Anda di halaman 1dari 1

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan

Sebelum dan Sesudah Kemerdekan

By Erina Novita

Pada zaman kolonial Belanda tahun 1854 beberapa bupati meinisiasi pendidikan dengan
mendirikan sekolah kabupaten yang hanya diperuntukkan bagi calon pegawai. Pada saat yang
bersamaan didirikanlah sekolah Bumiputera yang hanya memiliki 3 kelas dimana anak-anak
diajarkan membaca, menulis dan berhitung seperlunya guna membantu usaha dagang mereka.
Selain itu mereka juga memberikan pendidikan bagi calon mudir dokter untuk kepentingan
mereka, yaitu guna menangani wabah cacar air disepanjang pantai utara pulau Jawa karena
khawatir angka kematian penduduk yang tinggi akan berdampak pada hasil panen mereka.

Sistem pendidikan masa kolonial tidak dapat menjadikan warga pribumi belajar sepenuhnya.
Melihat fenomena tersebut, Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara mengorganisir
dan memperbarui pendidikan nasional dengan mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di
Yogyakarta. Pandangan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan terlihat dari konsep
mengenai Tri Pusat Pendidikan, bahwa dalam kehidupan anak-anak, terdapat tiga tempat
penting yang menjadi pusat pendidikan bagi mereka, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan
alam pergerakan pemuda. Dari konsep tersebut lahirlah istilah Tripusat Pendidikan yang
menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional meliputi
tiga hal, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat.

Selain konsep Tri Pusat Pendidikan, Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan lima asas
pendidikan yang dikenal dengan Pancadharma, yaitu:

1. Kodrat alam;
2. Kemerdekaan;
3. Kebudayaan;
4. Kebangsaan; dan
5. Kemanusiaan.

Asas kodrat alam memiliki makna bahwa secara lahiriah akal pikiran manusia dapat
berkembang dan dikembangkan. Kemudian asas kemerdekaan dapat diartikan bahwasanya
para peserta didik diarahkan untuk merdeka secara lahir dan batin baik pikiran maupun
tenaganya dimana mereka tidak hanya diberikan pengetahuan searah, tetapi juga diberi
kebebasan untuk merdeka dalam mengembangkan diri mereka secara mandiri. Asas ketiga
ialah kebudayaan, yaitu asas yang menyadarkan peserta didik bahwa pendidikan didasari
sebagai sebuah proses yang dinamis. Selanjurnya adalah asas kebangsaan yang artinya dalam
belajar peserta didik harus menimbuhkan rasa cinta tanah air dalam dunia mereka. Terakhir
adalah asas kemanusiaan dimana diharapkan pendidikan dapat mengatasi segala perbedaan dan
diskriminasi daerah, suku, keturunan dan agama.

Konsep dan filosofi Ki Hadjar Dewantara inilah yang menjadi pedoman serta acuan bagi
perkembangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Salah satunya adalah
dikembangkannya Kurikulum Merdeka supaya siswa dapat memilih apa yang diminatinya
dalam pembelajaran sehingga nantinya tujuan dari pendidikan nasional tercapai, yaitu merdeka
belajar, merdeka mengajar untuk Indonesia merdeka sesungguhnya.

Sumber :

Samho, Bartolomeus. (2013). Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai