Anda di halaman 1dari 2

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum

dan Sesudah Kemerdekaan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan
suatu negara memiliki relevansi yang signifikan dengan kualitas pendidikan yang
diselenggarakan. Sedangkan kualitas pendidikan berbanding lurus dengan kejelasan tujuan dan
arah kebijakan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, keunggulan pendidikan menjadi indikator
majunya suatu bangsa, sebaliknya rendahnya daya saing bangsa merupakan pencerminan dari
rendahnya kualitas pendidikan yang dihasilkan.

Bangsa Indonesia sendiri sudah melalui reformasi pendidikan sejak jaman sebelum
kemerdekaan hingga saat ini. Pada masa pra-kolonialisme, tujuan utama dari pendidikan tersebut
adalah mempersiapkan anak untuk bertahan hidup, maka masyarakat pada masa tersebut juga
belum mempunyai konsep sistematis tentang pendidikan. Pada masa ini, pendidikan masih
bersifat praktis, yaitu hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan mempertahankan hidup yang akan diajarkan. Pendidikan juga
bersifat statis, yaitu terdapat kecenderungan untuk takut mengubah kebiasaaan yang ada karena
adanya hukum adat.

Pada masa kolonialisme, Indonesia sedang dijajah oleh beberapa negara yang secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap pendidikan yang sedang berlangsung. Pada masa
penjajahan Portugis, pendidikan di Indonesia bertujuan untuk penyebaran agama Katolik
sehingga didirikan sekolah yang mendidik calon misionaris. Pada masa penjajahan Belanda,
sekolah-sekolah mulai bermunculan yang semata-mata hanya untuk kepentingan Bangsa
Belanda. Kebijakan pendidikan pada jaman ini membuat diskriminasi terhadap pendidikan yang
diselenggarakan oleh kaum pribumi dengan pendidikan yang dilakukan koleh pemerintah
kolonial. Sementara, pada kalangan menengah keatas pribumi terutama para bupati mendirikan
di wilayahnya masing-masing untuk mendidik calon pegawai. Namun masa ini juga memberikan
dampak positif yaitu muncul kaum pendidik dan pergerakan di Indonesia, sehingga muncul
tokoh-tokoh penting dalam dunia pendidikan yang menyadari akan pentingnya pendidikan bagi
kemajuan rakyat Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang, pendidikan bertujuan untuk
menyediakan tenaga cuma-cuma (Romusha) dan prajurit untuk membantu peperangan bagi
kepentingan Jepang. Namun pada masa ini, rakyat memiliki kesempatan memperoleh pendidikan
yang lebih meluas tanpa membedakan keturunan dan bangsa.

Pada masa setelah kemerdekaan, pemerintah berusaha merubah sistem pendidikan di


Indonesia yang berlandaskan pada ideologi bangsa Indonesia sendiri. Tujuan pendidikan
nasional pada masa ini adalah untuk menciptakan warga negara yang sosial, demokratis, cakap
dan bertanggung jawab dan siap sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara. Praktik
pendidikan semasa penjajahan menekankan pada pengembangan jiwa patriotisme. Praktik
pendidikan tidak bisa dilepaskan dari lingkunan, baik lingkungan sosial, politik, ekonomi
maupun lingkungan lainnya. Pada masa ini, lingkungan politik terasa mendominasi praktik
pendidikan. Upaya membangkitkan patriotisme dan nasionalisme terasa berlebihan, sehingga
menurunkan pendidikan itu sendiri. Pada masa orde lama, sistem pendidikan sebagai wujud
interpretasi pasca kemerdekaan di bahwa kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang
bebas terhadap pendidikan. Pendidikan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar
bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan bangsa
Indonesia di masa mendatang.

Sumber : Susanto, Heri, dkk. Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra Kolonialisme Nusantara
sampai Reformasi). 2019. Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat.

Anda mungkin juga menyukai