HASIL PENELITIAN
besar pengaruhnya terhadap jiwanya yang sangat peka terhadap kesenian dan
nilai-nilai kultural maupun religius (Ki Suratman, 1989 : 132). Pendidikan yang
sastra, gending, seni suara), pendidikan adat (sopan santun, tata krama,
kehidupan keraton) dan pendidikan agama (filsafat Hindu dan ajaran Islam),
bangsa. Gagasan ini disambut baik oleh para pelajar STOVIA. Pada 20 Mei
Utomo (BU). Waktu itu Ki Hadjar Dewantara juga menjadi pelajar di STOVIA,
beliau bersekolah disana selama tahun 1905-1910, namun tidak sempat tamat
30
pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Sepak
terjangnya kemudian makin nampak lagi dalam organisasi Indische Partij, Tiga
Serangkai dan Komisi Bumiputera yang waktu itu lebih banyak berhaluan
Belanda.
dasar yang lebih luas terutama dibidang pendidikan dan kebudayaan. Ki Hadjar
tepat bagi pemuda Indonesia. Hal ini terutama setelah ia yakin bahwa
kolonialisme tidak mungkin hanya dilawan melalui kegiatan bidang politik saja,
31
belajar, menimba teknik dan aspek-aspek material barat dengan jiwa dan moral
belum banyak berubah akibat penjajahan kolonial. Pada waktu itu masih jarang
sekali rakyat Indonesia yang sadar dan bisa menuntut ilmu, karena pemerintah
pendidikan dan pengajaran. Hanya sedikit sekali yang dapat menuntut ilmu,
yakni anak kaum ningrat dan orang kaya. Anak-anak dari golongan rakyat biasa
atau lapisan bawah tidak mampu membiayai sekolah putra-putrinya. Tiada arah
32
penjajah (Ki Sarino Mangun Pranoto dalam buku 60 Tahun Taman Siswa, 1982
: 75).
suatu konsep pendidikan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia supaya bangsa
kita lebih tahu akan nasibnya sendiri dan mudah bersatu untuk menuju kearah
contoh hasil yang jelas dari usaha-usaha pendidikan yang dengan teliti
33
pendidikan barat dan timur. Tanpa membelakangi pendidikan barat, sekolah
itu yang tidak cocok dengan kebutuhan perjuangan bangsa Indonesia melalui
dunia pendidikan. Taman Siswa didirikan untuk merombak sistem kolonial bagi
a. Dasar Pendidikan
nilai kebatinan, juga ada pada hidup rakyat yang berkebudayaan, kepada tiap-
tiap turunan baru, tidak hanya berupa pemeliharaan, akan tetapi juga dengan
Taman Siswa, Pusara 1952 : 159). Pendidikan pada umumnya berarti daya
pikiran (intellect), dan tubuh anak (Ki Hadjar Dewantara, Pusara Jilid XIII No 3
Edisi Januari 1951 : 41). Maksudnya supaya usaha pendidikan itu dapat
34
memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak
Rapat Besar Umum Taman Siswa, Pusara 1952 : 159). Kebudayaan adalah
perwujudan budi (Ki Hadjar Dewantara dalam Pusara, 1952 : 170). Manusia
lahir dan batin. Kemajuan lahir dan batin anak harus menuju kearah adab dan
dalam kecerdasan budi manusia baik bagi dirinya maupun orang-orang lain
yang berada dalam satu lingkungan yang sama dan menimbulkan kebudayaan
35
sama dengan manusia lain menyelenggarakan kehidupan bersama berdasarkan
yang tinggi, suka bekerja atas dasar gotong royong demi kesejahteraan bersama.
Anak dididik untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, jujur,
dan cinta tanah air. Pikiran anak yang seperti itu dapat dikembangkan melalui
bakat masing-masing anak. Inilah pendidikan yang pada akhirnya akan bersifat
kemerdekaan.
ada didalam keadaan yang selaras, sehingga manusia tidak merasa adanya
pembatasan-pembatasan dan paksaan lahir dan batin yang berupa rasa angkuh,
serakah, kebencian, rendah diri, takut, dan lain-lain. (Ki Hadjar Dewantara
36
dalam Pusara 1952 : 170). Suasana seperti ini bagi Ki Hadjar adalah syarat
dapat tumbuh dan berkembang dengan bebas namun tetap selaras dengan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika sikap pendidik terlalu keras dan
panca indra, tajamnya pikiran, jernihnya perasaan, tetap dan kuatnya kemauan
serta budi pekerti yang matang. Itulah tiang-tiang kemerdekaan hidup. Sari
damai.
3. Adat istiadat sebagai sifat daya dan upaya akan kehidupan yang
tertib dan damai itu tak lepas dari pengaruh “jaman” dan “alam”.
37
Oleh karena suatu adat istiadat bisa saja berubah bentuk isi dan
iramanya.
untuk agar supaya kita bisa belajar dan tak mengulangi kesalahan di
Kita harus selalu waspada dan teliti dalam memilih mana yang baik
yang tepat bagi bangsa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan diatas
38
misalnya dari segi usia, keadaan fisik dan psikis, perlu diikuti
mengena sesuai dengan keperluan anak didik pada saat dan dalam
baik dan kuat pada anak. Harga diri ini merupakan modal utama
39
juga perlu mendapat perhatian untuk menumbuhkan kesadaran
b. Muatan Pendidikan
pendidikan yang bersandar atas ilmu pendidikan yang tidak berdiri sendiri,
contoh ilmu yang menjadi syarat penting sebagai muatan dalam ilmu
makhluk ciptaan lainnya yakni adanya cipta, rasa, dan karsa. Oleh
40
Ki Hadjar Dewantara dalam majalah Keluarga tahun ke-I No.6 Edisi
berkehendak (budi).
dasar jiwa anak, yakni segala pengaruh yang masuk kedalam hidup
teliti dan tertib. Gerak badan yang pantas berarti jangan sampai
bagi perempuan (Ki Hadjar Dewantara dalam Pusara Jilid XIII No. 5
41
tubuh secara nasional, maka hendaknya hasil kebudayaan yang
misalnya seni tari, seni drama atau sandiwara, wayang, lagu dan
c. Alat Pendidikan
1. Memberi contoh
Anak akan mengenal sesuatu hal yang baik jika pendidik langsung
jalan, di berbagai tempat. Pada umumnya anak akan suka dan sering
42
ketetapan (janji), ketepatan (disiplin), kerajinan, kejujuran,
jawab dan kewajiban anak pula. Hal inilah yang harus dimanfaatkan
baik sesuai nilai dan norma yang berlaku. Pembiasaan perilaku yang
suka menolong, tulus hati, ramah, dan sopan. Anak yang masih
3. Pengajaran (wulang-wuruk)
43
Umum Taman Siswa, Pusara 1952 : 160). Pengajaran juga
(Ki Hadjar Dewantara dalam Pusara Jilid XIII No. 5 Edisi April
44
Hadjar, hukuman kepada anak tidak boleh diberikan dengan
3. Jika ada anak yang tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah,
tambahan.
45
5. Perilaku
pendidik akan menjadi pemimpin atau ketua dari penuntun laku anak.
dan kemanusiaan.
kita anut, dan terhadap semua paham hidup yang kita peluk, diperlukan
yang diajarkan. Jika demikian maka pendidikan itu tidak hanya sekedar
manusia (anak) sebagai dasar dan pusat perhatian. Didalam proses pertumbuhan
dan hidupnya, setiap anak ingin menerima dan menghayati dunianya sendiri
46
dalam mengembangkan diri. Kebebasan disini bukan berarti bahwa anak itu
disertai dengan tanggungjawab dan disiplin diri dan pengawasan dari berbagai
jiwanya. Yang tak kalah penting ialah dalam rasa kebebasan atau kemerdekaan
itu, jiwa anak harus selalu terikat dengan budaya bangsa sendiri.
Pendidikan Nasional. Hal ini diinsyafi benar oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa
perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional
dari bangsa itu. Hanya orang-orang yang berjiwa merdeka saja yang sanggup
ialah Pendidikan Nasional, dan pendidikan merdeka pada anak-anak yang akan
dapat memberi bekal kuat untuk membangun karakter bangsa. (Haryanto, 2011
: 15).
tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu
dengan yang lain. Sebenarnya bersatunya pikiran, perasaan dan kemauan itulah
47
“Budi pekerti” atau “watak” atau “karakter” yaitu bulatnya jiwa
manusia (Ki Hadjar Dewantara dalam Dwi Siswoyo dkk, 2007 : 169). Budi itu
sendiri merupakan alat batin manusia untuk menimbang baik buruk, benar
salah, luhur hina, halus kasar, dan sebagainya (bermuatan cipta, rasa, karsa)
“pekerti” itu artinya “tenaga”. Jadi “budi pekerti” itu sifatnya adalah jiwa
manusia, mulai dari angan-angan hingga berubah menjadi tenaga (usaha dan
tindakan).
Budi pekerti merupakan hasil aktualisasi diri dari budi yang dimiliki
dalam perbuatan manusia baik yang nampak maupun tidak. Budi pekerti yang
kepribadian itu baik secara individual maupun sebagai bangsa merupakan jati
diri seseorang atau bangsa itu. Sehingga pada akhirnya budi pekerti merupakan
anak. Ki Hadjar Dewantara sejak awal pendirian perguruan Taman Siswa telah
menolak adanya gejala tersebut. Dalam sekolah yang didirikannya itu, beliau
48
cipta, rasa, dan karsa dalam satu integralitas yang selaras dan harmonis dengan
alam dan jiwanya. Itulah corak budi pekerti manusia yang luhur, yang berwatak
konsepsi dan ajaran hidupnya. Hak seseorang tidak boleh melanggar hak orang
kewajibannya terhadap kehidupan bersama (Ki Suratman, 1991 : 3). Atas dasar
yang seperti itu, maka pendidikan budi pekerti dalam pemikiran Ki Hadjar
kebangsaaan menuju kesucian, ketertiban dan kedamaian lahir batin, tidak saja
syarat-syarat yang sudah ada dan ternyata baik, melainkan juga syarat-syarat
jaman baru yang berfaedah dan sesuai dengan maksud dan tujuan bersama.
49
1). Pendidikan di Lingkungan Keluarga
“Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting,
oleh karena sejak timbulnya adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga
itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia”
(Sumber: Ki Hadjar Dewantara, Wasita Tahun 1 No.4 Juni 1935).
“Alam keluarga itu buat tiap-tiap orang adalah alam pendidikan yang
permulaan. Pendidikan disitu pertama kalinya bersifat pendidikan dari orang
tua, yang berkedudukan sebagai guru (penuntun), sebagai pengajar dan
sebagai pemimpin pekerjaan (pemberi contoh). Tiga bagian itu didalam
hidup keluarga belum terpisah-pisah akan tetapi bersifat total”
(Sumber : Ki Hadjar Dewantara, Keluarga No.4 Tahun I Oktober 1937)
50
d. Didalam keluarga terdapat banyak kesempatan untuk mendidik anak
kebatinan anak sejak masa kecil (pra sekolah). Ayah atau ibu akan dapat
kesosialan. Hal ini merupakan hak setiap orang tua yang tidak bisa
51
dengan pamong, dengan pegawai atau karyawan lain, bahkan dengan
pengaruh mempengaruhi.
sia-sia, oleh karena sekolah juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kita, pasti akan membawa banyak manfaat (Ki Hadjar Dewantara dalam
Pusara Jilid XIV No.5 Edisi September 1952 : 59). Pendidikan dalam
minggu di gereja.
52
b. Organisasi pemuda : usaha pendidikan juga dilaksanakan didalam
diri seorang anak dalam pembentukan watak atau karakter. Sebab didalam alam ini
imitasi budaya barat yang negatif, dan sebagainya. Dalam hal ini jika terdapat
hubungan yang erat antara sekolah (perguruan) dengan keluarga (rumah) dan
terhadap anak selalu dapat diikuti serta diamati, agar dapat berjalan sesuai dengan
dan dilakukan secara luas. Berlangsungnya pendidikan tidak hanya menjadi tugas
53
memandang perguruan atau sekolah sebagai lembaga yang memiliki orientasi
pendidikan sebagai suatu proses yang melibatkan unsur-unsur lain di luar sekolah.
Sebab pendidikan seharusnya tidak hanya terbatas kita peroleh dari dalam sekolah
formal maupun informal, namun kita juga harus aktif melaksanakan dan mencari
2. Sistem Among
Siswa. Kata “among” berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti mengasuh,
Siswoyo, 2008 : 136). Tujuan metode among adalah membina kemandirian dan
bercita-cita mendorong jiwa raga anak-anak secara bebas dan menuju pada adab
untuk tumbuh dan berkembang secara merdeka. Oleh sebab itu, maka metode
54
1. Anak-anak dibiasakan untuk cinta kepada cita-cita sosial sehingga kelak
kepentingan bersama.
berorganisasi.
Lebih lanjut dapat penulis katakan bahwa prinsip dari metode among
adalah memberi kemerdekaan kepada anak didik untuk aktif belajar, mencari
adalah menjaga agar kemerdekaan yang diberikan kepada anak ialah kebebasan
Oleh karena itu, pendidik sebagai pemimpin anak didik diwajibkan bersikap
55
1. Ing ngarsa sung tuladha,
berada didepan sebagai pemimpin dan pendidik (orang tua, guru dan
tokoh masyarakat) harus dapat menjadi contoh yang baik bagi orang-
konsekuen.
bisa:
Secara etimologi, kata tut berasal dari kata ngetutke = mengikuti, wuri =
56
didik namun tetap memberi pengaruh dan menunjukkan kewibawaan.
sewenang-wenang.
metode among dijalankan atas dasar jiwa dan semangat kekeluargaan serta
kemerdekaan bagi anak. Tujuan utama dari metode ini adalah pembinaan
swadisiplin pada anak. Maksud dari swadisiplin tersebut yakni pribadi yang dapat
merdeka. Merdeka dalam artian bukan hidup penuh dengan kebebasan yang mutlak,
melainkan hidup merdeka menurut nilai-nilai hidup tertentu yang oleh masing-
Sifat sukarela dan ikhlas dalam anak tersebut muncul karena dalam
hidupnya mereka juga telah terbebas dari rasa dipaksa dan terpaksa, bebas dari
ketidakadilan, bebas dari hukuman yang bersifat menyiksa, bebas dari rasa
57
perselisihan dan permusuhan. Sebaliknya, hidup anak yang merdeka itu dipenuhi
lahir batinnya. Maksudnya adalah anak-anak yang berjiwa dinamis dan maju,
memikiki semangat untuk beraktivitas dan berkreativitas, hidup tentram dan tenang,
tersebut.
3. Pancadarma
yang berdiri sendiri-sendiri, tidak boleh diartikan pula bahwa urutan tersebut
58
secara selaras dan seimbang guna mencapai cita-cita yang diinginkan. Untuk lebih
1). Kemerdekaan
Kemerdekaan merupakan salah satu karunia dari Tuhan kepada setiap manusia,
yakni hak untuk mengatur hidupnya sendiri, namun dengan mengingat dan
Karena itu maka kemerdekaan harus diartikan sebagai swadisiplin atas dasar
mengembangkan pribadi yang sadar akan suasana yang selaras dalam hidup
bermasyarakat. Oleh sebab itu, pendidik dan anak didik berkewajiban untuk :
59
a. Memegang hak untuk mengatur hidupnya sendiri.
Beberapa contoh sikap diatas, jika dipakai dan diaplikasikan didalam setiap
sila pertama Pancasila, yakni “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Kodrat alam
hakekatnya manusia sebagai makhluk Tuhan adalah satu dengan alam semesta
ini. Karena itu, usaha pendidikan harus selaras dengan unsur-unsur alam.
untuk :
3). Kebudayaan
pendidikan harus ikut pula menjaga dan memelihara nilai-nilai dan bentuk
60
penting adalah membawa kebudayaan nasional itu kearah kemajuan yang sesuai
dasar dari budaya tersebut. Dalam hal ini pendidik dan anak didik berkewajiban
untuk :
sumber pengajaran, misalnya dalam seni tari, seni rupa, seni musik.
4). Kebangsaan
Perwakilan”. Dasar ini mengandung arti bahwa rakyat Indonesia harus memiliki
rasa cinta tanah air, rasa satu bangsa Indonesia, untuk menggapai kesejahteraan
61
d. Berperan serta dalam mengisi kemerdekaan dan mencapai cita-cita
nasional.
kesatuan bangsa.
5). Kemanusiaan
bertentangan dengan dasar kemanusiaan, bahkan harus menjadi sifat dan bentuk
sila “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ”. Oleh karena itu, pendidik dan
a. Memiliki sifat dan sikap kemanusiaan yang timbul dari keluhuran akal
dan budi.
4. Teori Trikon
62
a. Dasar Kontinuitas
Pendidikan nasional adalah juga usaha kebudayaan, yaitu suatu usaha untuk
Dewantara menjelaskan bahwa budaya, kebudayaan atau garis hidup bangsa itu
dari luar. Unsur kebudayaan asli dan tradisional yang masih berguna harus tetap
dikembangkan dan dibina terus menerus tanpa terputus. Dalam hal ini
b. Dasar Konsentris
bersikap terbuka dengan budaya asing maupun budaya baru yang masuk. Syarat
mutlaknya ialah keterbukaan itu harus disertai sikap yang kritis dan selektif
unsur yang selaras dan sesuai dengan corak kepribadian bangsa dapat diambil
usaha pendidikan karakter bagi anak, pendidikan yang diusahakan itu harus
63
kemungkinan untuk mengakomodir budaya luar yang baik dan selaras dengan
c. Dasar Konvergensi
pendidikan karakter bagi anak, dasar konvergensi berarti bekerja sama dengan
perkembangan jaman, ciri atau corak khas kebudayaan bangsa Indonesia tidak
harus ditiadakan demi membangun kebudayaan dunia. Dari keterangan ini dapat
kemajuan jaman telah mulai sedikit diabaikan. Dilain pihak, lingkungan sosial
yang cukup besar pada pengembangan kepribadian anak tersebut. Keluarga dan
64
masyarakat dewasa ini cenderung lebih mempercayakan pendidikan anak yang
sepenuhnya pada lingkungan sekolah. Maka lingkungan sekolah mau tidak mau
lingkup Sekolah Dasar (SD) sebagai jenjang pendidikan formal yang mendasar
dan amat penting bagi anak. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan
dimanfaatkan seluas-luasnya demi tercapainya visi dan misi sekolah. Dalam hal
E-mail : sdtamanmudaip@yahoo.com
65
Visi : “Menjadi sekolah bermutu, berbasis seni budaya
Misi :
asah, silih asih dan silih asuh implementasi pendidikan budi pekerti
luhur.
Visi dan misi sekolah yang hendak dicapai tersebut diatas hanya
dapat terwujud dengan dukungan dan peran serta para pemangku kepentingan
pendidikan. Untuk itu strategi yang dipilih SD Taman Muda Ibu Pawiyatan
66
mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diberlakukan secara
nasional. Atas dasar kesepatan dengan dewan guru (pamong), komite sekolah,
perkembangan anak.
pekerti luhur sebagai cerminan akhlak mulia dan iman takwa kepada Tuhan
67
10. Mampu melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
dianut oleh bangsa tersebut. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang
bernegara, dan bermasyarakat. Nilai-nilai budaya itu ialah nilai keTuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan dan kesatuan, nilai kerakyatan serta nilai keadilan
Mata Pelajaran
68
pada Peraturan Pemerintah (PP) No.19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP).
1. Pendidikan Agama
dalam pembinaan akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Tujuan:
• Agar peserta didik berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
69
• Hak asasi manusia : hak dan kewajiban anak, persamaan kedudukan,
3. Bahasa Indonesia
maupun tertulis.
bahasa persatuan.
4. Matematika
pemecahan masalah.
pengolahan data.
70
• Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
kehidupan.
kemanusiaan.
sosial.
71
7. Seni Budaya dan Keterampilan
tradisional.
memadukan seni tari, seni musik dan peran dengan jalan cerita yang
72
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
sehat.
penyakit lain.
Muatan Lokal
dan keunggulan daerah serta ketersediaan sarana dan prasarana maupun tenaga
73
kewirausahaan dan kemandirian serta penanaman nilai-nilai sosial budaya. Nilai-
inovasi, kreativitas, berpikir kritis, komunikasi dan etos kerja. Sedangkan nilai
kerjasama.
1. Pendidikan Ketamansiswaan
• Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam merespon hidup dan
(Pancadarma).
Ketamansiswaan.
74
2. Bahasa Jawa
3. Bahasa Inggris
Tujuan dari mata pelajaran bahasa Inggris adalah agar peserta didik memiliki
Pengembangan Diri
dengan kebutuhan, bakat dan minat. Kegiatan ini mencakup dua program
kegiatan, yakni:
75
Kegiatan ini dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu
b. Kegiatan Ekstrakurikuler:
Band, Bina Vocal dan Karawitan, Olahraga; Bela Diri (Pencak Silat) dan
Sepak Bola.
76
2. Kegiatan Pengembangan Diri Secara Tidak Terprogram
• Contohnya: upacara bendera setiap hari Senin dan hari besar nasional,
c. Keteladanan
• Contohnya: sikap dan perilaku guru yang sesuai dengan metode among,
tepat waktu dan disiplin diri, santun dalam bertindak dan berbicara,
77
e. Relevansi Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai luhur yang mengatur
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,
1. Budaya
Nilai-nilai budaya yang diakui oleh masyarakat akan menjadi dasar hidup
dari masyarakat itu sendiri. Sehingga posisi budaya amatlah penting dalam
dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Nilai kehidupan tersebut akan
78
keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negeri dan
1. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
4. Sopan santun: sikap, perkataan dan perbuatan yang dihasilkan dari budi
5. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
7. Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air : cara berpikir, bertindak dan
79
kepentingan diri dan kelompoknya, menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
8. Cinta Damai: sikap, perkataan dan perbuatan yang menyebabkan orang lain
10. Peduli Lingkungan Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
orangtua di sekolah.
80
- Membetulkan pendidikan keluarga yang salah atau yang kurang baik,
gaya bicara Ir. Soekarno yang tegas dan lantang ketika berpidato,
81
kelestarian alam termasuk hal-hal didalamnya, misalnya: membuang
3. Terdapat dua indikator pendidikan karakter yang sesuai nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa:
sehari-hari atau rutin. Oleh karena itu, indikator sekolah dan kelas
satuan pendidikan.
82
5. Pembelajaran menggunakan pendekatan proses belajar aktif yang berpusat
pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, didalam dan luar
b. Model anecdotal record, yakni catatan yang dibuat oleh guru ketika
yang dikembangkan.
83
c. Memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang
10. Dari hasil pengamatan, catatan guru, tugas yang diberikan, laporan dan
maka selanjutnya tugas guru yang sebelumnya bertindak sebagai evaluator berubah
menjadi seorang korektor dan motivator. Guru akan memberikan koreksi berupa
pendampingan, bimbingan atau tuntunan kepada peserta didik yang belum mampu
84
tidaklah sama, memiliki intensitas yang berbeda, karena disesuaikan dengan tingkat
dasar pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara yang selalu menjunjung tinggi setiap
bentuk dan tahapan perkembangan jiwa kodrati anak dalam suasana kemerdekaan
dalam arti bahwa semua potensi dan kemampuan manusia dapat tumbuh dan
diupayakan selaras dan harmonis agar dapat mewujudkan perilaku baik dan nyata,
85