Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

AGAMA ISLAM

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO (EXEKUTIF)

DOSEN PEMBIMBING : SYAMSUL MARLIN M.Ag

Di Susun Oleh :

Ruang C.010
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, tiada sikap yang lebih baik sebagai hamba


Allah yang bertauhid selain rasa syukur yang luar biasa atas segala limpahan
rahmat dan karunia, dan juga sangat banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali dari kita yang mengingatnya. Segala puji hanya layak untuk Allah
Tuhan seru sekalian alam atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“ akal dan wahyu dalam aliran ilmu kalam”

Kemudian, salawat dan salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan


kita baginda rasulullah Muhammad saw. Sang pembawa risalah islam yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah kepada zaman islamiyah. Yang penuh
dengan rahmat dan kasih sayang, beliau juga merupakan seorang pelopor dan
tauladan dalam kehidupan.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Karena tidak ada gading yang tak retak.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PEMBUKAAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. Perbrdaan Antara Akal Dan Wahyu.......................................................... 2


B. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam .................................................................. 6
C. Ilmu Kauniyah Dan Ilmu Tanziliyah ....................................................... 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 12

A. Kesimpulan .............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan suatu makhluk yang memiliki berbagai potensi untuk


memperoleh ilmu.Dimana segenap potensi tersebut tumbuh dan berkembang
dengan metode-metode tertentu, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu yang
diperoleh pun berbeda-beda.Akibat dari perbedaan itu maka muncullah upaya
untuk melakukan pengklasifikasian terhadap ilmu.

Proses pengklasifikasian ilmu yang berawal dari ranah filsafat Islam akan
dapat dipahami sesuai dengan metode dan landasan yang berlaku di dalam Islam
itu sendiri. Metode dan landasan yang berlaku tersebut merupakan karakteristik
tersendiri dalam kajian keilmuan Islam. Sehingga dari segi katagori wilayah, akan
terlihat jelas perbedaan antara kajian keilmuan timur dengan keilmuan barat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dalam makalah yang sederhana
ini penulis akan berupaya untuk membahasnya sesuai dengan rumusan
permasalahan berikut:
1. Perbedaan antara akal dan wahyu.
2. Klasifikasi ilmu dalam Islam.
3. Ilmu kaumiyah dan ilmu tanziliyah
C. Tujuan Pembahasan
Setiap adanya pembahasan tentu mesti adanya tujuan, maka yang menjadi
tujuan dari pembahasan makalah ini ialah untuk memperoleh pemahaman
terhadap pengertian dan islam dan ilmu pengetahuan.

Islam dan ilmu pengetahuan 1


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Antara Akal Dan Wahyu.


Kedudukan akal dan wah yu dal am Is l am m enemp at i posisi
y a n g s a n g a t t e r h o r m a t , m e l e b i h i agama-agama lain. karena Akal dan
wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk manusia, dialah yang memberikan
perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan kepada sang kholiq, akal
pun harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan budi pekrti yang
sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari baginda
rasulullah SAW. Tidak hanaya itu dengan akal juga manusia bisa menjadi
ciptaan pilihan yang allah amanatkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini,
begitu juga dengan wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian allah yang
sangat luar biasa untuk membimbing manusia pada jalan yang lurus.
Namun dalam menggunakan akal terbatas akan hal-hal bersifat tauhid, karena
ketauhitan sang pencipta tak akan terukur dalam menemukan titik ahir, begitu
pula dengan wahyu sang Esa, karena wahyu diberikan kepada orang-orang
terpilih dan semata-mata untuk menunjukkan kebesaran Allah. Maka dalam
menangani anatara wahyu dana akal harus slalu mengingat bahwa semua itu
karna Allah semata. Dan tidak akan terjadi jika Allah tak mengijinkannya. Hal
tersebut dilakukan untuk mencegah kemusyrikan terhadap allah karena
kesombongannya.
Dalam terminologi Islam, wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu
dinamakan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci yang otentik yang berisi
Firman-firman Tuhan yang disampaikan kepada Nabi SAW melalui perantaraan
malaikat jibril. Segala firman Allah yang terkandung didalam Al quran
kesemuanya diperuntukkan untuk seluruh umat manusia baik dari kalangan orang
yang beriman maupun orang musyrikin, yang hidup semasa dan sepeninggal nabi
muhammmad saw.

Islam dan ilmu pengetahuan 2


Sebagaimana firman Allah, dalam surat At-Taubah ayat 6:

Artinya: “Dan jika seseorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta


perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar
firman Allah (kalam Allah).” (Q.S. At-Taubah:6)
Menurut Nasr Hamid Abu Zaid, seorang ahli tafsir kontemporer,
sebenarnya“wahyu” dalam mengacu kepada Al-Qur’an, tidaklah sebagaimana
dikemukakan di atas, bahkan makna wahyu lebih luas dan mencakup semua teks
yang menunjuk kepada titah Allah kepada manusia. Dari sisi lain, wahyu
menunjuk pada setiap proses komunikasi yang mengandung semacam
“pemberian informasi”, sesuai dengan yang terungkap dalam kamus lisan arab
disebutkan bahwa asal makna wahyu adalah pemberian informasi secara
tersembunyi.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik wahyu, yaitu.
1. Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari Tuhan, dan Nabi
Muhammad bertugas untuk menyampaikan wahyu yang ia terima kepada
seluruh umat manusia yang hidup semasa kenabian dan maupun sesudah
sepeninggalannya, beliau memainkan peranan yang sangat penting dalam
turunnya wahyu tersebut.
2. Wahyu merupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia,
tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam
bentuk umum atau khusus.
3. Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab, dengan gaya bahasa
yang berlaku dikalangan masyarakat.

Islam dan ilmu pengetahuan 3


4. Apa saja yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal
manusia, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal. Hal yang semacam
ini banyak kita temui didalam al qur’an maupun hadits rasulullah saw.

Sedangkan pembahasan tentang akal, sampai sekarang masih berkelanjutan.


Didalam bahasa arab, akal diartikan kecerdasan, lawan kebodohan, dan diartikan
pula dengan hati (qalb), suatu kekuatan yang membedakan manusia dari semua
jenis hewan yang ada dimuka bumi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk
memahami sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami
lingkungannya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan akal adalah
gabungan dari dua pengertian di atas, yang disampaikan oleh ibnu Taimiyah dan
menurut kamus, yakni daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya
terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau
bisa benar.

Berikur adalah fungsi akal, akal memiliki banyak fungsi dalam kehidupan,
antara lain :

1. Sebagai tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.


2. Sebagai alat untuk menemukan solusi ketika permasalahan datang.
3. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.

Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai
mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan
dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal
yang akan dikerjakan tersebut.

Islam dan ilmu pengetahuan 4


Akal dan Wahyu Menurut Aliran-aliran Ilmu Kalam

1. Menurut Mu’tazilah
Menurut Mu’tazilah, fungsi wahyu adalah dibawah fungsi akal.
Mereka lebih memuji akal mereka dibanding dengan ayat-ayat suci dan
hadits-hadits Nabi saw.
2. Menurut Salafiyah
Menurut Salafiyah, fungsi wahyu jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan fungsi akal. Jalan untuk mengetahui aqidah dan hukum-hukum
dalam Islam dan segala sesuatu yang bertalian dengan itu, baik yang pokok
maupun yang cabang, baik aqidah itu sendiri maupun dalil-dalil
pembuktiannya, tidak lain sumbernya ialah wahyu Allah SWT yakni Al-
Qur’an dan juga Hadits-hadiits Nabi SAW sebagai penjelasannya. Apa yang
telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Sunnah Nabi harus
diterima dan tidak boleh ditolak.
Jadi fungsi akal pikiran tidak lain hanya menjadi saksi pembenaran
dan penjelas dalil-dalil Al-Qur’an , bukan menjadi hakim yang mengadili
dan menolaknya.

3. Menurut Asy’ariyah
Menurut Asy’ariyah, fungsi wahyu (Al-Qur’an) dan hadits adalah
sebagai pokok, sedang fungsi akal adalah sebagai penguat Nash-nash wahyu
dan hadits.
4. Menurut Maturidiyah samarkand dan Bukhara
Menurut Maturidiyah, fungsi wahyu dan akal adalah sejajar atau
seimbang. Al-Maturidi mangakui adanya kebaikan dan keburukan terhadap
pada sesuatu perbuatan itu sendiri, dan akal bisa mengetahui kebaikan dan
keburukan sebagai suatu perbuatan.

Islam dan ilmu pengetahuan 5


B. Klasifikasi Ilmu Dalam Islam.
Berdasarkan keterangan yang terdapat di dalam kamus besar bahasa
Indonesia, klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok berdasarkan
standar yang telah ditetapkan. Menurut Towa Hamakonda dan Tairas, klasifikasi
adalah pengelompokkan yang sistematis pada sejumlah objek dan gagasan ke
dalam golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama. Sedangkan ilmu adalah
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu
golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila
dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
Menurut Mohammad Hatta, ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan
yang disistematisasikan, suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dimaknai bahwa ilmu adalah
sesuatu bagian yang perlu diklasifikasikan, agar segenab ruang lingkupnya dapat
ditindaklanjuti dengan baik sesuai dengan tingkatan epistimologi yang
digunakan. Dalam hal ini, kesejatian tindakan seseorang berawal dari ilmu apa
yang ia pelajari, sehingga dapat dikatakan bahwa kesesuian ilmu dengan setiap
masalah akan dapat menghasilkan solusi terbaik. Dengan demikian, tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam malakukan pengklasifikasian ilmu, potensi epistimologi
(wahyu, indera, akal, dan hati) yang ada akan mempengaruhinya. Sehingga
klasifikasi ilmu yang dihasilkan tersebut akan lebih efektif untuk dipelajari.
Berikut klasifikasi ilmu dalam islam :
1. Sumber dan Metode Ilmu
Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia
memiliki arti tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu
dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu
Allah Swt. Tujuan dari semua ilmu dikembangkan berdasarkan Islam ialah
untuk menunjukkan kesatupaduan dan saling berhubungan dari segala yang
ada. Turunnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw, membawa

Islam dan ilmu pengetahuan 6


semangat baru bagi dunia ilmu pengetahuan, memecahkan kebekuan zaman.
Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber-sumber pengetahuan lain
dengan tujuan baru, yakni lahirnya tradisi intel-induktif.
Al-Qur’an menganggap ”anfas” (ego) dan ”afak” (dunia) sebagai
sumber pengetahuan. Allah menumpahkan tanda-tanda-Nya dalam
pengalaman batin dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam memiliki
kapasitas yang sangat luas, pengalaman batin merupakan pengembangan
manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya. Jiwa kebudayaan
Islam yang diarahkan kepada yang konkrit dan terbatas serta yang telah
melahirkan metode observasi dan eksperimen bukanlah sebuah hasil
kompromi dengan pikiran Yunani.
2. Keterbatasan Ilmu
Manusia diberi anugerah oleh Allah dengan alat-alat kognitif yang
alami terpasang pada dirinya. Dengan alat ini manusia mengadakan
observasi, eksperimentasi, dan rasionalisasi.
Keterbatasan ilmu manusia tidak menghilangkan makna ayat-ayat
Allah di alam semesta yang diciptakan agar manusia dapat mengenal
eksistensinya. Makna ayat-ayat Allah tetap relevan mengantarkan manusia
kepada Tauhid dari dahulu hingga sekarang, dari zaman batu hingga zaman
komputer.
3. Ilmu-Ilmu Semu
Banyak orang yang mempelajari ilmu pengetahuan tetapi dirinya
bersikap sekuler. Tak terkesan sedikitpun kecenderungan kepada Islam.
Ilmu-ilmu seperti inilah yang disebut sebagai ilmu yang semu karena tidak
membawa manusia kepada tujuan hakiki.
a. Sikap apriori dari para pencari ilmu dengan tidak meyakini bahwa ajaran
Islam benar-benar dari Allah SWT, dan berguna bagi kehidupan manusia
di dunia ini.

Islam dan ilmu pengetahuan 7


b. Terbelenggunya akal pikiran karena peniruan yang membabi buta
terhadap karya-karya pendahulu (nenek moyang) mereka.
c. Mengikuti persangkaan yang tidak memiliki landasan ilmiah yang kokoh,
hanya bersifat spekulatif belaka.
4. Klasifikasi ilmu
Beberapa tipe klasifikasi telah dihasilkan dengan berbagai aspek
peninjauan dan penghayatan terhadap ilmu-ilmu yang berkemban, diantaranya
klasifikasi oleh Al-Kindi (801 – 873 M), Al-Farabi (870 – 950 M), Al-Ghazali
(1058 – 1111 M), dan Ibn Khaldun (wafat 1406 M).
Pada dasarnya ilmu itu dibagi atas dua bagian besar, yakni ilmu-ilmu
Tanziliyah yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia terkait dengan
nilai-nilai yang diturunkan Allah Swt baik dalam kitab-Nya maupun Hadits-
hadits Rasulullah Saw, dan ilmu-ilmu Kauniyah yaitu ilmu-ilmu yang
dikembangkan akal manusia karena interaksinya dengan alam. Bersumber
pada Al-Qur’an dan Hadits, ilmu-ilmu Tanziliyah telah berkembang
sedemikian rupa ke dalam cabang-cabang yang sangat banyak, diantaranya
Ulumul Qur’an, Ulumul Hadits, Ushul Fiqh, Tarikhulanbiya, Sirah
Nabawiyah, dan lain-lain. Masing-masing ilmu tersebut melahirkan ilmu-
ilmu, seperti dalam Ulumul Qur’an ada ilmu Qiroat, ilmu Asbabun Nuzul,
ilmu Tajwid, dan lain-lainnya.
Bersumber pada ayat-ayat Allah Swt, di alam raya ini akal manusia
melahirkan banyak sekali cabang-cabang ilmu. Ilmu-ilmu yang terkait dengan
benda-benda mati melahirkan ilmu kealaman, terkait dengan pribadi manusia
melahirkan ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora), dan terkait dengan interaksi
antar manusia lahir ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu kealaman melahirkan ilmu
astronomi, fisika, kimia, biologi, dan lainnya. Ilmu-ilmu humaniora
melahirkan psikologi, bahasa, dan lainnya.

Islam dan ilmu pengetahuan 8


C. Ilmu kauniyah dan ilmu tanziliyah.
Ilmu merupakan penuntun hidup manusia, yang menerangi kegelapan dan
kebodohan manusia. Ilmu pada hakikatnya berasal dari Allah. Pada dasarnya
ilmu dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu ilmu tanziliyah dan kauniyah. Ilmu
tanziliyah adalah ilmu yang berkaitandengan nilai-nilai yang diturunkan Allah
SWT, baik dalam kitabnya maupun dalam hadits Rasulullah SAW. Ilmu-ilmu
tanziliyah itu diantaranya : ulum al-quran, ulum al-hadits, usulfiqh, ilmutafsir,
sirah nabawiyah, tarikh al-anbiya, ilmu fiqih dan ilmu kalam. Ilmu kauniyah
adalah ilmu yang di kembangkan oleh akal manusia karena interaksinya dengan
alam. Ilmu kauniyah melahirkan ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu kemanusiaan, dan
ilmu-ilmu sosial. Ilmu tanziliyah berfungsi menuntun jalan kehidupan manusia,
sedangkan ilmu kauniyah menjadi sarana manusia dalam memakmurkan alam.
Menuntut ilmu merupakan ibadah, dimana setiap muslim diperintahkan untuk
mempelajarinya, sesuai dengan kemampuan yang diberikan Allah kepadanya.
Hadits Rasulullah SAW : “menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
muslim.”
Allah SWT telah membekali manusia potensi-potensi yang dapat digunakan
untuk mendapatkan ilmu, firman Allah SWT :

“dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, Dia memberikan pendengaran, penglihatan dan hati
agar kamu bersyukur.” (Q.S An-nahl : 78).

Islam dan ilmu pengetahuan 9


Keutamaan menuntut ilmu sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-
mujadilah ayat 11 :

Artinya : “hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada


mu,’berlapang-lapanglah dalam majlis’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
member kelapangan untuk mu. Dan apabila di katakan kepada mu, ‘berdirilah
kamu’ maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman diantara mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.”
Selain itu berikut beberapa keutamaan menuntut ilmu :
1. Ilmu adalah cahaya
Ilmu yang di sifatkan sebagai cahaya yang membimbing siapa saja
yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan
yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan
mengantarkan seorang hamba menuju keselamatan dunia dan akhirat,
mengeluarkan mereka dari kegelapan, kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan
dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan
seluruh kebaikan. Mempelajari ilmu kauniyah juga menjadi bekal untuk
manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
2. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba di beri kemudahan untuk memahami dan
mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki
kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal

Islam dan ilmu pengetahuan 10


yang diridhai-Nya.Kehidupannya menjadi berarti, masadepannya cemerlang,
dan kenikmatan yang tidak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya.
3. Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah SWT
Dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan menjadikan seorang
hamba yang masuk kedalam kelompok yang akan meraih ridha Allah, dan
selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.
4. Menuntut Ilmu, jalan menuju surga
Disebutkan dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairahra,
bahwaRasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menempuh satu jalan
untuk mendapatkan ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju
surga.” (HR.Muslim)

Islam dan ilmu pengetahuan 11


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara konseptual, istilah wahyu menunjukkan kepada nama-nama yang lebih
populer seperti Al-Kitab, Al-Qur’an, Risalah, dan Balagh.Dalam terminologi
Islam, wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu dinamakan Al-Qur’an.
Sedangkan pembahasan tentang akal, sampai sekarang masih berkelanjutan.
Didalam bahasa arab, akal diartikan kecerdasan, lawan kebodohan, dan diartikan
pula dengan hati (qalb), suatu kekuatan yang membedakan manusia dari semua
jenis hewan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk
memahami sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami
lingkungannya. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan akal adalah
gabungan dari dua pengertian di atas, yang disampaikan oleh ibn Taimiyah dan
menurut kamus, yakni daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya
terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau
bisa benar.

Akal dan Wahyu Menurut Aliran-aliran Ilmu Kalam

1. Menurut Mu’tazilah, fungsi wahyu adalah dibawah fungsi akal. Mereka lebih
memuji akal mereka dibanding dengan ayat-ayat suci dan hadits-hadits Nabi.
2. Menurut Salafiyah, fungsi wahyu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
fungsi akal. Menurut Asy’ariyah, fungsi wahyu (Al-Qur’an) dan hadits adalah
sebagai pokok, sedang fungsi akal adalah sebagai penguat Nash-nash wahyu
dan hadits.
3. Menurut Maturidiyah, fungsi wahyu dan akal adalah sejajar atau seimbang.
Al-Maturidi mangakui adanya kebaikan dan keburukan yang terhadap pada

Islam dan ilmu pengetahuan 12


sesuatu perbuatan itu sendiri, dan akal bisa mengetahui kebaikan dan
keburukan sebagai suatu perbuatan.
Klasifikasi ilmu dalam konteks filsafat islam dapat dilihat dari rumusan
pemikiran yang telah diuraikan oleh para filsuf Islam. seperti klassifikasi ilmu
yang dilakukan oleh Imam Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ikhwanul Al-Shafa’, dan
Ibnu Rusdy. Serta masih banyak pengklasifikasian ilmu yang telah dilakukan
oleh para sarjana-sarjana muslim lainnya yang tidak penulis bahas di dalam
makalah ini.
Ilmu tanziliyah adalah ilmu yang berkaitandengan nilai-nilai yang diturunkan
Allah SWT, baik dalam kitabnya maupun dalam hadits Rasulullah SAW.
Sedangkan ilmu kauniyah adalah ilmu yang di kembangkan oleh akal manusia
karena interaksinya dengan alam. Ilmu kauniyah melahirkan ilmu-ilmu alam,
ilmu-ilmu kemanusiaan, dan ilmu-ilmu sosial.

Islam dan ilmu pengetahuan 13


DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran

Buku teks Pendidikan Agama Islam (FurqonSyarief Hidayatullah, Sag, MPdI)

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta, cetakan kedua,
1986.

Http://jimmygeneh.blogspot.com/2012/07/klasifikasi-ilmu-dalam-islam.html

Ghazali, Adeng Muchtar. 2003, Pengembangan Ilmu Kalam dari Klasik Hingga
Modern, Bandung: Pustaka Setia.

Rifai, Moh, dan Abdul Aziz, 1988. Pelajaran Ilmu Kalam. Semarang: CV.
Wicaksana.

Ilhamuddin, 1997. Pemikiran Kalam Al-Baqillani. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana


Yogya.

Sufriyadi, Dedi. 2010. Pengantar Filsafat Islam: Konsep, Filsuf, dan Ajarannya.
Cet. II. Bandung: Pustaka Setia.

Islam dan ilmu pengetahuan 14

Anda mungkin juga menyukai