Anda di halaman 1dari 2

lOMoAR cPSD| 30299210

Nama : Ajeng Raraningrum


Kelas : Guru Kelas A

Argumentasi kritis

Sejarah pendidikan telah dimulai dari masa sebelum manusia mengenal tulisan
(Praaksara) sampai tiba pada masa penjajah Belanda yang membuat kebijakan
politik pendidikan pemerintah, yakni:
1) Seluruh sekolah swasta yang tidak dibiayai oleh pemerintah (Belanda) harus
meminta izin.
2) Guru yang mengajar di sekolah swasta juga harus mendapatkan izin dari
pemerintah terlebih dahulu.
3) Materi pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa sekolah swasta tidak
boleh melanggar peraturan negeri dan harus sesuai dengan sekolah pemerintah.
Hal itu menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan yang diselenggarakan oleh
kaum pribumi dengan pendidikan yang dilakukan pemerintah kolonial tersebut
menciptakan diskriminasi terhadap pendidikan. Sementara, pada Kalangan
Menengah keatas pribumi terutama para bupati mendirikan di wilayahnya masing-
masing untuk mendidik calon pegawai. Perkembangan kemudian berlanjut dengan
pendirian sekolah bumiputra yang hanya mempunyai tiga kelas.
Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa pada
tahun 1922 yang merupakan cikal bakal perubahan sistem pendidikan Indonesia..
Menurutnya, pendidikan yang mengena kepada bangsa Timur adalah pendidikan
humanis yang mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan.
Model pendidikan yang yang humanis ini diperoleh dengan menggabungkan model
sekolah Maria Montessori di Italia yang pendidikannya berfokus pada peserta didik
dan Rabindranath Tagore di India yang pendidikannya berbasis pada lingkungan.
Ki Hajar Dewantara membuat koneksi dua hal yang tidak terpisahkan yaitu
Pendidikan dan kebudayaan. Menurut Ki Hajar Dewantara untuk mencapai
kebudayaan yang kita mimpikan, peradaban bangsa yang kita cita-citakan
memerlukan Pendidikan. Pendidikan adalah landasan atau fondasi untuk
membentuk peradaban bangsa atau dengan kata lain Pendidikan adalah tempat
lOMoAR cPSD| 30299210

bersemayam benih-benih kebudayan. Artinya pekerjaan yang kita lakukan sebagai


guru merupakan pekerjaan untuk menjemput kebudayaan yang kita cita-citakan
dengan kata lain ini adalah pekerjaan untuk membentuk peradaban.
Prinsip perubahan menurut Ki Hajar Dewantara pertama yaitu kodrat
keadaan (alam dan zaman). Prinsip yang kedua adalah Prinsip Perubahan, ada yang
namanya Asas Trikon (Kontinuitas, Konvergensi dan Konsentris). Pertama, dalam
melakukan perubahan kita harus melakukan dialog kritis tentang sejarah. Dalam
bergerak maju ke depan, kita tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki
dalam masyarakat. Kedua harus konvergensi, maksudnya adalah Pendidikan harus
memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Ketiga adalah
konsentris, maksudnya Pendidikan harus menghargai keragaman dan
memerdekakan pemelajar.
Definisi manusia yang merdeka menurut Ki Hajar Dewantara adalah
selamat raga dan bahagia. Adapun semboyan bagi para pendidik yaitu:
Ing Ngarsa Sung Tulada yang berarti didepan menjadi contoh atau panutan.
Ing Madya Mangun Karsa artinya ditengah memberi atau membangun
semangat, niat, maupun kemauan.
Tut Wuri Handayani yang artinya dibelakang harus bisa memberikan
semangat maupun dorongan.
Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara saat ini masih digunakan
sebagai acuan dalam merumuskan kurikulum dan juga sistem pendidikan di
Indonesia sehingga kedepannya diharapkan pendidikan di Indonesia dapat
menciptakan manusia yang merdeka.

Referensi:
Syaharuddin dan Heri S. 2019. Sejarah Pendidikan Indonesia. Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat.

Wiryopranoto, S., Nina, Djoko, Yuda, dan Tim M. 2017. Ki Hajar Dewantara
“Pemikiran dan Perjuangannya”. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai