Anda di halaman 1dari 2

Argumentasi kritis tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam

perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan.


Sumber: Samho, Bartolomeus. (2013). Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Kanisius.
Tarigan dkk.
Pada zaman kolonial Belanda tahun 1854 beberapa bupati meinisiasi pendidikan dengan mendirikan
sekolah kabupaten yang hanya diperuntukkan bagi calon pegawai. Pada saat yang bersamaan didirikanlah
sekolah Bumiputera yang hanya memiliki 3 kelas dimana anak-anak diajarkan membaca, menulis dan
berhitung seperlunya guna membantu usaha dagang mereka. Selain itu mereka juga memberikan
pendidikan bagi calon mudir dokter untuk kepentingan mereka, yaitu guna menangani wabah cacar air
disepanjang pantai utara pulau Jawa karena khawatir angka kematian penduduk yang tinggi akan
berdampak pada hasil panen mereka.
Sistem pendidikan masa kolonial tidak dapat menjadikan warga pribumi belajar sepenuhnya. Melihat
fenomena tersebut, Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara mengorganisir dan memperbarui
pendidikan nasional dengan mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Pandangan Ki
Hadjar Dewantara tentang pendidikan terlihat dari konsep mengenai Tri Pusat Pendidikan, bahwa dalam
kehidupan anak-anak, terdapat tiga tempat penting yang menjadi pusat pendidikan bagi mereka, yaitu
alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda. Dari konsep tersebut lahirlah istilah
Tripusat Pendidikan yang menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional meliputi tiga hal, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat.
Selain konsep Tri Pusat Pendidikan, Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan lima asas pendidikan yang
dikenal dengan Pancadharma, yaitu:
1. Kodrat alam;
2. Kemerdekaan;
3. Kebudayaan;
4. Kebangsaan; dan
5. Kemanusiaan.
Asas kodrat alam memiliki makna bahwa secara lahiriah akal pikiran manusia dapat berkembang dan
dikembangkan. Kemudian asas kemerdekaan dapat diartikan bahwasanya para peserta didik diarahkan
untuk merdeka secara lahir dan batin baik pikiran maupun tenaganya dimana mereka tidak hanya
diberikan pengetahuan searah, tetapi juga diberi kebebasan untuk merdeka dalam mengembangkan diri
mereka secara mandiri. Asas ketiga ialah kebudayaan, yaitu asas yang menyadarkan peserta didik bahwa
pendidikan didasari sebagai sebuah proses yang dinamis. Selanjurnya adalah asas kebangsaan yang
artinya dalam belajar peserta didik harus menimbuhkan rasa cinta tanah air dalam dunia mereka. Terakhir
adalah asas kemanusiaan dimana diharapkan pendidikan dapat mengatasi segala perbedaan dan
diskriminasi daerah, suku, keturunan dan agama.
Konsep dan filosofi Ki Hadjar Dewantara inilah yang menjadi pedoman serta acuan bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Salah satunya adalah dikembangkannya Kurikulum Merdeka
supaya siswa dapat memilih apa yang diminatinya dalam pembelajaran sehingga nantinya tujuan dari
pendidikan nasional tercapai, yaitu merdeka belajar, merdeka mengajar untuk Indonesia merdeka
sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai