NIM : 2201680846 Kelas : PPG Prajabatan Gel. 2 PGSD D
Assalamu’alaikum wr wb. Saya Anang Fathoni. Podcast ini merupakan kelanjutan
dari perjalanan panjang terkait dengan pemahaman kritis pada topik 1 mulai dari fase refleksi awal yaitu Mulai dari diri, argumentasi kritis, ruang kolaborasi, dan video yang dibuat pada demonstrasi kontekstual untuk melihat perjalanan pendidikan nasional. Berdasarkan hasil dari refleksi, perjalanan pendidikan telah banyak menemui lika-liku dalam perkembangannya. Pada zaman kolonialisme, masih terdapat pengekangan pada kemerdekaan batin anak yang dapat dilihat dari dasar-dasar pendidikan Barat zaman Kolonial yaitu regering, tucht, dan orde (perintah, hukuman, dan ketertiban). Selain itu, tidak semua rakyat Indonesi juga dapat bersekolah, hanya kaum priyayi atau keluarga bangsawan saja yang bisa bersekolah. Hal ini tentu menjadikan sumber daya manusia yang ada di Indonesia tidak berkembang secara maksimal dan menyeluruh. Salah satu pelopor pendidikan yaitu Ki Hadjar Dewantara, menjadi pionir dalam perubahan pendidikan yang Indonesia. Kekangan sistem dimana hanya kaum priyayi atau bangsawan saja yang dapat mengenyam bangku sekolah, dibebaskan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui pendirian Taman Siswa di Yogyakarta tanggal 3 juli 1922 yang mana setiap rakyat berhak mendapatkan pendidikan. Ki Hadjar Dewantara juga begitu memperhatikan kemerdekaan batin anak, dan pendidikan yang sesuai dengan kodratnya keadaan. Kompleksitas permasalahan pendidikan di Indonesia telah muncul sejak sebelum zaman kemerdekaan hingga saat ini. Apabila kita flashback kebelakang, faktor politik sangat mempengaruhi terlaksananya pendidikan di Indonesia. Sistem Pendidikan di Indonesia dibangun oleh pemerintah belanda yang tujuannya untuk membina tenaga kerja terampila dan dapat dipekerjakan pada perusahaan atau bidang lain, yang kembali lagi dapat membantu percepatan perekonomian belanda. Pendirian sekolah merupakan prinsip dasar dari implementasi Politik Etis, sebab Politik Etis tampaknya menjadi kebijakan yang menarik ketika didengar, yang membuat simpati penduduk pribumi terhadap pemerintah kolonial dari konteks sosial-politik. Padahal kebijakan etis sebenarnya merupakan upaya yang dirumuskan oleh para sarjana Belanda dalam konteks kelanjutan eksploitasi kekayaan Indonesia, dengan demikian kebijakan etis ini tidak dapat dipisahkan dari kepentingan kolonial, yang notabene merupakan intensifikasi dan eksploitasi koloni. Dari Ki Hadjar dewantara kita banyak belajar tentang arti dari memanusiakan manusia, dan mengoptimalkan potensi peserta didik melalui pemikiran pada pendidikan dan pengajarannya. 3 kerangka perubahan dari ki hadjar dewantara yaitu yang pertama kodrat keadaan. Kodrat keadaan dibagi menjadi dua yaitu kodrat alam yang bermakna tempat masyarakat berada, untuk membentuk kebiasaan dan budaya dalam masyarakat, dan kodrat zaman, yang mengandung maksud bahwa masing-masing zaman memiliki tantangannya sendiri. Kerangka perubahan yang kedua yaitu kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Kontinuitas merupakan dialog kritis dengan sejarah kita untuk menjaga identitas masyarakat Indonesia. Konvergensi merupakan satu titik yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan atau memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Terakhir konsentris yang mana, walaupun kita menuju nilai yang sama, tetapi harus tetap menghargai keberagamaan yang ada. Kerangka perubahan yang ketiga yaitu budi pekerti. Budi dibagi menjadi tiga yaitu cipta, rasa, dan karsa. Sementara pekerti merupakan tenaga atau raga. Dan dalam hal ini harus seimbang pekembangannya. Ketika kita berjalan maju, melihat lajur perkembangan pendidikan di Indonesia, sudah banyak sekali perubahan, inovasi, dan kemunculan problematika baru di era yang semakin cepat ini. Kurikulum juga berubah dari waktu ke waktu menyesuaikan dengan kondisi dan telaah dari pemangku kebijakan. Terkadang perombakan kurikulum menjadi beban mental dan pikiran bagi guru karena selain mengajar dan menerapkan 4 kompetensi inti, guru juga masih memiliki beban adminstratif yang menurut hemat saya seharusnya diberikan kepada tenaga kependidikan atau tata usaha yang ada di sekolah. Namun di sekolah dasar, bagian tata usaha tidak diadakan, sehingga problematika yang muncul semakin kompleks. Dalam perkembangan kurikulum terbaru, yaitu kurikulum merdeka saat ini, tentu kita dapat melihat adanya koneksi landasan filosofis pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara yang mulai digaungkan kembali. Kurikulum Merdeka diharapkan mampu membawa perubahan baik diberbagai sisi. Memerdekakan peserta didik dan pendidiknya. Walaupun realisasinya butuh juga proses. Tentu menjadi tugas kita bersama sebagai pendidik untuk menghayati nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang disumbangkan dari pemikiran intelektual Ki Hadjar Dewantara yang mampu melintasi zaman dan memiliki koneksi pada pemikiran-pemikiran ahli lain. Maka dari itu, mari kita sebagai pendidik untuk terus berjuang dalam pendidikan saat ini. Pemahaman baru yang saya dapatkan yaitu pentingnya pendidikan yang memerdekakan peserta didiknya agar optimal pengembangan potensinya, Kemudian, pentingnya bagi pendidik dalam menjiwai pemikiran2 dari Ki Hadjar Dewantara, karena banyak sekali relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan pemikiran2 ahli lainnya. Terakhir, perlunya penyesuaian pendidikan sesuai dengan kondrat zaman, karena masing-masing zaman memiliki tantangannya sendiri. Misalnya saat ini, pendidik perlu mengintegrasikan teknologi digital dalam pembelajaran di kelas, karena salah satu karakteristik peserta didik saat ini yaitu technoholic atau ketergantungan dengan teknologi dan sesuai dengan era industry 4.0 dan era society 5.0 yang pada intinya melihat teknologi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam segala aktivitas manusia. Itu tadi sedikit simpulan dan refleksi mendalam pada topik 1 yang mengoneksikan antar materi yang telah kita bahas sebelumnya. Terima kasih. REFERENSI Crain, William. (2014). Theories of Development, Concepts and Applications 3 rd Edition (Terjemahan). Penerbit Pustaka Pelajar. Dewantara, Ki Hadjar. (1977). Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Pertama: Pendidikan. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Hakim, R., Ritonga, M., & Susanti, W. (2020). Implementation of Contextual teaching and learning in Islamic Education at Madrasah Diniyah. Jour of Adv Research in Dynamical & Control Systems, 12, 3326-3332. Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development Thirteenth Edition. Mc Graw Hill. Syahril, Iwan. (2021). Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. KS PS dan Tendik Kemendikbudristek. Diakses pada 25 Desember 2022 di https://www.youtube.com/watch?v=qgsbRba78GE&t=606s