Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT ILMU DALAM AL-QUR’AN DAN

HADIS

Dosen Pengampu : BUDI SANTOSO WIBOWO M. Pd. I


Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Tafsir Hadist
dan Tarbawi

Disusun oleh : Kelompok 1


1. Alfiyah islamiyah (12010725925)
2. Ranti Eka Safputry (12010720050)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN KIMIA

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas segala limpahan Nikmat, Rahmat,
Taufik dan Inayah-Nya . Tuhan yang telah menciptakan manusia dan jagat raya ini. Yang
telah menganugerahkan beragam kenikmatan kepada manusia, mengutus Rasul-Nya untuk
manusia, serta memberikan petunjuk kepada manusia.

Shalawat serta Salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah menjalankan Sunnah-sunnahnya
hingga Yaumul Qiyamah.

Syukur Alhamdulillah, pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini,


dan tentunya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Ucapan terimakasih pemakalah sampaikan kepada :
Bapak Budi Santoso Wibowo M.Pd.I selaku Dosen pengampu mata kuliah Tapsir dan
Hadits Tabawi
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan
menjadikan amal shalih bagi kami. Aaamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

Pekan Baru ,12 Maret 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.      Latar Belakang.........................................................................................................................1
B.       Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C.      Tujuan Penulisan......................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................................2
A.  Pengertian ilmu dalam al-Qur’an..................................................................................................2

B. Hakikat ilmu dalam Al-Qur'an........................................................................................................2

C.    Kaitannya Tafsir al-Quran surah al Mujadalah : 11, Thaha: 114, an Naml : 15, al Qashah : 14. 3
D. Hakikat ilmu dalam hadits.............................................................................................................7

E. Keterkaitan Ilmu kimia pada Ayat-ayat Al-Quran...........................................................................8

BAB III....................................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan ...................................................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
          Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju pengetahuan,
semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi
Muhammad SAW. Demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Illahi,
dan membimbing mereka ke jalan yang lururs. Rasulullah menyampakannya kepada para
sahabatnya sebagai penduduk asli arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Jika
terdapat sesuatu yang kurang jelas bagi mereka tentang ayat-ayat yang mereka terima,
mereka langsung menanyakan kepada Rasulullah. Diantara kemurahan Allah terhadap
manusia ialah Dia tidak saja menganugerahkan fitrah yang suci yang dapat membimbingkan
kepada kebaikan bahkan juga dari masa ke masa mengutus seorang Rasul yang membawa
kitab sebagai pedoman hidup dari Allah, mengajak manusia agar beribadah kepada-Nya
semata. Menyampaikan kabar gembira dan memberika peringatan agar tidak ada alasan bagi
manusia untuk membantah Allah setelah datangnya para Rasul.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan ilmu dalam al-Qur’an?

2.    Bagaimana hakikat ilmu dalam al-Qur’an?

3.    Bagiamana kaitannya tafsir al-Qur’an surah al-Mujadalah : 11, Thaha: 114, an Naml : 15,
al-Qashah : 14 ?
C.      Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan pengertian tentang ilmu..

2.     Menjelaskan hakikat ilmu dalam al Qur’an.

3.     Menjelaskan kaitannya tentang hakikat ilmu dari tafsir beberapa surah dalam al Qur’an
(surah al-Mujadalah : 11, Thaha: 114, an-Naml : 15, al-Qashah : 14).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian ilmu dalam al-Qur’an


Menurut Dr. Abdul Hamid, Lc M.Kom.I dalam bukunya Pengantar Studi Al-Qur’an
yang mengutip dari Muhammad Abu Syuhbah, dalam bukunya Al-Madkhalu Ila ‘Ilmi Al-
Qur’an, al-Ilmu dalam bahasa arab berasal dari bentuk kata masdar yang bermakna al-fahmu,
al-ma’rifah, al-idrak, dan al-yakin. Secara terminologi ada tiga pengertian yang dikemukakan
oleh para ulama. Pertama, ilmu adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu. Kedua, yaitu ilmu
pengetahuan tentang Allah dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya seperti sifat-
sifatnya, mengetahui apaapa yang dihalalkan dan yang diharamkannya. Ketiga, yaitu
pengetahuan tentang terungkapnya segala sesuatu yang tersembunyi. Menurut ahli tadwin,
ilmu merupakan kumpulan dari beberapa masalah yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya. Misalnya, ilmu Hadis dan periwayatannya. Ada juga yang
mendefinisikan al-ilmu sebagai al-idrak(penemuan), al-fan (profesi atau keahlian). Sementara
menurut alUtsaimin, ilmu adalah pengetahuan terhadap sesuatu dengan pasti dan yakin.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah
keseluruhan sistem pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu dan sistematis, bisa
dilihat, di rasakan, dan diuji kebenarannya.1
Berbicara tentang ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan al-Qur’an, ada
persepsi bahwa al-Qur’an itu adalah kitab ilmu pengetahuan. Persepsi ini muncul atas dasar
isyarat-isyarat al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dari isyarat tersebut
sebagian para ahli berupaya membuktikannya dan ternyata mendapatkan hasil yang sesuai
dengan isyaratnya, sehingga semakin memperkuat persepsi tersebut.
Jika berangkat dari asumsi dasar bahwa al-Qur’an itu adalah wahyu, sementara wahyu
sangat erat hubungannya dengan masalah jiwa dan perilaku manusia yang dominan bersifat
psikis/psikologis. Dalam hal ini maka hubungan al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan tidaklah
hanya sekedar diukur dengan banyaknya ditemukan ilmu pengetahuan yang berasal dari
penyimpulan ayat, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori ilmiah terhadap isyarat
ayat. Akan tetapi pembahsan tersebut hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat
sesuai dengan kemurnian dan kesucian al-Qur’an.

B.   Hakikat ilmu dalam al-Qur’an

Hakikat Ilmu Dalam al-Qur’an di samping al-Qur’an menekankan penelaahan


terhadap fenomena-fenomena alam dan insani dengan menggunakan indera dan empiris, juga
mengutuhkan penelaahan ini dengan perenungan dan penalaran rasional yang, pada akhirnya,
semua itu jatuh dalam rangkulan agama. Dengan memperhatikan kedalaman dimensi
ketuhanan dari fenomena alam dalam kaitannya dengan kekuatan pencipta, al-Qur’an

1
Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-qur’an.Jakarta: Kencana, Cet-ke.1 h. 6

2
menempatkan ilmu yang diperoleh dari indera, empiris, akal, iman dan takwa sebagai fasilitas
manusia dalam rangka penyempurnaan dan pengembangan diri.
C.    Kaitannya Tafsir al-Quran surah al Mujadalah : 11, Thaha: 114, an Naml : 15, al
Qashah : 14
Dalam membahas tafsir ayat ayat diatas Karen akami belum menguasai syarat dan
caranya maka akan kami uraikan beberapa pandangan tafsir dari para ahli. Sebaimana di
kutip Dr. Abdul Hamid, Lc M.Kom.I dalam bukunya Pengantar Studi Al Quran yang
mengutipa pandangan AzZarqani, AzZarqani mengatakan, bahwa para ulama telah sepakat
untuk menjadi seorang mufasir harus menguasai beberapa bidang keilmuan, di antaranya
ilmu lughah, ilmu nahu, ilmu sharaf, ilmu balaghah, ilmu ushul fiqh, ilmu tauhid, ilmu
asbaabun nuzuul, ilmu sejarah tentang AlQur’an, ilmunasikh wa al mansukh, ilmu Hadis
yang menerangkan tentang mujmal dan mubham, dan juga ilmu khusus yang diberikan oleh
Allah kepada orangorang yang terjaga dari perbuatan maksiat, tidak berbuat bid’ah, menjauhi
dosasosa besar dan juga tidak terlena dengan kemewahan dunia2

1. QS. Al – Mujadalah: 11

۟ ‫ش ُز‬
ُ ‫وا َيرْ َف ِع ٱهَّلل‬ ۟ ‫ش ُز‬
ُ ‫وا َفٱن‬ ۟ ‫ِس َفٱ ْف َسح‬
ُ ‫ُوا َي ْف َس ِح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا قِي َل ٱن‬ ِ ‫ُوا فِى ْٱل َم ٰ َجل‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم َت َف َّسح‬َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
‫ون َخ ِبي ٌر‬ َ ُ‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ ِب َما َتعْ َمل‬ ۟ ‫ِين ُأو ُت‬
ٍ ‫وا ْٱلع ِْل َم دَ َر ٰ َج‬ َ ‫وا مِن ُك ْم َوٱلَّذ‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
َ ‫ٱلَّذ‬

"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam


majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Menurut Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir
negeri Suriah Wahai orang-orang yang dia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya ‫ ﷺ‬jika
dikatakan kepada kalian : berlapang-lapanglah dalam majelis kalian, maka lapangkanlah,
Allah akan melapangkan kalian di dunia dan akhirat. Dan jika dikatakan kepada kalian juga :
Bangkitlah dan berdirilah dari majelis kalian karena sebab di antara sebab; Maka bagi kalian
wajib bersegera melaksanakan perintah dan menjawab agar mendapatkan kebaikan secara
umum; Ketahuilah bahwasanya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan mentauhidkan-Nya, dan yang membenarkan Rasul-Nya ‫ ﷺ‬serta mengikutinya, Allah
akan berikan derajat yang tinggi, dan Allah akan berika derajat keilmuan dan keimanan,
Allah akan angkat derajat kalian di dunia dan di akhirat. Allah Maha Tahu atas seluruh
amalan-amalan kalian, tidak tersembunyi sesuatupun, dan akan dihisab kalian dengan
amalan-amalan kalian, dan dibalas dengannya.3

Dan dari ayat ini kita mengetahui:


1. Para sahabat berlomba-lomba untuk berdekatan dengan tempat duduk Rasulullah
SAW. Untuk mendengarkan pembicaraan beliau, karena pembicaraan beliau mengandung
2
Abdul Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-qur’an.Jakarta: Kencana, Cet-ke.1 h. 159
3
https://tafsirweb.com/10765-quran-surat-al-mujadilah-ayat-11.html

3
banyak kebaikan dan keutamaan yang besar. Oleh karena itu maka beliau mengatakan,
“hendaklah duduk berdekatan denganku orang-orang yang dewasa dan berakal diantara
kamu.”
2. Perintah untuk memberi kelonggaran dalam majlis dan tidak merapatkannya
apabila hal itu mungkin, sebab yang demikian ini akan menimbulkan rasa cinta di dalam hati
dan kebersamaan dalam mendengar hukum-hukum agama.
3. Orang yang melapangkan kepada hamba-hamba Allah pintu-pintu kebaikan dan
kesenangan, akan dilapangkan baginya kebaikan-kebaikan di dunia dan di akhirat.
Ringkasnya, ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan segala
macam kepada kaum muslimin dan dalam menyenangkannya. Apabila kamu diminta untuk
berdiri dari majlis Rasulullah SAW. Maka berdirilah kamu, sebab Rasulullah SAW. Itu
terkadang ingin sendirian guna merencanakan urusan-urusan agama atau menunaikan
beberapa tugas khusus yang tidak dapat ditunaikan atau disempurnakan penunaiannya kecuali
dalam keadaan sendiri. Apabila kamu diminta untuk berdiri dari majlis Rasulullah SAW.
Maka berdirilah kamu, mereka telah menjadikan hukum ini umum sehingga mereka
mengatakan apabila pemilik majlis mengatakan kepada siapa yang ada di majlisnya,
“berdirilah kamu” maka sebaiknya kata-kata itu diikuti. Allah meninggikan orang-orang
mukmin dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan perintah Rasul, khususnya orang yang
berilmu diantara mereka derajat-derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat-tingkat
keridhaan. Ringkasnya, sesungguhnya wahai orang mukmin apabila salah seorang diantara
kamu memberikan kelapangan bagi saudaranya ketika saudaranya itu datang atau jika ia
disuruh keluar lalu ia keluar, maka hendaklah ia tidak menyangka sama sekali bahwa hal itu
mengurangi haknya. Bahwa yang demikian merupakan peningkatan dan penambahan bagi
kedekatannya di sisi Tuhannya. Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan yang demikian itu
tetapi dia akan membalasnya di dunia dan di akhirat. Sebab barang siapa yang tawadu’
kepada perintah Allah maka Allah akan mengangkat derajat dan menyiarkan namanya. Allah
mengetahui segala perbuatanmu. Tidak ada yang samar bagi-Nya, siapa yang taat dan siapa
yang durhaka diantara kamu. Dia akan membalas kamu semua dengan amal perbuatanmu.
Orang yang berbuat baik dibalas dengan kebaikan dan orang yang berbuat buruk akan
dibalas-Nya dengan apa yang pantas baginya atau diampuninya.

2. QS. Toha: 114

َ ‫ض ٰ ٓى ِإلَي‬
ْ ‫ْك َوحْ ُيهُۥ ۖ َوقُل رَّ بِّ ِز ْدنِى‬
‫عِلمًا‬ َ ‫ان مِن َقب ِْل َأن ُي ْق‬ ُ ِ‫َف َت ٰ َعلَى ٱهَّلل ُ ْٱل َمل‬
ِ ‫ك ْٱل َح ُّق ۗ َواَل َتعْ َج ْل ِب ْٱلقُرْ َء‬

Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-
gesa membaca Al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan
Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Menurut Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
114. Ketika Allah menyebutkan keputusan pembalasan-pembalasanNYa pada para hambaNya dan
ketetapan perintah agamaNya yang Allah turunkan di dalam KItabNya, -realita ini termasuk bagian

4
dari implikasi kekuasaanNya-, Allah berfirman, “Maka Maha Tinggi Allah,” maksudnya Mahabesar,
berada di ketinggian, suci dari segala kekurangan dan kerusakan. “Raja”, yang kepemilikan kerajaan
menjadi ciriNya, dan semua makhluk adalah budak-budakNya. Ketetapan hukum-hukum kekuasaan
qadari maupun syar’iNya berlaku pada mereka. “Yang sebenar-benarnya,” maksudnya wujudNya,
kerajaanNYa, dan kesempurnaanNYa benar-benar haq. Sifat-sifat kesempurnaan tidaklah hakiki
kecuali bagi Dzat Yang Memiliki keagungan. Termasuk hal itu adalah kepemilikan kekuasaan.
Sesungguhnya selainNYa dari kalangan makhluk, walaupun mempunyai kekuasaan pada waktu-
waktu tertentu yang meliputi sebagian aspek, akan tetapi kekuasaannya adalah kekuasaan yang
pendek, batil lagi akan sirna. Adapun (kekuasaaan) Allah, maka akan tersu eksis dan tidak musnah,
karena Diia Raja, Yang Mahahidup, Maha menangani yang lain lagi Mahaagung. “Dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca al-Quran sebelum wahyunya disampaikan (secara sempurna)
kepadamu,” maksudnya janganlah engkau bersegera untuk menangkap al-Quran ketika Jibril sedang
membacakannya kepadamu. Bersabarlah sampai dia menuntaskannya. Jika sudah selesai, maka
bacalah. Sesungguhnya Allah telah menjamin pengumpulannya bagimu di dadamu dan dalam bacaan
al-Quranmu. Seperti yang difirmankan Allah, "Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca)
Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah
penjelasannya." (Al-Qiyamah:16-19). Ketika ketergesaan dan kesegeraan beliau untuk menerima
wahyu menunjukkan kecintaan beliau yang utuh kepada ilmu dan keantusiasan untuk menguasainya,
maka Allah memerintahkan beliau untuk meminta tambahan ilmu. Sesungguhnya ilmu itu baik, dan
banyak kebaikan itu dituntut, kebaikan itu berasal dari Allah, dan jalan menuju ke sana adalah melalui
ketekunan, kerinduan kepada ilmu, memohon dan meminta pertolongan kepadaNya serta duduk
bersimpuh kepadaNya di setiap waktu. Bisa di ambil pelajaran dari ayat yang mulia ini, mengenai
etika dalam menerima ilmu, bahwa orang yang mendengarkan ilmu seyogyanya perlahan-lahan dan
bersabar, sampai pendikte dan pengajar selesai dari penjelasannya yang saling berkaitan. Jika ia sudah
selesai darinya, pencari ilmu menanyakan (nya) bila dia punya pertanyaan. Janganlah dia bersegera
bertanya dan memotong keterangan orang yang mengajar. Sesungguhnya sikap ini penyebab
terhalangi (dari menguasai ilmu). Demikian juga orang yang ditanya, seharusnya ia meminta
penjelasan lebih lanjut tentang pertanyaan penanya dan melacak maksudnya sebelum menjawab.
Sesungguhnya sikap ini menjadi penyebab ketepatan dalam menjawab dengan benar 4

3. QS. An Naml : 15

َ ‫ِير مِّنْ عِ َبا ِد ِه ْٱلمُْؤ ِمن‬


‫ِين‬ َّ ‫َولَ َق ْد َءا َت ْي َنا دَ اوُ ۥدَ َو ُسلَ ْي ٰ َم َن عِ ْلمًا ۖ َو َقااَل ْٱل َحمْ ُد هَّلِل ِ ٱلَّذِى َف‬
ٍ ‫ضلَ َنا َعلَ ٰى َكث‬

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman;
dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari kebanyakan
hamba-hambanya yang beriman".

4
https://tafsirweb.com/5356-quran-surat-thaha-ayat-114.html

5
 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah Allah mengabarkan Dia telah memberikan kepada Nabi-Nya Dawud dan anaknya
(Sulaiman) ilmu yang banyak serta hikmat dan kekuasaan, maka mereka berdua amalkan
ilmu tersebut dan memuji kepada Allah dengan rasa syukur atas pemuliaan-Nya dan karunia
bagi keduanya atas para makhluk di zaman mereka berdua. Ayat ini menunjukkan atas
kemulian ilmu dan tingginya kedudukan pemiliknya5.

4. QS.al-Qashash: 14

َ ‫ش َّدهُۥ َوٱسْ َت َو ٰ ٓى َءا َت ْي ٰ َن ُه ح ُْكمًا َوعِ ْلمًا ۚ َو َك ٰ َذل َِك َنجْ ِزى ْٱلمُحْ سِ ن‬
‫ِين‬ ُ ‫َولَمَّا َبلَ َغ َأ‬

Artinya: “Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan ke-
padanya Hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah Kami memberi Balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Penjelasan Ayat;
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah Ketika Musa sampai pada usia remaja dan baligh serta memiliki kekuatan, akal dan
sampai pada puncak usia; Allah berikan kepada Musa hikmah yaitu berupa kenabian, Allah
berikan juga ilmu. Allah kemudian menjelaskan bahwa Allah akan memberi ganjaran kepada
orang-orang yang ikhlas di antara hamba-hamba-Nya dengan balasan yang terbaik6.
Dalam surat al Qashash menyatakan bahwa janji Allah benar. Seperti Allah
menjnjikan kepada ibu Musa a.s bahwa Dia akan mengmbalikan anaknya dan akan
menjadikannya salah satu seorang rasul. Ayat diayat diatas menegaskan bahwa dan setelah
dia mencapai kemantapan umurnya dan sempurna jasmani dan rohaninya, kami anugrahkan
hikmah yakni kenabian atau kearifan, atau amal ilmiyah dan pengetahuan, yakni ilmu
amaliyah. Dan demikian kami membalas al- muhsinin, yakni orang-orang yang selalu berbuat
baik.
Cukup umur bermakna sempurnanya kekuatan tubuhnya. Dan, sempurna akalnya
bermakna kematangan anggota tubuh dan akalnya hal itu biasanya terjadi pada usia tiga
puluh tahun. Apakah musa masih berada di istana Firaun, sebagai anak asuh dan anak adopsi
firaun dan istrinya hingga ia mencapai usia ini? Ataukah Musa berpisah dengan keduanya
dan meninggalkan istana, karena hatinya tidak tenang hidup di kondisi seperti itu, yang tidak
dapat dinikmati oleh jiwa orang-orang yang terpilih oleh Allah seprti Musa?
Apalagi setelah ibunya memberitahukannya tentang siapa jati dirinya, siapakah
kaumnya, dan apa agamanya. Sementara ia menyaksikan kaumnya ditimpa pelbagai
penganiayaan, kedzaliman, kekejiana, dan penghinaan. Ia juga melihat bentuk kerusakan
yang paling buruk daan menyimpang ditengah kerajaan Firaun itu. Kita tidak memiliki dalil
tentang hal itu. Namun konteks kejadian-kejadian setelah itu memberikan kesan, seperti apa

5
https://tafsirweb.com/6879-quran-surat-an-naml-ayat-15.html
6
https://tafsirweb.com/7064-quran-surat-al-qashash-ayat-14.html

6
yang kita baca nanti. Dan, komentar atas anugerah hikmah dan ilmu yang diberikan Allah
kepada Musa.

D. Hakikat ilmu dalam hadits

Hakikat ilmu adalah telahan tentang : Siapa (objek) yang dikaji oleh ilmu-ilmu
(Ontologi). Cara bagaimana ilmu diperoleh (Epistemologi) dan atau bagaimana ilmu
dipergunakan (Aksiologi) menjelajah dunia empirik (pengalaman) tanpa batas, sejauh dapat
ditangkap oleh panca indera. Adapun sejatinya tumbuhan yang melekat pada kromosomyang
akan melahirkan unsur-unsur seperti akar, batang, dan daun yang akan berhubungan dengan
manusia serta dapat merangkum kepada keyakinan kepada Allah SWT.7
Beberapa Hakikat ilmu dalam hadits sebagai berikut :
1. “Seandainya dunia sebanding dengan satu sayap sayap lalat di sisi Allah, niscaya Dia tidak
akan memberikan seteguk air pun bagi seorang kafir” (HR. At-Tirmidzi, dia berkata, “Hadits
hasan shahih”.
2 Sebagaimana firman Allah Ta’ala : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(QS. Al-Mujadilah: 11).
3. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Menuntut ilmu itu wajib (hukumnya) atas
setiap muslim” (Shahihul Jami’ 3913).8
4. Sebagaimana hadits riwayat Muslim dan Tirmidzi yang berbunyi : "Siapa yang menempuh
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR
Muslim, no. 2699). Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada
di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).

E. Keterkaitan Ilmu kimia pada Ayat-ayat Al-Quran

*Unsur-unsur atau elemen yang terdapat pada sesuatu kejadian


"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya
sungguh ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan. '[Al-Baqarah:74]
"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya Hanya tumbuh merana. Demikianlah kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur." [Al-A'raaf:58]

*Unsur kimia di dalam madu petunjuk kepada kekuasaan Allah merubah struktur, sifat dan
kegunaan berbagai unsur.

7
Mulyadi,Kartanegara, Melayani Lubuk Tasawuf, (Jakarta:Penerbit Erlangga,2006), hal.72.
8
https://muslim.or.id/9888-hakikat-ilmu.html
7
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", Kemudian makanlah dari
tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan
(bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan. "[An-Nahl:68-69.]
Rasulullah SAW bersabda di dalam Al-Qur'an QS. An-Nahl ayat 144 yang berbunyi : "
Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan" [QS. An-Nahl:144].
Dengan kata lain keterkaitan kimia dalam hakikat ilmu yaitu berupa adanya penerapan atau
penggunaan bahan kimia yang sewajarnya yang ditentukan Al-Qur'an dan hadits yaitu dalam
mengatur penggunaan bahan kimia yang berupa senyawa alcohol.
Keterkaitan lain mengenai hakikat ilmu dengan kimia bisa kita lihat melalui
penggunaan bahan kimia baik itu yang berbahaya ataupun yang tidak berbahaya bagi manusia
itu sendiri. Contohnya penggunaan metode sintesis dalam menghasikan sebuah zat yang tidak
berpengaruh bagi lingkungan dengan kata lain dapat menjaga lingkungan dan masyarakat
banyak. 9

BAB III
PENUTUP

9
Fatimah,iIs.Refleksi Nilai-Nilai Keislamn Pada Perkembangan dan Aplikasi Ilmu Kimia.(Yogyakarta,Cetakan 1
Universitas Islam Indonesia,2017),Hal.6

8
A.    Kesimpulan

Al-Ilmu dalam bahasa arab berasal dari bentuk kata masdar yang bermakna al-fahmu,
al-ma’rifah, al-idrak, dan al-yakin. Secara terminologi ada tiga pengertian yang dikemukakan
oleh para ulama. Pertama, ilmu adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu. Kedua, yaitu ilmu
pengetahuan tentang Allah dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya seperti sifat-
sifatnya, mengetahui apaapa yang dihalalkan dan yang diharamkannya. Ketiga, yaitu
pengetahuan tentang terungkapnya segala sesuatu yang tersembunyi. Menurut ahli tadwin,
ilmu merupakan kumpulan dari beberapa masalah yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya. Misalnya, ilmu Hadis dan periwayatannya. Ada juga yang
mendefinisikan al-ilmu sebagai al-idrak(penemuan), al-fan (profesi atau keahlian). Sementara
menurut alUtsaimin, ilmu adalah pengetahuan terhadap sesuatu dengan pasti dan yakin.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah
keseluruhan sistem pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu dan sistematis, bisa
dilihat, di rasakan, dan diuji kebenarannya.Hakikat Ilmu Dalam al-Qur’an Dalam proposal
komprehensif ilmu pengetahuan, di samping al-Qur’an menekankan penelaahan terhadap
fenomena-fenomena alam dan insani dengan menggunakan indera dan empiris, juga
mengutuhkan penelaahan ini dengan perenungan dan penalaran rasional yang, pada akhirnya,
semua itu jatuh dalam rangkulan agama. Dengan memperhatikan kedalaman dimensi
ketuhanan dari fenomena alam dalam kaitannya dengan kekuatan pencipta, al-Qur’an
menempatkan ilmu yang diperoleh dari indera, empiris, akal, iman dan takwa sebagai fasilitas
manusia dalam rangka penyempurnaan dan pengembangan diri. Definisi yang dipilih oleh
Murtadha Muthahari untuk esensi ilmu dalam pandangan al-Qur’an adalah mengenal ayat
yang, atas dasar itu, seluruh alam merupakan ayat dan tanda kebesaran Allah SWT. Allamah
Ja’fari mengenalkannya dengan nama “pengetahuan pengingat”. Dengan demikian, ilmu
pengetahuan dalam al-Qur’an telah membuka jalan menyingkap ayat dan kesan-kesan Ilahi
dengan mengajak manusia untuk menelaah sejarah, alam, dan dirinya sendiri.

B.     Kritik & Saran


Kami menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang kami miliki, maka kami
mengharap atas kritikan dan saran para pakar dibidang menulis lebih-lebih terhadap Bapak
Budi Santoso Wibowo M.Pd. selaku pemegang atau yang diberikan tugas makalah ini, Itu
semua demi untuk mengembangkan kemampuan dan semangat kami Dan menjadi bahan
acuan agar kami bisa memperbaikinya dikemudian hari.

  DAFTAR PUSTAKA

9
Akar-akar Pendidikan Dalam al Qur’an dan Hadits. Bandung: Pustaka Umat
Meyheriadi. (2011).
Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana. Al Qaththan, Manna.
Pengantar Studi Ilmu al Qur’an. Jakarta: Pustala al Kautsar Rosidin, Dedeng. (2003).
Fatimah,iIs.Refleksi Nilai-Nilai Keislamn Pada Perkembangan dan Aplikasi Ilmu
Kimia.(Yogyakarta,Cetakan 1 Universitas Islam Indonesia,2017).
Munir, Ahmad. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Teras. 2007. Pandangan al Qur’an
Tentang Ilmu dan Teknologi. 
http://meyheriadi.blogspot.com/2011/02/pandangan-al-quran-tentang-ilmu-dan.
html [27 Februari 2012] Nasiri, Mustafa. (2012).
Esensi Ilmu Dalam Pandangan al Qur’an.
http://www.taqrib.info [27 Februari 2012] Meyheriadi. (2011).
https://muslim.or.id/9888-hakikat-ilmu.html
Mulyadi,Kartanegara, Melayani Lubuk Tasawuf, (Jakarta:Penerbit Erlangga,2006)

10

Anda mungkin juga menyukai