Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Kapita Selekta Pendidikan Islam Mardhiya Agustina, S.Th.I, M.Pd.I

PENDIDIKAN ISLAM TRANFORMATIF

( Dasar Dan Tujuan Pendidikan Tranformatif)

NAMA NPM

Abdul Hamid : 18.12.4418

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM


MARTAPURA 2021
A. Pendahuluan

Pendidikan adalah proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


Melalui pendidikan, setiap manusia belajar seluruh hal yang belum mereka ketahui.
Bahkan dengan pendidikan, manusia dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi
oleh sekat-sekat yang membatasi dirinya. Pendidikan melahirkan manusia yang
berilmu, yang dapat menjadi khalifah Allah di bumi ini. Seperti diungkapkan
Muhammad Abduh, seorang tokoh pembaharu Muslim terkenal, bahwa pendidikan
adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat merubah segala sesuatu.

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan


berkuali-tas akan menghasilkan output yang berakhlak yang mampu menjadikan
masyarakat yang beradab. Al-Ghazali mengungkapkan bahwa pendidikan adalah
proses memanusiakan manusia. Sayangnya, saat ini, institusi atau lembaga
pendidikan seringkali mengabaikan prinsip ini, sehingga output yang dicetak lebih
banyak berintelek saja daripada berakhlak.1

Pendidikan islam transformatif secara umum banyak dikaji oleh beberapa pihak
dan para peneliti pendidikan islam. Namun masih jarang ditemukan penelitian yang
memfokuskan kajiannya pada pendidikan Islam Transformatif menurut pemikiran
para ulama dan tokoh pendidikan Islam. Oleh karena itu, dalam hal ini perlu
disebutkan dan dipaparkan beberapa literature yang relevan dengan tema kajian pada
tulisan ini, diantaranya yaitu.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arbain Nurdin
dengan judul “Paradigma Islam Transformatif dan Implikasinya Terhadap
Pengembangan Pendidikan Islam: Studi Komparasi Pemikiran Kuntowijoyo dan
Moeslim Abdurrahman” menunjukkan bahwa hakikat Islam transformatif menurut

1
JURNAL QATHRUNÂ Vol. 1 No.1 Periode Januari-Juni 2014 Pendidikan Islam Transformatif-
Integratif: Zainullah dan Ali Muhtarom
Kuntowijoyo merupakan adanya objektivitas sehingga antara normativitas berkaitan
dengan realitas, sedangkan pandangan Moeslim Abdurrahman hakikat Islam
Transformatif adalah adanya dialog antara kebutuhan konteks dengan teks suci
agama.2

Inti dari cita-cita pendidikan, terutama pendidikan agama Islam adalah


terbentuknya manusia yang beriman, cerdas, kreatif, dan memiliki keluhuran budhi.
Tugas utama pendidikan adalah upaya secara sadar untuk mengantarkan manusia
pada cita-cita tersebut, Jika upaya pendidikan mengalami kegagalan dalam
mengantarkan manusia kearah cita-cita manusiawi yang bersandar pada nilai-nilai ke-
Tuhanan, maka yang akan terjadi adalah tumbuhnya prilaku-prilaku negatif dan
destruktif, seperti kekerasan, radikalisme, fundamentalisme, dan terorisme, juga
ketidakpedulian sosial, yang semuanya itu mengakibatkan penderitaan semesta.

Berbagai prilaku-prilaku destruktif tersebut, yang sering muncul dinegara


Indonesia, merupakan akibat dari belum munculnya pribadi-pribadi cerdas, kreatif,
dan berbudi luhur. Kecerdasan dan kearifan yang bersumber pada daya kritis atas
nilai diri dan sosial, sehingga mampu memberikan sinaran yang selalu tumbuh
terhadap kepedulian pada sesama.

Dalam konteks inilah, pendidikan agama Islam sebagai salah satu media
penyadaran umat, dihadapkan pada problem begaimana mengembangkan sebuah pola
pendidikan yang transformative, sebuah pola pendidikan yang mampu memberikan
pemahaman dan transformasi pembelajaran yang tidak saja bertumpu pada transfer
pengetahuan saja, tetapi juga transef nilai. Pendidikan transformative juga megasikan
akan pola pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teacher centerd), tetapi lebih
pada pola pembelajaran yang memberikan “ruang” bagi peserta didik untuk lebih
mengaktualisasikan potensi akademisnya secara maksimal.

2
Arbain Nurdin, “Paradigma Islam Transformatif dan Implikasinya Terhadap Pengembangan
Pendidikan Islam,” Tesis tidak diterbitkan, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2013, hal. 15
B. Pembahasan

Dasar Pendidikan Transformatif

Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia


pendidikan yang mulai dirintis sebagai alternatif untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan pendidikan
dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan
dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan
harapan kemajuan kedepan. Strategi pembaharuan pendidikan pada dasarnya
memiliki tujuan agar pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien untuk
mencapi tujuan pendidikan.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak pendidikan memiliki dua peran,
yang harus diperhatikan yaitu:

a. Pendidikan akan Berpengaruh terhadap perubahan masyarakat.

b. Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses


transformasi menuju terwujudnya masyarakat madani.3

Tujuan Pendidikan Transformatif


Gagasan paradigma dimulai dengan melakukan dekonstruksi total terhadap
konstruksi ideologi pendidikan Indonesia sekarang. Tugas dekonstruksi ini diarahkan
untuk membebaskan pendidikan dari berbagai belenggu ideologis dan politik yang
menyelubunginya. Proses dekonstruksi di atas dilanjutkan dengan rekonstruksi
pendidikan. Rekonstruksi menuju pendidikan transformatif yang di dasarkan atas
kondisi objektif dan proyeksi masa depan yang hendak dicapai. Pada titik ini,
pendidikan Indonesia menghadapi tantangan internal dan eksternal yang berat.
Problem internal terkait dengan dunia pendidikan sendiri seperti infrastruktur,
3
Muhammad Rozikan, ‘’Menggagas Pendidikan Transformatif Berbasis Kearifan Lokal’’ Prosiding
Seminar Nasional
sumberdaya manusia, dana dan kelembagaan dalam kebijakan politik pendidikan.
Pendidikan harus dibebaskan dari proyek hegemoni penyebarluasan teori
modernisasi. Transformasi sosial berarti perubahan menyeluruh dalam bentuk, rupa,
sifat, watak dan sebagainya dalam hubungan timbal balik antar manusia, baik sebagai
individu-individu maupun kelompok-kelompok. Sering kali istilah transformasi sosial
diartikan sebagai sama dengan perubahan sosial. penciptaan jaringan kerja yang luas
(dari organisasi internasional dan universitas hingga pelaku pembangunan tingkat
lokal) yang menjamin pefungsian aparat ini secara efisien. Sekali dikonsolidasikan,
sistem ini menentukan apa yang dapat dikatakan, dipikirkan, dibayangkan.
Singkatnya, sistem itu mendefinisikan bidang perseptual, ruang pembangunan.
Karena pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap individu dan masyarakat.
Pentingnya pendidikan ini tidak hanya terbatas pada suatu umat, bangsa,
masyarakat atau pada masa tertentu, tetapi pendidikan mencakup seluruh umat dan
masyarakat pada setiap masa dan termasuk umat dan masyarakat dewasa ini. Oleh
karena itu, merupakan suatu kewajiban dan beban yang di pundakkan setiap
pemimpin dan reformer dalam masyarakat untuk berusaha keras dalam
menyebarluaskan peluang dan kesempatan kita setiap warga negara untuk
mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang baik berarti pendidikan yang dapat
membawa kepada pertumbuhan individu dan masyarakat yang menyeluruh.
Walaupun ukuran baik berbeda antara satu budaya dengan budaya yang lain, antara
sekelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya, tetapi terdapat satu
ukuran yang disepakati oleh semua. Di antaranya adalah pendidikan itu harus
mempunyai falsafah dan tujuan-tujuan tertentu yang jelas. Pendidikan diperlukan
manusia, agar secara fungsional manusia diharapkan mampu memiliki kecerdasan,
(intelegence, spiritual, emosional) untuk menjalani kehidupannya dengan
bertanggung jawab, baik secara pribadi, sosial, maupun profesional. Dalam bahasa
pedagogie, pendidikan bertujuan untuk memenuhi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dari sini manusia diharapkan mampu memenuhi kehidupan
secara bahagia dan sejahtera. Melihat keberagaman potensi sumber daya manusia dan
sumber daya alam serta kebhinekaan bangsa kita, pendidikan yang mematikan
kreativitas memenjarakan peserta didik untuk selaku patuh dan mengikuti aturan-
aturan yang diterapkan oleh penguasa tanpa memberikan kebebasan sedikit pun
kepada peserta didik untuk bersikap kritis dan rasional adalah bentukbentuk
pendidikan yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sistem pendidikan
yang dibutuhkan pada saat ini adalah sistem pendidikan yang berorientasi pada
kemandirian siswa. Dari berbagai uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan
pendidikan transformatif adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik mampu memiliki kecerdasan untuk menjalani kehidupannya


dengan bertanggung jawab secara pribadi, sosial maupun profesional.

b. Terciptanya proses belajar yang didasarkan pada prinsip dialogis,


kreatif,kritis dan partisipatif terhadap permasalahan yang ada. 4

4
Muhammad Rozikan, ‘’Menggagas Pendidikan Transformatif Berbasis Kearifan Lokal’’ Prosiding
Seminar Nasional
C. Kesimpulan

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan diatas, semakin mempertegas bahwa


konsep allama ma lam ya’lam (Tuhan mengajarkan segala hal yang tidak diketahui
manusia) mengandung pengertian, Allah selalu mengajarkan suatu pengetahuan baru
setiap saat kepada manusia. Sehingga manusia dituntut untuk belajar tentang apa saja
sepanjang hidupnya, dan hendaknya selalu berdialog secara tranformatif dengan
perkembangan zaman. Manusia tidak boleh berhenti pada pengetahuan yang
dimilikinya, tetapi mesti selalu mencari sesuatu “yang baru” diluar dirinya. Lebih-
lebih seorang guru, sebagai bagian penting dalam proses pendidikan, menjadi lebih
dituntut untuk melakukan proses transformasi ini.

Prinsip Pendidikan Islam adalah patokan yang harus dipegang dalam proses
Islamisasi karakter anak didik. Setidaknya, ada lima prinsip dasar yang harus
diperhatikan, yaitu prinsip integrasi-transformasi, prinsip keseimbangan, prinsip
persamaan, prinsip pendidikan seumur hidup, dan prinsip keutamaan. Prinsip-prinsip
ini yang nantinya akan membawa kesuksesan pendidikan Islam dalam ranah
praktisnya. Dengan memegang pada dasar yang benar, maka akan sangat mungkin
kita sampai pada tujuan yang benar pula. Prinsip integratif, transformatif ini juga
dikenal dalam dunia pesantren dengan istilah al-Muhafadhah ‘ala al-Qodimis Sholeh
wa al-Akhdu min al-Jadidi al-Ashlah (mempertahankan sistem lama yang baik dan
mengadopsi dari sistem baru yang baik).

Berbagai prilaku-prilaku destruktif tersebut, yang sering muncul dinegara


Indonesia, merupakan akibat dari belum munculnya pribadi-pribadi cerdas, kreatif,
dan berbudi luhur. Kecerdasan dan kearifan yang bersumber pada daya kritis atas
nilai diri dan sosial, sehingga mampu memberikan sinaran yang selalu tumbuh
terhadap kepedulian pada sesama.

Dalam konteks inilah, pendidikan agama Islam sebagai salah satu media
penyadaran umat, dihadapkan pada problem begaimana mengembangkan sebuah pola
pendidikan yang transformative, sebuah pola pendidikan yang mampu memberikan
pemahaman dan transformasi pembelajaran yang tidak saja bertumpu pada transfer
pengetahuan saja, tetapi juga transef nilai. Pendidikan transformative juga megasikan
akan pola pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teacher centerd), tetapi lebih
pada pola pembelajaran yang memberikan “ruang” bagi peserta didik untuk lebih
mengaktualisasikan potensi akademisnya secara maksimal.

Daftar Pustaka

JURNAL QATHRUNÂ Vol. 1 No.1 Periode Januari-Juni 2014 Pendidikan Islam Transformatif-
Integratif: Zainullah dan Ali Muhtarom,

Arbain Nurdin, “Paradigma Islam Transformatif dan Implikasinya Terhadap Pengembangan


Pendidikan Islam,” Tesis tidak diterbitkan, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2013, hal. 15

Rozikan Muhammad, ‘’Menggagas Pendidikan Transformatif Berbasis Kearifan Lokal’’ Prosiding


Seminar Nasional

Anda mungkin juga menyukai