Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AHLI WARIS DARI GOLONGAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh 2

Dosen Pengampu : ABD. Syahid, S. Pd.I., M.A.

Disusun Oleh : Kelompok III

Samli

M. Khatami

Yunda Helka

Kelas: PAI III B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan khadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan
rencana. Makalah yang berjudul “Ahli Waris Dari Golongan Laki-Laki dan
Perempuan” ini untuk memenuhi tugas dari dosen Fiqh 2.
Pembuatan makalah ini banyak kendala yang di hadapi, namun berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat di
atasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan
rasa terimakasih kepada pihak yang telah bertkontribusi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan,
tetapi masih memerlukan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi panutan bagi para
pembaca, khususnya bagi para penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amiin.

Tembilahan, 29 Oktober 2019.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Manfaat................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3
A. Ahli Waris...........................................................................................3
B. Macam-Macam Ahli Waris dan Hak-haknya......................................4

BAB III PENUTUP............................................................................................8


A. Kesimpulan..........................................................................................8
B. Keritik dan saran.................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syari’at Islam telah meletakkan aturan kewarisan dan hukum
mengenai harta benda dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Agama
Islam menetapkan hak milik seseorang atas harta, baik laki-laki atau
perempuan melalui jalan syara’, seperti perpindahan hak milik laki-laki dan
perempuan di waktu masih hidup ataupun perpindahan harta kepada para ahli
warisnya setelah ia meninggal dunia.Islam tidak mendiskriminasikan antara
hak anak kecil dan orang dewasa. Kitabullah yang mulia telah menerangkan
hukum-hukum waris dan ketentuan masing-masing ahli waris secara
gamblang, dan tidak membiarkan atau membatasi bagian seseorang dari hak
kewarisanya. Al-Qur’an al-Karîm dijadikan sandaran dan neracanya. Hanya
sebagian kecil saja (perihal hukum waris) yang ditetapkan dengan Sunnah
dan Ijma’. Di dalam syari’at Islam tidak dijumpai hukum-hukum yang
diuraikan oleh al-Qur’an al-Karîm secara jelas dan terperinci sebagaimana
hukum waris.
Membicarakan kewarisan (farâidh) berarti membicarakan hal ihwal
peralihan harta dari orang yang telah mati sebagai pemberi waris (al-
muwarris) kepada orang yang masih hidup sebagai ahli waris (al-wâris).
Artinya warisan merupakan esensi kausalitas(sebab pokok) dalam memiliki
harta, sedangkan harta merupakan pembalut kehidupan, baik secara
individual maupun secara universal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
dapat ,menyimpulkan rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan Ahli Waris?
2. Apasajakah Macam-macam Ahli Waris dan Hak-haknya?

1
C. Manfaat
1. Mengetahui pengertian ahli waris.
2. Mengetahui macam-macam ahli waris dan hak-haknya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
AHLI WARIS DARI GOLONGAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

A. Ahli Waris
Kata “ahli waris” dalam bahasa arab disebut “‫وارث‬DD‫ “ ال‬yang secara
bahasa berarti keluarga tidak secara otomatis ia dapat mewarisi harta
peninggalan pewarisnya yang meninggal dunia.1 Karena kedekatan hubungan
keluarga juga dapat mempengaruhi kedudukan dan hak-haknya untuk
mendapatkan warisan. Terkadang yang dekat menghalangi yang jauh, atau ada
juga yang dekat tetapi tidak dikategorikan sebagi ahli waris yang berhak
menerima warisan, karena jalur yang dilaluinya perempuan.
Sedangkan pengertian ahli waris (‫ ) الوارث‬secara istilah adalah orang
yang menerima atau memiliki hak warisan dari tirkah (harta peninggalan)
orang yang meninggal dunia (pewaris). Untuk berhaknya dia menerima harta
warisan itu diisyaratkan dia telah dan hidup saat terjadinya kematian pewaris.
Dalam hal ini termasuk pengertian ahli waris janin yang telah hidup dalam
kandungan, meskipun kepastian haknya baru ada setelah ia lahir dalam
keadaan hidup. Hal ini juga berlaku terhadap seseorang yang belum pasti
kematiannya.2 Tidak semua ahli waris mempunyai kedudukan yang sama,
melainkan mempunyai tingkatan yang berbeda-beda secara tertib sesuai
dengan hubungnnya dengan si mayit.
Contoh ayat Al-qur’an yang memuat kata waris :
        
           
Artinya: dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan Dia berkata: "Hai manusia,
Kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan Kami diberi
1
Ahmad Rafiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2002), h. 59. Ahli waris
adalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan (mewaris) orang yang meninggal,
baik karena hubungan keluarga, pernikahan maupun karena memerdekan hamba sahaya (Wala’).
Lihat: Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: CV Pustaka Setia. 1999). h. 43-44.
2
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 154.

3
segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia
yang nyata". ( QS An-Naml : 16 ).
kemudian di ayat lain dalam Al- qur’an :
         
         
Artinya: dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami
binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya;
Maka Itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi)
sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. dan Kami adalah
Pewaris(nya). ( QS. AL-Qasas : 58 )3.

B. Macam-macam Ahli Waris dan Hak-haknya


Ahli waris itu ada yang ditetapkan secara khusus dalam al-Qur’an dan
langsung oleh Allah dalam al-Qur’an dan oleh Nabi dalam hadisnya; ada juga
yang ditentukan melalui ijtihad dengan meluaskan lafaz yang terdapat dalam
nash hukum dan ada pula yang dipahami dari petunjuk umum dari al-Qur’an
dan atau hadis Nabi. Artinya para ahli waris yang mempunyai hak waris dari
seseorang yang meninggal dunia baik yang ditimbulkan melalui hubungan
turunan (zunnasbi), hubungan periparan (asshar), maupun hubungan perwalian
(mawali)– dapat dikelompokkan atas dua golongan, yakni (1) ahli waris yang
hak warisnya mengandung kepastian, berdasarkan ittifa qoleh para ulama dan
sarjana hukum Islam, dan (2) golongan yang hak warisnya masih
diperselisihkan (ikhtilâf) oleh para ulama dan sarjana hukum Islam.4

1. Ahli Waris Dari Pihak Laki Laki Dan Perempuan


Orang-orang yang dapat menjadi ahli waris terdiri dari atas 25
orang, yaitu 15 orang dari pihak laki laki, 10 orang dari pihak wanita.
Mereka mendapat harta pusaka dari peninggalan jenazah secara berurutan,
menurut ketentuan hukum yang telah di gariskan dalam kitab Allah dan
Sunah Rasulullah.5

3
Maman Abd. Djalil, Fikih mawaris, (Bandung : Cv pustaka Setia, 2006). h. 43-44.
4
Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris; Hukum Kewarisan Islam,
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 63-65.
5
Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin, Fikih Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap Buku 2):
Muamalat, Munakahat, Jinayat, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2007). h. 189.

4
a. Orang yang menjadi ahli waris dari pihak laki laki yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki ( cucu laki-laki )
3. Bapak
4. Kakek ( datuk )
5. Saudara laki-laki seibu sebapak ( saudara kandung )
6. Saudar sebapak, yang laki-laki
7. Saudar seibu, yang laki-laki
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak
9. Anak laki-laki dari saudara laki laki sebapak
10. Paman seibu-sebapak dengan bapak
11. Paman sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki dari paman sebapak dengan bapak
13. Anak laki-laki dari paman seibu-sebapak
14. Suami
15. Orang yang memerdekakan budak ( bekas penghulunya )
b. Orang-orang yang menjadi ahli waris dari pihak wanita yaitu:
1. Anak perempuan
2. Anak perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek dari pihak ibu
5. Nenek dari pihak bapak
6. Saudara perempuan seibu-sebapak
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan sebapak
9. Istri
10. Perempuan yang memerdekakan budak.6
1. Macam-macam ahli waris ditinjau dari sebab-sebabnya
Dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

6
Maman Abd. djaliel, Fikih madzhab syafi’i (Edisi lengkap Buku 2): Muamalat,
munakahat,jinayat ( bandung: Cv Pustaka Setia, 2007 ). h. 190.

5
a. Ahli waris nasabiah.
b. Ahli waris sababiyah.
1. Sebab perkawinan.
2. Sebab memerdekakan hamba sahaya.
3. Sebab sesama Islam.7
2. Ahli Waris Dilihat dari segi bagian-bagian yang diterima mereka
Ahli waris dapat dibedakan kepada:
a. Ahli waris ashab al-furudh, yaitu ahli waris yang menerima bagian
yang besar kecilnya telah ditentukan dalam al-Qur’an, seperti ½, ¼,
1/8, 1/3, 1/6 dan 2/3.
b. Ahli waris ‘ashabah, yaitu ahli waris yang bagian yang diterimanya
adalah sisa setelah harta waris dibagikan kepada ahli waris ashab al-
furudh.8
c. Ahli waris zawi al-arham, yaitu ahli waris yang sesungguhnya
memiliki hubungan darah, akan tetapi menurut ketentuan al-Qur’an
tidak berhak menerima warisan.9
3. ahli waris dilihat dari jauh dekatnya hubungan kekerabatan
Ahli waris yang dekat lebih berhak menerima warisan daripada yang jauh,
dapat dibedakan menjadi:
a. Ahli waris hajib, yaitu ahli waris yang dekat yang dapat menghalangi
ahli waris yang jauh, atau karena garis keturunannya yang
menyebabkannya dapat menghalangi ahli waris yang lain.
b. Ahli waris mahjub, yaitu ahli waris yang jauh yang terhalang oleh ahli
waris yang dekat hubungan kekerabatannya. Ahli waris ini dapat
menerima warisan, jika yang menghalanginya tidak ada.10

7
Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis),
(Jakarta: Sinar Grafika. 2001), h. 53.
8
‘Ashabah di dalam bahasa Arab ialah anak laki-laki dari kaum kerabat dari pihak bapak.
Para ulama telah sepakat, bahwa mereka berhak mendapat warisan. Apabila seorang meninggal
tidak mempunyai ahli waris yang memperoleh bagian tertentu (dzawil furudh), maka harta
peninggalan itu, di serahkan semua kepada ashabah. Lihat: Mardani, Hukum Kewarisan Islam di
Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2015). h. 38
9
Ibid., h. 59-60.
10
Ibid

6
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata “ahli waris” dalam bahasa arab disebut “‫وارث‬DD‫ “ ال‬yang secara
bahasa berarti keluarga tidak secara otomatis ia dapat mewarisi harta
peninggalan pewarisnya yang meninggal dunia.
ahli waris (‫وارث‬D‫ ) ال‬secara istilah adalah orang yang menerima atau
memiliki hak warisan dari tirkah (harta peninggalan) orang yang meninggal
dunia (pewaris).
Macam-macam Ahli Waris dan Hak-haknya
Orang yang menjadi ahli waris dari pihak laki laki yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki)
3. Bapak
4. Kakek (datuk)
5. Saudara laki-laki seibu sebapak (saudara kandung)
6. Saudar sebapak, yang laki-laki
7. Saudar seibu, yang laki-laki
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak
9. Anak laki-laki dari saudara laki laki sebapak
10. Paman seibu-sebapak dengan bapak
11. Paman sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki dari paman sebapak dengan bapak
13. Anak laki-laki dari paman seibu-sebapak
14. Suami
15. Orang yang memerdekakan budak (bekas penghulunya)

Orang-orang yang menjadi ahli waris dari pihak wanita yaitu:


Anak perempuan Saudara perempuan seibu-sebapa
Anak perempuan dari anak laki-laki Saudara perempuan sebapak

8
Ibu Saudara perempuan sebapak
Nenek dari pihak ibu Istri
Nenek dari pihak bapak Perempuan yang memerdekakan
budak.

Macam-macam ahli waris ditinjau dari sebab-sebabnya


Dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Ahli waris nasabiah.
b. Ahli waris sababiyah.
1) Sebab perkawinan.
2) Sebab memerdekakan hamba sahaya.
3) Sebab sesama Islam.
Ahli Waris Dilihat dari segi bagian-bagian yang diterima mereka
Ahli waris dapat dibedakan kepada:
a. Ahli waris ashab al-furudh
b. Ahli waris ‘ashabah.
c. Ahli waris zawi al-arham.
Ahli waris dilihat dari jauh dekatnya hubungan kekerabatan
Ahli waris yang dekat lebih berhak menerima warisan daripada yang jauh,
dapat dibedakan menjadi:
a. Ahli waris hajib.
b. Ahli waris mahjub.

B. Keritik dan Saran


Semoga pembahasan yang penulis paparkan di atas dapat bermanfaat
buat pembaca, wabil khusus buat penulis pribadi. Apabila terdapat kesalahan
dan kesilapan pada pemaparan tersebut, penulis sangat mengharapkan
keritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rafiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2002).

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003).

Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: CV Pustaka Setia. 1999).

Maman Abd. Djalil, Fikih mawaris, (Bandung : Cv pustaka Setia, 2006).

Maman Abd.djaliel, Fikih madzhab syafi’i (Edisi lengkap ) Buku 2 : Muamalat,


munakahat,jinayat (bandung: Cv Pustaka Setia, 2007).

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada. 2015).

Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap dan


Praktis), (Jakarta: Sinar Grafika. 2001).

Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqh Mawaris; Hukum Kewarisan


Islam, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 2002).

10

Anda mungkin juga menyukai