Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

"TAFSIR AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA"

Dosen Pengampu : Drs. H. Sunardi, M.Pd.

Disusun oleh :

M. Miftah fauzi : 21221011250

Njumsari : 21221011251

Susi Susanti : 21221011230

UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas kami ucapkan selain ucapan alhamdulillah, atas segala
nikmat dan karunia yang telah Allah limpahkan kepada kami baik nikmat iman,
islam, maupun sehat wal afiat sehingga dalam keterbatasan waktu, tenaga dan fikiran,
kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi agung, Nabi Muhammad SAW. Kepada
keluarga, sahabat, dan kita sebagai ummat nya yang semoga mendapat syafaat beliau
di akhir kelak.Amin.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Alhamdulillah makalah yang berjudul “TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG
HUBUNGAN ANTAR AGAMA“ Dosen pengampu : Drs. H. SunardI, M.pd. dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran serta kritik yang bersifat perbaikan dari
para pembaca dan sangat kami harapkan. Hal itu akan menjadi pertimbangan dalam
perbaikan makalah ini pada kesempatan – kesempatan mendatang.

Alhamdulillah, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan andil dan
manfaat bagi kita semua. Semoga Allah swt senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua.Aamiin..

Kuningan, 26 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................2

A. al- mumtahanah ayat 7-9 .......................................................................................2

B. al- baqoroh ayat 120, 139, 212...............................................................................7

C. al-imran ayat 64 ...................................................................................................14

D. al- kafirun ayat 1-5 ............................................................................................18

BAB III........................................................................................................................23

PENUTUP...................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang diketahui, bahwa Indonesia adalah negara yang


majemuk. Hal itu dapat dibuktikan dari berbagai macam keanekaragaman
budaya yang dimili oleh bangsa Indonesia. Keanekaragaman tersebut antara
lain meliputi, suku, bangsa, bahasa, ras, termasuk didalamnya agama.
Keanekaragaman ini ibarat dua sisi mata pedang, disisi lain ia bisa menjadi
aset berharga untuk bangsa Indonesia, namun disisi lain, ia justru bisa
ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Di Indonesia tak jarang peristiwa-peristiwa anarkis muncul akibat


perbedaan-perbedaan tersebut. Seperti konflik-konflik dalam beragaman
seringkali diselesaikan yang tidak dewasa dan rentan terhadap sikap
anarkisme. Disinilah letak peran pentingnya letak ajaran agama sebagai
kontrol sosial terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Agama Islam khususnya melalui kitab sucinya
Alquran telah mengatur pola hubungan antarumat beragama, seperti yang
akan dijelaskan melalu beberapa ayat berikut ini.

B. Rumusan Masalah
1. AL-MUMTAHANAH AYAT 7-9
2. AL-BAQOROH AYAT 120, 139, 212
3. AL-IMRAN AYAT 64
4. AL-KAFIRUN AYAT 1-5

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Tafsir.

1
BAB II
PEMBAHASAN
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA

A. AL-MUMTAHANAH AYAT 7-9


1. TEKS AYAT
۞ ٧ ‫َع َسى هّٰللا ُ اَ ۡن ي َّۡج َع َل بَ ۡينَ ُكمۡ َوبَ ۡينَ الَّ ِذ ۡينَ عَاد َۡيتُمۡ ِّم ۡنهُمۡ َّم َو َّدةً ؕ َوهّٰللا ُ قَ ِد ۡي ٌرؕ َوهّٰللا ُ َغفُ ۡو ٌر َّر ِح ۡي ٌم‬

ؕ ۡ‫طُ ۡۤوا اِلَ ۡي ِهم‬s ‫رُّ ۡوهُمۡ َو تُ ۡق ِس‬ssَ‫ار ُكمۡ اَ ۡن تَب‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫اَل يَ ۡن ٰهٮ ُك ُم ُ َع ِن الَّ ِذ ۡينَ لَمۡ يُقَاتِلُ ۡو ُكمۡ فِى الد ِّۡي ِن َولَمۡ ي ُۡخ ِرج ُۡو ُكمۡ ِّم ۡن ِدي‬
٨ َ‫اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ۡال ُم ۡق ِس ِط ۡين‬
ٓ ۡ s‫د ِّۡي ِن َواَ ۡخ َر ُج‬s ‫اتَلُ ۡو ُكمۡ فِى ال‬ssَ‫ا يَ ۡن ٰهٮ ُك ُم هّٰللا ُ َع ِن الَّ ِذ ۡينَ ق‬ss‫اِنَّ َم‬
ِ ‫ َر‬s‫اهَر ُۡوا ع َٰلى اِ ۡخ‬ssَ‫ار ُكمۡ َوظ‬s
‫اج ُكمۡ اَ ۡن‬ ِ sَ‫و ُكمۡ ِّم ۡن ِدي‬s
ٰ ‫ولٓٮكَ هُم‬
٩ َ‫الظّلِ ُم ۡون‬ ٰ
ُ ِٕ ُ ‫ت ََولَّ ۡوهُمۡ ۚ َو َم ۡن يَّتَ َولَّهُمۡ فَا‬
2. TARJAMAH AYAT
(7) Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu
dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Allah maha
kuasa. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

(8) Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-oranng yang tidak memerangimu dalam urusan Agama dan tidak
mengusir kamu dari kampunghalamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil

(9) Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka


sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan
agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu

2
(orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai
kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim.

3. MUFRADAT
‫ مودة‬: kasih sayang

‫ عا ديتم‬: kamu musuhi

‫ قاتلو كم‬: (mereka ) memerangi kamu

‫ واخر جو كم‬: dan mengusir atau mengeluarkanmu

‫ ديا ركم‬: kampung halamanmu

‫ و ظا هروا‬: dan mereka membantu

‫ تولوهم‬: kamu menjadikan mereka sebagai kawan

‫ الظا لمون‬: Orang- orang yang dzalim

4. MAKNA IJMALI
Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang beriman menaruh harapan
kepada Allah untuk mengubah kebencian dengan kasih sayang. Mudah-
mudahan Allah menimbulkan kasih sayang yang tulus dan bersemi di
antara kamu, orang-orang beriman dengan orang-orang yang pernah kamu
musuhi di antara mereka, orang-orang kafir. Allah Mahakuasa mengubah
benci menjadi cinta dan permusuhan menjadi persahabatan. Dan Allah
Maha Pengampun kepada yang tobat dari dosa-dosanya, Maha Penyayang
kepada hamba yang taat kepada-Nya.

5. ASBAB AL-NUZUL
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa sesungguhnya ayat ini
diturunkan berkenaan dengan Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb, karena
sesungguhnya Rasulullah Saw. mengawini putrinya, maka hal inilah yang

3
menjadi penyebab terjalinnya kasih sayang antara Abu Sufyan dan beliau
Saw. Tetapi pendapat yang dikemukakan oleh Muqatil ini masih perlu
diteliti, mengingat Rasulullah Saw. mengawini Ummu Habibah binti Abu
Sufyan sebelum penaklukan kota Mekah, sedangkan Abu Sufyan baru
masuk Islam hanyalah sesudah malam penaklukan Mekah, tanpa ada
seorang ulama pun yang memperselisihkannya.

Pendapat yang lebih baik adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Hatim yang mengatakan bahwa telah membacakan kepadaku Muhammad
ibnu Aziz, telah menceritakan kepadaku Salamah, telah menceritakan
kepadaku Aqil, telah menceritakan kepadaku Ibnu Syihab, bahwa
Rasulullah Saw. mengangkat Abu Sufyan alias Sakhr ibnu Harb sebagai
'amil untuk sebagian negeri Yaman. Ketika Rasulullah Saw. wafat, ia
datang, dan di tengah jalan bersua dengan Zul Khimar yang murtad. Maka
Abu Sufyan memeranginya, dan dia adalah seorang yang mula-mula
berperang melawan orang-orang yang murtad dan berjihad membela
agama Islam. Ibnu Syihab mengatakan bahwa Abu Sufyan termasuk orang
yang berkenaan dengan turunnya firman Allah Swt. yang mengatakan:
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan
orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. (Al-Mumtahanah: 7),
hingga akhir ayat.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Ibnu Abbas, bahwa Abu
Sufyan pernah berkata, "Wahai Rasulullah, berikanlah kepadaku tiga
perkara." Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Abu Sufyan berkata,
"Perintahkanlah kepadaku untuk memerangi orang-orang kafir,
sebagaimana aku dahulu memerangi kaum muslim." Nabi Saw.
menjawab, "Ya." Abu Sufyan berkata, "Kumohon engkau jadikan
Mu'awiyah sebagai juru tulismu." Nabi Saw. menjawab, "Ya." Abu
Sufyan berkata, "Aku mempunyai anak perempuan yang merupakan

4
wanita Arab yang paling cantik dan paling baik, yaitu Ummu Habibah
binti Abu Sufyan. Sekarang kunikahkan engkau dengannya," hingga akhir
hadis.

6. TAFSIR AYAT
TAFSIR AYAT 7 :

Allah SWT. Berfirman kepada hamba-hambaNya yang beriman


sesudah memerintahkan mereka agar memusuhi orang-orang kafir. Dalam
ayat 7 surat al-mumtahanah menerangkan yakni rasa kasih sayang sesudah
kebencian, dan rasa simpati sesudah antipati, dan kerukunan sesudah
berpecah belah, dan Allah SWT Maha Kuasa atas semua yang di
kehendakiNya seperti menyatukan di antara berbagai hal yang
bertentangan, berbeda, dan bertolak belakang. Maka Allah menjadikan
hati mereka menjadi rukun sesudah pemusuhan dan kekerasan, sehingga
jadilah mereka bersatu dan hidup dengan rukun, seperti yang di sebutkan
dalam Firman Allah mengenai anugerah yang telah di berikanNya kepada
orang-orang Anshar : dalam surat Al-Imran ayat 103:

‫فَا‬s‫ا َو ُك ْنتُ ْم ع َٰلى َش‬sۚ sً‫ه اِ ْخ َوان‬s ْ َ ‫وْ بِ ُك ْم فَا‬ssُ‫َو ْاذ ُكرُوْ ا نِ ْع َمتَ هّٰللا ِ َعلَ ْي ُك ْم اِ ْذ ُك ْنتُ ْم اَ ْعد َۤا ًء فَاَلَّفَ بَ ْينَ قُل‬
ٓ ٖ sِ‫بَحْ تُ ْم بِنِ ْع َمت‬s‫ص‬
ِ َّ‫ۗ ُح ْف َر ٍة ِّمنَ الن‬
‫ار فَا َ ْنقَ َذ ُك ْم ِّم ْنهَا‬

Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah)
bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-
Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. ( al- imran : 103
).

Hal yang sama dikatakan oleh Nabi Muhammad melalui Sabda nya :

‫ و كنثم مثفر قين فا لفكم هللا بي ؟‬, ‫الم اجد كم ضالال فهدا كم هللا بي‬

5
Artinya : Bukankah aku menjumpai kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah
memberi kalian petunjuk dengan melalui ku, dan dahulu kalian dalam
keadaan berpecah belah, lalu Allah merukunkan kalian dengan melaluiku?

Kemudian firman Allah : ‫ ( و هللا غفور الرحيم‬dan Allah Maha Pengampun


lagi Maha Penyayang ) al-mumtahanah : 7

Yaitu mengampuni kekufuran orang-orang yang kafir bilamana


mereka bertobat dari kekafirannya, lalu kembali ke jalan Allah SWT, dan
bererah diri kepadaNya. Dan Allah adalah yang Maha Pengampun DAN
lagi Maha Penyayang kepada semua orang yang bertobat kepadaNya dari
dosa apapun.

TAFSIR AYAT 8 :

Yakni mereka tidak membantu ( orang-orang ) untuk memerangi dan


mengusirmu. Dengan kata lain, dapat di sebutkan bahwa Allah tidak
melarang kamu menjalin hubungan baik dengan orang-orang kafir yang
tidak memerangimu karena agama, seperti kaum wanita dan orang lemah
dari mereka, dan berbuat baik dan adil terhadap mereka. Karena Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Imam Ahmad mengatakan, yang di kutip dari hadits Nabi, bahwa


Asma binti Abu bakar menceritakan, “ ibuku datang, sedangkan dia masih
dalam keaaan musyrik di masa terjadinya perjanjian perdamaian dengan
orang-orang Quraisy. Maka aku datang kepada Nabi dan bertanya : “
wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku datang, ingin berhubugan dengan
diriku, bolehkah aku berhubungan dengannya ?” Nabi SAW Bersabda, “
ya, bersilaturrahmilah kepada ibumu “.

TAFSIR AYAT 9 :

6
Yakni sesungguhnya Allah hanya melarang kamu berhubungan
dengan mereka yang memusuhimu dan memerangimu serta mengusirmu
dan orang-orang yang membantu mereka mengusirmu. Allah SWT,
melarang kamu berteman dengan mereka dan memerintahkan kepada
kamu untuk memusuhi mereka. Kemudian Allah SWT menguatkan
ancamanNya bagi orang yang tetap mau berteman dengan mereka melalui
Firman Allah STW :

ٰ ‫ك هُم‬
٩ َ‫الظّلِ ُم ۡون‬ ٓ ٰ ُ ‫وم ۡن يَّتَولَّهُمۡ فَا‬
ُ َ ‫ول ِٕٮ‬ َ َ َ

Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah


orang-orang yang zalim ( almumtahanah : 9 )

Semakna dengan apa yang di sebutkan oleh Firman Allah dalam ayat lain :

ٗ‫ َولَّهُ ْم ِّم ْن ُك ْم فَاِنَّه‬sَ‫ْض َو َم ْن يَّت‬ ۤ ُ ‫ا َء ۘ بَع‬sۤ sَ‫ ٰ ٓرى اَوْ لِي‬s‫ص‬


ٰ َّ‫وْ َد َوالن‬ssُ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَتَّ ِخ ُذوا ْاليَه‬
ٍ ۗ ‫ا ُء بَع‬ssَ‫هُ ْم اَوْ لِي‬s‫ْض‬
ٰ ‫م ْنهُم ۗ ا َّن هّٰللا اَل ي ْهدى ْالقَوْ م‬
َ‫الظّلِ ِم ْين‬ َ ِ َ َ ِ ْ ِ

51. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang


Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain
saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka
teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh,
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

B. AL- BAQOROH AYAT 120, 139, 212

A. TEKS AYAT

َ‫دَى َولَِئ ِن اتَّبَعْت‬sُ‫و ْاله‬s َ َّ‫و ُد َوال الن‬ssُ‫ك ْاليَه‬


َ sُ‫دَى هَّللا ِ ه‬sُ‫لْ ِإ َّن ه‬ssُ‫ َع ِملَّتَهُ ْم ق‬sِ‫ا َرى َحتَّى تَتَّب‬s‫ص‬ َ s‫ى َع ْن‬s‫ض‬
َ ْ‫َولَ ْن تَر‬
‫ير‬
ٍ ‫ص‬ َ َ‫ك ِمنَ ْال ِع ْل ِم َما ل‬
ِ َ‫ك ِمنَ هَّللا ِ ِم ْن َولِ ٍّي َوال ن‬ َ ‫َأ ْه َوا َءهُ ْم بَ ْع َد الَّ ِذي َجا َء‬
(al-baqoroh ayat 120 )

7
َ‫قُلْ َأتُ َحاجُّ ونَنَا فِي هَّللا ِ َوهُ َو َربُّنَا َو َربُّ ُك ْم َولَنَا َأ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم َأ ْع َمالُ ُك ْم َونَحْ نُ لَهُ ُم ْخلِصُون‬
( al-baqoroh ayat 139 )

ُ ‫رْ ُز‬ssَ‫ ِة َوهَّللا ُ ي‬s‫ُزيِّنَ لِلَّ ِذينَ َكفَرُوا ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا َويَ ْس َخرُونَ ِمنَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوالَّ ِذينَ اتَّقَوْ ا فَوْ قَهُ ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم‬
‫ق‬
ٍ ‫َم ْن يَ َشا ُء بِ َغي ِْر ِح َسا‬
‫ب‬
( al-baqoroh ayat 212 )

B. TARJAMAH
120. Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu
(Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.
139. Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu hendak berdebat dengan
kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu.
Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya
kami dengan tulus mengabdikan diri.
212. Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-
orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman.
Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari
Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki
tanpa perhitungan.
C. MUFRADAT
‫ َأ ْه َوٓا َءهُم‬: Kemauan mereka
‫ هُدَى‬: ptunjuk
‫ َأ ْه َوٓا َءهُم‬: kemauan mereka
َ‫ ٱتَّبَعْت‬: kamu mengikuti
‫ َأتُ َحٓاجُّ ونَنَا‬: apakah kamu akan memeperdebatkan kami
‫ َأ ْع ٰ َملُنَا‬: amalan kami
َ‫ ُم ْخلِصُون‬: orang-orang yang mengikhlaskan hati
‫ بَيِّنَ ۗ ٍة‬: yang nyata
ْ‫ يُّبَدِّل‬: menukar

8
ِ ‫د ْال ِعقَا‬sُ ‫ َش ِد ْي‬: sangat keras hukumannya
‫ب‬

D. MAKNA IJMALI
Kehidupan dunia dijadikan oleh Allah terasa indah dalam pandangan
orang-orang yang kafir Mekah. Mereka sangat mencintai dunia dan
berlomba-lomba mencari kesenangan dunia sehingga lupa kepada akhirat,
dan mereka terus-menerus menghina orang-orang yang beriman, seperti
Bilal, suwahaib, dan lainnya karena kefakiran mereka. Mereka terus saja
berbuat demikian padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas
mereka pada hari Kiamat. Mereka berada di surga sedangkan orang kafir
itu berada di neraka. Dan Allah memberi rezeki baik di dunia maupun
akhirat kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada
mereka bahwa kami hanya mengikuti agama Nabi Ibrahim. Kini, pada
ayat ini, Nabi Muhammad diperintahkan untuk mendebat mereka.
Katakanlah, “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang keesaan
dan kemahasempurnaan Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Kita sama-sama menyembah-Nya dan kita pun tidak bisa
menghindar dari ketetapanNya. Kalau begitu, bagi kami amalan kami
yang akan kami pertanggungjawabkan, dan demikian pula bagi kamu
amalan kamu yang akan kamu pertanggungjawab kan. Dan hanya kepada-
Nya kami dengan tulus mengabdikan diri tanpa mempersekutukan-Nya,
sedangkan kamu mempersekutukan-Nya dengan Nabi Isa dan para nabi
yang lain.

E. TAFSIR AYAT

Albaqoroh ayat 120 :

9
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Orang-
orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. (Al-Baqarah: 120) Orang-orang Yahudi —juga
orang-orang Nasrani itu— hai Muhammad, selamanya tidak akan senang
kepadamu. Karena itu, tinggalkanlah upaya untuk membuat mereka
senang dan suka kepadamu. Sekarang hadapkanlah dirimu untuk
memohon rida Allah karena engkau telah mengajak mereka untuk
mengikuti perkara hak yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu.

Firman Allah Swt.:

{‫}قُلْ ِإ َّن هُدَى هَّللا ِ هُ َو ْالهُدَى‬

Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang


sebenarnya)." (Al-Baqarah: 120)

Yakni, katakanlah hai Muhammad, "Sesungguhnya petunjuk yang


diturunkan oleh Allah kepadaku adalah petunjuk yang sebenarnya."
Dengan kata lain, petunjuk tersebut merupakan agama yang lurus, benar,
sempurna, dan bersifat umum.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya,


"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)" (Al-
Baqarah: 120), bahwa kalimat ini merupakan cara membantah yang
diajarkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. dan para
sahabatnya untuk mendebat orang-orang yang sesat.

Selanjutnya Qatadah mengatakan, telah sampai kepada kami sebuah hadis


yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"ِ ‫ َحتَّى يَْأتِ َي َأ ْم ُر هَّللا‬،‫ اَل يَضُرُّ هُ ْم َم ْن خَالَفَهُ ْم‬، َ‫ق ظَا ِه ِرين‬
ِّ ‫طاِئفَةٌ ِم ْن ُأ َّمتِي يَ ْقتَتِلُونَ َعلَى ْال َح‬
َ ‫"اَل تَ َزا ُل‬.

10
Segolongan orang dari kalangan umatku masih terus-menerus berperang
dalam rangka membela perkara yang hak, tiada membuat mereka mudarat
orang-orang yang menentang mereka hingga datang perintah Allah (hari
kiamat)

Menurut kami (penulis) hadis ini diketengahkan pula di dalam kitab sahih
melalui Abdullah ibnu Amr.

Dapat disimpulkan bahwa antara orang-orang muslim dan orang-orang


kafir tidak boleh ada saling mewaris, dan masing-masing dari kalangan
orang-orang kafir boleh mewaris saudara sekafirnya, baik seagama
ataupun tidak; karena sekalipun mereka terdiri atas berbagai aliran,
semuanya dianggap sebagai satu agama, yaitu agama kafir. Demikianlah
menurut mazhab Imam Syafii, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad
dalam salah satu riwayat yang bersumber darinya. Sedangkan dalam
riwayat yang lainnya Imam Ahmad mengatakan pendapat yang sama
dengan pendapat Imam Malik, yaitu tidak boleh saling mewaris di antara
berbagai macam agama, seperti yang telah dijelaskan di dalam hadis.

Al-baqoroh ayat 139 :

Melalui ayat ini Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Nabi-Nya


bagaimana cara menangkis hujah orang-orang musyrik. Untuk itu Allah
Swt. berfirman:

{ِ ‫}قُلْ َأتُ َحاجُّ ونَنَا فِي هَّللا‬

Katakanlah, "Apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang


Allah!" (Al-Baqarah: 139)

11
Maksudnya, apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang
mengesakan Allah, ikhlas kepada-Nya, taat dan mengikuti semua
perintah-Nya serta meninggalkan larangan-larangan-Nya?

{‫}وه َُو َربُّنَا َو َربُّ ُك ْم‬


َ

padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 139)

Yakni Dialah yang mengatur kami dan juga kalian, Dia pula yang berhak
di sembah secara ikhlas sebagai Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya.

{‫}ولَنَا َأ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم َأ ْع َمالُ ُك ْم‬


َ

Bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan kalian. (Al-Baqarah: 139)

Yakni Dialah yang mengatur kami dan juga kalian, Dia pula yang berhak
di sembah secara ikhlas sebagai Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya.

{‫}ولَنَا َأ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم َأ ْع َمالُ ُك ْم‬


َ

Bagi kami amalan kami dan bagi kalian amalan kalian. (Al-Baqarah: 139)

Dengan kata lain, kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian
sembah, dan kalian berlepas diri dari kami. Makna ayat ini sama dengan
apa yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

{ َ‫} َوِإ ْن َك َّذبُوكَ فَقُلْ لِي َع َملِي َولَ ُك ْم َع َملُ ُك ْم َأ ْنتُ ْم بَ ِريُئونَ ِم َّما َأ ْع َم ُل َوَأنَا بَ ِري ٌء ِم َّما تَ ْع َملُون‬

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku,


dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri terhadap apa yang
aku kerjakan, dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kalian
kerjakan." (Yunus: 41)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka (orang-orang ahli kitab)


selalu membaca Kitabullah yang diturunkan kepada mereka, bahwa

12
sesungguhnya agama yang diakui oleh Allah adalah agama Islam, dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah; dan Ibrahim, Ismail,
Ishaq dan Ya'qub serta asbat, mereka semua berlepas diri dari Yahudi dan
Nasrani. Lalu mereka mempersaksikan hal tersebut kepada Allah dan
mengakuinya kepada Allah atas diri mereka sendiri, tetapi mereka
menyembunyikan kesaksian Allah yang ada pada mereka menyangkut
masalah ini.

Al-baqoroh ayat 212:

Kehidupan dunia dijadikan oleh Allah terasa indah dalam pandangan


orang-orang yang kafir mekah. Mereka sangat mencintai dunia dan
berlomba-lomba mencari kesenangan dunia sehingga lupa kepada akhirat,
dan mereka terus-menerus menghina orang-orang yang beriman, seperti
bila'l, suwahaib, dan lainnya karena kefakiran mereka. Mereka terus saja
berbuat demikian padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas
mereka pada hari kiamat. Mereka berada di surga sedangkan orang kafir
itu berada di neraka. Dan Allah memberi rezeki baik di dunia maupun
akhirat kepada orang yang dia kehendaki tanpa perhitungan manusia itu
dahulunya satu umat; semuanya beriman kepada Allah, kemudian mereka
berselisih, ada yang beriman dan ada yang kafir kepada Allah. Bisa juga
dipahami bahwa manusia itu satu umat dalam arti kehidupan manusia
diikat oleh kesatuan sosial yang satu dengan lainnya saling membutuhkan.
Lalu Allah mengutus para nabi untuk menyampaikan kabar gembira
kepada orang yang beriman bahwa mereka akan masuk surga dan
peringatan kepada orang kafir bahwa mereka akan masuk neraka. Dan
diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran di
dalam hukum-hukumnya untuk memberi keputusan yang benar dan adil di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan, yaitu perkara-
perkara agama pada umumnya. Dan mereka yang berselisih tentang

13
perkara-perkara itu tidak lain hanyalah orang-orang yang telah diberi
kitab. Mereka berselisih setelah bukti-bukti yang nyata berupa penjelasan-
penjelasan sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka
sendiri, yakni kedengkian orang-orang kafir kepada orang-orang beriman.
Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka
yang beriman tentang kebenaran perkara-perkara yang mereka
perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki
ke jalan yang lurus.

C. AL- IMRAN AYAT 64


A. TEKS AYAT

‫ َذ‬s‫ه َشئًْـا َّواَل يَتَّ ِخ‬sٖ ِ‫ك ب‬ َ ‫ ِر‬s‫ َد اِاَّل هّٰللا َ َواَل نُ ْش‬sُ‫ا َوبَ ْينَ ُك ْم اَاَّل نَ ْعب‬sَ‫ َو ۤا ۢ ٍء بَ ْينَن‬s‫ ٍة َس‬s‫الَوْ ا اِ ٰلى َكلِ َم‬s‫ب تَ َع‬
ِ ‫ َل ْال ِك ٰت‬s‫لْ ٰيٓا َ ْه‬sُ‫ق‬
َ‫ضنَا بَ ْعضًا اَرْ بَابًا ِّم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ ۗ فَا ِ ْن تَ َولَّوْ ا فَقُوْ لُوا ا ْشهَ ُدوْ ا بِاَنَّا ُم ْسلِ ُموْ ن‬ ُ ‫بَ ْع‬

B. TARJAMAH

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju


kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa
kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain
tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada
mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”

C. MUFRADAT

‫ َّواَل يَتَّ ِخ َذ‬: DAN BAHWA KITA TIDAK MENJADIKAN


‫ َأاَّل نَ ْعبُ َد‬: BAHWA KITA TIDAK MENYEMBAH
‫ َواَل نُ ْش ِركَ بِ ٖه‬: DAN KITA TIDAK MEMPERSEKUTUKANNYA

14
‫ فَِإ ْن تَ َولَّوْ ا‬: JIKA MEREKA BERPALING

D. MAKNA IJMALI
Tatkala mereka tidak berani ber-mubahalah, sehingga tampaklah
kebohongan dan kelemahan mereka, maka ayat ini mengajak mereka
kepada tauhid dengan cara yang lebih lunak dan santun. Katakanlah, hai
Nabi Muhammad, “Wahai Ahli Kitab! Jika kalian tetap menolak
kebenaran hujjah tentang Isa bin Maryam padahal kalian mengetahuinya,
maka marilah kita menuju kepada satu kalimat, pegangan yang sama yang
memberi keputusan secara adil antara kami dan kamu, yaitu kitab Taurat
dan kitab-kitab lainnya, termasuk Injil dan Al-Qur’an, bahwa di dalam
kitab-kitab tersebut kita tidak diperbolehkan menyembah selain Allah dan
kita tidak diperbolehkan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan
jika cara ini juga tidak membawa hasil untuk mengajak mereka, maka
yang terpenting bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan
selain Allah untuk diikuti dan dituruti perintahnya padahal perintah itu
keliru. Jika mereka tetap berpaling dari kebenaran setelah terpenuhi bukti-
bukti, maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang muslim, yaitu orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada
Allah dan semata-mata beribadah kepada-Nya.”

E. ASBAB AL-NUZUL

Telah kami sebutkan dalam Syarh al-Bukhari ketika ia


meriwayatkan dari jalan az-Zuhri, dari Ibnu ‘Abbas, dari Abu Sufyan
dalam kisahnya ketika menghadap sang Kaisar, lalu Kaisar bertanya
kepadanya tentang nasab, sifat, dan perangai Rasulullah serta apa yang
didakwahkannya. Maka ia pun menceritakan semua secara gamblang dan

15
tuntas, padahal pada saat itu Abu Sufyan masih musyrik dan belum
memeluk Islam. Peristiwa itu terjadi setelah perjanjian Hudaibiyah,
sebelum pembebasan kota Makkah. Sebagaimana hal tersebut dinyatakan
dalam hadits. Demikian pula pada saat ia ditanya, “Apakah ia itu suka
berkhianat?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak, selama ini kami tidak
mengetahui darinya bahwa dia berbuat seperti itu.” Kemudian Abu Sufyan
berkata: “Aku tidak dapat menambahkan suatu berita apapun selain dari
itu.”
Tujuan diketengahkan kisah ini ialah, bahwa diperlihatkannya surat
Rasulullah kepadanya, di mana Abu Sufyan membacanya ternyata isinya:

“Dengan Nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang.


Dari Muhammad Rasulullah untuk Heraclius, pembesar Romawi. Semoga
keselamatan dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk, Amma
ba’du, Masuklah Islam, maka anda akan selamat. Masuklah Islam, niscaya
Allah memberi anda pahala dua kali. Jika anda berpaling, maka anda akan
memikul dosa kaum Arisiyyin. “Wahai Ahlul Kitab, marilah berpegang
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami
dan kamu, bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan kita tidak
menyekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai rabb-rabb selain Allah. “Jika
mereka berpaling, maka katakanlah kepada mareka, `Saksikanlah, bahwa
kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).'”

Muhammad bin Ishaq dan ulama lainnya telah menyebutkan


bahwa permulaan surat Ali-‘Imran sampai pada ayat 80-an lebih adalah
diturunkan berkaitan dengan utusan Najran. Sedangkan az-Zuhri berkata,
“Mereka itu adalah orang yang pertama kali menyerahkan jizyah.”

16
F. TAFSIR AYAT

Seruan ini mencakup ahlul kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani
dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka.

Qul yaa aHlal kitaabi ta’aalaw ilaa kalimatin (“Katakanlah: ‘Wahai


orang-orang ahlul kitab, marilah kita berpegang pada suatu [ketetapan]’”)
maksud dari kata “kalimat” adalah sebuah kalimat yang memberikan
sebuah pengertian, demikian pula yang dimaksud dalam ayat ini.
Kemudian Allah menyifatinya dengan firman-Nya: sawaa-im bainanaa wa
bainakum (“Yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu.”) yaitu
sama dan seimbang antara kami dan kalian. Kemudian hal itu ditafsirkan
melalui firman Allah: allaa na’buda illallaaHa wa laa nusyrika biHii syai-
an (“Bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah, dan kita tidak
menyekutukan Dia dengan suatu apapun.”) artinya tidak
menyekutukannya dengan berhala, salib, patung, thaghut, api dan hal
lainnya. Tetapi kita memurnikan ibadah itu hanya kepada Allah semata
yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan inilah misi seluruh Rasul Allah. Dia
berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul
pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]: ‘Beribadahlah kepada Allah saja
dan jauhilah thaghut itu.’” (an-Nahl: 36)

Kemudian Dia berfirman: wa laa tattakhidza ba’dlunaa ba’dlan


arbaabam min duunillaaHi (“[dan tidak pula] sebagian kita menjadikan
sebagian lain sebagai rabb-rabb selain Allah.”) Ibnu Juraij berkata,
“Maksudnya sebagian kami tidak mentaati lainnya dalam bermaksiat
kepada Allah.” Sedangkan ‘Ikrimah berkata, “Sebagian kami tidak
bersujud kepada sebagian yang lain.”

17
Fa in tawallaw faquulusyHaduu bi annaa muslimuun (“Jika mereka
berpaling maka katakanlah: ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang
yang berserah diri [kepada Allah].”) maksudnya jika mereka berpaling
dari kesamaan dan seruan ini, maka bersaksilah bahwa kalian akan tetap
berada pada Islam yang telah disyariatkan oleh Allah swt bagi kalian.

D. AL-KAFIRUN AYAT 1-5

A. TEKS AYAT

َ‫قُلْ ٰيََٓأيُّهَا ْٱل ٰ َكفِرُون‬


َ‫ٓاَل َأ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون‬
‫َوٓاَل َأنتُ ْم ٰ َعبِ ُدونَ َمٓا َأ ْعبُ ُد‬
‫َوٓاَل َأن َ۠ا عَابِ ٌد َّما َعبَد ُّت ْم‬
‫َوٓاَل َأنتُ ْم ٰ َعبِ ُدونَ َمٓا َأ ْعبُ ُد‬
‫ين‬ِ ‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َى ِد‬

B. TARJAMAH

1. Katakanlah ( Muhammad ), “ wahai orang-orang kafir!”


2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
3. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah ( pula ) menjadi penyembah apa yang aku
sembah,
6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

C. MUFRODAT

18
َ‫ َما تَ ْعبُ ُدوْ ۙن‬: apa yang kamu sembah
‫ اَل َأ ْعبُ ُد‬: aku tidak akan menyembah
‫ ِد ْينُ ُك ْم‬: agamamu
‫ عَابِ ٌد‬: menjadi penyembah

D. MAKNA IJMALI
Melalui surat al- kafirun, Allah SWT menekankan perihal toleransi
antar umat beragama. Hal ini di lakukan melalui pengerjaan ibadah sesuai
dengan ketentuan agama masing-masing tanpa mencampur adukkan
urusan keduanya. Tidak ada tukar-menukar dengan pengikut agama lain
dalam hal peribadahan kepada Tuhan.

E. ASBAB AL-NUZUL

Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa kaum quraisy berusaha


mempengaruhi Nabi SWA dengan menawarkan kekayaan agar beliau
menjadi seorang yang paling kaya di kota makkah, dan akan di kawinkan
dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini di sampaikan dengan berkata: “
inilah yang kami sediakan bagimu Muhammad, dengan syarat agar engkau
jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah
tuhan-tuhan kami selama setahun. “ Nabi SAW menjawab : “ aku akan
menunggu wahyu dari tuhnaku “ kemudian ayat ini turun berkenaan
dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. (
H.R Attabrani dan abi hatim dari ibnu abbas)

F. TAFSIR AYAT

19
Surat ini adalah surat yang menyatakan pembebasan diri dari apa yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan surat ini memerintahkan untuk
membersihkan diri dengan sebersih-bersihnya dari segala bentuk
kemusyrikan. Maka firman Allah Swt.:
{ َ‫}قُلْ يَا َأيُّهَا ْال َكافِرُون‬
Katakanlah, "Hai orang-orang kafir.” (Al-Kafirun: 1)
mencakup semua orang kafir yang ada di muka bumi, tetapi lawan bicara
dalam ayat ini ditujukan kepada orang-orang kafir Quraisy. Menurut suatu
pendapat, di antara kebodohan mereka ialah, mereka pernah mengajak
Rasulullah Saw. untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu
tahun, lalu mereka pun akan menyembah sembahannya selama satu tahun.
Maka Allah Swt. menurunkan surat ini dan memerintahkan kepada Rasul-
Nya dalam surat ini agar memutuskan hubungan dengan agama mereka
secara keseluruhan; untuk itu Allah Swt. berfirman:
{ َ‫}اَل َأ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدون‬
Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. (Al-Kafirun: 2)
Yakni berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka ada-adakan.
{ُ‫}وال َأ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُد‬
َ
Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (Al-Kafirun: 3)
Yaitu Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Lafaz ma di sini bermakna
man. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{ُ‫} َوال َأنَا عَابِ ٌد َما َعبَ ْدتُ ْم َوال َأ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُد‬
Dan aku tidak pernah menyembah apa yang kalian sembah, dan kalian
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (Al-
Kafirun: 4-5)
Yakni aku tidak akan melakukan penyembahan seperti kalian. Dengan
kata lain, aku tidak akan menempuh cara itu dan tidak pula mengikutinya.
Sesungguhnya yang aku sembah hanyalah Allah sesuai dengan apa yang
disukai dan diridai-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

20
{ُ‫}وال َأ ْنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُد‬
َ
dan kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah. (Al-Kafirun: 5)
Artinya, kalian tidak mau menuruti perintah-perintah Allah dan syariat-
Nya dalam beribadah kepada-Nya, melainkan kalian telah membuat-buat
sesuatu dari diri kalian sendiri sesuai hawa nafsu kalian.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
‫ِإ ْن يَتَّبِعُونَ ِإاَّل الظَّ َّن َوما تَ ْه َوى اَأْل ْنفُسُ َولَقَ ْد جا َءهُ ْم ِم ْن َربِّ ِه ُم ْالهُدى‬
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa
yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (An-Najm: 23), Maka
Rasulullah Saw. berlepas diri dari mereka dalam semua yang mereka
kerjakan; karena sesungguhnya seorang hamba itu harus mempunyai
Tuhan yang disembahnya dan cara ibadah yang ditempuhnya. Rasul dan
para pengikutnya menyembah Allah sesuai dengan apa yang telah
diperintahkan oleh-Nya. Untuk itulah maka kalimah Islam ialah 'Tidak ada
Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.' Dengan kata lain,
tiada yang berhak disembah selain Allah, dan tiada jalan yang menuju
kepada-Nya selain dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.
Sedangkan orang-orang musyrik menyembah selain Allah dengan cara
penyembahan yang tidak diizinkan oleh Allah.
Imam Abu Abdullah Asy-Syafii dan lain-lainnya telah menyimpulkan
dari ayat ini, yaitu firman-Nya: Untuk kalianlah agama kalian, dan
untukkulah agamaku. (Al-Kafirun: 6) sebagai suatu dalil yang
menunjukkan bahwa kufur itu semuanya sama saja, oleh karenanya orang
Yahudi dapat mewaris dari orang Nasrani; begitu pula sebaliknya, jika di
antara keduanya terdapat hubungan nasab atau penyebab yang menjadikan
keduanya bisa saling mewaris. Karena sesungguhnya semua agama selain
Islam bagaikan sesuatu yang tunggal dalam hal kebatilannya. Imam

21
Ahmad ibnu Hambal dan ulama lainnya yang sependapat dengannya
mengatakan bahwa orang Nasrani tidak dapat mewaris dari orang Yahudi,
demikian pula sebaliknya. Karena ada hadis yang diriwayatkan dari Amr
ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda:
«‫ث َأ ْه ُل ِملَّتَ ْي ِن َشتَّى‬
ُ ‫»اَل يَت ََوا َر‬
Dua orang pemeluk agama yang berbeda tidak dapat saling mewaris di
antara keduanya.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Kafirun, segala puji bagi Allah Swt. atas
limpahan karunia-Nya.

22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Semua agama mengajarkan kasih sayang, cinta, kedamaian, kebajikan,
persaudaraan dan sejumlah nilai-nilai kemanusiaan secara normative dan
ideal.
Semoga Allah menjadikan diantara manusia dengan musuh-musuhnya
rasa kasih sayang setelah kebencian, rasa cinta setelah permusuhan dan
percekcokan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, sehingga Dia dapat
mempersatukan hati-hati yang bermusuhan, Allah Maha Pengampun
terhadap orang-orang yang bertaubat dari kesalahan.
Berdasarkan ayat-ayat diatas, dapat diketahui bahwa agama Islam
bukanlah faktor yang menjadi penghambat dalam membina hubungan
antar pemeluk agama. Islam telah menawarkan konsep tolenransi yang
sangat rasional. Namun dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah)
dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi.
Alquran telah meletakkan ajaran tentang kerukunan hidup antar umat
beragama secara adil dan proporsional. Allah tidak melarang umat muslim
untuk berlaku baik dan adil terhadap setiap orang termasuk kepada non
muslim. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang menanakan sikap
tolenransi dan sikap saling tolong-menolong antar umat beragama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

23
DAFTAR PUSTAKA
 Tafsir ibnu katsir
 Tafsir kemenag RI

24

Anda mungkin juga menyukai