Contoh 1
Daftar referensi :
1.Undang-undang No. 20 Tahun 2023 tentang
S i s t e m P e n d i d i k a n N a s i o n a l https://pusdiklat.perpusnas.go.id/
regulasi/download/6
2.Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2013
Contoh 2
Argumentasi kritis
Sosok yang kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara merupakan seseorang yang memiliki
nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang mana berubah menjadi Suwardi
Suryailingrat dan kini kita kenal sebagai bapak pelopor pendidikan nasional (Suastika, Ratna,
& Ardhana, 2002, p. 379).
Ki Hadjar Dewantara dengan prinsipnya yang kita kenal Tut Wuri Handayani yang menjadi
landasan perihal pengajaran dan pendidikan. Sungguh perjuangan yang tidak mudah sampai
di titik dapat membangun taman siswa yang merupakan gerbang menuju kemerdekaan baik
aspek pendidikan maupun aspek kebudayaan yang tentunya amat sangat terkait dengan aspek
politik sebagai pagar atau pondasi utama untuk menjaga pembangunan pendidikan ini.
Gerakan transpormasi Ki Hadjar Dewantara merupakan Gerakan untuk membebaskan diri
dari jeratan penjajah dengan meluaskan pendidikan kepada generasi muda juga generasi
penerus bangsa. Pada zaman colonial kala itu dengan didirikannya taman siswa di Yogyakarta
bertujuan agar bangsa dan anak-anak Indonesia serta rakyat dapat terbebas dari kebodohan
dan menemukan kemerdekaannya sendiri.
Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 itu tidak dimaksudkan untuk mendidik
golongan tertentu, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tujuan pokok yang
hendak dicapai adalah terlaksananya pendidikan dan pengajaran secaramerata, sekaligus
menanamkan nilai-nilai persatuan di atas perbedaan (bhinnelea tunggal ilea). Salah satu
alasan mengapaTaman Siswa didirikan adalah kenyataan bahwa pemerintah kolonial sangat
kikir dan sama sekali mengabaikan bidang pendidikan (Suastika, Ratna, & Ardhana, 2002, p.
379).
Bukan hanya didirikannya Taman siswa tetapi Usaha-usaha yang di lakukan oleh Ki Hadjar
Dewantara dalam melaksanakan cita-cita pendidkannya yaitu dengan mendirikan Perguruan
Kebangsaan "Taman Siswa" pada tanggal 3 Juli 1922 di Jogyakarta. Pada sekolah-sekolah
Taman Siswa diadakan Pembaagian-Pembagian Sebagai Berikut; 1). Taman Indriya (Taman
Kanak-Kanak Taman Siswa) bagi anak-anak yang berumur 5-6 Tahun. 2). Taman Anak (kelas
I-III) bagi anak-anak berumur 6-7 Tahun -- 9-10. 3). Taman Muda (IVVI) bagi anak-anak
yang berumur 10-11 tahun -- 12-13 tahun. 4). Taman Dewasa (SMP). 5). Taman Madya
(SMA). 6). Taman Guru (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila, 2021, p. 53)
Selain hal tersebut, Ki Hadjar Dewantara memiliki dua pandangan tentang pendidikan.
pertama, tri pusat pendidikan, yang mengatakan bahwa pendidikan yang diterima oleh peserta
didik terjadi dalam tiga ruang lingkup, yakni: lingkungan keluarga, lingkungan perguruan,
dan lingkungan masyarakat. Ketiga, lingkungan tersebut memiliki pengaruh edukatif dalam
pembentukan kepribadian peserta didik.
Konsep dan prinsip dari Bapak Pendidikan Nasional ini dengan tujuan meluaskan pendidikan
dan keluar dari hal kebodohan untuk dapat memerdekan bangsa, pendidikan dan
memerdekakan kebudayannya tentunya selalu dan akan tetap menjadi acuan perkembangan
pendidikan di Indonesia ini sesuai dengan contoh nyatanya yang Bapak Menteri Pendidikan
cetuskan yakni merdeka belajar. Harapannya semoga dengan menerapkan prinsip leluhur
menjadi bagian integral dalam pendidikan agar mengingat perjuangan akan Namanya
pendidikan di bangsa Indonesia ini.
Daftar Pustaka
Suastika, M., Ratna, K., & Ardhana, K. (2002). Ki Hadjar Dewantara Pelopor Pendidikan
Nasional . Cakrawala Pendidikan, 379.
Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila. (2021). Pandangan dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
dalam Memajukan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan IPS, 50