Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nurul Ariani

Kelas: PPG Prajab Biologi A

TUGAS RELEVANSI PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

1. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


Pendidikan adalah suatu kebutuhan agar manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kodratnya. Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu tokoh Nasional dalam bidang
pendidikan. Menurut beliau, pendidikan menuntun terhadap segala kodrat yang dimiliki anak-
anak, agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara pada masa sebelum kemerdekaan mendirikan Taman Siswa pada
tahun 1922. Lembaga ini merupakan hasil pemikiran dan pengamatan beliau ketika melihat
pendidikan yang menggunakan sistem barat terlalu intelektualistik dan materialistik sehingga
menghasilkan output anak-anak yang cenderung individualistik. Sistem pendidikan yang tepat
menurut beliau adalah pendidikan yang menyertakan kebudayaan di dalamnya. Pada abad
tersebut keinginan serta kebutuhan untuk berpendidikan dari masyarakat meningkat, akan tetapi
sekolah-sekolah yang tersedia masih kurang. Pendidikan hanya dapat dikenyam oleh orang-
orang yang berkepentingan. Pemerintahan Hindia Belanda memang tidak terlalu mementingkan
pendidikan bagi bangsa ini.
Ki Hadjar Dewantara pada masa sebelum kemerdekaan berusaha menyediakan wadah
pendidikan yang dapat menyisipkan sisi kultural di dalamnya. Sistem pendidikan barat dirasa
kurang cocok karena siswa menjadi cenderung individual. Kemudian pada masa kemerdekaan,
beliau mencari cara terkait proses akulturasi budaya dari luar dan system pendidikan anak-anak
yang mendekatkan anak-anak ke kehidupan masyarakat. Pada masa sekarang jauh setelah
kemerdakaan, pemikiran Ki Hadjar Dewantara dijadikan dasar Kerangka Pendidikan Nasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3,
tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pemikiran-pemikiran beliau saat ini juga menjadi landasan penyusunan kurikulum Merdeka,
yaitu terbentuknya profil siswa yang Pancasilais.

2. Sejarah Pendidikan Indonesia


a. Pendidikan Pada Masa Kerajaan
Sistem pendidikan semenjak periode awal berkembangnya agama Hindu-Budha di
Indonesia sepenuhnya sudah bermuatan keagamaan. Pelaksanaan pendidikan keagamaan
Hindu-Budha berada di padepokan-padepokan. Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak
praktik pendidikan di zaman kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Kerajaan Kutai (Pulau
Kalimantan), Kerajaan Tarumanegara hingga Majapahit (Pulau Jawa), Kerajaan Sriwijaya
(Pulau Bali dan Sumatera). Kaum Brahmana pada masa Hindu-Budha merupakan kaum
yang menyelenggarakan pendidikan dan pelajaran. Maka perlu diketahui bahwa sistem kasta
yang diterapkan di Indonesia tidak terlalu keras seperti sistem kasta yang ada di India.
Adapun beberapa materi-materi yang dipelajari ketika pendidikan keagamaan Hindu-Budha
berlangsung, yaitu teologi (ilmu agama), bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), ilmu-ilmu
kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu-ilmu eksakta (ilmu perbintangan), ilmu pasti yaitu
(perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa), dsb.
Pada abad ke-13 saudagar dari Gujarat datang dan mulai menginisiasi pendidikan
berlandaskan ajaran Islam di Indonesia. Mula-mula kehadiran mereka terjalin melalui
hubungan teratur dengan para pedagang asal pulau Sumatra dan Jawa. Kemudian para
saudagar yang beragama Islam asal Gujarat itu di Indonesia menjadi penyebar agama Islam.
Ajaran agama Islam awal berkembang di kawasan pantai pesisir, sementara ajaran agama
Hindu masih berjalan di kawasan pedalaman. Kerajaan Samudra-Pasai (1297) di Indonesia
menjadi kerajaan Islam pertama lebih tepatnya Aceh. Pada masa pra-kolonial pendidikan
agama Islam berbentuk pendidikan di pesantren, pendidikan di musola/langgar dan
pendidikan di madrasah. Pertama, Pendidikan di mushola/langgar dilaksanakan secara
sederhana dengan binaan guru mengaji yang memiliki status dibawah kyai, materi yang
diajarkan membaca Al-Qur’an dan Fiqih Dasar. Kedua, Pendidikan di pesantren memiliki
sistem pendidikan pemondokan sederhana, materi pembelajaran bersifat khusus
(keagamaan), penghormatan tertinggi kepada guru, tidak ada gaji untuk guru karena
memotivasi santri semata-mata karena Allah SWT., dan santri datang untuk menuntut ilmu
secara suka rela. Ketiga, pendidikan di madrasah memiliki sistem pendidikan yang
mengajarkan agama dan ilmu pengetahuan seperti astronomi (ilmu falak), dan ilmu
pengobatan. Ketiga sistem pendidikan Islam ini tetap bertahan sejak datangnya kolonial
Belanda hingga saat ini.
b. Pendidikan pada Masa Portugis
Kedatangan Portugis disusul dengan bangsa Spanyol datang ke Indonesia untuk
berdagang dan menyebarkan Agama Nasrani (Khatolik). Pada tahun 1536 berdiri sebuah
seminarie di Ternate yang menjadi sekolah agama anak-anak orang terkemuka. Pelajaran
yang diberikan di sekolah Nasrani (Katholik) beberapa diantaranya pelajaran agama,
membaca, menulis dan berhitung.

b. Pendidikan pada Masa Belanda


Belanda datang ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan menciptakan
kekuasaan baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis pada akhir abad ke-16. Agama
Katholik yang disebarkan oleh Portugis digantikan dengan agama Protestan yang dianutnya.
Sekolah-sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya telah terpengaruh
agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol. Sekolah pertama di Ambon didirikan
oleh VOC pada tahun 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis dan
sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah. Sekolah ini memiliki
tujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap sehingga dapat dipekerjakan di
administrasi dan gereja pada pemerintahan. Bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar
hingga tahun 1786. Pendidikan kejuruan mulai muncul sejak abad ke-19.
c. Pendidikan pada Masa Jepang
Jepang merupakan salah satu negara penjajah Indonesia yang berlangsung lumayan
pendek (17 Maret 1942–17 Agustus 1945). Jepang menguasai Indonesia di masa perang,
segala usaha Jepang ditujukan hanya untuk perang, seperti bergotong-royong
mengumpulkan batu, kerikil, dan pasir untuk pertahanan, menanami umbi-umbian dan sayur
untuk bahan pangan, menanam pohon jarak untuk menambah pasokan minyak demi
kepentingan perang. Runtuhnya pengaruh kolonial Belanda diikuti dengan tumbangnya
sistem pendidikannya pula.Pendidikan Sekolah Rakyat (Kokomin Gakko) 6 tahun, Sekolah
Menengah Cu Gakko (laki-laki) dan Zyu Gakko (perempuan) 3 tahun yang ada di Indonesia
sejak masa Jepang dan masih banyak lagi sekolah kejuruan (sekolah guru), yaitu sekolah
untuk mempersipkan tenaga pendidik dalam jumlah yang besar demi memompa dan
mempropagandakan semangat Jepang kepada anak didik.
d. Pendidikan pada Masa Kemerdekaan
Tokoh pendidik yang berjasa pada masa kolonial Belanda seperti Ki Hajar
Dewantara, Moh. Syafe’i ,dan Mr. Suwandi diangkat menjadi penentu kebijakan pendidikan
nasional oleh pemerintahan Indonesia.
e. Pendidikan pada Masa Orde Baru
Usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III dan seterusnya
telah dilancarkan oleh pemerintahan Orde Baru. Rencana pendidikan dalam Pelita I ini dapat
dikembangkan menurut satu rencana dan menyesuaikan keuangan Negara.
f. Pendidikan pada Masa Reformasi
Kurikulum 1994 digunakan pada masa pemerintahan Habibie telah mengalami
penyempurnaan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pendidikan pada masa pemerintahan
Megawati mengalami perubahan tatanan, antara lain:
1) Diubahnya Kurikulum 1994 ke Kurikulum 2000 menjadi Kurikulum 2002 setelah
disempurnakan (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yaitu kurikulum dalam orientasinya
dalam pendidikan fokus pada 3 aspek utama yang dikembangkan, antara lain aspek afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan pada 8 Juli 2003
yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan
menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjujung HAM
3) Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih berlaku
ditambah dengan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Setelah penetapan UU
tersebut disusul dengan pergantian Kurikulum KBK menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) berdasarkan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. KTSP merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta
silabus.
4) Kurikulum 2013 atau biasa disebut dengan Kurtilas merupakan kurikulum yang diterapkan
pada masa peralihan pemerintahan antara Presiden SBY dan Presiden Jokowi. Kurtilas
memiliki empat aspek penilaian, yaitu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku.
Anies Baswedan sempat menghentikan pelaksanaan Kurtilas di beberapa sekolah untuk
mengevaluasi ulang kurikulum ini. Pada tahun 2016, kurikulum ini telah direvisi dan
kembali diberlakukan di beberapa sekolah
5) Kurikulum Prototipe 2022
Kurikulum ini merupakan kurikulum terbaru yang mengakomodasi keadaan pembelajaran
yang terganggu karena pandemi. Dalam sejarah kurikulum di Indonesia, ini merupakan
kurikulum pertama yang memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menentukan
proses belajarnya. Pada kurikulum sebelumnya, untuk masuk ke jurusan tertentu peserta
didik akan melalui seleksi tertentu.

6) Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam
di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk
memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil
pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh
pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

3. Refleksi
Topik pertama ini membahas tentang bagaimana perjalanan pendidikan Indonesia.
Bermula dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang memasukkan budaya dalam pembelajaran
agar tidak menghasilkan manusia yang individualistik. Secara tidak langsung, tugas dari
seorang guru adalah sebagai tuntunan untuk perkembangan peserta didik, bukan hanya sekedar
transfer ilmu.
Topik ini juga membahas sejarah pendidikan Indonesia. Pendidikan bermula pada masa
kerajaan yang fokusnya pendidikan keagamaan sesuai corak kerajaannya, begitu pula pada
masa penjajahan fokus pendidikan lebih banyak pada keagamaan sesuai yang dibawa oleh
Negara yang menduduki. Pergantian kurikulum sejak awal kemerdekaan antara lain yaitu:
a) Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
b) Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952)
c) Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
d) Kurikulum 1968
e) Kurikulum 1975
f) Kurikulum 1984
g) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
h) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
i) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
j) Kurikulum 2013 (K-13)
k) Kurikulum Prototipe/Peralihan
l) Kurikulum Merdeka

Anda mungkin juga menyukai