Perjalanan Pendidikan nasional dimulai dari masa kolonial pendidikan sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan para penjajah bangsa. Sedangkan di masa setelah kemerdekaan, tujuan pendidikan
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan sebelum
kemerdekaan diselenggarakan hanya secara sederhana dan ber orientasi untuk memnuhi pembantu-
pembantu yang dibutuhkan penjajah. Pendidikan yang diselenggarakan bangsa belanda adalah dengan
Pendidikan dijadikan alat untuk mendapatkan tenaga kerja terampil yang murah serta sekolah yang
dibuka hanya bisa dinikmati oleh anak-anak pegawai negeri dan orang kaya. Selain itu, pada awal
pelaksanaan politik etis, pribumi masih takut untuk bersekolah karena khawatir akan terpengaruh budaya
barat yang dianggap tidak baik. Keadaan pendidikan yang belum merata untuk semua lapisan masyarakat
menimbulkan inisiatif dari para elit untuk mendirikan perkumpulan dan sekolah-sekolah yang merupakan
tonggak lahirnya pergerakan nasional, hingga lahir nya sekolah taman siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar
Dewantara.
Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa untuk memberikan kesempatan dan hak
pendidikan yang sama bagi para pribumi yang tidak didapatkan seperti priyayi atau orang-orang belanda.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan pengajaran adalah proses memanusiakan manusia sehingga
harus memerdekakan manusia dalam segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani, dan rohani.
Ki Hajar dewantara juga memberikan nasehat agar mendidik anak-anak bangsa dengan cara yang sesuai
dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merupakan isi dan bentuk kondisi lingkungan
sedangkan kodrat zaman adalah pendidikan dan pengajaran yang diberikan sesuai dengan era zaman nya
Gagasan Ki hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo (pendidik berada di depan memberi
teladan); in madyo mangun karso (pendidik selalu berada di tengah dan terus menerus
memprakarsai/memotivasi), dan tut wuri handayani (pendidik selalu mendukung dan mendorong peserta
didik untuk maju) diharapkan tidak menjadi semboyan dan slogan semata. System pendidikan yang masih
membelenggu harus diperbaiki agar dapat sejalan dengan dedikasi Ki Hajar Dewantara dalam
mengembangkan jati diri kultural anak bangsa untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter.
Reflektif Diri
Setelah mempelajari perjalanan pendidikan nasional dari sebelum dan sesudah kemerdekan beserta
tokoh-tokoh penting dalam pergerakan pendidikan, saya menyadari bahwa melalui pendidikan, nilai budaya
dan karakter bangsa dapat dilestarikan menjadi kepribadian bangsa. Penanaman nilai-nilai budaya dan
karakter melalui pendidikan pada akhirnya akan memunculkan jati diri bangsa. Dalam hal ini profil pelajar
pancasila merupakan dasar utama yang perlu diimplementasikan secara menyeluruh dan mendalam dalam
jiwa generasi bangsa. Untuk dapat menyelaraskan tujuan pendidikan nasional dengan tindakan yang akan
1. Membuat proses pembelajaran yang terdeferensiasi agar dapat menjadi wadah bagi peserta didik
2. Menjadi motivator kelas yang baik, agar selalu dapat menjadi factor pendorong untuk peserta didik
3. Menjadi guru yang menyenangkan, berkemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan baik dalam
berkepribadian.