Anda di halaman 1dari 4

Nama : Luthfi Bangkit Prananda

Prodi : Pendidikan Matematika

PPG Prajabatan 2022

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan


Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Soewardi


Surjaningrat. Beliau lahir dan besar di lingkungan keraton namun ketika masa
kecil beliau berbeda dengan bangsawan lainya karena beliau justru banyak
bergaul dengan anak-anak dari rakyat biasa. Oleh karena itu beliau pada umur ke
40 setelah keluar dari keraton mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara
agar bisa lebih berbaur dengan rakyat biasa.

Ki hajar dewantara mengenyam pendidikannya di sekolah rendah belanda


(E.L.S) lalu melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah dokter yang
berbahasa Indonesia di Jakarta. Disekolah tersebut beliau banyak bertemu dengan
para pendiri Budi Utomo seperti Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo yang
membuat beliau menjadi aktif mengikuti organisasi disana. Setelah Budi Utomo
didirakan pada 20 Mei 1908) beliau sangat tertarik dan aktif menjadi anggotanya
dan pada saat itu diberi tugas bagian propaganda. Setelah lima tahun bersekolah
disana beasiswa beliau dicabut dikarenakan karena kesibukanya dalam organisasi
beliau menjadi tertinggal pelajaran dan sampai tidak lulus ujian kenaikan tingkat.
Karena biaya tidak mencukupi untuk melanjutkan beliau bekerja di pabrik gula
dan kemudia bekerja diapotik sembari beliau mulai terjun dalam bidang
jurnalistik.

Pada tahun 1912 ki hajar dewantara bersama dengan Douwess Dekker dan
Cipto Mangunkusuma melopori sebuah gerakan yang bernama Indische Partij
yang secara terang-terangan memiliki tujuan untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia.pada saat itu ketiga pelopor indiche partij ini di juluki dengan tiga
serangkai. Karena pada saat itu sikap dari tiga serangkai itu yang bergerak terang-
terangan maka membuat mereka diperiksa dan dibuang ketiga tempat yang
berbeda oleh pihak belanda yang di anggap terlalu membahanyakan kedaulatan
mereka di Indonesia. Atas permintaan mereka sendiri mereka dibuang ke belanda.
Setlah 4 tahun menjalani pembuangan di Belanda, putusan pembuangan tersebut
di cabut. Dr tjipto tetap berjuang dalam bidang politik namun ki Hajar Dewantara
dan Douwes Dekker lebih mementingkan untuk berjuang dalam bidang
pengajaran dan pendidikan. Ki Hajar dewantara melihan pendidikan sebagai
lapangan perjuangan yang dilupakan, sehingga beliau mengambil lapangan
pendidikan rakyat sebagai lapangan perjuangannya. Alasan beliau memilih
pendidikan sebagai temapt perjuangannya karena melalui pendidikan, Ki Hajar
dewantara dapat memberi jiwa merdeka pada anak-anak dan itu berarti beliau
dapat mempersenjatai bangsa yang dijajah ini untuk berjuang menuntut
kemerdekaannya.

Pada tanggal 3 juli 1922, Ki Hajar Dewantara bersama dengan beberapa


temannya mendirikan Perguruan Taman Siswa yang sampai sekarang tetap aktif
sebagai warisan utama Ki Hajar Dewantara yang sifatnya monumental, yang
beliau persembahkan untuk bangsa. Melalui perguruan Taman Siswa Ki Hajar
Dewantara mencurahkan tenakan dan pikirannya untuk kepentingan nusa dan
bangsa. Tujuan pendidikan Taman Siswa adalah membangun peserta didik
menjadi manusia yang bertakwa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya serta
sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
bertanggungjawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada
umumnya. Di situ jelas bahwa cita-cita yang di idam-idamkan oleh taman siswa
adalah manusia yang merdeka lahir batin. Hal tersebut juga serupa dengan
keadaan pendidikan di Indonesia sekarang tentang Merdeka Belajar.

Dalam prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat mengutamakan


kemerdekaan lahir dan batin. Yang dimaksud dengan kemerdekaan lahir dan batin
adalah kemampuan untuk mengatur kehidupan kita sedemikian rupa, sehingga
dalam keadaan apapun kita dapat menaati secara suka rela dan iklas, secara jujur
dan konsekuen. Secara system pendidikan Taman siswa menerapkan sisteem
among yang berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita dengan memberi
kebebasan kepada peserta didik untuk bergerak menurut kemauannya, dan
berkembang menurut bakat kemampuannya. Hal tersebut sangat selaras denga
system pendidikan sekarang yang mencanangkan Merdeka Belajar.

Setelah berdiri, taman siswa berkembang secara cepat, karena mendapat


dukungan dari masyarakat. Dalam kurun waktu 5 tahun saja taman siswa telah
memiliki cabang sebanyak 5. Hal tersebut terjadi karena banyak sekolah sekolah
yang akhirnya inisiasi dengan Taman siswa. Banyak orang tua yang
menginginkan anaknya untuk bersekolah ditaman siswa dikarenakan taman siswa
menerapkan kemerdekaan dalam belajar yang sangat berbeda dengan pendidikan
barat yang pada saat itu dibawa oleh belanda. Hingga pada akhir masa
kependudukan Belanda ada terdapat 199 cabang dengan 207 perguruan yang
tersebar diseluruh Nusantara.

Namun setelah jepang menduduki Indonesia banyak cabang-cabang taman


siswa yang tutup dikarenakan pada masa itu banyak guru-guru yang
mengundurkan diri untuk mengajar dan lebih memilih untuk mengajar disekolah
negeri karena kebijakan yang dibuat pemerintan pada saat itu.

Walaupun demikian pasca kemerdekaan, semangat juang Taman siswa tetap


terakomodasi dalam semangat berbangsa dan bernegara. Walaupun di awal tujuan
adanya Taman Siswa salah satunya menumbuhkan rasa kemerdekaan peserta
didik bukan berarti ketika merdeka hal tersebut sudah tidak berlaku lagi tetapi
tugas selanjutnya adalah menjadikan peserta didiknya untuk mampu mengisi
kemerdekaan dengan baik. Artinya disini Taman Siswa harus turut mengambil
bagian dalam bidang pembangunan, sesuai dengan posisinya yaitu melalui
pendidikan dan kebudayaan.

Ki Hajar Dewantara adalah seorang peletak dasar system Pendidikan


Nasional. Setelah beliau wafat pada 26 April 1959 keinginan beliau agar Taman
Siswa mempunyai perguruan tingkat tinggi belumlah tercapai Dengan adanya
perguruan tinggi diharapkan cita cita Ki Hajar Dewantara dapat dikembangkan
secara ilmiah. Maka pada tahun 1952, setelah adanya dorongan dari sekelompok
anggota keluar dari Taman Siswa, yang sekaligus juga dengan dorongan DPR RI,
timbul lah ide untuk membuat Taman Sarjana. Kemudia dibentuklah yayasan
Sarjana Wiyata yang diharapkan dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi.

Semangat Taman Siswa dan Ki Hajar Dewantara tercermin dalam rumusan


UU no 4 Tahun 1950 tentang Pokok-Pokok Pengajaran di sekolah yang
menjunjung tinggi kebangsaan.

Daftar Pustaka

Nuraini. 2008 . Ki Hadjar Dewantara (1889-1959) Perjuangan dan Kiprahnya


dalam Pendidikan.

M.D. Sagiman. 1974. Ki Hadjar Dewantara. Jakarta: Bhrata Jaya

Wiryopranoto, S, dkk. 2017. Ki Hajar Dewantara Pemikiran dan Perjuangannya.


Jakarta : Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai