Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL OBSERVASI

(Museum Pendidikan Nasional UPI)


Dianjurkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu :
Wawan Setiawardani M,Pd.

Disusun Oleh
Anggi Nurul Ainun Nisa (1801724)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN


FAKUKTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Laporan Hasil Observasi
Museum Pendidikan Nasional UPI
(Keterkaitan Kebudayaan dan Pendidikan)
Landasan Historis Pendidikan

Pandangan ke masa lalu mengenai proses perjalanan pendidikan-pendidikan


nasional yang terjadi pada periode-periode tertentu. Pendidikan seiring berjalannya
waktu dan zaman mengalami beberapa progress dari beberapa factor seperti
kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran, seragam dan lainnya.

 Zaman Praaksara
Zaman dimana manusia belum mengenal tulisan sama sekali. Terdapat 2 sumber yang
menjadi bukti dari kehidupan zaman ini. Adanya fosil yaitu kerangka-kerangka
manusia, hewan maupun tumbuhan yang telah membatu. Dan artefak yaitu perkakas /
benda-benda manusia purba pada masa itu untuk mendukung kehidupannya,
diantaranya kapak genggam, kapak lonjong dan mata pisau. Bersifat sederhana,
masih bersifat berbaur dengan alam. Banyak materi yang diajarkan pada zaman ini
seperti meramu, berburu dan memilah makanan. Tiga hal itu merupakan pembagian
tugas sekalian pendidikan yang diberikan oleh orangtua, yang disana berperan sebagai
guru. Evaluasi pebelajaramnya secara langsung karena belum adanya sistem sekolah.
 | Pendidikan Berbasis Agama |
1. Agama Hindu
Sudah mengenal tulisan, ada bahasa sansakerta dan tulisan pallawa dalam prasasti.
Masuk ke Indonesia melalui proses Hindunisasi pada abad ke 4. Pusat pendidikannya
di pecatrikan. “Pecatrikan, merupakan tempat berkumpulnya para catrik, yaitu murid-
murid yang belajar kepada guru di suatu tempat.’ (Sadulloh dan Setiasih, 2017 : 129)
Sistem pendidikan lainnya di dalam agama Hindu “masih terbatas kepada golongan
minoritas, kasta Brahmana dan Ksatria belum menjangkau golongan mayoritas, kasta
Waisya dan Sudra.” (Sadulloh dan Setiasih, 2017 : 126)
Banyak kerajaan-kerajaan Hindu yang tersebar pada saat itu seperti Kerajaan
Singosari dan Kerajaan Sriwijaya.
2. Agama Islam
Pusat pendidikannya di Mesjid Agung Demak, Mesjid Menara Kudus dan Mesjid
Agung Banten, karena belum ada sekolah. Ulama-ulama dari luar pulau jawa maupun
daerah belajar disana lalu kembali lagi ke daerahnya untuk mengaplikasikan ilmu
yang telah didapatnya. Islam memiliki dasar pendidikan “keyakinan terhadap Allah
Yang Maha Esa termasuk rukun iman yang enam, melaksanakan semua syariat
Islam : perintah dan larangan Allah dan melakukan amalan saleh. Tujuan pendidikan
Islam harus dalam rangka meningkatkan pengabdian manusia kepada Allah.”
(Sadulloh dan Setiasih, 2017 : 135) Terdapat kitab kuning, wayang dan Al-Qur’an
sebagai media penyebaran agama Islam.
3. Agama Kristen
Dibawa bangsa Eropa ke Indonesia khususnya ke Maluku (Indonesia) mencari
rempah-rempah bersamaan dengan menyebarkan agama Kristen. Sudah ada sistem
sekolah, namun materi-materi yang disampaikan hanya seputar agama Kristen. Jadi
masih bersifat keagamaan bukan bersifat umum. Gurunya pendeta dan muridnya
mereka yang beragama Kristen. Media pembelajarannya ada salib Yesus Kristus.
 |Pendidikan Kolonialisme Belanda|
Pendidikannya sudah mengenal sekolah umum, tetapi masih diawasi ketat oleh pihak
Belanda. Tidak semua orang dapat mendirikan sekolah umum. Ada ciri khas
karakteristik pendidikannya. Dualistis Diskriminatif, yaitu sekolah dibedakan menjadi
tiga bagian. Sekolah khusus untuk anak Belanda, anak Tionghoa dan anak penduduk
Pribumi. Gradualis, yaitu sistem sekolah yang dikembangkan secara lamban. Karena
misi kedatangan Belanda ke Indonesia bukan hanya bertujuan untuk mengembangkan
pendidikan saja, namun dalam sistem ekonomi dan pemerintahan. Kontordosi, sistem
kurikulum dan ujiannya disamakan dengan yang ada di Belanda, karena berada
dalam naungan pihak Belanda. Ada juga pengawasan yang sangat ketat. Peninggalan-
peninggalan sekolah Belanda diantaranya sekolah Teknik yang sekarang menjadi ITB,
sekolah Santa Maria dan lainnya.
 |Pergerakan Nasional|
Adanya kesadaran dari tokoh-tokoh pergerakan nasional juga masyarakat Indonesia
untuk mempertahankan pendidikan, pemerintahan dan aspek lainnya. Salah satunya
dalam pendidikan, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah di Indonesia yaitu sekolah
Taman Siswa yang ada di Yogyakarta tahun 1948. Ada sabha sebagai media
pebelajarannya, materi yang diajarkan harus sudah ada diluar kepala. Banyak juga
koleksi-koleksi buku yang ada pada masa pergerakan nasional.
 Pendidikan Pendudukan Jepang
Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, adanya sistem pendidikan yang berbeda
jauh dengan yang lainnya. karena menekankan siswa belajar pada bidang militer
karena Jepang berambisi menjadi negara terkuat di dunia serta pada saat itu sedang
terjadi Perang Dunia II, membutuhkan sumber daya manusia yang banyak untuk
melawan sekutu demi dijadikan tentara sekutu. Memiliki etos kerja yang tinggi dan
kedisiplinan yang kuat dalam pendidikan militet Jepang. Pendidikan PETA contohnya
merupakan peninggalan pendidikan Jepang yang ada di kota Bogor.
 Pendidikan Zaman Reformasi
Pendidikan zaman sekarang, yang dimana adanya perubahan dalam sistem
pendidikan, evaluasi, buku dan seragam.
 Di dalam peninggalan benda kebudayaan pendidikan, terdapat Payungguru,
digunakan pafa zaman kolonialie Belanda untuk acara tertentu seperti kebudayaan.
Menandakan untuk mengusir kebodohan dan kegelapan. Semakin banyak garis
kuning, maka semakin tinggi status gurunya masuk pada (satifikasi sosial).
DAFTAR REFERENSI
Tim Penysun Mata Kuliah. (2017) Landasan Pendidikan. Bandung : UPI Press.

Anda mungkin juga menyukai