Anda di halaman 1dari 2

Sarah Dwi Lestari

2317736
PPG Prajabatan Pendidikan Luar Biasa

ARGUMENTASI TENTANG GERAKAN TRANSFORMASI KI HADJAR DEWANTARA


DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEBELUM DANSESUDAH KEMERDEKAAN

Sejak kemerdekaan Indonesia, masyarakat merasa memiliki kewajiban untuk memajukan


dan memperbaiki berbagai hal dalam pendidikan. Namun tidak ada contoh yang baik untuk
diterapkan di sekolah. Kemudian tidak ada cukupnya motivasi untuk mencari pengetahuan sendiri
dan hanya berfokus pada nilai yang tinggi pada rapor. Indonesia hanya dipandang sebagai objek
perdagangan selama masa penjajahan. Kemudian terdapat intruksi untuk mengajarkan kepada
rakyat untuk belajar membaca, menulis dan berhitung seperlunya saja guna membantu jalannya
perusahaan. Pemberian pengajaran bebas hanya bisa untuk bangsa Eropa. Di saat bersaman
didirikan juga “sekolah-sekolah kabupaten” yang hanya untuk mendidik calon pegawai. Ki Hadjar
Dewantara bertekad untuk meluaskan semangat pendidikan kepada generasi muda. Upaya untuk
mendidik kaum muda merupakan syarat utama dalam membebaskan diri dari jeratan penjajah.
Pendidikan yang mendasarkan kebudayaan nasional dapat menghindari dari kebodohan.
Pendidikan yang ada pada masa kolonial tidak mencerdaskan, melainkan mendidik manusia untuk
tergantung pada nasib dan bersikap pasif. Keinginan untuk merdeka harus dimulai dengan
mempersiapkan kaum bumi putra yang bebas, mandiri, dan pekerja keras. Sehingga generasi muda
harus dipersiapkan agar kelak menjadi bangsa yang mandiri, sadar akan kemerdekaan, sehingga
kemerdekaan itu dimiliki oleh orang yang terdidik dan memiliki jiwa yang merdeka.
Maka dari itu, pada tahun 1922 Ki Hadjar Dewantara memiliki cita-cita yang sangat mulia,
beliau menghendaki perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran. Cita-cita baru
tadi merupakan gabungan kesadaran kultural dan kebangkitan politik Gerakan Transformasi,
dimana Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai tokoh nasionalis yang memperjuangkan bangsa
Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan. Taman Siswa ialah sebuah perguruan. Istilah
perguruan ini sengaja dipakai untuk membedakannya dari kata sekolah yang pada masa itu
merupakan pabrik yang tak berjiwa dimana sekolah yang hanya menghasilkan orang-orang yang
pintar tetapi tidak memiliki karakter sebagai bangsa Indonesia. Perguruan ialah tempat tinggal
guru dan juga tempat guru mendidik murid-muridnya. Dalam perguruan, murid dan murid, murid
dan guru merasa satu keluarga. Hubungan batin antara murid dengan murid, antara guru dengan
murid selalu erat meskipun murid-murid itu sudah lama meninggalkan perguruan.
Seorang pendidik juga diharapkan mampu mendidik peserta didik dengan memegang
semboyan dari Ki Hadjar Dewantara yakni, ing ngarso sung tuladha (dimuka memberi contoh),
ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita), tut wuri handayani (mengikuti dan
mendukungnya).
Dapat disimpulkan bahwa perjuangan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah bentuk investasi
kepada generasi bangsa, dimana beliau ingin bangsa ini memiliki karakternya sendiri yang sejalan
dengan nilai positif leluhur dan norma-norma yang berlaku, jika dikaitkan dengan
konteks pendidikan sekarang maka sangat layak dan tepat saat ini menggunakan konsep
pendidikan karakter dalam merdeka belajar, bisa kita amati arus perkembangan zaman yang
dimana budaya jati diri anak bangsa mulai tergerus oleh budaya barat, dan tentu jika dibiarkan
halteersebut akan berakibat menghilangkan ciri atau nilai asli dari bangsa ini, maka dari itusudah
sangat tepat digunakan era sekarang ini pendidikan karakter.

Anda mungkin juga menyukai