Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Refleksi

Sinta Hestu Ratnasari


PENERAPAN
PEMIKIRAN KI
HADJAR DEWANTARA
DI KELAS DAN
SEKOLAH SEBAGAI
PUSAT
PENGEMBANGAN
KARAKTER
1. Perasaan selama melakukan perubahan di kelas
2. Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses
perubahan
3. Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan
praktik baik
4. ‘Foto bercerita’ dari seluruh rangkaian pelaksanaan
(perencanaan, penerapan dan refleksi) aksi Anda.
5. Anda juga dapat memasukkan ‘testimoni’ dari rekan
guru dan peserta didik yang terlibat dalam proses
perubahan yang Anda lakukan.
1
PERASAAN SELAMA MELAKUKAN
PERUBAHAN DI KELAS
Perasaan saya ketika melakukan perubahan yang mengarah pada
kebaikan adalah merasa sangat bersemangat dan termotivasi
penerapan nilai-nilai pemikiran Ki Hajar Dewantara. Perubahan
pemikiran setelah mengenal lebih mendalam tentang filosofi
Pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa mendidik itu membutuhkan
seni yang bagus bagaimana kita membuat murid menjadi merdeka
dalam belajar tanpa harus adanya paksaan dari seorang guru namun
mereka dapat melakasnakan belajar dengan baik dan sesuai bakat
dan kemampuan yang ada pada dirinya sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman sehingga nantinya mereka akan pandai dalam
bersosialisasi di masyarakat kelak karena murid nantinya akan
menjadi bagian dari masyakat di tempat tinggalnya dan berguna bagi
bangsa dan agamanya masing-masing.

Pertama kali yang harus diingat, bahwa Pendidikan itu hanya suatu
‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya,
bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau
kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk,
manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh
menurut kodratnya sendiri. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa
‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala
kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak
itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
itu. Mendidik anak sama seperti merawat sebuah tanaman. Dalam
merawat tanaman, kita mesti merawat mereka secara telaten dan
sabar, sehingga tanaman yang kita rawat bisa bertumbuh dengan
semestinya. Begitu juga dengan mendidik anak. Perlu adanya
ketelatenan dan kesabaran ekstra agar mereka dapat bertumbuh
dengan semestinya.
2
IDE ATAU GAGASAN YANG TIMBUL
SEPANJANG PROSES PERUBAHAN
Ki Hajar Dewantara telah mengubah cara pandang saya, mengubah
pola yang salah dalam mengajar. Setelah saya mempelajari mata
kuliah ini, saya tergerak untuk melakukan perubahan pemikiran dan
perilaku. Saya memperlakukan peserta didik dengan baik sesuai
dengan kondisi mereka saat ini (pada zamannya), mencari tau
keinginan mereka dalam pola belajar yang mereka inginkan.
Memberikan kebebasan dalam berkreasi, memberikan pendidikan
yang tidak sekedar mementingkan kognitif saja tetapi juga afektif
dan psikomotorik. Tidak hanya mengejarkan teori tetapi juga
kedalaman budi. Pendidikan yang tidak berorientasi pada hasil
melainkan proses pendidikan itu sendiri.
3
PEMBELAJARAN DAN PENGALAMAN
DALAM BENTUK CATATAN PRAKTIK BAIK
Tahap awal yang saya lakukan adalah observasi terkait dengan
situasi dan kondisi lingkungan yang ada di sekolah tersebut. Tak
hanya itu, observasi tersebut juga terkait dengan perangkat
pembelajaran. Sebagai bekal untuk adaptasi dengan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan disekolah. Namun saya belum belum
melaksanakan praktik untuk mengajar.

Jika saya melaksanakan praktik untuk mengajar nanti saya akan


melaksanakan sambut peserta didik di pagi hari menjadi rutinitas
kami setiap hari. Memberikan salam sapa dan senyuman membuat
siswa merasakan kebahagiaan ketika menginjakkan kakinya di
sekolah. Berdoa sebelum belajar, memberikan nasihat-nasihat
diselingi dengan lelucon ringan juga menjadi kebiasaan saya sebelum
pelajaran dimulai. Menanamkan nilai etika yang baik dan
memberikan contoh-contoh konkrit dalam penerapan nilai-nilai etika
di kehidupan sehari-hari. Peserta didik sangat antusias sekali.

Memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat


pada peserta didik, memilih media pembelajaran yang tidak
membosankan dan dapat menstimulus peserta didik dalam
menyerap pelajaran. Pada mata pelajaran Seni Budaya, saya
mengajak peserta didik ke luar kelas dan mengajak mereka untuk
lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam
dan masyarakat. Murid diarahkan untuk melakukan aktivitas yang
bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap
lingkungan sekitar.
4
‘FOTO BERCERITA’ DARI SELURUH
RANGKAIAN PELAKSANAAN
5
‘TESTIMONI’ DARI REKAN GURU DAN
PESERTA DIDIK
Ketika saya mengerjakan ini, saya sudah di tempatkan PPL di SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta, namun saya belum melaksanakan
praktik untuk mengajar. Saya mengharapkan tanggapan baik dari
rekan guru dengan menerapkan strategi pembelajaran yang
menyenangkan dan berpusat pada peserta didik. Namun jika dalam
pelaksanaanya tidak sesuai dengan kondisi sekolah maka saya
mengharapkan masukan dan arahan dari guru pamong maupun
peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai