Anda di halaman 1dari 14

ULAMA ADALAH PEWARIS PARA NABI

Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Hadist Tarbawi


Dosen Pembimbing :
Muhammad Za’im,M.Pd.I

Disusun Oleh:
1 . Ainna Sari
2 . Meisy Rahmasari
3 . Sintia Devi
4 . Siti Fiteriani
5 . Veronica Puspita Sari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STIT DARUL ULUM KOTABARU
2023
2 . Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbilalamin washolatu

wassalamu ala asrofil ambiya iwal mursalin sayyidina Muhammadin wa’ala alihi

wasohbihi ajma’in . Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat,hidayah,serta inayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas makalah mata kuliah Hadist Tarbawi dengan judul”Ulama Adalah Pewaris

Para nabi”.

Makalah ini sudah kami susun secara maksimal dan kami saling berbagi

dalam satu kelompok sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini .

.Demikian penulisan makalah ini , kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini

masih banyak kekurangannya baik secara penulisan atau pun isi dari makalahnya .

Kami berharap mendapat bimbingan , kritik , maupun saran yang dapat

membangun kami untuk kesempurnaan makalah ini .

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat

untuk kita semua , amin .

3 . daftar Isi

1 . Cover Makalah ………………………………………….. hal 1

2 . Kata Pengantar ………………………………………….. hal 2

3 . Daftar Isi ………………………………………………… hal 2 - 3

4 . Pendahuluan …………………………………………….. hal 3 - 4

5 . Isi Makalah
6 . Penutup

7 . Daftar Pustaka

5 . Isi Makalah

A . Pengertian Ulama Sebagai Pewaris Nabi

Kata ULAMA berasal dari bahasa Arab yaitu ( Alim ) yang merupakan bentuk jamak dari kata

dasar yaitu ILMU. Aalim adalah orang yang berilmu, dan ‘ulama adalah orang-orang

yang memiliki ilmu yang luas dan mendalam. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, ulama adalah orang yang ahli dalam pengetahuan agama Islam.

Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk

mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah

agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan, baik dari sisi keagamaan

maupun sosial kemasyarakatan.

Didalam Al-Qur’an Surah Faatir ayat 28 yang berbunyi :


Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan

binatang- binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah

ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Ayat ini menggambarkan bahwa yang dinamakan ulama adalah orang-orang yang

memiliki pengetahuan tentang ayat - ayat Allah yang bersifat kauniyah maupun

Qur’aniyah,

dan dengan pengetahuan tersebut mereka mempunyai sifat khosyah (takut) dan

takwa.

Menurut Badruddin Al-Kinani, para ulama adalah orang-orang yang

menjelaskan segala apa yang dihalalkan dan diharamkan dan mengajak kepada

kebaikan serta menafikan segala bentuk kemudharatan. Sedangkan menurut M.

Quraish Shihab bahwa ulama adalah orang yang mempunyai pengetahuan

kauniyyah ( fenomena alam ) dan qur’aniyyah. . Keberadaan ulama yang mempunyai

pengetahuan kauniyyah dan qur’aniyyah adalah ulama yang selalu memikirkan

penciptaan langit dan bumi agar bertasbih kepada Allah.

Sedangkan yang dimaksud dengan ulama pewaris para nabi, menurut al-

Mawardi, bahwasanya mereka (ulama) kedudukan dalam agama setingkat dengan

nabi dalam artian yaitu ulama yang terdidik dengan etika para nabi, dan tidak

menuntut sesuatu kepada manusia dalam menebarkan ilmunya. Ulama pewaris Nabi
juga mempunyai dua makna yaitu mempunyai pengetahuan yang lebih, dan

memiliki moral yang baik sehingga dapat dijadikan contoh

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa ulama sebagai pewaris

Nabi adalah orang - orang yang mempunyai ilmu kauniyyah dan qur’aniyyah, juga

mempunyai kriteria ataupun perilaku yang mendekati kepada perilaku nabi dalam

arti lain memahami, menguasai dan bisa mengamalkan sunnah - sunnah Nabi.

Ulama yang menjadi pewaris nabi, juga merupakan ulama - ulama yang

dipilih oleh Allah di samping mereka juga diakui di masyarakat sebagai ulama.

Seorang ulama juga berinteraksi sangat kuat dengan umatnya baik secara individu

maupun keseluruhan, sehingga ulama bisa mengetahui perkembangan atau

kekurangaan dalam perilaku keagamaan umatnya baik yang bersifat personal

maupun kolektif.

B. Hadist Tentang Ulama Pewaris Para Nabi

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

Artinya: “Ulama adalah pewaris para nabi.”

(H.R. At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda Radhiallahu ‘Anhu).

Melalui perantaraan mereka para ulamalah, merupakan pewaris perbendaharaan

ilmu agama, pewaris Nabi. Sehingga dengan demikian, ilmu syariat terus terpelihara

kemurniannya sebagaimana awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari

mereka mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi Muslimin.Dan memang para


ulama merupakan orang-orang pilihan Allah, yang Allah menitipkan pewarisan

ajaran Islam ini melalui lisan mereka, jiwa mereka dan amaliah mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih

di antara hamba-hamba kami.” (QS Fathir: 32)

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menguraikan lebih lanjut bahwa melalui ayat ini

Allah hendak memberikan penjelasan, Allah menjadikan orang-orang yang

menegakkan dan mengamalkan Al-Quran yang agung sebagai pembenar terhadap

kitab - kitab terdahulu yaitu dari orang - orang pilihan di antara hamba - hamba-

Nya, yakni para ulama.

Imam Asy-Syaukani mengatakan bahwa maksud “Kami (Allah) telah

mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami (Allah) pilih dari hamba-hamba

Kami yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an)”, adalah dengan cara mewariskan Al-Quran ini

kepada para ulama dari umat Muhammad. Dan tidak ada keraguan bahwa ulama

umat ini adalah para shahabat dan orang-orang setelah mereka. Sungguh Allah telah

memuliakan mereka atas seluruh manusia dan menjadikan mereka sebagai umat di

tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia, mereka mendapat

kemuliaan demikian karena mereka umat Nabi yang terbaik dan penghulu anak

keturunan Adam.”

Begitulah, hingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menegaskan :


Artinya: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak

mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Maka

barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”

(H.R. At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Begitulah, maka tak berlebihan jika Abu Muslim Al-Khaulani menyimpulkan,

“Ulama di muka bumi ini bagaikan bintang-bintang di langit. Apabila muncul,

manusia akan diterangi jalannya dan bila gelap manusia akan mengalami

kebingungan.”

Beberapa ciri-ciri ulama pewaris nabi menurut Imam Nawawi al-Bantani

antara lain.Memiliki keimanan yang kokoh, ketakwaan yang tinggi, berjiwa

istiqamah dan konsisten terhadap kebenaran;

Memiliki sifat-sifat kerasulan: jujur (shiddiq), amanat (amanah), cerdas (fathanah)

dan menyampaikan (tabligh);

Faqih fi ad-Din sampai rasikhun fi al-Ilm’;

Mengenal situasi dan kondisi masyarakat;

Mengabdikan seluruh hidupnya untuk memperjuangkan dan menegakkan ajaran

Allah SWT.
Tabah dan sabar menghadapi segala macam tantangan dan halangan demi

memperjuangkan Islam dan umatnya; bukan demi membela kepentingan pribadi,

pimpinan, atau kelompoknya. Selalu menegakkan kewajiban dan mencegah

kemungkaran. Tidak menyembunyikan apalagi memutarbalikkan syariah Islam.

Ulama tidak mendiamkan, tidak menyetujui dan tidak mendukung kezhaliman dan

siapapun yang berbuat zhalim. Tegas sekali Allah SWT berfirman (yang artinya):

“Janganlah kalian cenderung (la tarkanû) kepada orang-orang yang berbuat

zhalim, yang dapat mengakibatkan kalian disentuh api neraka.” (TQS Hud [11] :

113).

Ibnu Juraij menyatakan bahwa kata la tarkanu berarti jangan cenderung

kepadanya. Qatadah menyebutkan, jangan bermesraan dan jangan menaatinya.

Abu Aliyah menerangkan bahwa kata itu berarti jangan meridhai perbuatan-

perbuatannya.

C . Ciri-ciri Para Ulama Pewaris Nabi

Ciri-ciri ulama’ pewaris nabi yang pertama ialah takut akan Allah SWT. Hal ini

sebagaimana Firman Allah.

‫إنما يخشى هللا من عباده العلمــؤا إن هللا عزيز غفور‬

“….. Sesungguhnya golongan yang paling takut kepada Allah di antara hamba-

hambaNya ialah para ulama’. Sesungguhya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun,”(QS. Al-Fathir: 28)

Ibnu Abbas berkata, “Sesiapa yang takut akan Allah, maka dia adalah orang alim”.
Ciri kedua ialah beramal dengan segala ilmunya. Sebagaimana sebuah hadist

dalam Sunan Ad-Darimi :

‫عل َِم‬ َ ‫فَإِنَّ َما ال َعالِم َم ْن‬


َ ‫ع ِم َل ِب َما‬

“Sesungguhnya orang alim itu adalah orang yang beramal dengan apa yang dia

ketahui.”

Ciri ketiga hatinya bersih daripada syirik dan maksiat, serta tidak tamak kepada

makhluk di dunia.

Ciri keempat ulama’ ini meneruskan tugas nabi, yaitu mengajar, mendidik,

membersihkan hati umat daripada syirik dan maksiat serta berdakwah dan

memerintah mengikut perintah Allah.

Hal ini sebagaimana kita fahami dalam ayat 2 surah al-Jumaah,

D . 4 kewajiban terhadap ulama sebagai pewaris nabi;

1. Beradab, menghormati, dan memuliakan ulama.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan, Adab baik seseorang adalah tanda

kebahagiaan dan kesuksesannya. Adab buruknya adalah tanda kesengsaraan dan

kebinasaannya. Adab yang baik adalah sangat efektif untuk mendatangkan

kebaikan dunia akhirat. Adab yang buruk adalah sangat efektif untuk

menghalangi dari kebaikan dunia akhirat.” (Madarijus Salikin,

2/391),Menghormati ulama termasuk pengagungan kepada Allah

subhanahuwata’ala, bahkan menurut Imam Nawawi bahwa menghormati ulama

lebih utama dari pada kepada orang tua karena ulama adalah para pewaris Nabi.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu,

bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah subhanahu wata’ala,yaitu

memuliakan orang tua yang muslim, orang yang hafal al–Quran (ulama)tanpa

berlebih-lebihan atau berlonggar-longgar di dalamnya dan memuliakan

penguasa yang adil.” (Abu Dawud, no. 4843 dan dihasankan oleh Al-

Albanidalam Shahih At-Targhib, 1/44),

2. Mewariskan sikap menghormati ulama kepada para generasi umat Islam.

Warisan yang paling baik untuk generasi penerus kita adalah berupa kebaikan,

dan di antara kebaikan itu adalah menanamkan sikap hormat danta’zhim kepada

para ulama pewaris nabi. Mereka adalah orang-orang yang telahAllah

subhanahu wata’ala tinggikan derajatnya baik di dunia dan akhirat. Allah

berfirman:

Artinya; “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-

lapanglah dalam majlis,’ maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah:

11).Ibrahim bin Syahid berkata, “Bapakku pernah menasehati diriku dengan

berkata, ‘Wahai Ibrahim, datanglah kepada para ulama ahli ilmu, belajarlah

darimereka, ambil adab, akhlak, dan petunjuk mereka, karena sesungguhnya


yang demikian itu lebih aku sukai dari pada banyak meriwayatkan hadits.’”

(Al-Jami’ LiAkhlaqi Rawi, Al-Khatib, 1/17)

3 . Menimba ilmu langsung dari para ulama, bukan melalui buku atau tulisan

saja.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan, mempelajari ilmu lewat

jalur bertemu langsung dengan ulama akan lebih memudahkan dalam

memperoleh ilmu (dan pemahaman) dari pada belajar lewat metode kitab saja.

Karena mereka yang memperoleh ilmu melalui metode kitab akan lebih susah

dan membutuhkan upaya sungguh-sungguh agar bisa paham. Padahal ada

beberapa hal seperti kaidah-kaidah syar’i dan batasan yang telah ditetapkan oleh

para ulama yang butuh penjelasan lanjut, dan harus dipelajari dengan merujuk

dan bertanya langsung pada para ulama sebisa mungkin. (Kitabul ‘Ilmi, Syaikh

MuhDalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dijelaskan, salah satu adab

seorang pelajar adalah jangan sekali-kali mengambil ilmu dari buku tanpa ulama.

Sebab,lembaran kertas tidak bisa membimbing. Sementara ulama akan

membimbing jika ada bacaan pelajar yang keliru.Imam az-Zarnuji berpesan,

jangan sembarangan memilih guru. Dalam memilih guru, sebaiknya guru yang

lebih pandai, wara’, lebih tua.Ulama pewaris nabi adalah sosok yang luas

ilmunya dan dengan ilmu itu ia memiliki kadar ketakwaan atau khasyah (takut)

yang tinggiammad Ibn Shalih al-Utsaimin, 103)

4 . Menjaga dan membela kehormatan ulama.


Jika keberadaan para Nabi adalah karunia yang sangat berharga, maka

keberadaan para ulama pun di tengah-tengah masyarakat merupakan karunia

yang tak ternilai harganya. Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang

begitu vital danterhormat, maka membelanya dan menjaga kehormatannya

menjadi sebuah keniscayaan. Karena membela kehormatan ulama sama

dengan membela agama itu sendiri.Syaikh Utsaimin pernah berkata,

“Mengghibah ulama memberikan mudarat kepada Islam seluruhnya. Karena

umat tidak akan percaya lagi kepada ulama lalu mereka akan meninggalkan

fatwa para ulama dan lepaslah mereka dariagama.”Mereka merendahkan

ulama pewaris nabi dan mencampakkan fatwa serta pandangan para ulama.

Allah memberikan ancaman kepada mereka dengan firman- Nya

Artinya; “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran

baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami

biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami

masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat

kembali. (QS. An-Nisa: 115 .

Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang begitu vital dan terhormat, maka

membelanya dan menjaga kehormatannya menjadi sebuah keniscayaan. Karena

membela kehormatan ulama sama dengan membela agama kita sendiri. Oleh

karena itu keberadaan mereka tidak bisa dipisahkan

dengan umat, karena ulama senantiasa memberi fatwa dan taushiah, tempat umat

bertanya. Mereka adalah orang-orang yang

menjadi penyambung umat dengan Rabb, agama dan Rasul-Nya. Mereka adalah
sederetan orang yang akan menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju

jalan yang dirahmati yaitu jalan yang lurus.

‫هو الذي بعث فى األميئن رسوال منهم يتلوا عليهم ءايــته ويزكيهم ويعلمهم الكتب والحكمة وإن كانوا من قبل‬

‫لفى ضلــل مبين‬

“Dialah (Allah) yang telah mengutuskan kepada kalangan orang-orang arab yang

buta huruf seorang rasul dari bangsa mereka sendiri yang membacakan ayat-ayat

Allah yang membuktikan keesaan Allah dan kekuasaanNya. Dan membersihkan

mereka daripada aqidah yang sesat serta mengajarkan mereka kitab Allah dan

hikmat pengetahuan yang mendalam mengenai hukum-hukum syariat. Dan

sesungguhnya mereka sebelum kedatangan nabi Muhammad SAW adalah dalam

kesesatan yang nyata.

6 . Penutup

Ulama adalah orang yang takut kepada Allah Yang SWT yang menyukai apa

yang disukai oleh Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah. Ulama orang

yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, menghalalkan apa

yang telah dihalalkan dan mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah.

Salah satu tugas Nabi yaitu menyampaikan amanat risalah dari Allah SWT.

sejatinya begitu juga tugas seorang ulama, karena ia adalah penerus estafet

perjuangan Nabi . Sungguh para nabi tidak mewariskan harta tetapi hanya

mewariskan ilmu .Ulama mempunyai kedudukan yang sangat mulia karena melalui

para ulama kita mempunyai pembingbing ke jalan yang lurus,penerang disaat

manusia didalam kegelapan.Semakin sedikit para ulama maka semakin banyak


kekacauan yang akan dihadapi manusia karena semakin sedikit para ulama akan

semakin sedikit pula orang yang berilmu seperti yang terjadi sekarang kekacauan

ada di mana-mana. Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang begitu vital dan

terhormat, maka membelanya dan menjaga kehormatannya menjadi sebuah

keniscayaan. Karena membela kehormatan ulama sama dengan membela agama itu

sendiri. Oleh karena itu keberadaan mereka tidak bisa dipisahkan dengan umat,

karena ulama senantiasa memberi fatwa dan taushiah, tempat umat bertanya.

Mereka adalah orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabb, agama

dan Rasul-Nya. Mereka adalah sederetan orang yang akan menuntun umat kepada

cinta dan ridha Allah, menuju jala nyang dirahmati yaitu jalan yang lurus.

7. Daftar Pustaka

Al-Anshari, Ibnu Manzur Jamal al-Din Mohammad bin Mukarram. 1994.

Lisan Al- Arab.

Cet. III. Cairo: al Dar al-Misriyah.Ensiklopedia 9 Imam

(apk).https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-16751622/khutbah-

jumat-tema-ulama-pewaris-nabi-jangan-dizalimi-mari-mengenal-kedudukan-

ulama-yang-istimewa Muhammad Afif. 1998.

Islam Madzhab Masa Depan.

Bandung: Pustaka Hidayah.Tadzkiratul Huffadz, 2/592,

lihat Wujub Irtibath bil

, Ulama karya Hasan bin QashimAr-Rimi .

Anda mungkin juga menyukai