Anda di halaman 1dari 2

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Dibuat Oleh : Burhan Fatahuddin Robbani

Kesimpulan Perjalanan Pendidikan Nasional

Perjalanan Pendidikan nasional dimulai dari masa kolonial pendidikan sebagai alat untuk

memenuhi kebutuhan para penjajah bangsa. Sedangkan di masa setelah kemerdekaan, tujuan pendidikan

tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan sebelum

kemerdekaan diselenggarakan hanya secara sederhana dan ber orientasi untuk memnuhi pembantu-

pembantu yang dibutuhkan penjajah. Pendidikan yang diselenggarakan bangsa belanda adalah dengan

mendirikan sekolah-sekolah kabupaten untuk calon-calon pegawai dan sekolah guru.

Pendidikan dijadikan alat untuk mendapatkan tenaga kerja terampil yang murah serta sekolah yang

dibuka hanya bisa dinikmati oleh anak-anak pegawai negeri dan orang kaya. Selain itu, pada awal

pelaksanaan politik etis, pribumi masih takut untuk bersekolah karena khawatir akan terpengaruh budaya

barat yang dianggap tidak baik. Keadaan pendidikan yang belum merata untuk semua lapisan masyarakat

menimbulkan inisiatif dari para elit untuk mendirikan perkumpulan dan sekolah-sekolah yang merupakan

tonggak lahirnya pergerakan nasional, hingga lahir nya sekolah taman siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar

Dewantara.

Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa untuk memberikan kesempatan dan hak

pendidikan yang sama bagi para pribumi yang tidak didapatkan seperti priyayi atau orang-orang belanda.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan pengajaran adalah proses memanusiakan manusia sehingga

harus memerdekakan manusia dalam segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani, dan rohani.

Ki Hajar dewantara juga memberikan nasehat agar mendidik anak-anak bangsa dengan cara yang sesuai

dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merupakan isi dan bentuk kondisi lingkungan
sedangkan kodrat zaman adalah pendidikan dan pengajaran yang diberikan sesuai dengan era zaman nya

agar anak-anak dapat mengikuti perkembangan zaman.

Gagasan Ki hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo (pendidik berada di depan memberi

teladan); in madyo mangun karso (pendidik selalu berada di tengah dan terus menerus

memprakarsai/memotivasi), dan tut wuri handayani (pendidik selalu mendukung dan mendorong peserta

didik untuk maju) diharapkan tidak menjadi semboyan dan slogan semata. System pendidikan yang masih

membelenggu harus diperbaiki agar dapat sejalan dengan dedikasi Ki Hajar Dewantara dalam

mengembangkan jati diri kultural anak bangsa untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter.

Reflektif Diri

Setelah mempelajari perjalanan pendidikan nasional dari sebelum dan sesudah kemerdekan beserta

tokoh-tokoh penting dalam pergerakan pendidikan, saya menyadari bahwa melalui pendidikan, nilai budaya

dan karakter bangsa dapat dilestarikan menjadi kepribadian bangsa. Penanaman nilai-nilai budaya dan

karakter melalui pendidikan pada akhirnya akan memunculkan jati diri bangsa. Dalam hal ini profil pelajar

pancasila merupakan dasar utama yang perlu diimplementasikan secara menyeluruh dan mendalam dalam

jiwa generasi bangsa. Untuk dapat menyelaraskan tujuan pendidikan nasional dengan tindakan yang akan

dilakukan di sekolah diantaranya:

1. Membuat proses pembelajaran yang terdeferensiasi agar dapat menjadi wadah bagi peserta didik

untuk mengoptimalkan potensi masing-masing individu

2. Menjadi motivator kelas yang baik, agar selalu dapat menjadi factor pendorong untuk peserta didik

menjadi lebih baik

3. Menjadi guru yang menyenangkan, berkemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan baik dalam

berkepribadian.

Anda mungkin juga menyukai