Anda di halaman 1dari 1

Nama : Tsaniyatul Kholishoh

NIM : 2498010623
Sejak kemerdekaan Indonesia, masyarakat merasa memiliki kewajiban untuk memajukan
dan memperbaiki berbagai hal dalam pendidikan. Namun tidak ada contoh yang baik untuk
diterapkan di sekolah. Kemudian tidak ada cukupnya motivasi untuk mencari pengetahuan sendiri
dan hanya berfokus pada nilai yang tinggi pada rapor. Indonesia hanya dipandang sebagai objek
perdagangan selama masa penjajahan. Kemudian terdapat intruksi untuk mengajarkan kepada
rakyat untuk belajar membaca, menulis dan berhitung seperlunya saja guna membantu jalannya
perusahaan. Pemberian pengajaran bebas hanya bisa untuk bangsa Eropa. Di saat bersaman
didirikan juga “sekolah-sekolah kabupaten” yang hanya untuk mendidik calon pegawai.
Ki Hadjar Dewantara bertekad untuk meluaskan semangat pendidikan kepada generasi
muda.Upaya untuk mendidik kaum muda merupakan syarat utama dalam membebaskan diri dari
jeratan penjajah. Pendidikan yang mendasarkan kebudayaan nasional dapat menghindari dari
kebodohan. Pendidikan yang ada pada masa kolonial tidak mencerdaskan, melainkan mendidik
manusia untuk tergantung pada nasib dan bersikap pasif. Keinginan untuk merdeka harus dimulai
dengan mempersiapkan kaum bumi putra yang bebas, mandiri, dan pekerjakeras. Sehingga
generasi muda harus dipersiapkan agar kelak menjadi bangsa yang mandiri,sadar akan
kemerdekaan, sehingga kemerdekaan itu dimiliki oleh orang yang terdidik dan memiliki jiwa yang
merdeka. Maka dari itu, pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara memiliki cita-cita yang sangat mulia,
beliau menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Cita-cita baru
tadi merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik Gerakan Transformasi,
dimana Ki Hajar Dewantara dikenal sebagaitokoh nasionalis yang memperjuangkan bangsa
Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan. Taman Siswa ialah sebuah perguruan. Istilah
perguruan ini sengaja dipakai untuk membedakannya dari kata sekolah yang pada masa itu
merupakan pabrik yang tak berjiwa dimana sekolah yang hanya menghasilkan orang-orang yang
pintar tetapi tidak memiliki karakter sebagai bangsa Indonesia. Perguruan ialah tempat tinggal
guru dan juga tempat guru mendidik murid-muridnya. Dalam perguruan, murid dan murid, murid
dan guru merasa satu keluarga. Hubungan batin antara murid dengan murid, antara guru dengan
murid selalu erat meskipun murid-murid itu sudah lama meninggalkan perguruan. Seorang
pendidik juga diharapkan mampu mendidik peserta didik dengan memegang semboyan dari Ki
Hajar Dewantara yakni, ing ngarso sung tuladha (dimuka memberi contoh), ing madya mangun
karsa (di tengah membangun cita-cita), tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya).
Dapat disimpulkan bahwa perjuangan oleh ki hajar dewantara adalah bentuk investasi
kepada generasi bangsa, dimana beliau ingin bangsa ini memiliki karakternya sendiri yang sejalan
dengan nilai positif leluhur dan norma-norma yang berlaku, jika dikaitkan dengan konteks
pendidikan sekarang maka sangat layak dan tepat saat ini menggunakan konsep
pendidikankarakter dalam merdeka belajar, bisa kita amati arus perkembangan zaman yang
dimana budaya jati diri anak bangsa mulai tergerus oleh budaya barat, dan tentu jika dibiarkan hal
teersebut akan berakibat menghilangkan ciri atau nilai asli dari bangsa ini, maka dari itusudah
sangat tepat digunakan era sekarang ini pendidikan karakter.

Anda mungkin juga menyukai