Anda di halaman 1dari 2

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Nama : ANDI BULKIS AZHARI WIRAYA


Kelas : G2 Bio 003

2. EKSPLORASI KONSEP - ARGUMEN KRITIS


Ki Hadjar Dewantara merupakan sosok yang berfikiran luas dan terbuka sesuai dengan
kutipan pidatonya “Pendidikan dan pengajaran secara Barat tidak boleh mutlak kita anggap jelek.
Banyak ilmu pengetahuan yang harus kita kejar, sekalipun dengan melalui sekolah-sekolah Barat.
Kita mengerti, bahwa juga di Indonesia kini masih banyak pendidikan dan pengajaran yang
dilakukan secara sistem Barat. Ini tidak mengapa, asalkan kepada anak-anak kita diberi pendidikan
kultural dan nasional, yang semua-semuanya kita tujukan ke arah keluhuran manusia, nusa dan
bangsa, tidak dengan memisahkan diri dari kesatuan kemanusiaan.” Mengajarkan kita bahwa
dalam menuntut ilmu kita tidak boleh kaku, kita bisa menuntut ilmu dan mengambil hal-hal
positifnya saja dan meninggalkan yang negative seperti intelektualisme, individualisme,
materialisme dan kolonialisme yang ditinggalkan oleh Barat.
Sebelum kemerdekaan tahun 1922 Ki Hadjar Dewantara mengembangkan sistem
pendidikan melalui Perguruan Taman Siswa yang terdiri dari tiga kelas yang mengartikan
pendidikan sebagai upaya suatu bangsa untuk memelihara dan mengembangkan benih turunan
bangsa itu. Sistem pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara (ing ngarsa sung tuladha,
ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani) adalah wasiat luhur yang patut dijadikan
sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan karakter. Pada masa ini semua informasi dan ilmu
pengetahuan diperoleh dari pendidik (teacher center). Kebebasan dalam berpendapatpun masih
sulit dilakuakan oleh peserta didik karena negara yang belum merdeka.
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara haruslah bersifat nasional. Artinya, secara
nasional pendidikan harus memiliki corak yang sama dengan tidak mengabaikan budaya lokal.
Bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, ras, dan agama hendaknya memiliki kesamaan
corak dalam mengembangkan karakter anak bangsanya. Penyelenggaraan pendidikan jangan
terjebak pada pencapaian target sempit yang hanya melakukan transfer pengetahuan, tetapi perlu
dengan sengaja mengupayakan terjadinya transformasi nilai untuk pembentukan karakter anak
bangsa. Pembentukan karakter peserta didik perlu melibatkan tri pusat pendidikan (keluarga,
sekolah, dan masyarakat) secara sinergis. Pengembangan karakter peserta didik perlu
memperhatikan perkembangan budaya bangsa sebagai sebuah kontinuitas menuju ke arah
kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap memiliki sifat kepribadian di dalam
lingkungan kemanusiaan sedunia (konsentris).
Setelah kemerdekaan pemerintah tetap melanjutkan apa yang jadi cikal bakal dari
pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa Pendidikan itu harus bersifat nasional berlandaskan ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Pemerintah selalu
berusaha dalam memaksimalkan system pembelajaran di Indonesia terbukti dengan Kurikulum
yang sering berganti menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan yang di anggap
penting untuk diperhatikan.
Pada saat sekarang ini Pemerintah sedang mencoba menerapkan kurikulum merdeka
belajar, dimana dimaksudkan agar peserta didik tidak terkekang dalam suatu pembelajaran tetapi
mereka dapat bebas berpendapat dengan kemampuan berfikir kritis dan inovatif yang peserta didik
miliki.

Anda mungkin juga menyukai