Anda di halaman 1dari 3

Nama : Imam Baihaqi

NPM : 202014500971
Kelas : Y4H

1. Pada saat zaman purba, Kebudayaan yang berkembang pada penduduk asli disebut
Paleolitis (kebudayaan lama/tua), sedangkan kebudayaan moyang bangsa Indonesia
disebut neolitis (kebudayaan baru) yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Tata masyarakatnya bersifat egaliter, tidak ada stratifikasi yang jelas. Masyarakatnya
dipimpin oleh pemuka adat. saat zaman neolitis mereka mempunyai keterampilan hidup
agar bisa survive dalam menjalani kehidupan saat itu. Tujuan pendidikan saat itu adalah
agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat. Belum
ada pendidikan formal, maka kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan mengenai agama.
Memasuki fase pendidikan di zaman hindu - budha kuno yang adanya
pengelompokkan, struktur sosial, politheisme, kehidupan samshara ( perpindahan jiwa)
dan percaya adanya hukum karma. Stratifikasi sudah nampak jelas, antara yang
dijamin(raja dan pegawai-pegawainya) dan yang menjamin (rakyat). Dalam kepercayaan
Budha, hidup itu merupakan penderitaan. Manusia harus mencari jawaban tentang arti dan
makna hidup yang lebih banyak mengandung duka daripada suka. Untuk memecahkan itu
dengan delapan usaha: kepercayaan; pertimbangan; perkataan; perbuatan; penghidupan;
usaha; samadi; dan persatuan pikiran yang positif. Sehingga manusia berada dalam keadaan
nirwana (sepi dari kehendak).
Tujuan pendidikan saat zaman hindu dan budha pada umumnya adalah agar para
peserta dididik menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat sesuai
tatanan masyarakat yang berlaku saat itu, mampu membela diri dan membela negara.
Kurikulum pendidikannya meliputi agama, bahasa sansekerta termasuk membaca dan
menulis (huruf Palawa),kesusasteraan, keterampilan memahat atau membuat candi, dan
bela diri (ilmu berperang). Sesuai dengan jenis lembaga pendidikannya (perguruan), maka
metode atau cara-cara pendidikannya pun adalah “Sistem Guru Kula”. Dalam sistem ini
murid tinggal bersama guru di rumah guru atau asrama, murid mengabdi dan sekaligus
belajar kepada guru.
Islam masuk ke indonesia melalui jalur perdagangan dan juga melalui para wali,
pendidikan berorientasi pada pembinaan ahlak dan kepatuhan kepada ALLAH SWT
melalui ibadah untuk keselamatan. pemerintahan kala itu dipimpin oleh raja. kerajaan-
kerajaan Islam pada umumnya masyarakat tidak menganut stratifikasi sosial berdasarkan
kasta. Sesuai ajaran Islam, masyarakat tidak membedakan manusia berdasarkan keturunan
atau kasta. Tujuan pendidikan pada zaman kerajaan Islam diarahkan agar manusia bertaqwa
kepada Allah S.W.T., sehingga mencapai keselamatan di dunia dan akhirat melalui “iman,
ilmu dan amal”.
Pada masa kolonial ini sudah terciptanya penyelenggara pendidikan, adanya
persekolahan tingkatan, masih memadukan tradisi budaya sastra jawa dan juga agama,
sudah tercipta kurikulum (barat dan lokal), sekolah modern khusus strata sosial tinggi
(kolonial, priyayi, pribumi dan masyarakat pribumi berbeda), pembelajaran difokuskan
pada baca tulis dan hitung (calistung). Pada masa kolonial Belanda ini juga, tenaga
pendidik umumnya adalah tamatan bermacam-macam sekolah guru, seperti Sekolah Guru
Desa, Normalschool (NS), Kweekschool (KS), Hogere Kweekschool (HKS), Hollands-
Inlandse Kweekschool (HIK), Europese Kweekschool (EKS), Indische Hoofdacte dan
sebagainya. Akibat perbedaan tersebut tidak jarang menimbulkan pertentangan antar-
golongan guru yang tidak menguntungkan dunia pendidikan.
Tujuannya adalah Belanda siasat pecah belah yang mana di susun secara sistematis
sengaja diciptakan golongan tinggi dan golongan rendah dalam masyarakat yang sangat
dipengaruhi pergaulan antara golongan-golongan. Karena adanya perbedaan dan perlakuan
akan pendidikan munculkah pergerakan-pergerakan untuk memperjuangkan hak
masyarakat dalam memperoleh pendidikan.

2. Belanda memberikan sistem pendidikan kepada Indonesia dengan berbagai tujuan seperti
balas budi terhadap masyarakat Indonesia yang membantu Belanda dalam berbagai hal.
beberapa pendapat penyebab ketidakpuasan atau perlawanan pribumi dikarenakan sistem
pendidikan yang diberikan oleh Belanda:
a. Pribumi yang melarat atau kurang mampu hanya bisa sekolah sampai SD saja. Hal
tersebut benar-benar terjadi di masa penjajahan Belanda sehingga pemerataan
pendidikan di Indonesia tidak berjalan baik.
b. Jenjang SMP hingga perguruan tinggi hanya khusus untuk pribumi dengan golongan
ningrat, kaya maupun priyayi. Hal tersebut membuat kesengsaraan terhadap pribumi
yang kurang mampu sehingga terjadi ketidakpuasan.
c. Lulusan pribumi yang bersekolah maupun tidak, bekerja dibayar upah yang lebih
murah dibanding pekerja Belanda. Hal tersebut menyebab kesenjangan sosial sehingga
masyarakat pribumi kesusahan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik.

3. Disampaikannya protes kepada seluruh dunia terhadap tindakan-tindakan tentara


penduduk di Indonesia, garis besar protes tersebut adalah sebagai berikut :

a. Alasan protes perbuatan-perbuatan tentara penduduk yang tidak sesuai dengan


maksud penduduk.
b. Maksud protes agar tentara pendudukan ditarik kembali dan tidak usah diganti
karena negara republik Indonesia telah menyelenggarakan keamanan dan
ketentraman dalam negeri
c. Protes ditujukan kepada : negera-negera serikat, Vietnam dan negara Arab juga akan
diberi tahu.

4. Tantangan dalam menghadapi JSN 45 antara lain :


a. Memudarnya nasionalisme dikalangan pemuda masarakat indonesia
b. Kurangnya pengenalan budaya nasional terutama dalam perjuangan pahlawan
terdahulu
c. Kurangnya edukasi JSN 45 terhadapap kepada masyarakat terutama dikalangan
pelajar.
d. Banyaknya masuk budaya asing tanpa filter atau arahan dari orang tua untuk tetap
menjunjung tinggi JSN 45.

5. Partai Komunis Indonesia (PKI) mendirikan PGRI tandingan vang diberi nama PGRI non-
vaksentral dibawah pimpinan Subandri dan Muljono yang mendapat sokongan dari
Menteri P&K dan Sekjen P&K (1963). Melalui PGRI non-vaksentral, PKI berusaha untuk
melancarkan beberapa gangquan agar kegiatan PGRI terhambat, seperti dengan
menginstruksikan agar setiap kongres-kongres PGRI setiao anggotanva vang beratilisiasi
untuk mempengaruhi anggota lainya untuk tidak hadir dalan kongres tersebut dan
memharapkan mereka bergabung dengan mereka dengan membuat organisasi
PGRI-Non Vaksentral. Pada sat munculnva gangguan vang diakibatkan ole PKI,
terdapat beberapa masalah-masalah yang terjadi di dalam tubuh PGRI, salah satunya vaitu
pada saat bulan-bulan pertama sesudah Kongres IX dilakukan, organisasi tersebut memiliki
kesulitan dalam pembiavaan dan pendanaan dalam setiar kegiatan pergerakan rganisas1.
Selain itu, organisasi PGRI juga mengalami perpecahan karena perbedaan cara pandang
terhadar afiliasi politik. Sebelumnva PGRI seiak tahun 1959 sudah terdapat banvak
masalah, antara lain vaiti adanya guru-guru yang condong pada suatu partai politik tertentu,
dan yang paling kuat dalan melakukan pandangan politiknya di forum-forum PGRI ialah
yang bersimpati pada PKI.
Usaha-usaha vang dilakukan untuk menghadapi PGRI non-vaksentral antara lain
Dada saat itu banvak anggota PGRI yang bukan berpaham PKI bersama para mahasiswa,
rakyat dan elemen lainnya melakukan gerakan yang dikenal sebagai Tritura (Tri Tuntunan
Rakyat). Selanjutnya mereka melakuan sebuan aks1 dan aks1 an gabung dengn yang
menuntut penghapusan PK1 dalam setiap unsur di Indonesia. Aksi-Aksi tersebut
melahirkan beberapa kesatuan-kesatuan aksi, seperti : KAMI, KASI, sedangkan para guru-
guru membentuk KAGIatau yang dikenal dengan Kseatuan Aks1 Guru Indonesia pada
tanggal 2 Februari 1966. Pada tahun 1969, dengan adanya permasalahan yang terjadi
dikalangan guru yang berada diruang linkup PGRI, Demerintah memberikan keputusan
agar memperbaiki keseiahteraan guru di Indonesia dengan mencairkan beberapa dana
untuk tunjangan bag para guru d1 Indonesia, terutama bag guru-guru sekolah dasar.
Perkembangan PGRI semakin kuat dengan diadakannya konsolidasi dengan iku sertanva
PGRI dalam meniadi anggota WCOPT secara resmi Dada 14 Juni 1966. dalam kongres
guru sedunia di Korea Selatan. Dalam hal in PGRI membangun relasi untuk membangun
dan ikut sertz dalam perkembangan pendidikan dunia yang akan berdampak baik bagi
pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai