Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu : Drs. H. Kamaruddin, M.A

DISUSUN OLEH
Rahma Adinda
Sariyati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AULIAURRASYIDIN

TEMBILAHAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan khadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan sesuai dengan
rencana. Makalah yang berjudul ”KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT
BERAGAMA” ini diajukan untuk pemenuhan tugas dari dosen Mata Kuliah Tafsir
Tarbawi.
Pembuatan makalah ini banyak kendala yang di hadapi, namun berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada pihak yang telah berkonstribusi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan,
tetapi masih memerlukan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi panutan bagi para
pembaca, khususnya bagi para penulis sehingga tujuan yang di harapkan dapat
tercapai. Aamiin.

Tembilahan, 2020.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . .......................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................

A. Latar Belakang Masalah . ..........................................................................


B. Rumusan Masalah ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................

A. Surah al mumtahana 8-9 ...........................................................................


B. Surah Ali Imran 118 ..................................................................................
C. Surah Al maidah 5 . ...................................................................................
D. Surah Al-kafirun 1-6……………………………………………..

BAB III PENUTUP .............................................................................................

A. Kesimpulan . .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA . ........................................................................................


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk


mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya
masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman
agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama
masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu
contoh masyarakat yang multikultural.

Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja kerena


keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi juga dalam hal agama.
Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu. Dari agama-agama
tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing
masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara
dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang
bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada
kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.

Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama


menjadi setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka,
sehingga memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila
anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan
anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk
mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam
bermasyarakat dan bernegara.

Dengan gambaran di atas dan berangkat dari suatu hal menarik


untuk diketahui, bahwa ada satu daerah tepatnya di Desa Banaran,
Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Di desa tersebut terdapat
pemeluk agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha. Di
tengah kemajemukan masyarakat dalam perbedaan keyakinan agama
ternyata mampu membangun sikap untuk saling menghormati antar
pemeluk agama.Dengan kondisi sosial itulah yang menjadikan ketertarikan
penulis untuk melakukan penelitian tentang “Kerukunan antar Umat
Beragama di Desa Banaran”(Studi Hubungan antar Umat Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kaitan surah Al-mumtahanah ayat 8-9 dengan kerukunan hidup
antar umat beragama ?
2. Bagaimana kaitan surah ali Imran 118 dengan kerukunan hidup antar umat
beragama ?
3. Bagaimana kaitan surah aal-maidah 5 dengan kerukunan hidup antar umat
beragama ?
4. Bagaimana kaitan al-kafirun 1-6 dengan kerukunan hidup antar umat
beragama ?
BAB II

PEMBAHASAN

( kaitan surah Al-mumtahanah ayat 8-9 dengan kerukunan hidup antar


umat beragama )

Berdasarkan pemaparan antar umat beragama dengan beberapa pokok


permasalahan dalam Q.S al-mutmainah yang dianalisis dengan menggunakan
penafsiran kontekstual Abdullah saeed dengan beberapa tahap elemen kerja, yakin
mulai dan analis linguistic,konteks sosio-historis masa pewahyuan dan makna
otentik ayat yang dibahas serta relevansi makna otentik ayat dalam konteks
Indonesia,maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Analisis linguistic atas beberapa ayat Q.S al-mumtahana dengan melihat


bentuk-bentuk kalimat yang digunakan al-qur’an, mulai dari aspek
leksikal,gramatikal dan semantic,mengarahkan dalam mengungkapkan
makna otentik dari masing-masing pokok pembahasan dalam Q.S
Almumtahana. Dari beberapa kata kunci dari pada setiap pembahasan
menunjukan terhadap makna otentik ayat yang menjadi spirit al-qur’an
terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam hubungan antarumat agama.
2. Makna otentik ayat Q.S Al-mumtahana dalam ruang lingkup keluarga yang
membahas tentang perkawinan beda agama dan pembangunan keluarga
harmonis. Sedangkan makna otentik ayat dalam ruang lingkup kebangsaan
mengenai persahabatan dengan non musli. Al-qur’an pemberian penegasan
bahwasany tidak ada larangan menjalin persahabatan dengan non muslim
yang tidak memusuhi dan meneranagi umat islam. Adapun makna otentik
ayah mengenai toleransi statis dan dinamis adalah adanya hak kebebasan
dalam memilih keyakinan agama dan alqur’an menegaskan bahwasanya
tidak ada larangan.
A. SURAT al-mumtahanah 8-9

ُ ‫ار ُك ْم أا ْن تابا ُّرو ُه ْم اوت ُ ْق ِس‬


‫طوا‬ ِ ‫َّللاُ اع ِن الهذِينا لا ْم يُقااتِلُو ُك ْم فِي ال ِد‬
ِ ‫ِّين اولا ْم ي ُْخ ِر ُجو ُك ْم ِم ْن ِديا‬ ‫اَل يا ْن اها ُك ُم ه‬
۹-٨ : ‫ ﴿سورة الممتحنة‬. ‫ِطينا‬ ِ ‫َّللاا ي ُِحبُّ ْال ُم ْقس‬
‫﴾ ِإلا ْي ِه ْم ِإ هن ه‬
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama
dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan
mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. [Q.S.
al-Mumtahanah : 8]
Adapun sekilas riwayat-riwayat terkait asbab al-nuzul dari surah al-
Mumtahanah ayat 8 dan 9, sebagai berikut:

1) Pertama:

،‫ أخبرنا أبو يعلى‬،‫ أخبرنا أبو عمرو محمد بن أحمد الحيرى‬،‫أخبرنا أبو صالح منصور بن عبد الوهاب البزار‬
‫ عن عامر بن عبد هللا بن‬،‫ عن مصعب بن ثابت‬،‫ أخبرنا عبد هللا بن المبارك‬،‫أخبرنا إبراهيم بن الحجاج‬
‫ قدمت قتيلة بنت عبد العزى على ابنتها أسماء بنت أبي بكر بهوايا وضباب وسمن‬:‫ عن أبيه قال‬،‫الزبير‬
‫ (ال‬:‫ فقال‬،‫ فسألت لها عائشة النبي صلى هللا عليه وسلم عن ذلك‬،‫ فلم تقبل هداياها ولم تدخلها منزلها‬،‫وأقط‬
‫ رواه الحاكم أبو‬.‫ فأدخلتها منزلها وقبلت منها هداياها‬.)‫ينهاكم هللا عن الذين لم يقاتلوكم في الدين – اآلية‬
.‫ عن ابن المبارك‬،‫ عن أبي سفيان‬،‫ عن عبد هللا الغزال‬،‫ عن أبى العباس السيارى‬،‫عبد هللا في صحيحه‬

Artinya: Dari Amir bin Abdullah bin Zubair memberitahu kami dari ayahnya, ia
bercerita: “Qutailah pernah datang menemui putrinya, Asma binti Abu Bakar
dengan membawa daging dhabb (biawak) dan minyak samin sebagai hadiah dan
ketika itu ia wanita musyrik. Maka Asma pun menolak pemberianya itu dan tidak
memasukan ibunya ke dalam rumahnya. Kemudian Aisyah bertanya kepada Nabi
Saw mengenai hal tersebut lalu Allah SWT menurunkan ayat ini kemudian beliau
menyuruh Asma menerima pemberian ibunya itu dan mempersilakannya masuk ke
dalam rumahnya”.

2) Kedua:

: ‫ أتتني أمي راغبة فسألت النبي صلى هللا عليه و سلم‬: ‫وأخرج البخاري عن أسماء بنت أبي بكر قالت‬
)‫ (ال ينهاكم هللا عن الذين لم يقاتلوكم في الدين‬: ‫ نعم فأنزل هللا فيها‬: ‫أأصلها ؟ قال‬

Artinya: Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Asma binti Abu Bakar berlata :
saya dikunjungi oleh ibu kandungku (Siti Qutailah). Setelah itu Asma bertanya
kepada Rasulullah saw: bolehkah saya berbuat baik kepadanya? Rasululah
menjawab: ”ya” (boleh) Turunlah ayat ini yang berkenaan dengan peristiwa
tersebut yang menegaskan bahwa Allah tidak melarang berbuat baik kepada orang
yang tidak memusuhi agama Allah. (HR. Bukhari dari Asma binti Abu Bakar).[2]

3) Ketiga:

‫ قدمت قتيلة على ابنته أسماء بنت أبي‬: ‫وأخرج أحمد و البزار و الحاكم وصححه عن عبد هللا بن الزبير قال‬
‫بكر وكان أبي بكر طلقها ف ي الجاهلية فقدمت على ابنتها بهدايا فأبت أن تقبلها منه أو تدخلها منزلها حتى‬
‫ فأمرها أن تقبل هداياها‬/ ‫أرسلت إلى عائشة أن سلي عن هذا رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فأخبرته‬
.‫وتدخلها منزلها فأنزل هللا (ال ينهاكم هللا عن الذين لم يقاتلوكم) اآلية‬

Artinya: Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Siti Qatilah (bekas istri Abu
Bakar) yang telah diceraikan pada masa zaman jahiliyyah datang kepada anaknya,
Asma binti Abu Bakar dengan membawa bingkisan. Asma menolak pemberian itu
bahkan tidak memperkenankan ibunya masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu ia
mengutus seseorang kepada Aisyah (saudaranya) untuk bertanya tentang hal ini
kepada Rasulullah saw. Maka Rasul pun memerintahkan untuk menerima
bingkisannya serta menerimanya dengan baik.

al-Qur’an mendorong kaum Muslimin untuk bekerja sama dengan pemeluk


agama lain. dalam kaitan ini al-Qur’an memberikan petunjuk sebagaimana
dipaparkan dalam surah al-Mumtahannah/60: 8-9.
ُّ‫ّٰللاا ي ُِحب‬ ُ ‫ار ُك ْم ا ا ْن تابا ُّر ْو ُه ْم اوت ُ ْق ِس‬
‫ط ْْٓوا اِلا ْي ِه ْۗ ْم ا َِّن ه‬ ِ ‫ّٰللاُ اع ِن الَّ ِذيْنا لا ْم يُقااتِلُ ْو ُك ْم فِى‬
ِ ‫الدي ِْن اولا ْم ي ُْخ ِر ُج ْو ُك ْم ِم ْن ِديا‬ ‫اَل يا ْنهٰ ى ُك ُم ه‬
ْٓ
ِ ‫ظاه ُار ْوا اع ٰلى ا ِْخ ار‬
‫اج ُك ْم ا ا ْن‬ ‫ار ُك ْم او ا‬ِ ‫الدي ِْن اواا ْخ ار ُج ْو ُك ْم ِم ْن ِديا‬ ِ ‫ّٰللاُ اع ِن الَّ ِذيْنا قااتالُ ْو ُك ْم فِى‬
‫ اِنَّ اما يا ْنهٰ ى ُك ُم ه‬٨ ‫ِطيْنا‬ ِ ‫ْال ُم ْقس‬
‫ولىِٕكا ُه ُم ال ه‬ٰٰۤ ُ
٩ ‫ظ ِل ُم ْونا‬ ‫ت ااو َّل ْو ُه ْم او ام ْن يَّت ااو َّل ُه ْم فاا‬
“Allah tidak melarang kamu terhadap orang-orang yang tidak memerangi
kamu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negeri kamu (tidak
melarang kamu) berbuat baik bagi mereka dan berlaku adil kepada mereka.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang adil. Allah hanya melarang kamu
menyangkut orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu
dari negeri kamu dan membantu dalam pengusiran kamu—untuk menjadikan
mereka teman-teman akrab, dan barang siapa menjadikan mereka sebagai teman-
teman akrab (tempat menyimpan rahasia), maka mereka itulah—merekalah orang-
orang zalim.” (al-Mumtahannah/60: 8-9)
Ayat tersebut menunjukan bahwa Allah SWT tidak melarang kaum
Muslimin untuk bekerjasama dengan komunitas agama lain sepanjang mereka tidak
memusuhi, memerangi dan mengusir kaum Muslim dari negeri mereka.
B. SURAT Ali Imran 118

‫ي ا ا أ ا ي ُّ ها ا ا ل َّ ِذ ي ان آ ام ن ُ وا اَل ت ات َّ ِخ ذ ُوا ب ِ ط ا ا ن ا ة ً ِم ْن د ُو ن ِ ك ُ مْ اَل ي ا أ ْل ُ و ن ا ك ُ ْم ا‬


ً ‫خ با‬
‫اَل او د ُّوا ام ا ع ا ن ِ ت ُّ ْم‬
ۖ ‫ت‬
ِ ‫اْل ي ا ا‬ ‫ت ال ْ ب ا غ ْ ا‬
ْ ُ ‫ض ا ءُ ِم ْن أ ا ف ْ او ا هِ ِه ْم او ام ا ت ُ ْخ ف ِ ي صُ د ُو ُر ه ُ ْم أ اكْ ب ا ُر ق ا د ْ ب ا ي َّ ن َّ ا ل ا ك ُ م‬ ِ ‫قادْ باد ا‬

‫إ ِ ْن ك ُ ن ْ ت ُ ْم ت ا ع ْ ق ِ ل ُ و ان‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman


kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-
hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.

Kaitan penghubung yang penting dari ayat diatas adalah bagaimana kita tidak
ambil untuk menjadi kepercayaan orang-orang yang diluar dari kalangan kita,
karena mereka akan tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagikita.

C. SURAT AL-MAIDAH AYAT 5


al-Quran pun menghalalkan kaum Muslim untuk memakan
sembelihan golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan juga menikahi
perempuan ahli kitab yang menjaga kehormatan hal ini diisyaratkan
dalam surat al-Maidah/5: 5.

ِ ‫ص ٰنتُ ِمنا ْال ُمؤْ ِم ٰن‬


‫ت‬ ‫طعاا ُم ُك ْم ِح ٌّل لَّ ُه ْم اۖو ْال ُمحْ ا‬
‫ب ِح ٌّل لَّ ُك ْم اۖو ا‬ ‫الطيِ ٰب ْۗتُ او ا‬
‫طعاا ُم الَّ ِذيْنا ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت ا‬ َّ ‫ا ا ْليا ْو ام ا ُ ِح َّل لا ُك ُم‬
‫صنِيْنا اغي اْر ُمسٰ ِف ِحيْنا او اَل‬ ِ ْ‫ب ِم ْن قا ْب ِل ُك ْم اِذاآْ ٰات ا ْيت ُ ُم ْوه َُّن ا ُ ُج ْو اره َُّن ُمح‬
‫ص ٰنتُ ِمنا الَّ ِذيْنا ا ُ ْوتُوا ْال ِك ٰت ا‬ ‫او ْال ُمحْ ا‬
ٰ ْ ‫ط اع املُهٗ اۖوه اُو فِى‬
٥ ࣖ ‫اَل ِخ ارةِ ِمنا ْال ٰخس ِِريْنا‬ ‫ان فاقادْ اح ِب ا‬ ِ ْ ‫ان او ام ْن يَّ ْكفُ ْر ِب‬
ِ ‫اَل ْي ام‬ ْۗ ‫ِي ا ا ْخدا‬
ْْٓ ‫ُمت َّ ِخذ‬

“Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan


(sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi
mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan
yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang
beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu
membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud
berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barangsiapa
kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di
akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (al-Maidah: 5)

Atas dihalalkannya makanan dari hasil sembelihan ahli kitab dan juga
perempuan-perempuan terhormat juga halal dinikahi oleh lelaki Muslim
tentulah mengandung hikmah yang sangat dalam. Makanan dan pernikahan
adalah dua hal yang amat pribadi dan seperti yang dituturkan oleh Sayyid
Qutub bahwa Islam tidak cukup hanya memberikan kebebasan beragama
kepada mereka, kemudian mengucilkan mereka, sehingga mereka eksklusif
atau bahkan tertindas di dalam masyarakat yang mayoritas Islam, tetapi juga
memberikan suasana partisipasi sosial, perlakuan baik dan pergaulan
mereka. Maka makanan mereka menjadi halal bagi bagi kaum Muslimin
juga halal bgai mereka. Hal ini dimaksudkan agar terjadi saling
mengunjungi, bertemu, menjamu makanan, dan minuman dan agar semua
anggota masyarakat berada di bawah naungan kasih sayang dan toleransi.
Demikian juga dengan dihalalkan bagi kaum Muslim untuk
menikahi perempuan-perempuan ahli kitab yang menjaga kehormatannya
merupakan sebuah tanda bahwa Islam sangat menghormati keyakinan
mereka. Doktrin ini bias jadi tidak ada dalam agama lain. Bahkan
penyebutannya yang digandengkan dengan perempuan-perempuan
mukminat yang terhormat semakin menampakkan bahwa Islam sangat
toleran terhadap agama lain.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an sangat


menghormati perbedaan dan menghargai prinsip-prinsip kemajemukan
yang merupakan realitas yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa taala.

D. SURAT AL-KAFIRUN 1-6


Toleransi yang ingin dibangun Islam adalah toleransi tanpa
mencampuradukkan akidah. Persoalan akidah merupakan suesuatu yang
paling mendasar dalam setiap agama sehingga bukan menjadi wilayah untuk
bertoleransi. Sebagaimana ditegaskan dalam Surah al-Kafirun/109: 1-6,
ْٓ ‫ او ا‬٤ ‫َل اان ۠اا اعا ِبدٌ َّما اع اب ْدت ُّ َۙ ْم‬
‫َل اا ْنت ُ ْم‬ ْٓ ‫ او ا‬٢ ‫َل ا ا ْعبُد ُ اما تا ْعبُد ُْو َۙنا‬
ْٓ ‫ او ا‬٣ ُ‫َل ا ا ْنت ُ ْم عٰ ِبد ُْونا اما ْٓ اا ْعبُد‬ ْٓ ‫ ا‬١ ‫قُ ْل ٰ ْٓياايُّ اها ْال ٰك ِف ُر ْو َۙنا‬
ْۗ
٦ ࣖ ‫ي ِدي ِْن‬ ‫ ال ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم او ِل ا‬٥ ُ ‫عٰ ِبد ُْونا اما ْٓ ا ا ْعبُد‬

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, (1) Aku tidak akan menyembah


apa yang kamu sembah.(2) Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang
aku sembah. (3) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang
kamu sembah, (4) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah.(5) Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku”.(6)

Sebab turun ayat ini menurut sebagian ulama adalah berkaitan dengan peristiwa
ketika beberapa tokoh musyrikin di Mekah, seperti al-Walid bin al-Mugirah, Aswad
bin ‘Abdul Mutalib, Umayyah bin Khalaf menwarkan kompromi kepada Rasul
untuk tuntutan agama. Usul mereka adalah agar Rasul Bersama umatnya mengikuti
kepercayaan mereka, dan mereka pun akan mengikuti ajaran Islam. Kemudian
turunlah surah di atas yang mengukuhkan sikap Nabi Muhammad Saw.

Usul kaum musyrikin ditolak oleh Rasul karena tidak mungkin dan tidak logis
pula terjadi penyatuab agama-agama. Setiap agama memiliki ajaran pokok dan
perincian yang berbeda. Oleh karena itu, tidak mungkin perbedaan tersebut
digabungkan dalam jiwa seseorang yang tulus terhadap agama dan keyakinannya.
Kerukunan hidup antar-pemeluk agama yang berbeda dalam masyarakat yang
plural harus diperjuangkan tanpa mengorbankan akidah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya
masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
beragam agama.
Kerukunan dalam beragama walaupun berbeda tetapi mampu untuk
saling menghargai agama satu sama lain, hanya saja hendak lebih berhati-
hati dalam bergaul untuk menetapkan kerukunan hidup beragama.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Daya. (1996). “Bingkai Teologi Kerukunan Beragama (Kembali


Kepada Kitab suci)”.

Badawi, Jamal A. “hubungan antar umat beragama”: sebuah perspektif islam


dalam memahami hubungan antar beragama, Yogyakarta:elsaq press, 2007.

Al makin, keragaman dan perbedaan: budaya dan agama dan lintas budaya,
Yogyakarta: suka press,2016

Anda mungkin juga menyukai