Anda di halaman 1dari 2

01.01.2-T1-3.

Eksplorasi Konsep Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki


Hadjar Dewantara

Sejarah gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan


pendidikan sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan dimulai saat pemerintah
Hindia Belanda mulai memberlakukan kebijakan politik etis di Indonesia. Pendidikan yang
diterapkan pada masa itu dilaksanakan dengan sistem Pendidikan barat dengan Bahasa
pengantar Bahasa Belanda. Pada masa itu tidak semua masyarakat memiliki kesempatan untuk
belajar. Pendidikan hanya diberikan kepada kaum priyayi yang kemudian ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan tenaga administrasi terampil, sehingga asal mula
pendidikan formal di Indonesia awalnya didasari oleh tuntutan untuk membayar hutang
kehormatan, namun pada pelaksanaannya hanya sebagian kecil masyarakat yang dapat
mencicipi bangku pendidikan formal dasar, bahkan pemerintah Belanda masih mengambil
keuntungan dari pendidikan yang mereka berikan pada saat itu.

Salah satu pribumi yang dapat mengenyam pendidikan formal masa itu adalah Ki
Hadjar Dewantara, setelah menyelesaikan sekolahnya di sekolah elit pribumi namun gagal
dalam menyelesaikan pendidikan dokternya di STOVIA karena penyakit yang dideritanya,
beliau memulai karirnya sebagai jurnalis yang aktif memberikan kritikan keras terhadap
kolonialisme Belanda, beliau juga aktif berorganisasi salah satunya yakni Boedi Oetomo.
Beliau sangat menentang Pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda yang dianggap
membatasi pendidikan berkualitas pribumi.

Dianggap sebagai ancaman atas tulisan-tulisannya kemudian beliau diasingkan


bersama dua temannya, justru pada masa pengasingannya digunakan untuk mempelajari
bagaimana pendidikan di dunia barat itu dapat diterapkan di Indonesia, hal yang beliau pelajari
kemudian ia tuangkan dalam perguruan bercorak nasional yakni National Onderwijs Institut
Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta yang mengajarkan pendidikan ditambah
pendidikan kebangsaan dan budi pekerti yang menanamkan jiwa kemerdekaan yang bertujuan
melanjutkan perjuangan kemerdekaan.

Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan terlihat dari konsep mengenai Tri
Pusat Pendidikan, bahwa dalam kehidupan anak-anak, terdapat 3 tempat penting yang menjadi
pusat pendidikan bagi mereka, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan
pemuda. Dari konsep tersebut lahirlah istilah Tripusat Pendidikan yang menurut UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional meliputi 3 hal, yaitu pendidikan keluarga,
pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat.

Selain itu Ki Hadjar Dewantara mencetuskan lima asas pendidikan yang dikenal dengan
Pancadharma, yaitu:

 Kodrat alam;
 Kemerdekaan;
 Kebudayaan;
 Kebangsaan; dan
 Kemanusiaan.
Asas kodrat alam memiliki makna bahwa secara lahiriah akal pikiran manusia dapat
berkembang dan dikembangkan. Asas kemerdekaan dapat diartikan bahwasanya para peserta
didik diarahkan untuk merdeka secara lahir dan batin baik pikiran maupun tenaganya dimana
mereka tidak hanya diberikan pengetahuan searah, tetapi juga diberi kebebasan untuk merdeka
dalam mengembangkan diri mereka secara mandiri. Asas kebudayaan, asas yang
menyadarkan peserta didik bahwa pendidikan didasari sebagai sebuah proses yang dinamis.
Asas kebangsaan artinya dalam belajar peserta didik harus menumbuhkan rasa cinta tanah air
dalam dunia mereka. Asas kemanusiaan dimana diharapkan pendidikan dapat mengatasi
segala perbedaan dan diskriminasi daerah, suku, keturunan dan agama.

Konsep dan filosofi Ki Hadjar Dewantara inilah yang menjadi pedoman serta acuan bagi
perkembangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Salah satunya adalah
dikembangkannya Kurikulum Merdeka supaya siswa dapat memilih apa yang diminatinya
dalam pembelajaran sehingga nantinya tujuan dari pendidikan nasional tercapai, yaitu merdeka
belajar, merdeka mengajar untuk Indonesia merdeka sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai