Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nur Rahma Handayani

NIM : 23105260142
Kelas : PGSD J
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Tugas 1.4: Argumentasi Kritis
Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perkembangan Pendidikan
Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
Ki Hajar Dewantara, yang lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada
2 Mei 1889, adalah seorang tokoh pendidikan dan pahlawan nasional Indonesia. Ia dikenal
sebagai pelopor pendidikan nasional di Indonesia dan pendiri Taman Siswa, sebuah organisasi
pendidikan yang memiliki konsep pendidikan holistik dan inklusif. Ki Hadjar Dewantara
merupakan tokoh pahlawan nasional yang memperjuangkan pendidikan Indonesia, atas jasa
dan dedikasinya terhadap kemajuan pendidikan bangsa Indonesia beliau diberi gelar sebagai
Bapak Pendidikan Nasional. Sebagai tanda penghormatan untuk menghargai jasa beliau dalam
dunia pendidikan setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional bertepatan
dengan tanggal kelahiran beliau. Ki Hadjar Dewantara berpandangan bahwa untuk mencapai
cita-cita Indonesia Merdeka maka perlu didukung dengan gerakan pendidikan rakyat.
Terbentuknya kelas sosial antara kaum bangsawan dengan rakyat biasa pada masa penjajahan
juga menjadi dinding pemisah kualitas pendidikan pada masa itu. Belanda hanya memberikan
pendidikan pada orang pembantu dalam mendukung usaha dagangnya sedangkan bagi kaum
bangsawan dikhususkan untuk mendidik calon pegawai.
Terbatasnya akses dan kualitas pendidikan membuat rakyat mudah dimanfaatkan oleh
pihak penjajah sebab rendahnya tingkat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Keadaan
ini jika terus dibiarkan membuat bangsa Indonesia terus dijajah dan rakyatnya tidak
berkembang, diperlukan adanya perubahan atau tranformasi supaya dapat terbebas dari
belenggu dan tirani penjajahan. Keadaan ini membuat Ki Hadjar Dewantara melakukan
transformasi pendidikan di Indonesia dengan membentuk gerakan pendidikan rakyat dan
mendirikan “National Onder Wijs Institut Tamansiswa”, pada tanggal 3 Juli 1922, bersama
Soertinah, RM Soeryo Koeosomo, RMH Soeryo Putro, BRM Soebono, Ki Soetopo Wonoboyo
dan Ki Tjokrodirjo di Yogyakarta. Gerakan ini melaksanakan pendidikan nasional berdasarkan
kepribadian dan kebudayaan bangsa, dan bertujuan mencerdaskan kehidupan rakyat,
menyebarkan benih hidup merdeka, mencapai masyarakat tertib damai dan manusia salam dan
Bahagia, (Tim Dosen Ketamansiswaan, 2014). Gerakan pendidikan yang dicetuskan oleh Ki
Hadjar Dewantara dan para tokoh lain merupakan satu langkah perubahan dan trobosan menuju
terbebasnya Indonesia dari belenggu kebodohan dan penjajahan, namun juga dapat menjadi
boomerang, sebab pihak Belanda menentang dan tidak mengizinkan adanya sekolah bagi
rakyat.
Filosofi dari Ki Hadjar Dewantara yang menjadi pedoman dalam sistem pendidikan
sampai sekarang ini salah satunya ialah Panca darma yang merupakan dasar segala usaha
tamansiswa baik dalam bentuk pendidikan dan pengajaran maupun yang berhubungan dengan
organisasi atau adat istiadat dalam hidup ketamansiswaan. Menurut Ki Hadjar Dewantara
manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa, dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya
menuntut pengembangan semua daya secara seimbang (Krisbiyanto, A 2018). Ajaran tersebut
sejalan dengan kurikulum sekarang ini yaitu kurikulum Merdeka dimana peserta didik
diberikan waktu lebih banyak untuk mengembangkan kompetensi dan karakter melalui
belalajar kelompok seputar konteks nyata (Projek Penguatan Profil Pelajar/ P5). Hal tersebut
mendorong siswa untuk menjadi aktif, kreatif, inovatif dan mandiri yang tentunya sangat
relevan dengan tujuan yang di inginkan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu membentuk manusia
merdeka, dan tidak bergantung pada orang lain dan mampu bertanggung jawab atas
perbuatanya.
Referensi:
Krisbiyanto, A. (2018). Relevansi Konsep Belajar Menurut Ki Hadjar Dewantara dengan
Pendidikan Agama. https://doi.org/10.31219/osf.io/wqmgu
Tim Dosen Ketamansiswaan. (2014). Materi Kuliah Ketamansiswaan. Yogyakarta: Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa.

Anda mungkin juga menyukai