
menasihati dan mendidik anaknya agar jangan memalingkan muka di
saat berbicara dengan orang lain atau saat mereka berbicara
kepadamu, jangan pernah menganggap mereka remeh dan bersikap
sombong kepada mereka. Luqman juga menasihati anaknya dengan
anjuran untuk selalu bersikap lemah lembut, berwajah ceria ketika
bertemu, bergaul, berkomunikasi dengan mereka.8
Kemudian Ibnu Katsir menjelaskan tentang makna nasihat
Luqman kepada anaknya yang berkisar tentang pendidikan akhlak
dalam firman Allah surat 31:19
waqṣid fī masy-yika wagḍuḍ min ṣautik, inna angkaral-aṣwāti
laṣautul-ḥamīr

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah


suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.

Ibnu Katsir menafsirkan makna sederhana dalam berjalan,


maksudnya berjalanlah seseorang dengan langkah yang biasa dan
wajar, jangan pula mengeraskan suara terhadap hal yang tidak ada
faedahnya. Suara yang paling buruk adalah suara keledai, yakni
suara yang keras dan berlebihan itu diserupakan dengan suara
keledai dalam hal keras dan nada tingginya. Adanya penyerupaan
8
Ibid., h. 446

8
dengan suara keledai ini menunjukkan bahwa hal tersebut
diharamkan dan sangat dicela.9
Rasulullah pernah bersabda yang artinya
“Tiada pada kita suatau perumpamaan buruk terhadap orang
yang mengambil kembali hibahnya (melainkan) seperti anjing yang
muntah, lalu ia memakan lagi muntahnya”. (H.R. Nasa‟i) Jadi,
kesimpulan tafsir Ibnu Katsir surat Luqman ayat 12-19 sebagai
berikut: ayat 12 berisi tentang anjuran bersyukur, ayat 13 larangan
berbuat syirik, ayat 14 perintah berbakti kepada orangtua, ayat 15
berbuat baik terhadap orangtua kecuali dalam hal keimanan, ayat 16
manusia mempertanggungjawabkan segala yang diperbuat kepada
Allah, ayat 17 perintah menegakkan shalat dan amar ma‟ruf nahi
munkar, ayat 18 larangan bertingkah sombong, ayat 19 bersikap
sopan dalam berkomunikasi.
b. Al-Maraghi (Ahmad Musthafa Al-Maraghiy)
Sesudah Allah menjelaskan kerusakan aqidah orang-orang
musyrik, karena mereka telah mempersekutukan hal-hal yang tidak
dapat menciptakan sesuatu dengan Tuhan yang menciptakan segala
sesuatu, dan setelah Dia menjelaskan, bahwa orang musyrik itu
adalah orang yang zhalim lagi tersesat, lalu Dia mengiringi hak
tersebut dengan penjelasan, bahwa semua nikmat-nikmat-Nya yang
Nampak jelas di langit dan di bumi, dan semua nukmat-Nya yang
tidak nampak seperti ilmu dan hikmah, semuanya menunjukkan
kepada keesaan-Nya. Dan sesungguhnya Allah memberikan hal
tersebut kepada sebagian hamba-hamba-Nya sepereti Luqman, yang
mana hal-hal itu telah tertanam secara fitrah di dalam dirinya, tanpa
ada seorang Nabi pun yang membimbingnya, dan pula tanpa ada
seorang Rasulpun yang diutus kepadanya.10

9
Ibid., h. 446
10
Ahmad Musthafa Al Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi. (Tanpa penerbit, 1974), Juz 19, h. 79

9
Ayat 12 menjelaskan bahwa sesungguhnya Alah telah
memberikan hikmah kepada Luqman yaitu ia selalu bersyukur dan
memuji kepadaNya atas apa yang telah diberikan kepadanya dari
karunia-Nya, karena sesungguhnya hanya Dialah yang patut untuk
mendapat puji dan syukur itu. Dan barang siapa bersyukur kepada
Allah, maka sesungguhnya manfaat dari syukurnya itu kembali
kepada dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah akan melimpahkan
kepadanya pahala yang berlimpah sebagai balasan dari Nya atas rasa
syukurnya, dan Dia kelak akan menyelamatkan dari adzab. Dan
barang siapa yang kafir kepada nikmat-nikmat Allah yang telah
diberikan kepadanya, maka dia sendirilah yang menanggung akibat
buruk kekafirannya itu, karena sesungguhnya Allah akan menyiksa
dia karena kekafirannya terhadap nikmat-nikmatNya itu.11
Sesudah Allah menjelaskan bahwa Luqman telah diberi hikmat,
karena itu lalu Luqman bersyukur kepada rabbnya atas semua nikmat
yang telah dilimpahkan–Nya kepada dirinya. Selanjutnya Allah
mengiringi hal itu dengan penjelasan, bahwa Luqman telah
menasihati anaknya untuk melakukan hal-hal tersebut. Kemudian
Alllah Swt menyebutkan wasiat yang bersifat umum ditujukan
kepada semua anak. Allah Swt mewasiatkan kepada mereka agar
mereka memperlakukan orangtua mereka dengan cara yang baik dan
selalu memelihara hakhaknya sebagai orangtua. Sebagai balas jasa
atas semua kebaikan dan nikmat yang telah diberikan kepada
mereka. Walaupun demikian, mereka tidak boleh melanggar hak-hak
Allah. Kemudian Allah kembali menuturkan nasihat-nasihat Luqman
diantaranya berkaitan dengan hakhak Allah dan lainnya berkaitan
dengan cara bermu‟amalah dengan sesama manusia.12
Sesudah Allah menuturkan apa yang telah diwasiatkan oleh
Luqman terhadap anaknya, yaitu supaya ia bersyukur kepada Tuhan

11
Ibid,. h. 79
12
Ibid., h. 81

10
yang telah memberika semua nikmat, yang tiada seorangpun
bersekutu dengan-Nya di dalam menciptakan dirinya. Kemudian
Luqman
menegaskan bahwa syirik itu adalah perbuatan yang paling buruk.
Selanjutnya Allah mengiringi hal tersebut dengan wasiat-Nya kepada
semua anak supaya mereka berbuat baik kepada kedua orangtuanya,
karena sesungguhnya kedua orangtua adalah penyebab pertama bagi
keberadaanya di dunia itu.13
Pada ayat 13, Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa
perbuatan syirik merupakan kezhaliman yang besar. Dikatakan dosa
besar karena perbuatan itu berarti menyamakan kedudukan Tuhan
yang hanya dari Dialah segala nikmat.
Pada ayat 14, merupakan perintah supaya berbakti kepada kedua
orangtua.. ibu telah mengandungnya sedang ia dalam keadaan lemah
yang kian bertambah disebabkan semakin membesarnya kandungan.
Dan menyapihnya dari persusuan sesudah ia dilahirkan dalam jangka
waktu dua tahun.14
Pada ayat ke-15, Allah menyebutkan pesan dan perintah-Nya,
yaitu berkaitan dengan berbakti kepada orangtua, dan setelah
mengukuhkan hak hak keduanya yang harus ditaati. Terkecuali
memenuhi hak-hak orangtua yang akan membuat murka Allah. 15
Kemudian pada ayat ke-16, Allah kembali menyebutkan kelanjutan
wasiat Luqman kepada anaknya, yang pada pemukaanya Luqman
melarang anaknya berbuat syirik. Hai anakku, sesungguhnya
perbuatan baik dan perbuatan buruk itu sekalipun beratnya hanya
sebiji sawi. Para pelaku amal perbuatan akan mendapat balasan
kelak di akhirat. 16

13
Ibid., h. 81
14
Ahmad Musthafa Al Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi, Ibid., h. 82
15
Ibid., h. 82-83
16
Ibid., h. 84

11
pada ayat ke-17, Hai anakku, dirikanlah shalat, yakni kerjakanlah
shalat dengan sempurna sesuai cara yang diridhai Rabb, sebab orang
yag mengerjakan nya berarti menghadap dan tunduk kepada Nya.
Dan di dalam shalat terkandung pula hikmat lainnya, yaitu dapat
mencegah orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan
mungkar. Maka apabila seseorang menunaikan hal itu dengan
sempurna, niscaya bersihlah jiwanya dari berserah diri kepada
Rabnya, baik dalam keadaan suka maupun duka.17 Selanjutnya pada
ayat ke-18, Luqman menasihati anaknya agar tidak memalingkan
muka karena sombong, lebih baik untuk menampakkah muka yang
berseri, lalu pada ayat ke-19 larangan agar tidak berjalan dimuka
bumi dengan sombong dan bersuara keras layaknya suara keledai.18
Jadi, kesimpulan dari tafsir Maraghi surat Luqman ayat 12-19
sebagai berikut: pertama, perintah syukur, akidah yang menyangkut
masalah keimanan kepada Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada
malaikat, kitab-kitabNya, para nabi, hari kiamat, dan qadha qadar.
Materi ini terdapat pada ayat 12, 13, dan 16. Kedua, syariat, yakni
satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia
dengan alam. Kaidah syariat ini terbagi menjadi dua, yang pertama
ibadah dan yang kedua muamalah. Aspek syariat ini terdapat pada
ayat 14, 15, dan 17. Ketiga, akhlak, ini mencakup akhlak manusia
terhadap khliqnya dan akhlak manusia terhadap makhluk. Aspek ini
terdapat pada ayat 14, 15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan
akhlak pada hakikatnya bertitik pada akidah.

2) Mufassir Modern
a. Fi Zhilalil Qur’an (Sayyid Quthb)

17
Ibid., h. 84-85
18
Ahmad musthafa Amaraghiy ,Tafsir Maraghi,Ibid. h. 85-86

12
Ayat 12 ini merupakan pengarahan Al-Qur‟an yang mengandung
seruan kepada kesyukuran kepada Allah sebagai sikap meneladani
Luqman yang bijaksana, dimana Al-Qur‟an memaparkan
kisahkisahnya dan nasihatnya.19 kesyukuran merupakan karakter
yang sangat ditekankan pada ayat ini.
Tafsir ayat 13 yaitu nasihat mengandung pengikraran terhadap
persoalan tauhid dan penyinggungan tentang persoalan akhirat.
Sesungguhnya nasihat seperti ini tidak menggurui dan tidak
mengundang tuduhan. Karena, orang tua tidak menginginkan bagi
anaknya melainkan kebaikan, dan orang tua hanya menjadi penasihat
bagi anaknya. Luqman melarang anaknya dari berbuat syirik.
Pernyataan Luqman tentang hakikat ini diperkuat dengan dua
tekanan.Yang pertama dengan mengawalinya dengan larangan
berbuat syirik dan alasanya.Dan yang kedua dengan huruf inna
„sesungguhnya‟ dan huruf la‟benar-benar‟.
Tafsir ayat 14-15 yaitu dalam nuansa nasihat seorang bapak
kepada anaknya, Al-Qur‟an memaparkan hubungan antara kedua
orang tua dengan anak-anak mereka dalam tata bahasa yang detail
dan teliti. Ia menggambarkan hubungan dalam gambaran yang
mengisyaratkan kasih sayang dan kelembutan. Wasiat bagi anak
berbakti kepada orang tuanya muncul berulang-ulang dalam Al-
Qur‟an yang mulia dan dalam wasiat Rasulullah. Namun, wasiat
buat orang tua tentang anaknya sangat sedikit. Kalaupun ada, ia
kebanyakan muncul dalam tema kasih sayang (yaitu keadaaan
khusus dalam situasi yang khusus pula) karena fitrah itu sendiri telah
menjamin pengasuhan orang tua terhadap orang tua terhadap anak-
anaknya. Jadi, fitrah selalu mendorong seseorang agar mengasuh
generasi baru yang tumbuh untuk menjamin penerusan kehidupan
manusia di bumi ini sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.

19
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, (Kairo: Darus Syauq, 1968), Jilid 5, h. 2781

13
Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat 16 adalah tidak ada
satupun ungkapan lain yang dapat menggambarkan tentang ketelitian
dan keluasan ilmu Allah yang meliputi segalanya, tentang kekuasaan
Allah, dan tentang hisab teliti dan timbangan yang adil melebihi
gambaran yang dilukiskan oleh ungkapan ayat ini. Inilah salah satu
keistimewaan Al-Qur‟an sebagai mu‟jizat, dimana susunanya sangat
indah dan sentuhannya sangat dalam.
Tafsir ayat 17 yaitu, mengesakan Allah, merasakan
pengawasanNya, mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin
kepada keadilanNya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya.
Kemudian ia beralih kepada dakwah untuk menyeru manusia agar
memperbaiki keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang
makruf dan mencegah mereka dari yang mungkar. Juga bersiap-siap
sebelum itu untuk menghadapi peperangan melawan kemungkaran,
dengan bekal yang pokok dan utama yaitu bekal ibadah dan
menghadap kepadaNya( dengan mendirikan shalat, serta bersabar
atas segala yang menimpa daidi jalan Allah). Azmil umur adalah
melewati rintangna dan meyakinkan diri untuk menempuh jalan
setelah membulatkan tekad dan keinginan.20
Tafsir ayat 18-19 yaitu Luqman meneruskan secara panjang lebar
tentang wasiatnya yang diceritakan oleh Al-Qur‟an di sisni hingga
sampai kepada bahasa tentang adab seorang dai kepada Allah.
Mendakwahi manusia kepada kebaikan tidaklah membolehkan dan
mengizinkan seseorang berbusung dada atas manusia dan
bersombong diri atas nama pemimpin bagi mereka kepada kebaikan.
Apalagi bila ketinggian hati dan kesombongan itu dilakukan oleh
orang yang tidak mengajak kepada kebaikan , maka hal itu adalah
lebih buruk dan lebih hina. Ash-Sha‟ru adalah sebuah penyakit yang
menimpa unta sehingga membengkokkan lehernya.
b. Al-Misbah (Quraish Shihab)

20
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, Ibid. h. 2782

14
Adapun dalam menafsirkan surat Luqman ayat 12, Quraish
Shihab mengambil beberapa kata yaitu Kata dan pada ayat 12,
berhubungan dengan ayat 6 surat Luqman, yaitu “Dan di antara
manusia ada yang membeli ucapan yang melengahkan.”Ia berfungsi
menghubungkan kisah an-Nadhr Ibn al-Haris itu dan kisah Luqman
disini, atas dasar persamaan keduanya dalam daya tarik kejadian dan
keanehan. Yang pertama keanehan dalam kesesatan, dan yang kedua
dalam perolehan hidayah dan hikmah.
Tafsir ayat 13 yaitu dilukiskan pengamalan hikmah itu oleh
Luqman, surat pelestariannya kepada anaknya. Inipun
mencerminkan kesyukuran beliau atas anugerah itu kepada Nabi
Muhammad saw, atau siapa saja diperintahkan untuk merenungkan
anugerah Allah kepada Luqman itu dan mengingatkan kepada orang
lain. Ayat ini berbunyi:” Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada
anaknya dalam keadaan dia dari saat ke saat menasehatinya bahwa
wahai anakku sayang! Janganlah engkau mempersekutukan Allah
dengan sesuatu apapun dan jangan juga mempersekutukanNya
sedikit persekutuan pun.21
Quraish Shihab memberi tafsiran pada ayat 14 ke dalam
penggalan satu ayat, yaitu: Kata ( ‫ )وىنا‬wahnan pada ayat 14 berarti
kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud disini kurangnya
kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan
pemeliharaan anak. Patron kata yang mengisyaratkan betapa
lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan
itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelamahan
telah menyatu dalam dirinya dan dipikulnya.
Tafsir ayat 15 yaitu, setelah ayat yang lalu menekankan
pentingnya berbakti kepada ibu bapak tetaplah berbakti kepada
keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan

21
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Jilid 11, Ibid, h.
124

15
pergaulilah keduanya di dunia yakni selama mereka hidup dan dalam
urusan keduniaan bukan akidah.
Tafsir ayat 16 yaitu, ketika menafsirkan kata ( ‫ )خردل‬khardal pada
Q.S al-Anbiya ayat 47, Quraish Shihab mengutip penjelasan Tafsir
al-Muntakhab yang melukiskan biji tersebut. Disana dinyatakan
bahwa satu kilogram biji khardal atau moster terdiri atas 913,000
butir. Dengan demikian berat satu butir biji moster hanya sekitar satu
perseribu gram, atau 1 mg, dan merupakan biji-bijian teringan yang
diketahui umat manusai sampai sekarang. Oleh karena itu biji ini
sering digunakan oleh Al-Qur‟an untuk menunjuk sesuatu yang
sangat kecil dan halus.
Tafsir ayat 17 yaitu, Luqman as, melanjutkan nasihatnya kepada
anaknya nasihat yang dapat menjalin kesinambungan Tauhid serta
kehadiran Illahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap
memangiilnya dengan panggilan mesra: wahai anakku sayang,
laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun dan
sunnahsunnahnya. Dan disamping engkau memperhatikan dirimu
dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula
orang lain berlaku serupa. Karena itu perintahkanlah secara baik-
baik siapapun yang mmapu engkau ajak mengerjakan yang ma‟ruf
dan cegahlah mereka dari kemungkaran. Memang engkau akan
mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan
tuntunan Allah, karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu dalam melaksanakan aneka tugasmu. Sesungguhnya
yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh
tingkatnya dalam kebaikan yakni shalat, amar ma‟ruf dan nahi
mungkar atau kesabaran termasuk hal-hal yang diperintah Allah agar
diutamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.
Selanjutnya ayat 18-19 Nasihat Luqman kali ini berkaitan dengan
akhlak sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi
pelajaran akidah beliau selingi dengan materi pelajaran akahlak,

16
bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi
juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Jadi, kesimpulan dari tafsir Al-Misbah surat Luqman ayat 12-19
sebagai berikut: Ayat 12 menerangkan tentang syukur, disini syukur
disamakan dengan hikmah, karena dengan syukur, orang akan
mengenal anugerah Allah, sehingga orang akan patuh dan kagum
pada-Nya, seseorang akan melakukan amal yang sesuai dengan
pengetahuannya. Ayat 13 berisi tentang larangan berbuat syirik yang
diawali dengan kata yaa bunayya, wahai anakku, yang
mencerminkan makna kelembutan dan kasih sayang, ayat 14
menggambarkan betapa perjuangan seorang ibu mengandung kita
dan merawat kita, pentingnya berbakti kepada orangtua. Ayat 15
berisi mengenai anjuran berbakti kepada orangtua selama tidak
bertentangan dengan ajaran agama, ayat 16 yakni kuasa Allah
melakukan perhitungan atas amal-amal perbuatan manusia di akhirat
nanti, ayat 17 nasihat untuk beramal shaleh seperti shalat, amar
ma‟ruf nahi munkar, juga nasihat agar bersabar, ayat 18-19
berkaitan dengan akhlak sopan santun ketika berinteraksi dengan
sesama manusia.
B. Penjelasan Tentang Konsep, Model, dan Pola pendidikan Dasar yang
Ideal dalam Surah Luqman Ayat 12-19
1. Konsep pendidikan islam menurut surah luqman ayat 12-19
Artinya : (12) Dan sesungguhnya telah kami berikan hik,ah kepada
Lukman, Yaiutu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (13) Dan (ingatlah ) ketika luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (14) Dan kami

17
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun22. Bersyukurlah kepadaku dan
kepada kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(15) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya orang yang
kembali kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan. (16) (Luqman berkata): “Wahai anakku, sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus 23 lagi Maha mengetahui.
(17) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
semikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (18) Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena saombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
24
(19) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Luqman Al-Hakim, sebagaimana telah dikatakan oleh para ulama tafsir
adalah seorang hamba yang soleh bukan seorang nabi, akan tetapi Allah
mengkaruniakan kepadanya hikmah (kepahaman dan ilmu serta kelembutan
dalam berbicara) Allah SWT berfirman yang artinya 12. Dan sesungguhnya
telah kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: “Bersyukurlah kepada
Allah. Dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka

22
Maksudnya: selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
23
Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu
bagaimana kecilnya
24
Maksudnay: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlampau lambat

18
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lgi Maha terpuji”.
Suatu hal yang harus diperhatikan, bahwa apa yang diisyaratkan Allah
tentang Luqman Al-Hakim bukan hanya khusus bagi dirinya dan bukan
hanya sekedar kabar cerita yang tidak berguna. Akan tetapi cerita ini
merupakan metode bagi setiap orang tua dan bagi setiap anak dalam
kehidupan serta menjadi tauladan yang turun temurun dari masa kemasa.
Metode Luqman dengan anaknya dinisbatkan oleh ulama ilmu jiwa
moderen dengan “metode pendidikan dengan nasehat”. Mereka berpendapat
bahwa metode ini harus diiringi dengan cara lainya, yaitu metode
“pendidikan ketauladanan,” karena nasihat walaupun mampu
membangkitkan jiwa, akan tetapi membutuhkan unsur penggerak semangat
jiwa yang mampu mengarahkan dengan sempurna.
a. Pendidikan akidah
Nasihat pertama yang diberikan luqman terhadap anaknya ialah
“wahai anakku! Janganlah menyekutukan Allah, karena menyekutukan
Allah adalah kedzaliman yang besar.” Maka seorang pendidik wajib
mendidik anaknya agar mengesankan Allah SWT dari lainya dengan sifat
wahdaniyah (keesaan Tuhan) dan tidak menyekutukannya dengan
sesuaru apapun. Bahwa pendidikan tauhid atau akidah ini merupakan
pendidikan yang pertama yang harus di berikan kepada peserta didik,
karena sebagian dasar bagi dirinya untuk dapat melanjutkan terhadap
pendidikan yang selanjutnya. Sehingga ketika pada tahap selanjutnya ada
goncangan-goncangan yang bersifat merusak akidah seorang peserta
didik, maka ia sudah mampu untuk melawan atau menolak goncangan
tersebut.
b. Pendidikan akhlak
Ayat selanjutnya ialah “Dan kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya: ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua

19
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Bahwa
penanaman akhlak kedalam diri peserta didik merupakan hal yang perlu
diperhatikan. Terlebih lagi terhadap kedua orang tua, terutama ibu.
Dalam ayat tersebut di gambarkan bahwa “ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahuh”. Suatu keadaan yang begitu berat ketika mengandung. Oleh
karena itu di dalam hadis ketika Rasul di tanya oleh seseorang tentang
siapa yang terlebih dahulu harus di hormati maka Rasul menjawab ibu.
Jawaban itu pun berturut-turut sebanyak tiga kali, yang kemudian baru
ayah. Hal ini bukan berarti mengurangi rasa hormat terhadap ayah atau
bapak, akan tetapi lebih mengangkat perjuangan seorang ibu yang telah
mengandung dan menyapihnya dalam keadaan lemah yang semakin
lemah.
Dan pelajaran penting bagi seorang peserta didik, ketika seorang
orang tua mengajak kepada kemusyrikan maka kewajiban seorang anak
ialah menolak ajakan tersebut. Sebagaiman nasehat luqman berikutnya
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka jangnlah kamu
mengikuti keduanya, bahkan dalam ayat tersebut, ketika seorang anak
sudah menolak ajakannya maka diperintahkan untuk tetap
mempergaulinya di dunia ini dengan baik “dan pergaulilah keduannya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,”
dan hanya tetap menjadikan Allah sebagai tempat kembali dan
mengadukan segala rasa penatnya “ kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Akhlak seorang merupakan cerminan dari pribadinya. Allah tidak
melihat kepada tampilan, atau sesuatu yang bersifat fisik, akan tetapi
Allah hanya melihat sisi hatinya, atau dalam kata lain akhlak tersmaksud
di dalamnya. Selain akhlak terhadap orang tua baik ibu maupun
bapaknya, akhlak dalam berhubungan sosial pun perlu di tanamkan
kepada seorang peserta didik. Hal ini agar ia tidak memiliki rasa

20
sombong dan rasa kebanggaan akan dirinya secara berlebihan. Karena
prilaku tersebut bukanlah prilaku yang baik untuk anak didik dalam
berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
c. Pendidikan Ibadah
Ibadah merupakan tujuan utama dari di ciptakannya jin dan manusia.
Oleh karena itu, penanaman akan pentingnya ibadah untuk dilakukan,
hendaknya di mulai sejak dini. Karena setiap perbuatan yang dilakukan
dengan dasar ilmu dan juga keihlasan yang tinggi dari si pelaku ibadah.
Sehingga akan memperoleh balasan dari Allah SWT. Sekalipun
perbuatan atau amal itu hanya sebesar biji sawi, dengan catatan di dasari
ilmu dan rasa ikhlas. Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkanya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. Bahkan dalam
hal ini bukan saja amal baik saja yang akan memperoleh balasan. Ketika
seorang berbuat tidak baik pun walaupun sebesar biji sawi, maka akan
diminta pertanggung jawabanya, atau dengan kata lain Allah akan
membalasnya.
Perintah shalat pun tidak lepas dari nasehat luqman kepada anaknya.
Pembiasaan ibadah shalat hendaknya di berikan kepada anak didik sejak
dini, walaupun belum merupakan kewajiban baginya. Akan tetapi hal ini
untuk membiasakan dirinya untuk mendirikan shalat. Sehingga ketika ia
tumbuh dewasa nanti akan terbiasa dengan shalat. Tidak seperti
kebanyakan para pemuda pemudi sekarang.
Ini yang kiranya perlu diketahui oleh para pendidik, bahwa ibadah itu
merupakan sesuatu hal yang penting yang perlu ditanamkan kepada
setiap anak didiknya.
Beberapa hal di atas kiranya perlu diperhatikan oleh setiap pendidik
dalam mendidik anak didiknya. Konsep tersebut merupakan hal yang
perlu diimplementasikan kepada setiap anak didik dan di tambah dengan
konsep-konsep pendidikan lainya, yang nanti akan terwujud “insan

21
kamil” sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan islam itu
sendiri.
2. Pola pendidikan islam dalam surat luqman ayat 12-19
Delapan ayat tersebut di atas kental dengan nilai-nilai pendidikan
islam yang harus diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya
sebagai mana Allah telah menjadikan Luqman dan anaknya sebagai
contoh proses pendidikan agama dari orang tua kepada anaknya dan
contoh tersebut dikemukakan oleh Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada segenap umatnya.
1. Pendidik
Pendidik dalam surah luqman ayat 12-19 diwakili oleh luqman.
Luqman yang disebut oleh surat ini adalah seorang tokoh yang
diperselisihkanidentitasnya. Orang arab mengenal dua tokoj yang
bernama luqman. Pertama Luqman Ibn ‘Ad. Tokoh ini mereka
agungkan karena kewibawaan, kepemimpinan, keilmuan, kefasihan
dan kepandaian. Dia kerapkali dijadikan sebagai pemisah dan
perumpamaan. Tokoh kedua adalah luqman al-Hakim yang
terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-
perumpamaannya. Agaknya dialah yang dimaksud oleh surat ini.
Dalam tafsir ibnu katsir bahkan disebutkan nama luqman adalah
Luqman bin Anqa’ bin sadun menurut kisah yang dikemukakan
oleg As-suhaili.25
Luqman adalah seorang ahli hikmah. Kata-katanya merupakan
pelajaran dan nasihat, diamnya adlah berpikir, dan isyarat-
isyaratnya merupakan peringatan. Dia bukan seseorang Nabi
melainkan seseorang yang bijaksana,yang Allah telah memberikan
kebijaksanaan di dalam lisan dan hatinya, dimana dia berbicara dan
mengajarkan kebijakan itu kepada manusia. Dalam Al-Qur’an pun

25
Nasib Ar-Rafai, kemudahan dari Allah, ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (jakarta: Gema Insani
Press, 1999), 789

22
diungkapkan bahwa dia dianugrahi berupa “hikmah” pleh Allah
SWT.
2. Peserta didik
secara implisit, peserta didik atau anak didik yang terdapat pada
surat luqman ayat 12-19 adalah putra dari luqman itu sendiri. Anak
merupakan rahmat dari Allah SWT, anak adalah amanah, harus
disyukuri, dididik dan dibina agar menjadi orang yang baik,
berkepribadian yang kuat dan berakhlaq terpuji. Hal ini merupakan
keinginan setiap keluarga terutama orang tua dan semua guru.
Mendidik anak merupakan kewajiban orang tua. Mulai dari kecil
haruslah sudah dididik ke arah keadilan. Dalam keluarga orang tua
mempunyai peran yang penting untuk mendidik anaknay. Sebab
orang tualah yang dikenal pertama kali oleh anak dengan segala
perlakuan yang diterima atau dirasakan dapat menjadi dasar
pembentukan pribadi dalam keadaan suci tanpa noda dan dosa,
ibarat kertas maka orang tualah yang menulisnya.
3. Materi pendidikan islam
a. Keimanan (Aqidah)
Pendidikan aqidah meliputi peng-Esa-an Allah, tidak
menyekutukan-Nya, dan mensyukuri segala nikmat-Nya.
Larangan menyekutukan Allah termuat dalam ayat 13 surat
luqman tersebut. Pada ayat ini, Luqman memberikan
pendidikan dan pengajaran kepada anaknya berupa aqidah yang
mantap, agar tidak menyekutukan Allah. Itulah aqidah tauhid,
karena tidak ada Tuhan selain Allah, dan yang selain Allah
adalah makhluk.
b. Ibadah (Syariah)
Secara umum ibadah diartikan sebagai sesembahan,
pengabdian. Ibadah sebenarnya tidak hanya sebatas
penyembahan tetapi juga berhubungan dengan tingkah laku

23
manusia meliputi kehidupan.26 Materi ibadah mencakup segala
tindakan dalam kehidupan sehari-hari,baik yang berhubungan
dengan Allah SWT seperti shalat, maupun dengan sesama
manusia. Hubungan kepada Allah SWT dalam bentuk shalat ini
dinyatakan oleh ayat 17 surat luqman.
c. Akhlaq
Sejalan dengan usaha membentuk dasar
keyakinan/keimanan maka diperlukan juga usaha untuk
membentuk akhlaq yang mulia. Berakhlaq yang mulia adalah
merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi
pergaulan antar sesamanya. Akhlaq termasuk di antara makna
yang terpenting dalam hidup ini. Tingkatnya berbeda sesudah
keimanan/kepercayaan kepada Allah, Malaikatnyam rasul-
rasulnya, hari akhir, Qadha dan Qadhar Allah.
4. Metode pendidikan islam
Dalam surat luqman ayat 12-19 metode yang digunakan dalam
pendidikan islam adalah metode maudidhah. Maudidhah berarti
nasihat, kata tersebut sejalan dengan makna kata “wa’adha”,
“ya’idhu”, wa’dhan”, “wa’idhatan”, dan “wa mau’idhatan” yang
berarti memberi nasihat. Al-Qur’an menggunakan kalimat-kalimat
yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang
dikhendakinya. Dengan demikian mauidhah itu adalah sesuatu
yang di dalamnya mengandung unsur nasihat dan peringatan yang
dapat menimbulkan kesadaran pada diri orang yang diberi nasihat.
5. Tujuan pendidikan Islam
Berdasarkan materi pendidikan yang terdapat pada surah luqman
ayat 12-19 dapat dirumuskan, bahwa tujuan pendidikan islam
adalah: a. Mencetak manusia yang beriman; b. Mencetak manusia
yang bertakwa; c. Mencetak manusia yang berakhlakul karimah.
Apabila melihat penjelasan tersebut, maka tujuan pendidikan islam

26
Zuhairini, et. al., Filsafat pendidikan Islam, cet. Ke-2 (Jakarta: bumi Aksara, 1995), 158

24
yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, yakni mencangkup
kesempurnaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maka konsep pendidikan islam menurut surat luqman ayat 12-19 tersebut
ialah mencangkup pendidikan akidah, pendidikan akhlak, pendidikan ibadah.
Konsep tersebut perlu kiranya di tambah dengan konsep-konsep lainya dan
diterapkan dengan metode-metode pendidikan yang berhubungan. Sehingga
mampu terwujudlah insan kamil yang merupakan tujuan pendidikan islam itu
sendiri. Dengan tetap mengambil rujukan kepada Al-Qur’an dan hatis.
Pola pendidikan yang terkandung dalam surah luqman ayat 12-19
merupakan pola pendidikan yang islami, pola pendidikan yang berbasis
keagamaan. Indikatornya, muatan materinya kental dengan materi keimanan
dan akhlaq yang mulia. Tujuan pendidikannya mengarah pada pembentukan
kepribadian manusia yang beriman dan berakhlak mulia.
Komponen-komponen pendidikan yang terkandung dalam surah luqman
ayat 12-19 antara lain: pendidik, peserta didik, materi pendidikan, metode
pendidikan, dan tujuan pendidikan. Pendidiknya adalah Luqman; peserta
didiknya anaknya Luqman; materi pendidikannya berisi aqidah, syari’ah,
moral; metode pendidikannya bersifat nasihat; tujuan pendidikannya adalah
keimanan, ketaqwaan, dan akhlak yang luhur.

26
DAFAR PUSTAKA

Armai Arief, reformulasi Pendidikan Islam (Jakarta: CRSD


Press, 2005)
Budiyanto, Mangun, Ilmu pendidikan islam. Yogyakarta: Griya
Santri, 2011
Hasan mansyur, hasan, Metode Islam Dalam Mendidik Remaja.
Kairo: Al-Ahrom, 2002
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja
grafindo persada, 2009
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan islam (Jakarta: Logos, 1999)
Mujib, abdul dan Mudzakir, Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: kencana prenada media, 2006
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur‟an, Jilid 11, Ibid, h. 124
Nasib Ar-Rifai, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu

katsir, (Jakarta: Misaka Galiza, 1999)

Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.Ke-2 (jakarta:

Bumi Aksara, 1995).

27

Anda mungkin juga menyukai