Anda di halaman 1dari 5

Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya?

Perubahan konkret
apa yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?

Kata "menuntun" dalam konteks sosial budaya di daerah bisa dimaknai sebagai suatu usaha membawa
seseorang ke kepada suatu hal yang baik untuk hidup di masyarakat.

Untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah kita harus
bisa berusaha mempengaruhi karakter pada masing- masing dari peserta didik.

Pembahasan :

Kata "menuntun" dalam konteks sosial budaya di daerah bisa dimaknai sebagai suatu usaha membawa
seseorang kepada suatu hal yang baik untuk hidup di masyarakat. Usaha yang dilakukan bisa berupa
memberi arahan ataupun pengajaran, hal ini harus benar- benar dilakukan secara sungguh-sungguh hingga
bisa membuahkan hasil sesuai dengan tujuan kita.

Untuk mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di daerah Kita harus
bisa berusaha mempengaruhi karakter pada masing- masing dari peserta didik. Dalam membentuk karakter
peserta didik kita harus menunjukkan keteladanan, dan memberi contoh yang baik kepada peserta
didik. Misalnya seorang guru yang mendidik muridnya harus menunjukkan contoh yang baik ketika
berbicara, menyampaikan materi, bersosialisasi, bertoleransi, menghargai orang sekitar, memperkenalkan
budaya yang ada pada daerah tersebut dan lain sebagainya. Pendidikan tersebut akan membentuk pribadi
anak menjadi manusia yang paham mengenai budaya yang ada didaerahnya, menjadi pribadi yang baik suka
menolong dan membantu sesama, serta bisa berguna bagi masyarakat sekitar, bangsa, dan juga negara.

Pengertian Sosial Budaya. Pengertian sosial budaya adalah suatu tatanan dan interaksi dalam kehidupan
masyarakat yang meliputi elemen-elemen seperti adat istiadat, pengetahuan, kepercayaan, juga moral.

KONSEP MERDEKA BELAJAR MENURUT KI HAJAR DEWANTARA

 Ing ngarso sung tuladho (maka orang tua atau guru sebagai suri tauladan anak dan siswa)
 Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat ataupun ide-ide yang mendukung)
 Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi.

Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman?

Kodrat alam merupakan kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi kultur budaya dan lingkungan tempat
anak berada. Sedangkan kodrat zaman adalah perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Anak
berhak mendapatkan pendidikan dengan cara yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya
sendiri.

KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman
berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-
masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan
dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat
jeleknya.

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai
zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang,
ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi pekerti juga harus menjadi bagian tak
terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa
memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa
melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia
kepada anak.

Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang masih
suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan
adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya. Hendaknya guru
juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi
menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain menyampaikan pembelajaran melalui
permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan.

Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba pada anak” dengan peran saya sebagai
pendidik?
Relevansi pemikiran KHD "pendidikan yang berhamba/berpihak pada anak yakni pendidikan harusnya berpusat
pada peserta didik yakni peserta didik bukan dilihat sebagai objek namun dijadikan sebagai subjek. Berikan mereka
kesempatan dan fasilitas mereka dalam mencapai tujuan pembelajarannya.
Bagaimana gambaran proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hadjar Dewantara
(KHD)?

Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-
hukuman kepada siswa. Lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa,
keluarga atau lingkungan dengan menjalin komunikasi dengan orang tua.

Dari konsep pemikiran KHD tersebut yang sudah saya terapkan, adalah memerdekakan beajar siswa secara lahiriah
dan batiniah.

 Melalui Tindakan nyata seperti memfasilitas sarana dan pembiasaan literasi,


 Aktualisasi penguatan Pendidikan karakter berbasis kelas, sekolah dan masyarakat.
 Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung berpikir kritis dan pemecahan masalah untuk anak
 Menjalin komuniasi dengan rekan guru lain, kepala sekolah, orang tua serta lingkungan masyarakat untuk
mendukung pemebalajaran yang berpusat pada siswa.
Tugas 1.1.a.8 Koneksi Antar Kesimpulan dan
Refleksi Modul 1.1
1.1.a.8

Koneksi Antar Materi

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Pertanyaan Pemantik dalam Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Pada kesempatan kali ini saya akan membuat simpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman yang baru
dipelajari dari pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Sebelum mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas
dan menghukum siswa bisa mengubah perilaku mereka. Ketika mereka melakukan kesalahan yang berulang-
ulang dengan tegas saya memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan kodrat mereka seperti pada saat
mereka bertengkar saya menghukum mereka dengan saling bermaaf-maafan dan membersihkan pekarangan
sekolah. Kemudian pada saat mereka tidak mengerjakan tugas, saya memberikan tugas yang lebih banyak
lagi. Padahal jika dipikir-pikir, tugas sedikit yang diberikan kepada murid sudah terasa berat
mengerjakannya, apalagi ditambah lagi dengan tugas lainnya yang lebih banyak lagi. Mereka saya anggap
bisa berubah dalam sikap dan ketaatan kepada saya namun perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa
takut dan bersifat sementara bukan atas kesaradan pribadinya.

Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah
ketika ada anak yang terkesan sulit diajak bekerjasama, dan bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran.
Saya menyadari belum banyak yang bisa saya lakukan dan menyuguhkan model-model pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa saya.

Setelah saya mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran saya berubah menjadi harus
memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas karena mereka adalah pribadi yang
unik dan berbeda-beda.

Dalam konsep membina saya akan mengingat 3 hal yakni ing ngarsa sang tulada, ing madya mangun karsa,
dan tut wuri handayani Di depan menjadi contoh, Di tengah memberikan semangat, dan di belakang
memberikan dorongan.

Selain itu juga saya tidak perlu memberikan hukuman yang bersifat tidak mendidik, namun yang harussaya
lakukan adalah memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan mencontohnya untuk bekal mereka kelak.

Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model
pembelajaran. Lebih merdeka dengan konsep pembelajaran yang dicontohkan Ki Hajar Dewantara.

Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan
hukuman-hukuman kepada siswa. Lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar
belakang siswa, keluarga atau lingkungan dengan menjalin komunikasi dengan orang tua.

Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kunjungan rumah atau home visit. Lebih dalam menggali diri
untuk mengenali profil pelajar setiap siswa saya nga da di kelas. Sehingga dapat memetakan tindakan dan
memberikan lecutan semangat untuk mengembangkan kodrat alam yang mereka miliki di masa kodrat zaman
yang akan dilalui. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media
pembelajaran yang bervariasi dan menarik. Baik berupa gambar, video maupun audio atau pembelajaran
yang berbasis permainan. Selain belajar di dalam kelas juga belajar di luar kelas dengan alam terbuka.

Anda mungkin juga menyukai