Anda di halaman 1dari 3

TOPIK 1.

EKSPLORASI KONSEP

NAMA : LATIFATUL ARIYANI


NO.PTKID : 7000056748
NIM : 23530339
KELAS :E

Argumentasi Kritis

Pendidikan Nasional Indonesia

Perjalanan pendidikan nasional sebelum kemerdekaan telah


melalui proses yang cukup panjang. Berawal dari terbentuknya
sekolah kabupaten dan sekolah bumi putera yang mendidik calon
pegawai di tahun 1854 walaupun hanya memberatkan pada
kepentingan perusahaan masing-masing. Kemudian melalui
pemerintah Hindia Belanda yang meberikan kelonggaran kepada calon
Dokter Jawa untuk mendapatkan pengajaran. Hanya saja sistem
pendidikan yang diberikan oleh Belanda menunjukkan sifat
Intelektualistis, Individualis dan Materialistis.

Pada tahun 1920 merupakan zaman bangkitnya jiwa merdeka.


Pada tahhun 1922 lahirlah Taman Siswa Yogyakarta yang didirikan
oleh Ki Hajar Dewantara. Taman Siswa ada sebagai jiwa rakyat untuk
merdeka dan bebas. Sebagai bangsa Indonesia seharusnya memiliki
pendidikan kecerdasan pikiran dan pendidikan yang kultiural.
Pendidikan untuk peserta didik seharusmnya sesuai dengan tuntutan
alam dan zamannya sendiri. Peserta didik perlu mempelajari hidup
kejiwaan, adat istiadat yang bersumber dari lingkungan keluarga.

Pendidikan zaman dulu masih terbelenggu karena banyak


pelajaran yang tidak memberi semangat untuk mencari
pengetahuannya sendiri. Peserta didik terancam oelh sistem penilaian
dan penghargaan yang intelektualis. Hal ini menyebabkan peserta
didik sulit belajar dengan tenang karena mereka belajar tidak untuk
perkembangan hidup kejiwaannya, tetapi mereka belajar untuk
mendapatkan nilai tinggi dalam rapor ataupun Ijazah.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan garis-
garis bangsanya (kultural-nasional) dan ditujukan untuk keperluan peri
kehehidupan yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya.
Peserta didik perlu didekatkan hidupnya denga peri kehidupan rakyat.
Pengajaran pengetahuan adalah sebagian dari pendidikan, yang
mendidik pikiran, memajukan kecerdasan batin dan melancarkan
hidup.

Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara menampilkan khas


kultural Indonesia dan menekankan pentingnya pengolahan potensi
peserta sisik secara terintegratif. Pendidikan di Indonesia pada masa
kini lebih mendominasi kognitif dan jauh dari nuansa terintegratif
sehingga reduktif terhadap hakekat pendidikan dan kemanusiaan.
Lembaga Pendidikan Pendidikan terfokus pada upaya ujian sekolah
ataupun Ujian Nasional dan bukan untuk membentuk manusia yang
otentik, berkepribadian dan peka terhadap dunia luar sekolah.
Padahal, pendidikan menyangkut upaya memahami dan mengayomi
kebutuhan peserta didik sebagai subyek pendidikan. Tugas pendidik
adalah mengembangkan potensi peserta didik. Memberikan
kesempatan peserta didik pengetahuan sehingga dapat memantik dan
mengungkapkan gagasan tentang suatu topic tertentu. Pengetahuan
tidak ditanamkan secara paksa akan tetapi ditemukan dan diolah
serta dipilih oleh peserta didik.

Pendidikan sebaiknya mengedepankan upaya pemanusiaan


secara utuh dalam seluruh praksis pendidikan. Potensi peserta didik
dapat dikembangkan secara terintegrasi (kognitif, afektif, psikomotor,
social dan spiritual). Lembaga pendidikan bertanggungjawab dalam
menyiapkan pelaku pendidikan (Pendidik) yang professional dan
memiliki integritas diri. Sementara itu, pendidik juga senantiasa
meningkatkan kualitas materi pendidikan dan itegritas dalam
khasanah moral. Menghidupkan dan menerapkan konsep pendidikan Ki
Hajar Dewantara bahwa pendidikan pada dasarnya dimaksudkan untuk
membebaskan lahiriah dan bariniah. Pendidikan dimaknai sebagai
aktivitas “mengasuh” atau mengembangkan potensi peserta didik.

Sumber :
1. Pidato Sambutan Ki Hajar Dewantara
2. Video LMS Topik 1 Filosofi Pendidikan
3. Artikel Dosen Bartolomeus Samho, SS, M.Pd LPMP Universitas
Katolik Parhyangan Bandung Tahun 2010 yang berjudul Konsep
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Tantangan Implementasi di
Indonesia\
4. https://id.scribd.com/document/607158873/LK-01-01-3-T1-2-
Eksplorasi-Konsep-KHOERU-ANNISA-KIMIA-001

Anda mungkin juga menyukai