PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perguruan tinggi menurut UU 2 tahun 1989, pasal 16, ayat 1?
2. Bagaimana historis pendidikan tinggi Islam di Indonesia?
3. Apa saja paradigma dalam pengembangan PAI di perguruan tinggi?
1
4. Bagaimana perguruan tinggi Islam di masa depan dalam tantangan globalisasi,
tantangan perkembangan ilmu teknologi dan tantangan moral?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu perguruan tinggi.
2. Untuk mengetahui sejarah/historis pendidikan tinggi Islam di Indonesia.
3. Untuk mengetahui apa saja paradigma dalam pengembangan PAI di
perguruan tinggi.
4. Untuk mengetahui perguruan tinggi Islam di masa depan dalam menantang
arus globalisasi, teknologi dan moral.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perguruan Tinggi
a. Pengertian Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidkan pada jenjang yang lebih tinggi dari
pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah (PP 30 tahun 1990, pasal
1, ayat 1).
3
1. Membina kualitas hasil dan kinerja perguruan tinggi, agar dapat memberi
sumbangan yang nyata kepada perkembangan IPOLEKSOSBUD di
masyarakat. Untuk dapat melaksanakan pembinaan kualitas yang baik, secara
periodik perguruan tinggi menyelenggarakan evaluasi-diri yang melibatkan
semua Unit Akademik Dasar. Evaluasi-diri sewajarnya dianggap sebagai
perangkat manajemen perguruan tinggi yang utama, karena setiap pegambilan
keputusan harus dapat mengacu pada hasil evaluasi-diri.
2. Merencanakan pengembangan perguruan tinggi menghadapi perkembangan di
masyarakat. Rencana strategis menjangkau waktu pengembangan 10 tahun,
seyogyanya dapat dibuat oleh perguruan tinggi.
3. Mengupayakan tersedianya sumberdaya untuk menyelenggarakan tugas-tugas
fungsional dan rencana perkembangan perguruan tinggi. Sumberdaya
diupayakan, tidak hanya otoritas pusat, tetapi juga dari pihak-pihak lain
melalui kerjasama, kontrak penelitian, penyediaan pendidikan dan pelatihan
khusus, sumbangan dan lain-lain.
4. Menyelenggarakan pola manajemen perguruan tinggi, yang dilandasi
paradigma penataan sistem pendidikan tinggi, dengan sasaran utama adanya
suasana akademik yang kondusif untuk pelaksanaan kegiatan fungsional
pendidikan tinggi.
B. Historis dan Eksistensi Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
a. Historis Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia
4
1. Fakultas Syariat (Agama).
2. Fakultas Pendidikan dan bahasa Arab (Yunus, 1979: 121).
IAIN i bermula dengan dua bagian yaitu fakultas di Yogyakarta dan dua
fakultas di Jakarta. Di kedua tempat ini IAIN dengan cepat berkembang menjadi
sebuah Institut denga 4 fakultas, Pada tiap fakultasnya kuliah selama 3 tahun, dan
dapat dilengkapi dengan spesialisasi selama dua tahun.
1. Fakultas Ushuluddin
2. Fakultas Syari’ah
3. Fakultas Tarbiyah
4. Fakultas Adab atau Ilmu Kemanusiaan.
b. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
5
kondusif yang dimaksudkan itu adalah kondisi kehidupan keberagaman bangsa
dan negara.
6
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang di singkat dengan
UIN SUSKA Riau pada awal berdirinya bernama Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru yang secara resmi dikukuhkan
berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2005 tanggal 4 Januari 2005
tentang perubahan IAIN Sulthan Qasim Pekanbaru menjadi UIN Sultan Syarif
Kasim Riau dan diresmikan pada 9 Februari 2005 oleh Presiden RI, Bapak Dr, H.
Susilo Bambang Yudhoyono. UIN SUSKA Riau yang dahulunya bernama IAIN
Susqa Pekanbaru Riau didirikan pada tanggal 19 September 1970 berdasarkan
surat keputusan Menteri Agama RI K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 19
September 1970 berupa penandatanganan piagam dan pelantikan rektor yang
pertama, Prof. H. Ilyas Muhammad Ali.
IAIN Susqa ini pada mulanya berasal dari beberapa Fakultas dan Perguruan
Tinggi Agama Islam Swasta yang kemudian dinegerikan, yaitu Fakultas Tarbiyah
di Universitas Islam Riau Pekanbaru, Fakultas Syariah UIR di Tembilahan, dan
Fakultas Ushuluddin di Masjid Agung an-Nur Pekanbaru, dengan persetujuan
Pemerintah Daerah, maka IAIN Pekanbaru ini diberi nama dengan Sulthan Syarif
Qasim, yaitu nama dari Sulthan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang ke-12 atau
Sulthan yang terakhir di kerajaan tersebut, dan juga nama pejuang nasional asal
Provinsi Riau. Katika didirikan, IAIN Susqa hanya terdiri atas tiga Fakultas, yaitu
Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syariah dan Fakultas Ushuluddin. Namun pada tahun
1998, IAIN Susqa mengembangkan diri dengan membuka Fakultas Dakwah.
7
pengawasan koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais) pada
wilayah setempat.
a. Paradigma Dikotomis
b. Paradigma Mekanisme
8
Aspek-aspek atau nilai-nilai kehidupan itu sendiri terdiri atas: nilai agama,
nilai individu, nilai sosial, nilai politik, nilai ekonomi, nilai rasional, nilai estetik,
nilai biofisik, dan lain-lain.
c. Paradigma Organism
1. Strenghts
a. Dukungan landasan filosofi Panasila, UUD 1945, dan keputusan-
keputusan politik yang memberi peluang untuk eksisnya lembaga
pendidikan tinggi Islam.
b. Dukungan umat Islam Indonesia yang menginginkan agar adanya lembaga
pendidikan tinggi Islam di Indonesia.
9
c. Banyaknya lembaga pendidikan Islam tingkat dasar dan menengah yang
menjadi raw input bagi pendidikan tinggi islam.
2. Weakness
a. Pendanaan yang terbatas, sehingga berdampak kepada pengembangan
yang erbatas pula.
b. Sumberdaya manusia pengelolanya baik tenaga kependidikan maupun
dosen masih terbatas, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
c. Terbatasnya sarana dan fasilitas.
d. Terbatasnya aset-aset yang dapat dikembangkan guna dijadikan sumber
dana.
3. Opportunities
a. Harapan masyarakat terutama umat Isla sangat besar terhadap pendidikan
tinggi Islam.
b. Semakin sadranya masyarakat Indonesia terutama umat Islam tentang
kedudukan perguruan tinggi dalam era globalisasi guna membentuk
manusia yang unggul.
c. Semakin banyak lembaga pendidikan tinggi Islam yang berkualitas
sehingga digandrungi masyarakat.
4. Threats
a. Masih banyak perguruan tinggi Islam ang masih dalam proses
pembianaan, sehingga dikhawatirkan kalah bersaing di era persaingan
sekarang.
b. Semakin sulitnya mendapat lowongan kerja bagi lulusan pendidikan tinggi
Islam terutama alumni imu-ilmu keagamaan.
c. Belum berdirinya lembaga pendidikan menengah keagamaan negeri
(MAK Negeri), yang merupakan lembaga pendidikan yang berdiri semdiri
di samping Madrasah Aliyah. Lembaga inilah diharapkan untuk menjadi
raw input bagi IAIN/STAIN dan UIN serta sekolah tinggi, institut, dan
universitas yang mengonsentrasikan keilmuannya pada ilmu agama Islam.
10
d. Belum terumuskannya konsep Islamisasi ilmu, sehingga ciri keislamannya
pada universitas Islam belum kelihatan dengan jelas.
b. Perguruan Tinggi Islam ke Depan
1. Tantangan Globalisasi
Dunia tanpa batas adalah kenyataan hidup kita saat sekarang, sekat-sekat batas
antarnegara telah menipis. Di dunia yang seperti ini maka arus keluar masuk,
manusia, jasa, teknologi, barang ke suatu negara adalah sesuatu yang lumrah.
Selain dari itu, saling pengaruh budaya pun tidak bisa dihindari. Pengaruh ini
tidak bisa dihindari dan akan terjadi persaingan global. Pada alam kompetitif
maka kualitas menjadi andalan. Karena kualitas mejadi andalan, maka
peranan perguruan tinggi semakin dominan untuk membentuk manusia
berkualitas tersebut. Jadi, dengan demikian perguruan tinggi masa depan itu
adalah perguruan tinggi bermutu.
3. Tantangan Moral
Salah satu dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi serta
globalisasi adalah munculnya semangat hedonism. Falsafah hidup hedonisme
ini telah bekembang pesat di berbagai negara ditandai dengan berbagai
indikasi, yakni semakin meluaskan kebebasan seks dengan segala
11
perangkatnya, narkoba dan segala jenisnya merupakan indikasi betapa
merosotnya moral. Berkenaan dengan itu maka pendidikan tinggi Islam mesti
memiliki peranan sungguh-sungguh untuk menjadi pionir dalam menegakkan
moral, termasuk memperkukuh moral akademik.
12
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Perguruan tinggi Islam di masa yang akan datang sangat berperan dan
turut serta menyumbangkan darma baktinya bagi pembangunan bangsa. Untuk
lebih mengefektifkan peranannya di masa depan, maka beberapa problema yang
dikemukakan di atas mesti disahuti, diberikan respons dan konsep-konsep guna
menjawab beberapa tantangan tersebut, yakni tantangan globalisasi yang di mana
kualitas menjadi andalan, maka peranan perguruan tinggi semakin dominan untuk
membentuk manusia yang berkualitas. Ilmu pengetahuan dan tantangan moral.
Demikianlah isi makalah ini yang dapat penulis paparkan, penulis telah
berusaha semaksiamal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Penulis masih
memerlukan kritikan dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makah ini.
Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca,
khususnya bagi penulis sendiri, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
13
DAFTAR PUSTAKA
Haidar Putra Daulay, 2004, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, Jakarta: Kencana.
Uin-suska.ac.id, 2015, Sejarah UIN Sultan Syarif Kasim profil dan sejarah.
14