Anda di halaman 1dari 18

WAJAH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

(Kondisi dan Tantangan pendidikan Islam)

1. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia


2. Institusi Pendidikan Islam di Indonesia
3. Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
4. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Islam di
Indonesia
5. Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam
6. Rekonstruksi Pendidikan Islam ke Depan
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA
Zuhairini, mengklasifikasikan sejarah pendidikan Islam di Indonesia
ada 8 fase, yaitu fase datangnya Islam ke Indonesia; fase
pengembangan dengan melalui proses adaptasi; fase berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam (proses politik); fase kedatangan orang
barat (zaman penjajahan); fase penjajahan Jepang; Fase
Penjajahan Jepang; Fase Indonesia Merdeka; Fase Pembangunan
 Perkembangan dan pertumubuhan lembaga pendidikan Islam
dipengaruhi oleh :
1) Ideologi dan aliran yang diyakini oleh penyelenggara
pendidikan.
2) Kondisi sosial ekonomi dan politik bagsa. Hal ini menjadikan
wajah pendidikan islam di Indoneia bercorak dengan berbagai
model dan variannya.
1. Fase datangnya Islam ke Indonesia
Pertama, letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan jalan
internasional dari
jurusan timur tengah menuju tiongkok.
Kedua, Kesuburan tanah yang menghasilkan bahan-bahan keperlua hidup yang
dibutuhkan oleh bangsa lain, misalnya rempah-rempah yang akhirnya Indonesia
ditinggali oleh para pedagang dari manca negara. Abad 7m/1H dibawa oleh
saudagar/mubalig gujarat/china
2. Fase kedua, yakni Dakwah melalui
masa pengembangan akulturasi
dengan proses budaya dan
adaptasi,
perkawinan
Pendidikan Islam tersus berkembang. Mahmud Yunus menggambarkan
pendidikan Islam pada fase ini ditandai dengan terbentuknya sistem langgar atau
surau sebagai pusat studi keislaman. Seorang juru dakwah disebut modin dalam
bentuk
3. Padapengajian-pengajian
fase ketiga (munculnya kerajaan Islam)
Pendidikan islam mendapat dukungan yang penuh dari kerajaan, kerajaan islam
yang pertama
adalah fase atau kerajaan Samudera di Aceh yang beridiri pada abad 10 M dengan
rajanya yang pertama Al Malik Ibrahim bin Mahdum. Pendidikan Islam
dikendalikan politik kerajaan. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang
syariat ialah Fiqh Madzhab Syafi’I, Sistem pendidikannya secara informal
berupa majlis taklim dan halaqah, dibiayai negara/ kerajaan, tokoh pemerintah
merangkat sbg ulama.
Pendidikan Islam pertama kali masuk ke Jawa pada abad 14 M (1399 M) di bawa
oleh Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik dikembangkan oleh
4. Pada fase kedatangan orang barat (zaman penjajahan belanda)
Pendidikan Islam di Indonesia mengalami banyak kendala sehingga mengalami
kemunduran yang luar biasa. Sejak zaman VOC, kedatangan Belanada ke Indonesia
sudah bermotif ekonomi, politik, dan agama. Pondok Pesantren, Masjid,
Mushalla dianggap tidak membantu Belanda.
Belanda membentuk satu badan khusus yang di beri nama Priesterraden. Badan
ini bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam pribumi.
1905 pengajian hrs ada ijin resmi dr belanda, 1925 tidak semuai kyai boleh mengisi
pengajian/ guru.1932 penutupan pondok pesantren. Sekolah pribumi hrs
berijin klo tidak di tutup
5. Pendidikan islam pada fase penjajahan Jepang mengalami sedikit kebaikan
dibading pada zaman belanda walaupun secara umum terbengkalai. Pendidikan
dimanfaatkan mencetak tentara pembelaja jepang., materi baris, bernyanyi,
kerja bhakti.
madrsah-madrsah yang berada di pondok pesantren yung bebas dari pengawasan
langsung pemerintah jepang. Jepang balas budi pd orang Indonesia dgn :
a. Pondok pesantren yang besar sering mendapat kunjungan dan bantuan dari
pembesar-pembesar Jepang
b. Sekolah negeri diberi pelajaran Budi Pekerti yang isinya Identik dengan ajaran
Agama
c. Memberikan izin pendirian Sekolah Tinggi Islam di Jajarta yang dipimpin oleh
KH. Wahid Hasyim, Kahjar Muzakir, dan Bung Hatta
6. Fase Indonesia merdeka
Pada awal masa ini kondisi Indonesia masih belum stabil, akan tetapi perhatian
pemerintah terhadap pendidikan Islam cukup besar. Pendidikan agama saat itu secara
formil institusiomal dipercayakan kepada Departemen agama dan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1946 SK menteri agama dan Depdikbud pendidikan
agama diberikan mulai kelas IV sampai Kelas VI SR (Sekolah Rakyat)

7. Pada fase pembangunan atau zaman orde baru


Kehidupan sosial, agama, dan politik diIndonsia mengalami kemajuan yang cukup
baik. Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah tentang pendidikan Islam yang
semakin mantap. Pemerintah Orde Baru betekad sepenuhnya untuk kembali
kepada UUD 1945 dan melaksanakannya secara murni. Pendidikan agama
makin memperoleh tempat yang kokoh dalam struktur organisasi pemerintahan
dan masyarakat. Dalam sidang-sidang MPR yang menyususn GBHN pada tahun
1973-1978 dan 1983 selalu ditegaskan bahwa pendidikan agama menjadi mata
pelajaran wajib di sekolah-sekolah negeri maupun swasta di semua jenjang
pendidikan
INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA
 Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Instutusi Pendidikan dikelompokkan
menjadi tiga Kelomok, yaitu Pendidikan Islam Formal,
Pendidikan Islam Non-Formal, dan Pendidikan Islam In-
Formal
 UU N0 2 th 1989 ttg Standar Nasional Pendidikan (SNP)
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, maka pendidikan Islam di bawah kemenag setara
dengan jenjang pendidikan di bwh dinas. Ada integrasi
anggaran, standar pendidikan, akreditasi dll
 Peraturan perundang-undangan dan anggaran
pendidikan. SKB 3 Mentri (Agama, Pendidikan Nas dan
Dalam Negeri) th 1975 bahwa kurikulum madrasah dr
ibtidaiyah s/d aliyah 70% agama dan 30% umum. Maka
lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang atasnya dan ke
sekolah umum dan PT/Universitas.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA
PONDOK PESANTREN
Model perkembangannya :
1. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan
menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memilki
sekolah keagamaan (MI, MTs, MA. Dan PT. Agama Islam)
maupun yang juga memilki sekolah umum (SD, SMP, SMA, dan
PT Umum).
2. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam
bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak
menerapkan kurikulum nasional.
3. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam
bentuk Madin
4. Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.
MADRASAH
 Jenjang Pendidikan Madrasah yaitu yaitu Raudlotul Athfal (RA), Madrsah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).
SEKOLAH ISLAM
 Bentuk dari modernisasi pendidikan Islam yg disebabkan ketidakpuasan
terhadap penyelenggaraan madrasah. Awal munculnya Sekolah Islam
berawal dari adanya sekelompok masyarakat yang berlatar belakang agama
yang mempuntai gagasan membuka sekolah dengan sistem modern dan
tuntutan zaman dengan tambahan pendidikan agama
PERGURUAN TINGGI ISLAM (PTI)
 Tujuan PTI : Pendidikan tinggi Islam bertujuan untuk mendidik tenaga
ahli dalam bidang Ilmu agama Islam dan sebagai pusat pengembanagan
intelektualisme agama Islam.
 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasioanl
pasal 19 ayat 1 menyatakan “Pendidikan tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi”.
SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA

 Sistem pendidikan adl satu kesatuan gagasan, prinsip pendidikan yang


saling berkaitan dan menjadi satu keseluruhan.
 Penyelenggaraan Sistem Pendidikan di Indonesia sudah diatur dalam
Undang-Undang SISDIKNAS kemudian dijabarkanke dalam Peratuaran
Pemerintah lalu dioprasionalkan dalam peraturan menteri.
 Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Islam In-Formal dan Non-formal
memang disebut dalam Peratuarn Pemerintah akan tetapi dalam
pelaksaannya berjalan secara alami tanpa terikat dengan peraturan yang
baku dan diselenggrakan sesuai dengan situasi, kondisi dan tujuan
penyelenggaraannya
 Sistem penyelenggaran pendidkan Islam formal di Indonesia sebagai bagian
dari pendidikan nasional maka mengikuti aturan dalam Sistem Pendidikan
Nasional.
 Penyelenggaraan Pendidikan Islam mengacu pada 8 Standar Pendidikan
Nasional yang sudah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Yaitu standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
Output/lulusan pendidikan harusnya memiliki 9
(sembilan) karakter/ciri sumber daya manusia Indonesia
yang dilahirkan melalui proses pendidikan nasional
yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Masa Esa, (2) berakhlak mulia, (3) sehat, (4) berilmu,
(5) cakap, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) menjadi warga
Negara yang demokratis, dan (9) bertanggung jawab.
9 karakter manusia Indonesia ini telah mencakup 5
ranah/potensi pendidikan (pikir/intelektual, rasa/sosial,
raga/kinestik, karsa/psikis, religi/spiritual).
Orientasi pendidikan arahnya pada pemenuhan
perubahan agraris ke industri shg hanya tujuan transfer
of knowlege and skill
TANTANGAN DAN PELUANG PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA
Menurut Iqbal bahwa ada tiga hal yang menyebabkan kemunduran Pendidikan umat
Islam yaitu: Pertama, mistisisme asketik. ’Thought and Reflektions of
Iqbal’,Kedua, hilangnya semangat induktif. Ketiga, adanya idealisasi capaian-
capaian masa lampau, absolutisme pemikir mazhab dan otoritas perundang-undangan
yang mapan, telah melumpuhkan perkembangan pribadi dan menyebabkan hukum
Islam praktis stagnan.
Tantangan pendidikan Islam selanjutnya di era globalisasi ini adalah pada bidang
manajemen pendidikan. Managemen sistem kekeluargaan sdh hr dihilangkan.
Adanya design/ perencanaan yang berkelanjutan dan kolegian, spt TQM,
Benchmarking Management (standart mutu pasar), School Based Management
(kebutuhan sekolah)
Kebijakan pendidikan Nasional yang berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kinerja pendidikan (educational performance) Indonesia adalah
kurang diperhitungkannya lembaga pendidikan Islam dalam sistem pendidikan
Nasional. Pemerataan kebijakan terkait anggran pendidikan.

Lembaga pendidikan Islam, misalnya madrasah, pondok pesantren maupun sekolah


Islam masih dipandang sebelah mata dan kurang diperhitungkan atau dinomor duakan
setelah sekolah umum.
Lembaga pendidikan Islam diasosikan sbg pendidikan terbelakang, kurang bermutu
serta tidak menghasilkan lulusan (educational output) yang memadai dan tidak
memiliki kemampuan komprehensif-kompetitif terutama dalam bidang ilmu
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

1. ANALISIS SWOT (STRENGT, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, TREAT)

Pertama, Kekuatan (STRENGT) : Pendidikan Islam (pesantren, madrasah,


sekolah yang bercirikan Islam, dan perguruan tinggi) lebih besar > 80 %
dikelola oleh swasta
Kedua,kelemahan (WEAKNESS) : Pendidikan Islam posisinya lemah, tidak
profesional hampir disemua sektor dan komponennya, stress, terombang-
ambing antara jati dirinya, apakah ikut model sekolah umum atau antara ikut
Diknas dan Depag. Belum ada sistem yang mantap dalam pengembangan
model pendidikan agama dan pendidikan keagamaan
Ketiga, kesempatan (OPPORTUNITIES), bahwa dalam UU No.20 Th.
2003 memberi kesempatan atau momentum pengembangan pendidikan
agama dan keagamaan. Pendidikan Islam diakui sama dengan pendidikan
yang lain
Keempat, ancaman (TREAT) : bahwa banyak lembaga pendidikan lain yang
lebih tangguh dan berkualitas, Ilmu dan teknologi yang berkembang sangat
pesat
A. Muktiberlum terkejar oleh
Ali, berpendapat pendidikan
bahwa Islam,
kelemahan pendidikan
pendidikan Islam Islam
dewasakehilangan
ini, disebabkan
oleh faktor pendidikan Islam selalu menjadi warga kelas dua, tercabut dari
jati dirinya,
penguasaan
akar budayasistem dan metode,
komunitas bahasa sebagai alat untuk memperkaya persepsi, dan
musliminya
ketajaman interpretasi (insight), kelemahan kelembagaan (organisasi), kelemahan
2. PENATAAN PENDIDIKAN ISLAM KE DEPAN

Pertama, pendidikan harus membangun prinsip kesetaraan antara sektor pendidikan


dengan sektor-sektor lain dgn cara open maindet dan kerjasama disegala bidang
Kedua, pendidikan merupakan wahana pemberdayaan masyarakat dengan
mengutamakan penciptaan dan pemeliharaan sumber yang berpengaruh, seperti keluarga,
sekolah, media massa, dan dunia usaha.
Ketiga,prinsip pemberdayaan masyarakat dengan segenap institusi sosial yang ada di
dalamnya, terutama institusi yang dilekatkan dengan fungsi mendidik generasi penerus
bangsa. Seperti pesantren, keluarga, dan berbagai wadah organisasi pemuda sbg bagian
terpadi pendidikan
Keempat, prinsip kemandirian dalam pendidikan dan prinsip pemerataan menurut warga
negara
secara individual maupun kolektif untuk memiliki kemampuan bersaing dan sekaligus
kemampuan bekerja sama
Kelima, dalam kondisi masyarakat pluralistik diperlukan prinsip toleransi dan konsensus.
Keenam, prinsip perencanaan pendidikan
Ketujuh, prinsip rekonstruksionis, bahwa kondisi masyarakat selalu menghendaki
perubahan mendasar
Kedelapan, prinsip pendidikan berorientasi pada peserta didik
Kesembilan, prinsip pendidikan multicultural, bahwa sistem pendidikan harus memahami
bahwa masyarakat yang dilayaninya bersifat plural,
Kesepuluh, pendidikan dengan prinsip global, artinya pendidikan harus berperan dan
3. KARAKTER SDM PROSES PENDIDIKAN ISLAM MENURUT
SISDIKNAS
MENCIPTAKAN INSAN cerdas intelektualnya saja, melaikan juga harus
disertai dengan cerdas sosial, cerdas pribadi (kejiwaan), dan cerdas
spiritualnya.
ada 9 (sembilan) karakter/ciri sumber daya manusia Indonesia yang dilahirkan
melalui proses pendidikan nasional yaitu:
(1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Masa Esa,
(2) berakhlak mulia,
(3) Sehat,
(4) berilmu,
(5) cakap,
(6) kreatif,
(7) mandiri,
(8) menjadi warga Negara yang demokratis,
(9) bertanggung jawab.
Kesembilan karakter manusia Indonesia ini telah mencakup kelima
ranah/potensi pendidikan. (Undang-undang nomor 20 tahun 2003)
KONDISI PENDIDIKAN ISLAM
 Iqbal dalam bukunya Tajdid fikr Ad Din fi al Islam, mengatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah mencetak manusia. Dalam Islam,
manusia adalah makhluk yang terdiri dari jasad dan ruh. Artinya,
makhluk jasadiyah dan ruhaniyah sekaligus. Keduanya harus dikelola
dari manusia secara seimbang agar kelak lahir manusia yang utuh
ruhiyyah dan jasadiyyah. Dengan demikian pendidikan yg ideal hrs
memperhatikan dimensi realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual
dan spiritual dari peserta didik yg seimbang.
 Realitas : Tujuan pendidikan islam cenderung berorientasi kepada
kehidupan akhirat semata dan bersifat defensif. Hal ini sebagaimana
yang dikemukakan oleh Rahman bahwa :
Strategi pendidikan islam yang ada sekarang ini tidaklah benar-benar
diarahkan kepada tujuan yang positif, tetapi lebih cenderung bersifat
defensif yaitu untuk menyelamatkan pikiran kaum Muslimin dari
pencemaran atau kerusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan-
gagasan Barat yang datang melalui berbagai disiplin ilmu,terutama
gagasan-gagasan yang akan meledakkan standar moralitas Islam
LANGKAH PEMBAHARUAN
PENDIDIKAN ISLAM
 Menurut Rahman, ada beberapa hal yang haruh dilakukan :
Pertama, tujuan pendidikan Islam yang bersifat defensif dan cenderung
berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat tersebut harus segera
diubah.Tujuan pendidikan islam harus berorientasi kepada kehidupan
dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada Al-Qur’an dan al Hadits
Kedua, beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat harus
segera dihilangkan.Untuk menghilangkan beban psikologis umat Islam
tersebut,Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang
menyeluruh secara historis dan sistimatis mengenai perkembangan
disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi,hukum,etika,hadis ilmu-ilmu
sosial,dan filsafat
Ketiga, sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan juga harus
dirubah. Sebab menurut Rahmah, ilmu pengetahuan tidak ada yang salah,
yang salah adalah penggunanya.
WAJAH LULUSAN PENDIDIKAN ISLAM
Pemetaan Lulusan pendidikan Islam
a. Lulusan sampai tahun 50-an.
- Hanya menguasai ilmu agama saja, karena sistem dan kurikulum
pendidikan nasional belum saling terkait dilembaga pendidikan
- Berparadigma bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan tidak
penting dan kurang dipelajari
b. Lulusan zaman sekarang
- Menguasai ilmu agama dan ilmu umum
- Integrasi antara kurikulum, peraturan perundang-undangan dan anggaran
pendidikan. SKB 3 Mentri (Agama, Pendidikan Nas dan Dalam Negeri) th
1975 bahwa kurikulum madrasah dr ibtidaiyah s/d aliyah 70% agama dan
30% umum. Maka lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang atasnya dan ke
sekolah umum dan PT/Universitas.
- Sejak keluarnya UU n0 2 th 1989, uu 20 TH 2003, pp 74 TH 2009), maka
pendidikan Islam di bawah kemenag setara dengan jenjang pendidikan di
bwh dinas. Ada integrasi anggaran, standar pendidikan, akreditasi dll
- Integrasi bidang pengelolaan pendidikan Islam mene\jadi Satu Pintu,
antara Dinas dan Kemenag belum terjadi sampai sekarang
PERUBAHAN PADA PENDIDIKAN ISLAM
 Dilandasi adanya integrasi pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan
Nasional
 Kesejajaran anggaran, aturan perundang-undangan SNP dan Perhatian
Pemerintah terhadap Pendidikan Islam
 Muncul model madrasah sebagai sekolah umum bercirikhas agama,
terpadu, kejuruan
 Muncul sekolah umum bercirikhas pendidikan Islam
 Perubahan pesantren selain penyelenggaraan pendidikan agama,
pendidikan madrasah s/d PT serta penyelenggaraab pendidikan umum
dr Dasar s/d SMU
 Harapannya : masyarakat memberikan perubahan mindset
(anggapan/paradigma) positif terhadap keluaran (ouptup/outcome)
pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai