Anda di halaman 1dari 2

01.01.2-T1-3.

Eksplorasi Konsep - Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki


Hadjar Dewantara

Nama: Dara Jelita


NIM: 23345113
Tugas 1.4: Argumentasi Kritis

Tahun 1854 yaitu zaman Kolonial Belanda, beberapa bupati pada saat itu mengenalkan
pendidikan hanya untuk pembantu yang nantinya akan mendukung usaha dagang mereka.
Diwaktu yang sama pula didirikan sekolah Bumiputera yang hanya memiliki 3 kelas dimana
anak-anak diajarkan menulis, membaca dan berhitung untuk mendukung usaha dagang mereka
pada saat itu. Sistem pendidikan pada masa kolonial tidak mejadikan masyarakat pribumi
mengenyam pendidikan yang layak. Melihat fenomena ini, Ki Hajar Dewantara mengorganisir
dan memperbaharui pendidikan nasional dengan mendirikan Taman Siswa pada tanggal 03 Juli
1922 di Yogyakarta. Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan terlihat dari konsep
mengenai Tri Pusat Pendidikan, bahwa dalam kehidupan anak-anak terdapat tiga tempat yang
penting yang menjadi pusat pendidikan bagi mereka, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan
alam pergerakan pemuda.

Di dalam sistem Taman Siswa hidup keluarga itu mendapat tempat yang luhur dan istimewa.
Sebagai masyarakat yang paling kecil namun paling suci dan murni dalam dasar-dasar
sosialnya, lingkungan keluarga itu merupakan suatu pusat pendidikan yang termulia. Cinta
kasih, semangat tolong-menolong, rasa kewajiban berkorban dan ikut bertanggungjawab dan
lain-lain, pendek kata segala unsur-unsur dari budi sosial dan kesusilaan dalam sifat-sifat
pokoknya terdapat di dalam hidup keluarga. Selain itu, seperti sudah disinggung di atas,
lingkungan keluarga inilah yang meneruskan segala tradisi, baik yang mengenai hidup
kemasyarakatan, keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan dan lain-lain unsur daripada budi
kesusilaan. Berpisahnya anak-anak dengan keluarganya berarti kehilangan tuntunan ataupun
pedoman, untuk laku hidupnya dan membahayakan keselamatan dan kebahagiaannya sebagai
manusia yang susila dan bertanggungjawab.

Ki Hajar Dewantara berpesan dalam pidatonya, didiklah anak-anak kita dengan cara yang
sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Kemudian pelajarilah hidup kejiwaan
rakyat kita, dengan adat istiadatnya yang dalam hal ini bukannya kita tiru secara mentah-
mentah melainkan karena bagi kita adat istiadat itu merupakan petunjuk-petunjuk yang
berharga. Pada tahun 1922 berdirilah terciptalah sekolah Taman Siswa di Yogyakarta dan kota-
kota lain dan juga berdiri sekolah yang berlandaskan keagamaan yang mana disana juga
dimasukkan pembelajaran dasar dan semangat revoluisoner.

Konsep dan filosofi Ki Hajar Dewantara inilah yang menjadi pedoman dan acuan bagi
perkembangan pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini kita menikmati kurikulum merdeka
hasil tumbuh kembang pemerintah yang berpedoman pada konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang memerdekakan peserta didik. Siswa
dapat memilih apa yang diminatinya dalam pembelajaran sehingga nantinya tujuan dari
pendidikan nasional dapat tercapai, yaitu merdeka belajar, mesrdeka mengajar untuk Indonesia
yang merdeka dengan sesungguhnya.

Referensi
Haryati. 2019. Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara: Studi Tentang Sistem Among dalam
Proses Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia
Pidato Sambutan Ki Hajar Dewantara. Dewan Senat Universitas Gadjah Mada, 7 November
1956
Video “Pendidikan Zaman Kolonial”

Anda mungkin juga menyukai