Anda di halaman 1dari 43

MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER

Penulis: Dr. Barusdi Anhar, Lc, MA 1

Abstrak
Agama Islam sesungguhnya membawa nilai-nilai dan norma-norma
kewahyuan bagi kepentingan hidup manusia, dan akan teraktualisasikan dan
difungsikan bila hal tersebut diinternalisasikan ke dalam pribadi manusia melalui
proses kependidikan yang konsisten, terarah kepada tujuan. Untuk
mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut diperlukan ikhtiar
kependidikan yang sistematis, terencana yang berdasarkan perkembangan zaman
yang menampilkan gagasan atau kreasi baru, salah satu jalannya yaitu melalui
pendekatan multi disipliner ilmu pengetahuan tanpa dikotomi serta
menerjemahkan tradisi keilmuan secara kontekstual tanpa rasa kaku.

I. Pendahuluan

Pendidikan Islam kontemporer membawa misi pendidikan sebagai


rahmatan lil’alamin dalam mewujudkan paradigma perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan informasi yang berkesinambungan. Dengan demikian,
pendidikan Islam kontemporer memiliki pengaruh yang strategis dalam
kebangkitannya. Melalui aktifitas pendidikan Islam yang jauh hari sudah
berkembang pada sesungguhnya hal tersebut sebagai cita-cita masyarakat dalam
membumikan dirinya pada arah kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seiring dalam perjalanan waktu yang cukup panjang dengan dinamika
perkembangan pendidikan Islam di tengah-tengah masyarakat yang kian

1
Lecture as STI Tarbiyah Darussalam Lhokseumawe, Aceh.

1
bertransformasi, pendidikan Islam dalam arti luas mengalami perubahan,
penyempurnaan, perkokohan dalam arti megadigma. Sungguh demikian, sejarah
perjalanan pendidikan Islam di Indonesia dan perkembangan pendidikan Islam
saat ini barangkali belum menunjukkan nilai dan aplikasi yang optimal bagi
masyarakat khususnya di era digital saat ini.
Dalam menghadapi era teknologi dan komunikasi yang pasang surut, maka
muncul paradigma baru dalam pendidikan Islam, yakni usaha meninjau kembali
seluruh komponennya secara inovatif, kreatif, progresif, holistic dan adaptif yang
sesuai dengan tuntutan modernitas. 2
Dalam menjawab tuntutan modernitas di tengah-tengah masyarakat,
gerakan perbaikan dan penyempurnaan pendidikan di Indonesia telah dilakukan
sejak lama. Gerakan pemberantasan buta aksara, gerakan iptek dan Imtaq, gerakan
membaca, gerakan menumbuhkan pojok masyarakat membaca sampai pada
gerakan pembangunan pendidikan karakter yang telah dicanangkan pada tahun
2010 silam.
Dapat dinilai bahwa selama ini pendidikan Islam baik dari sisi
kelembagaan, penyelenggaraan dari sisi keilmuan sendiri maupun tradisi ilmiah
masih jauh mengalami ketertinggalan maka “urgensi” dari pembaharuan
pendidikan Islam semestinya sudah dapat dilakukan sejak hari ini.
Jika dirunut pada ajaran al-Quran dan Sunnah, agama Islam sesungguhnya
membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi kepentingan hidup
manusia, dan akan teraktualisasikan dan difungsikan bila hal tersebut
diinternalisasikan ke dalam pribadi manusia melalui proses kependidikan yang
konsisten, terarah kepada tujuan.3 Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan
potensi tersebut diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis, terencana yang

2
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2013, hal. 3
3
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Cet.
IV, hal. 4.

2
berdasarkan perkembangan zaman yang menampilkan gagasan atau kreasi baru,
salah satu jalannya yaitu melalui pendekatan multi disipliner ilmu pengetahuan
tanpa dikotomi serta menerjemahkan tradisi keilmuan secara kontekstual tanpa
rasa kaku.
Mengingat topik bahasan pendidikan Islam kontemporer bersentuhan
dengan PTAI, maka penulis membatasinya pada lembaga pendidikan Islam PTAI
di Indonesia, dengan melihat dan menganalisis sejauh perkembangan pendidikan
Islam dan pembaharuan yang terjadi di dalamnya. Ulasan ini tidak terlepas dengan
pendekatan sejarah karena mengingat pentingnya pendekatan ini dalam kajian
kapita selekta pendidikan Islam.

II. Pendidikan Islam Kontemporer


1. Memaknai Pendidikan Islam Kontemporer
Secara bahasa kata Kontemporer adalah segala hal yang berkaitan dengan
keadaan dan kejadian yang terjadi pada saat ini. 4 Secara umum kontemporer juga
dimaknai terhadap sesuatu yang baharu, kecenderungan terhadap perbaikan,
merekontruksi serta memperkokoh kembali nilai-nilai pendidikan Islam di era
kontemporer.
Dalam arti yang lebih luas lagi, Pendidikan Islam kontemporer dapat
diartikan sebagai pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan
utamanya untuk memperbaharui struktur lembaga pendidikan agar peserta didik
baik pria maupun wanita, peserta didik yang berkebutuhan khusus, dan peserta
didik yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang

4
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa,
2008. Hal. 805, lihat versi pdf.

3
bermacam-macam itu memiliki kesempatan yang sama dalam mencapai prestasi
akademis di lembaga pendidikan Islam.
Pendidikan Islam kontemporer menurut analisa penulis merupakan bagian
menjawab berbagai problema atau tantangan yang muncul di tengah masyarakat
yang terjadi di Indonesia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kegiatan memperkenalkan gagasan atau ide-ide baru sebagai pengembangan
pendidikan Islam yang diarahkan pada trend positif dan selanjutnya pembaharuan
tersebut menjadi warisan keilmuan dari generasi “X” ke generasi “Z” di masa
akan datang.
Hakikat pembaharuan sendiri adalah perubahan yang dimodernisasi.
Sebagai contoh lembaga pesantren di Indonesia misalnya, pembaharuan
pendidikan Islam pada awal abad ke-20 baru dapat diterima di kalangan terbatas
sedangkan banyak dari institusi pesantren masih berpegang teguh pada tradisi
lama. 5 Artinya, masuknya ide-ide pembaharuan pada lembaga pendidikan di
Indonesia tidak serta merta dapat langsung diterima oleh masyarakat muslim
setempat.
Contoh lainnya misalnya dalam persepsi pemikiran, gagasan pembaharuan
Islam sendiri adalah usaha mempublish nilai-nilai yang bertalian erat dengan
Islam dan pembaharuan yang cenderung disalahtafsirkan oleh orang lain; atau
suatu upaya pemikiran yang mendeskreditkan nilai-nilai keberagaman dan umat
Islam dalam wilayah yang mayoritas umat Islam. Gerakan pembaharuan yang
dibawa oleh Muhammad Abduh adalah satu contoh sebuah gerakan yang
bertujuan menyadarkan umat Islam dan membangkitkan ghirah kaum muslimin di

5
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Rineka
Cipta, 2009. Hal. 6

4
dunia yang menuntut kemurnian Islam serta membebaskan diri dari kebekuan dan
kejumudan dalam berpikir.6
KH. Ahmad Dahlan di pulau Jawa telah menyadarinya atas ketertinggalan
umat Islam dalam pendidikan yang telah mencapai titik “jenuh”. Makna
pemahaman dari pembaharuan KH. Ahmad Dahlan yang beliau inginkan adalah
melakukan reformasi dan dekonstruksi terhadap pendidikan Islam yang
merupakan aktualisasi dari kesadaran agar menarik diri dari “sumur dangkal”
ketertinggalan.
Pembaharuan pendidikan Islam yang terjadi di wilayah Indonesia agaknya
dimaknai sedikit berbeda dari Negara muslim dunia lainnya. Pendidikan Islam
Kontemporer diperankan banyak oleh kesadaran masyarakat muslim intelektual di
Indonesia di mana peran tersebut juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah
Indonesia. Peran masyarakat Muslim intelektual serta pemerintah memiliki
hubungan emosional dan spiritual yang kuat saling menguatkan satu sama lain.
Dan seterusnya, dari dampak arus kemajuan tersebut secara evolutif membawaki
implikasi yang positif pada lembaga pendidikan Islam yang tradisional,
pendidikan Islam terpadu dan madrasah secara merata di samping meningkatnya
suhu dan jumlah lembaga pendidikan Islam dewasa ini di Indonesia.
Dewasa ini pendidikan Islam di Indonesia telah mengakomodir seluruh
lini kehidupan bermasyarakat. Pendidikan Islam sejatinya telah menjadi lembaga
6
Pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh dalam pembaruan Islam adalah sebagai
berikut: Pertama, Membebaskan pikiran dari ikatan taqlid, dan mengajak ummat memahami
agama Islam dengan mengikuti ulama-ulama salaf sebelum timbulnya perpecahan. Untuk itu maka
ummat Islam dalam usaha untuk memahami ajaran Islam harus kembali kepada sumber-
sumbernya yang pertama, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Kedua, memperbaiki bahasa Arab, dan
ketiga, memperbaiki pergaulan hidup ummat Islam khususnya pada bangsa Mesir, dengan
menginsafkan pemerintahan dan rakyat tentang hak dan kewajiban. Ketiga pemikiran Muhammad
Abduh tersebut dapat mempengaruhi masyarakat Mesir untuk maju. Baca: A. Mukti Ali, Ijtihad,
dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan dan Muhammad Iqbal, Jakarta: Bulan
Bintang, 1990. dan H.A.R. Gibb, Modern Trends In Islam, New York: Octagon Book, 1978, hal
92.

5
akademik, pendidikan Islam sebagai spirit/ nilai, pendidikan Islam sebagai
aktifitas dakwah, sebagai basis sosial muslim, sebagai lembaga politik Islam dan
milik masyarakat secara bersama. Lebih lanjut dapat dilihat dalam gambar
berikut:

Gambar 1: Makna Pendidikan Islam


Sebagai tuntutan dari kemajuan arus zaman, maka beberapa Negara yang
bermayoritas muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam mulai
memunculkan gagasan-gagasan, ide serta cita-cita untuk mengadopsi
pembaharuan pendidikan Islam yang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan
zaman. Agaknya ada empat hal yang sangat substansial dari pembaharuan
pendidikan Islam yang semestinya diformulasikan. Pertama, penetapan
standarisasi lembaga pendidikan Islam, kedua, pembaharuan metodologi
pembelajaran, ketiga, integrasi ilmu pengetahuan wahyu, akal dan sains, keempat,
manajemen pendidikan Islam kontemporer yang berbasis IT.
Pembahasan yang substansial dari pendidikan Islam Kontemporer yaitu
menuntut adanya pengelolaan manajemen yang berbasis manajemen pendidikan
serta penggunaan metode dan media pengajaran modern yang mempu

6
memberikan keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu umum. Dengan demikian,
kesadaran mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum merupakan fenomena
yang muncul dalam dunia pendidikan Islam di Asia Tenggara 7 khususnya di
Indonesia dari sekian ide-ide pembaharuan lainnya.
Selain itu, sebagai wujud realisasi misi lembaga pendidikan Islam
kontemporer yang unggul dan bermartabat, maka upaya pemerintah Indonesia
dalam memenuhi standar kelayakan sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas
semestinya jangan sampai tertinggal. Untuk mewujudkan pendidikan Islam yang
unggul maka banyak hal yang harus dipersiapkan, di antaranya yaitu akreditasi
lembaga pendidikan Islam, sertifikasi tenaga pendidik yang berpengalaman,
sokongan sarana dan prasarana secara merata pada masing-masing lembaga yang
telah terakreditasi, media IT bagi pembelajaran di kelas, perpustakaan berbasis
OJS, laboratorium yang memadai, lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran,
beasiswa pendidikan yang selektif, dana penelitian yang terus-menerus
digalakkan.

2. Tujuan Pendidikan Islam Kontemporer


Pendidikan Islam memiliki nilai yang strategis dalam pembentukan suatu
bangsa. Pendidikan juga akan menempatkan jaminan kelangsungan hidup bangsa
tersebut. Pendidikan Islam tidak hanya berfungsi untuk how to know, dan how to
do, melainkan how to be dan how to live together. Sesuai dengan PPRI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Pendidikan Pasal 26 Ayat 1
disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar: 1) kecerdasan; 2)

7
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Rineka
Cipta, 2009. Hal. 7

7
pengetahuan; 3) kepribadian; 4) Akhlak Mulia; 5) keterampilan hidup mandiri; 6)
mengikuti pendidikan lebih lanjut.8
Kini coba kita simak beberapa ragam ahli ilmu pendidikan yang berbicara
tentang tujuan pendidikan secara umum. Misalnya, Made Pidarta dalam seminar
hasil penelitian menemukan bahwa ahli pendidik mutakhir menyerang sistem
pendidikan saat ini dengan mengatakan bahwa ada upaya-upaya mempertahankan
kaum kapitalis dengan cara mendidik anak-anak agar siap melayani industri,
perdangangan dan jasa tanpa memperhatikan kebebasan dan hak-hak anak.9
Kini jika dikaitkan pandangan para ahli pendidikan di atas dengan
pandangan tujuan pendidikan di Indonesia, tampaknya tidak jauh berbeda dengan
tujuan pendidikan nasional kita. tujuan pendidikan Indonesia adalah membentuk
manusia seutuhnya. Melalui kegiatan pendidikan dan pengembangan memberikan

8
Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Hal. 12. Standar Tujuan pendidikan nasional sebagaimana pada Pasal
26 Ayat 1 berlaku bagi peserta didik yang berada di jenjang SD hingga ke Perguruan Tinggi.
Aspek tujuan pendidikan nasional yang digulirkan agaknya sudah mencakup 3 ranah kecerdasan,
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun dalam standar tujuan pendidikan nasional
bagi peserta didik yang duduk di perguruan tinggi harapan dan tujuannya agar mampu
menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah-tengah
masyarakat nantinya sebagai abdi Negara.
9
Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia,… hal. 18. Dalam buku Made Pidarta disebutkan terdapat beberapa para ahli
mengemukakan tentang tujuan pendidikan. Di antaranya mereka yaitu :
a. Paulo Freire, 1984: tujuan pendidikan hendaknya membuat manusia transitif, yaitu
kemampuan menanggapi dan memecahkan masalah, berdialog dengan dunia beserta
segala isinya.
b. Samuel Smith, 1986 : tujuan pendidikan adalah mengemabngkan individu peserta
didik secara alami, dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengembangkan potensi-potensi tanpa diarahkan kepada kepentingan kelompok
tertentu. Dengan demikian hasil pendidikan akan bisa menjadi ilmuan, pemikir,
innovator, peduli akan lingkungan dengan kemampuan memperbaikinya dan
meningkatkan peradaban manusia.
c. Alvin Toffler, 1987: manusia akan menangani arus informasi dan wawasan di masa
mendatang, sementara teknologi masa depan akan menangani arus materi fisik, maka
sebab itu kegiatan manusia akan semakin terarah pada tugas intelektual sebagai
pemikir kreatif.

8
deviden kepada seseorang berupa keahlian, keterampilan yang selanjutnya akan
menjadi aset “siap pakai” yang berharga bagi masyarakat.
Demikian pula standarisasi pada pendidikan Islam kontemporer
harapannya adalah membentuk pribadi muslim seutuhnya, memanusiakan
manusia serta mengembangkan seluruh potensi manusia baik dalam bentuk
jasmaniyah maupun rohaniyah,10 baik aspek akal, hati dan amal. Lebih detailnya
tujuan pendidikan Islam Kontemporer adalah adanya keseimbangan kepribadian
dalam diri seorang muslim. Lihat gambar di bawah ini:

Gambar 2 : Tujuan Pendidikan Islam


KESEIMBANGAN KEPRIBADIAN DALAM
PENDIDIKAN ISLAM

• Aspek
jasmani/tubuh

Kontemporer
• Aspek akal, • Aspek hati,
RANAH
rasio, pikir JASADIYAH
kalbu

RANAH • Aspek ruhani, RANAH


AQLIYAH nurani QALBIYAH

RANAH
RUHANIYAH

Pada prinsipnya dasar dan tujuan pendidikan Islam kontemporer adalah al-
Quran dan Sunnah Nabi, namun menurut Abdur Rohman an-Nahlawi (1979:20)
al-Quran sebagai sumber dari norma pendidikan Islam, bukan hanya sebagai dasar
pendidikan Islam. 11 Di atas kedua pilar ini kemudian lahirlah visi, misi, Renstra
serta tujuan pendidikan Islam kontemporer.
Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia tidak boleh berhenti dalam
makna yang ideal namun harus ada proses keberlanjutan. Pendidikan Islam harus
mencari format baru untuk dapat terus survive dan relevan di setiap perkembangan

10
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Rineka
Cipta, 2009. Hal. 6, hal. 15
11
Abdul Rahman an-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyat al-Islamiyah wa Asalibuha, Damsyik:
Darul Fikri, 1979, hal. 20 dalam buku Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Ombak:
Yogyakarta, 2013, hal. 13

9
zaman. Karena memahami hakikat Islam yang sholih likulli azminah wa amkinah
akan lebih bermakna jika segala kemampuan dan usaha dapat menyelesaikan
segala permasalahan kehidupan umat manusia saat ini.
Kesatuan dalam disiplin ilmu saat ini tentu menjadi kunci utama agar
dapat survive dan bertahan hidup di era kontemporer. Umat muslim harus
menyadari betapa pentingnya penguasaan keahlian dan keilmuan dalam berbagai
bidang yang lebih luas. Kehidupan umat manusia tidak hanya berkutat dalam satu
ranah semata, akan tetapi meliputi sejumlah ranah lainnya.
Sebagai contoh, persoalan pendidikan Islam tidak cukup hanya dilihat dari
perspektif Pendidikan Islam semata wayang, namun perlu pendekatan ilmu
ekonomi bangsa, politik, budaya, bahkan harus dikembalikan pada pemahaman
terhadap ajaran-ajaran agama Islam. Memandang permasalahan dari satu segi saja
sama halnya dengan menyederhanakan sebuah masalah. Proses pendidikan Islam
harus mampu melihat persoalan yang muncul di masyarakat dari berbagai
perspektif. Sebagai contoh, banyaknya tenaga pendidik di luar profesi sebagai
guru tidak dapat dilihat dari aspek profesionalisme dan etos kerja guru saja,
namun perlu dikaitkan dengan masalah kebijakan pemerintah yang belum
menghargai profesi sebagai guru, atau rendahnya penghargaan masyarakat
terhadap profesi guru.
Maka oleh karena itu pendidikan dan kehidupan pranata sosial harus
dibangun dengan cara menguasai ilmu-ilmu selain teologi agama; yaitu dialektika
sosial, antroplogi, fisika, biologi, lingkungan hidup, pembagunan dan lain
sebagainya.
Dunia Pendidikan Islam dituntut menyeimbangkan dengan visi pendidikan
dunia, dimana UNESCO menggarisbawahi arah pendidikan saat ini setidaknya
menyeimbangkan bagaimana Learning to think (belajar bagaimana bepikir),
Learning to do (belajar hidup atau bagaimana berbuat/bekerja), Learning to be

10
(belajar bagaimana tetap hidup atau sebagai Learning to live together (belajar
untuk hidup bersama).
Untuk terlaksana tujuan pendidikan Islam kontemporer sudah saatnya
lembaga pendidikan Islam dasar, menengah hingga perguruan tinggi Islam harus
tampil sebagai lembaga alternatif yang memiliki ciri dan keunggulan tersendiri. 12
Di samping itu, disadari bahwa kejayaan Islam masa lalu adalah sebagai kekuatan
untuk membangkitkan spirit dalam menumbuhkembangkan tradisi ilmiah demi
kemajuan pendidikan Islam kontemporer yang mampu menyelesaikan
problematika umat manusia.
Konsep pendidikan Islam sengat mementingkan SDM yang berkualitas,
sekaligus mementingkan kualitas kehidupan duniawi dan ukhrawi secara integral.
Noeng Muhadjir menyebutnya sebagai sosok manusia integral-integratif.13
Menurut Arifin, pada dasarnya tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan
Muslim yang beriman bertakwa, dan berilmu pengetahuan, serta mengabdi
kepada-Nya.14
Al-Abrasyi bahkan merinci, bahwa tujuan (umum) pendidikan Islam
senantiasa memperhatikan lima aspek, yaitu: (a) budi pekerti sebagai ruh dari
pendidikan Islam; (b) memperhatikan agama dan dunia; (c) memperhatikan segi-
segi manfaat, dan tidak semata-mata memperhatikan segi keagamaan, akhlak, dan
kerohanian; (d) mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu saja; (e) mewujudkan
pendidikan kejuruan dan pertukangan dalam upaya memperoleh rizki. 15 Makna

12
Muhammad Sirozi, Agenda Strategis Pendidikan islam, Yogyakarta: AK Group, 2004,
hal. 68
13
Noeng Muhadjir, Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Islam dalam Perspektif Modern
(Makalah Seminar Internasional Modernisasi Pendidikan Islam, Sistem, Metodologi, dan Materi di
Pondok Modern Gontor Ponorogo, 31 Agustus 1996).
14
Dikutip oleh Abdullah Idi, Pengembangan Kuirikulum: Teori dan Praktek (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 1999), hal 17.
15
Dikutip oleh Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal. 139.

11
penting dari pandangan al-Abrasyi adalah, baik sains agama maupun sains
pengetahuan dan teknologi adalah sama pentingnya bagi ummat Islam dalam
mengembangkan tugas mulia sebagai khalifah di muka bumi.

3. Model Pengembangan Pendidikan Islam Kontemporer dan


Orientasinya
Berbicara masalah pendidikan tidak terlepas dengan masalah
pengembangan. Pengembangan adalah suatu proses mendapatkan pengalaman,
keahlian dan sikap untuk meraih sukses sebagai pemimpin dalam organisasi
tertentu. Kegiatan pengembangan ditujukan untuk membantu seseorang untuk
dapat memenuhi kebutuhan yang akan datang, tentunya dengan memerhatikan
tupoksi yang dihadapi sekarang.
Pengembangan merupakan suatu proses menuju arah pembaharuan.
Sebagaimana dalam sebuah ungkapan “no change no future”. Tentunya isu
pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan pemikiran Islam sendiri. Kontribusi besar yang membawa ruh
segar dalam semangat melakukan pembaharuan terlahir dari semangat-semangat
kritik pembaharuan yang dilakukan oleh kalangan Islam sendiri. Hal ini tidak lain
berangkat dari kesadaran atas keterbelakangan kejumudan dalam berfikir dari
segala hal.
Beberapa intelektual dan pemikir Islam di belahan dunia Islam seperti
Maududi di Pakistan, Abdul Wahhab di Saudi, Muhammad Abduh di Mesir,
Gulen Fattah di Turki dan lainnya, mereka memberikan gagasan penting sebagai
bentuk kritik ambivalensi pelaksanaan bagi pendidikan umat Islam yang bersifat
kaku, tekstualis, dan rigid. Hal ini tentu berimbas pada wajah pendidikan Islam
pada waktu itu. Apalagi di dunia Islam, pengajaran pendidikan Islam di awal abad

12
pertengahan kecenderungan yang dilihat hanya berorientasi pada aspek kognitif,
dengan kurang menimbangkan dua aspek lainnya; afektif dan psikomotorik.
Pada era kompetitif dewasa ini, semua negara berusaha meningkatkan
kualitas pendidikannya masing-masing. Kualitas pendidikan merupakan salah satu
indikator kesejahteraan masyarakat suatu negara. Melalui pendidikan yang
berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas yang
mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dan efisien.
Adanya perbedaan antara kegiatan pendidikan (saat ini) dengan
pengembangan pendidikan (di masa mendatang) merupakan permasalahan utama.
Tolak ukurnya hanya pada sumber daya manusia yang berkualitas. Produtivitas
dan intektualitas individual akan mampu meningkatkan daya saing di bidang
pendidikan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Maka senada yang
disebutkan oleh Azyumardi Azra, bahwa pembaharuan pendidikan pada esensinya
adalah pembaharuan pemikiran dan perspektif intelektual. 16
Sesuai dengan arus perkembangan zaman, maka posisi pendidikan Islam
di wilayah Indonesia secara garis umum sudah mengalami perkembangan yang
dinamis dan fleksibel. Pada mulanya pendidikan Islam hanya terpusat di masjid,
langgar, surau, meunasah, dayah dan pesantren (pondok) yang lebih
mengutamakan sisi pendidikan keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab
kuning. Kemudian orientasi tersebut berkembang dengan berdirinya lembaga
formal pendidikan sekolah dan madrasah di bawah naungan kementrian
pendidikan dan kebudayaan dan kementrian agama di Indonesia.
Di antara prinsip-prinsip yang ideal dalam pendidikan Islam dapat
dijelaskan sebagai berikut : mengajarkan peserta didik berpikir bebas dalam
belajar, kemerdekaan dan demokrasi dalam mengajar, model dan orientasi

16
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di tengah Tantangan
Milenium III, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. xiv.

13
pembelajaran yang berbasis masalah, permakluman terhadap perbedaan individu
anak didik dalam memberikan pelajaran dan mengajar, perhatian terhadap bakat
anak didik, menguji kecakapan dan mental mereka, berbicara kepada mereka
sesuai dengan tingkat akalnya, bergaul dengan mereka secara baik dengan penuh
rasa kasih sayang, memperhatikan segi akhlak, mendorong dilakukannya diskusi-
diskusi ilmiah, memperhatikan pendidikan berpidato, perdebatan-perdebatan
secara dialogis dengan memperhatikan kelancaran dalam berbicara, mendirikan
banyak perpustakaan, melengkapinya dengan buku-buku dan referensi yang
aktual, berharga dan kekinian dengan tetap mendorong pelajar dan mahasiswa
mengambil manfaat dari buku-buku yang bernilai tersebut.17
Dalam teori pendidikan, bahwa proses transfer ilmu pengetahuan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga dasar utama : 1) transfer ilmu; 2) transfer nilai; 3)
transfer perbuatan tingkah laku.18 Secara teoritis, prinsip-prinsip pendidikan
Islam seperti yang penulis gambarkan di atas dituntut oleh adanya keseimbangan
dalam pendidikan Islam yang kemudian diklasifikasikan ke dalam berbagai ragam
pranata kehidupan beragama sebagai berikut :
1. Keseimbangan Teologi;
2. Keseimbangan ritual keagamaan;
3. Keseimbangan moralitas dan budi pekerti;19
4. Keseimbangan dalam keterampilan;
Dari empat unsur keseimbangan dalam pendidikan Islam tersebut maka
hipotesa tersebut melahirkan satu model pembaharuan pendidikan Islam
sebagaimana dalam gambar di bawah ini:

17
Muhammad ‘Athiyyah al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Bandung:
Pustaka Setia, 2003. Hal. 6
18
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Rineka
Cipta, 2009. Hal. 2. Lihat Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan
Madrasah. Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001. Hal. 16
19
Abu Yasid, Islam Moderat. Jakarta: Erlangga, 2014. Hal. 52

14
Keseimbangan Teologi Keseimbangan moralitas

Model
pembaharuan
pendidikan
Islam berbasis
Kreatifitas
Keseimbangan ritual Islami Keseimbangan dalam
keagamaan keterampilan

Gambar 3. Keseimbangan pendidikan Islam melahirkan model


pembaharuan pendidikan Islam berbasis
kreatifitas( daya cipta) Islami

Disadari ataupun tidak, bahwa segi keilmuan yang dikembangkan


pendidikan- Islam-hingga saat ini hanya berorientasi pada ranah theosentris ilmu-
ilmu ketuhanan dan kurang menaruh pada ranah antrophosentris yaitu ilmu-ilmu
umum dan kealaman. Sampai beberapa abad kondisi ini terus berlanjut dengan
nuansa kenormatifannya-sedang saat yang bersamaan bahwa pintu ijtihad ditutup
menganggap segala hal sudah final. Sedangkan dunia barat sudah mulai beralih
kepada antroposentris dan ilmu-ilmu profan dengan terus sampai ke sini
melahirkan beragam penemuan baru. Hal tersebut didasari atas tumbuh dan
suburnya nilai-nilai intelektual yang dimiliki oleh dunia Barat.
Dari sini ironisnya seperti dikatakan Amin Abdullah “hampir-hampir tidak
ada satu pun umat Islam yang yang menorehkan tinta emas dalam pengembangan

15
ilmu pengetahuan”. 20 Umat Islam menjadi umat konsumtif, serta ilmu
pengetahuan pun berubah kiblat tidak lagi di dunia Islam tetapi dunia barat yang
sempat berguru pada Islam.
Saat ini umat Islam akan dihadapkan dengan persaingan global yang
terbuka lintas negara. Di depan mata semua orang sedang mempersiapkan agenda
gelombang perekonomian global yang sudah di depan mata seperti AFTA (Asean
Free Trading Area) dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Jika masih tidak
menyadari dan mempertimbangkan situasi ini, umat Islam Indonesia dipastikan
tidak akan berperan banyak di sana.
Pendidikan sebagai kunci strategis dalam mempersiapkan sumber daya
yang mampu bersaing di kancah global harus mulai mensetting dan berani
meningkatkan kapasitas keilmuan kontemporer yang tidak lagi terjadi
dikotomisasi keilmuan dan sudah saatnya memperkokoh kembali berbagai disiplin
ilmu pengetahuan. Maka dalam hal ini penulis rasa perlu diketengahkan model
pendidikan Islam kontemporer/ pembaharuan pendidikan Islam berbasis
kreatifitas dalam menghadapi dunia industri di era kontemporer khususnya.

Gambar 4. Konsep Pendidikan


Islam Berbasis Kreatifitas

20
M. Amin Abdullah, Profil Kompetensi Akademik; Lulusan Program Pascasarjana
Perguruan Perguruan Tinggi Islam dalam Era Masyarakat Berubah dalam makalah yang
disampaikan pada Pertemuan dan Konsultasi Direktur Program Pasca Sarjana Perguruan Tinggi
Agama Islam, Hotel Setiabudi, Jakarta, 24-25 Nopember 2002.

16
Kesadaran dalam orientasi pendidikan Islam kontemporer telah tumbuh
dalam benak para intelektual muslim di Indonesia. Dengan maraknya berbagai
seminar lintas lokal, nasional bahkan dalam kancah internasional telah
memberikan angin segar dalam pertautan dunia pendidikan Islam. Upaya
mengembangkan khazanah intelektual dari empat unsur di atas diharapkan
melahirkan banyak para pemerhati yang care terhadap gejolak pendidikan di
Indonesia. Apalagi pendidikan Islam pasca reformasi memiliki keleluasaan
dampak dari kebijakan otonomi dan desentralisasi yang berpengaruh pada
berbagai institusi dan lembaga pendidikan Islam di tanah air.
4. Problema Sistem Pendidikan Islam
Periodisasi sejarah Islam ditandai dengan adanya zaman kemajuan dan
zaman kemunduran. Zaman kemajuan adalah zaman yang maju di bidang ilmu
pengetahuan, ekonomi dan politik dan lain sebagainya. Sedangkan zaman
kemunduran adalah zaman yang ditandai dengan kejumudan, kebekuan berpikir,
stagnasi dalam ilmu pengetahuan dan peradaban yang disebabkan oleh
perpecahan, disintegrasi dan lain sebagainya. 21
Periode klasik dari tahun 650-1000, digolongkan pada periode kemajuan,
pada masa itu berkembang ilmu pengetahuan dan munculnya sejumlah ilmuwan
dalam berbagai bidang seperti falsafah, sains dan ilmu-ilmu agama. Sedangkan
periode kemunduran I (1250-1500 M) dan periode kemunduruan II (1700-1800
M) terjadi kefakuman dan pendidikan Islam dari berbagai aspek. Salah satu faktor
yang berpengaruh dan membuat melemahnya umat Islam saat itu mereka telah
meninggalkan pendidikan intelektual, dan timbulnya pendapat bahwa pintu ijtihad
tertutup.22

21
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,… hal. 27
22
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,… hal. 27

17
Bersamaan dengan kemunduran tersebut maka secara otomatis pendidikan
Islam, baik berhubungan dengan konsep, sistem, kurikulum dan lainnya
mengalami kemunduran. Timbulnya pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia
tidak terlepas dari sejarah dan latarbelakang oleh pembaharuan pemikiran Islam di
dunia, terutama diawali oleh pembaharuan pemikiran Islam di Mesir, Turki dan
India. Latar belakang pembaharuan yang timbul di Mesir dimulai sejak
kedatangan Napoleon ke Mesir. 23
Arah baru pendidikan yang ditawarkan Abduh, Jamaluddin Al Afghani,
Fazlurrahman, dan oleh beberapa intelektual muslim lainnya selalu menghadapi
resistensi di masanya. Ada yang mampu membuka kesadaran masyarakat namun
ada pula yang belum mampu berbuat banyak karena kuatnya penguasa dan arus
dominan penolakan pada waktu itu. Abduh sendiri tidak mampu berkuasa penuh
dalam pembaharuan pendidikan di Al Azhar untuk memasukkan pengetahuan
umum dalam kurikulum Al Azhar.24
Gaung kemajuan dan pembaharuan sampai juga ke Indonesia di awal abad
ke-20. Gaung pembaharuan itu awalnya dibawa oleh para alumni Indonesia yang
belajar di Timur Tengah yang kembali ke tanah air Indonesia. Saat itu muncullah
beberapa tokoh pembaharu pemikiran Islam di Indonesia. Para pembaharu itu ada
yang bergerak di bidang organisasi sosial, pendidikan dan politik di antaranya
Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syekh Thahir Jalaluddin, Haji Karim Amrullah,
Haji Abdullah Ahmad, 25 Ahmad Dahlan dan Syekh Muda Wali al-Khalidi.
Sebagai contoh Ahmad Dahlan ingin mengubah cara pendidikan yang selama itu
terkesan monoton dan tidak menginspirasi bagi peserta didik. Di samping itu
strategi yang digunakan masih bersifat defensif, yaitu menyelamatkan pikiran

23
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,… hal. 28
24
Arif Rahman, Reformasi dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal
Literasi, Volume VII, No. 2 Desember 2016, hal. 80
25
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,… hal. 30

18
kaum muslimin dari pencemaran atau kerusakan yang ditimbulkan oleh gagasan-
gagasan barat terutama yang mengancam akan kerusakan moral Islam. 26
Latar belakang pembaruan Pendidikan Islam yang terjadi di Indonesia
dipengaruhi oleh dua faktor utama. Faktor pertama pembaharuan yang bersumber
dari ide-ide yang dibawa pulang oleh para tokoh ulama ke tanah air setelah
beberapa lama bermukim di Timur Tengah. Sedangkan faktor kedua kondisi tanah
air pada awal abad ke-20 masih dikuasai oleh kaum penjajah Barat.27
Sesungguhnya problema sistem pendidikan Islam di Indonesia saat ini
cenderung memiliki keunikan yang tidak sama dengan problema yang dihadapi
oleh bangsa lain. Keunikan faktor-faktor geografis, demografi, sejarah, dan
kemajuan sosial ekonomi, pendidikan dan budaya dapat memicu munculnya
problema bagi pendidikan Islam di Indonesia. Sekarang pertanyaannya,
mampukah sistem pendidikan Islam di Indonesia menjadi center of excellence
bagi perkembangan IPTEK yang tentunya tidak bebas nilai yang merujuk pada
ajaran al-Quran dan al-Sunnah. Selain itu, pendidikan Islam kontemporer sudah
seharusnya menjadi pusat pembaharuan pemikiran Islam yang benar-benar
mampu merespon tantangan zaman. Maka untuk menanggapi berbagai tantangan
bagi pendidikan Islam di Indonesia, terdapat beberapa problema yang seharusnya
diketengahkan dan dirasa dianggap penting untuk dibincangkan, antara lain
sebagai berikut:
a. Radikalisasi Pemahaman Agama Islam
Dasar pendidikan Islam adalah berupa al-Quran dan Hadis. Islam
sebagai ajaran yang dipersepsikan Al-Quran di dalam sebuah ayat al-
Quran disebut sebagai ummatan wasathan, yakni umat yang moderat

26
Sutrisno, Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Fadila
Tama, 2011), hal. 8
27
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,… hal. 30-31

19
dalam menjalani proses penyelenggaran pendidikan. Dalam instruksi
ayat al-Quran, Allah swt berfirman :
  
 
  
  
 
Artinya : “Demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang moderat,28 agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143).
Islam sebagai agama keselamatan. Ia merupakan rahmat bagi
seluruh alam jagat raya ini. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
Surat Al-Anbiya ayat 107 yang berbunyi “ wamaa arsalnaaka illa
rahmatan lil’aalamiin“ yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus
engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam”. Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sebagai agama rahmah,
islam selalu menjunjung tinggi aspek-aspek kehidupan.
Sebagai tujuan dasar pendidikan Islam memanusiakan manusia,
mengangkat derajat manusia yang selanjutnya berguna menjadi
khalifah di atas muka bumi dengan menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dalam memakmurkan bumi tentunya harus dibekali dengan
pemahaman dan konsep dasar pengetahuan agama.
Pemahaman ajaran agama Islam moderat tanpa rasa radikalisasi
membawa pengaruh yang subjektif bagi kepentingan hidup dalam
keberagaman. Radikalisme memang tidak bisa disamakan dengan
terorisme, karena terorisme identik dengan tindak kriminal sedangkan
radikalisme terkait dengan paham atau sifat keberagamaan.

28
Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi
atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.

20
Sejatinya radikalisme memang tidak boleh dipandang sebelah mata
atau dibiarkan tumbuh subur karena radikalisme merupakan satu
tahapan menuju terorisme. Sebagaimana dikutip fanani dalam rizal
sukma (2004) bahwa “radicalism is only one step short of terrorism”
Memang pada umumnya para teroris yang melakukan tindakan
destruktif dan bom bunuh diri mempunyai pemahaman yang radikal
terhadap berbagai hal khususnya agama.
Fenomena paham radikalisme dan terorisme telah menjalar
keseluruh penjuru dunia termasuk indonesia. Hal ini ditandai dengan
maraknya tindakan teror yang melanda indonesia 15 tahun terakhir.
Mulai dari teror bom bali I, bom bali II, hotel J.W Marriot, hotel Rits
Carlton, bom buku hingga bom panci yang baru-baru ini terjadi di
Bekasi sebagai sarana pencapaian gelar “syahid”.

b. Multi budaya dan Etnik


Multi budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan
menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang multi
etnis. Namun kondisi ragam budaya dan tradisi tersebut sangat
berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik serta
kecemburuan sosial. Tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada
berbagai kelompok budaya lain ini justru dapat menjadi konflik lintas
etnik. Sebab dari konflik-konflik yang terjadi selama ini di Indonesia
di latar belakangi oleh adanya keragaman identitas etnis, agama, dan
ras. Keragaman ini dapat digunakan oleh provokator untuk dijadikan
isu yang memancing persoalan-persoalan sehingga menimbulkan
konflik.

21
Dalam mengantisipasi hal itu, keragaman yang ada harus diakui
sebagai sesuatu yang mesti ‘ada’ dan dibiarkan tumbuh sewajarnya.
Selanjutnya, diperlukan suatu manajemen konflik agar potensi konflik
dapat terkoreksi secara dini untuk ditempuh langkah-langkah
pemecahannya, termasuk di dalamnya melalui pendidikan Islam
kontemporer. Dengan adanya pendidikan Islam kontemporer
diharapkan masing-masing warga daerah tertentu bisa mengenal,
memahami, menghayati, dan bisa saling berkomunikasi dengan
konsisten dengan tetap memupuk nilai-nilai ukhwah.
c. Pergeseran Kebijakan Kekuasaan : dari Sentralisasi ke
Disentralisasi
Ledakan reformasi dan demokratisasi melahirkan sejumlah
tantangan baru di era pendidikan Islam modern saat ini. Peralihan
kebijakan kekuasaan dari pendidikan yang terpusat menjadi pendidikan
kedaerahan terlokalisasi secara mandiri sehingga membawaki dampak
positif bagi pengayaan dan kearifan pendidikan lokal secara
komperehensif.
Bila menilik masa orde baru, kebijakan yang terkait dengan
pendidikan masih tersentral, maka kini tidak lagi. Pendidikan Islam
dalam lintas daerah merupakan sebuah khazanah tersendiri bagi bangsa
Indonesia, tidak dapat disetrum oleh kebijakan pusat, melainkan
diformulasikan dalam konteks kebijakan pendidikan dan kebudayaan
pada masing-masing daerah.
Kemudian lagi timbul masalah lainnya yaitu mengerucutnya
konsep “putra daerah” tanpa disadari menjadi hembusan angin segar
bagi tiap-tiap daerah dalam hal partisipasi aktif membangun daerahnya
masing-masing. Kehadiran sosok putra daerah menjadi sorotan publik
dalam memajukan bidang pendidikan, ekonomi dan politik di daerah

22
masing-masing di samping sebagai pemerataan kemampuan untuk
menempati posisi-posisi tertentu di pemerintahan. Namun harapan
adanya asas-asas dan landasan penyetaraan putra daerah di lintas
daerah diperlukan dalam sebuah ketentuan dan kebijakan tertentu.
Fenomena putra daerah jangan sampai di kemudian hari dijadikan
sebagai angin ribut sebagai upaya merebut kekuasaan baik di dalam
lingkungan pendidikan maupun di bidang pemerintahan. Isu
kedaerahan jangan menjadi arti sempit untuk memperoleh keuntungan
yang bersifat pribadi seperti keinginan untuk memperoleh jabatan,
popularitas dan dukungan masyarakat daerah sehingga fenomena
tersebut berubah menjadi nuansa konflik di tengah-tengah daerah itu
sendiri. Di samping itu, negara juga patut mengembangkan “dialog
lintas daerah secara moderat” sebagai obat penyejuk bagi warga
Negara di Indonesia. .
d. Kurangnya SDM di bidang Ilmu Teknologi dan Sains
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama komunikasi
dan transformasi, menjadikan dunia semakin sempit dan tanpa batas
serta persaingan (competition) semakin tinggi. 29 Hal ini berakibat
munculnya budaya global dalam bidang ekonomi, perdagangan
menuju kepada terbentuknya pasar bebas, baik dalam kawasan
ASEAN, Asia Pasifik bahkan akan meliputi seluruh dunia. Dalam
bidang politik, semakin kurang adopsi nilai-nilai musyawarah serta
mufakat, pada bidang budaya akan terjadi pertukaran budaya antar
bangsa, dan di bidang sosial akan muncul semangat konsumtif yang
tinggi. Hal ini disebabkan pabrik-pabrik yang memproduksi kebutuhan
konsumeris akan berusaha memproduk barang-barang baru yang dapat

29
Tilaar, H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Reneka Cipta. 2002. Hal. 2-3

23
merangsang manusia untuk memilikinya. Dunia pendidikan Islam
masih kekurangan aset SDM dalam bidang teknologi dan sains karena
keterbelakangan trend scientik yang belum mampu dieleminir melalui
upaya kompetitif dan kooperatif.
e. Darurat Nalar Kritis
Kesadaran kritis hanya dapat diperoleh dari membaca yang baik
dan benar. Buku dan karya ilmiah yang mampu menuntun seseorang
mendapatkan kesadaran yang objektif. Buku yang tertulis berdasarkan
perenungan. Menulis buku dan karya ilmiah adalah kerja sunyi yang
membutuhkan ketekunan.
Sejalan dengan itu, membaca buku dan menulis karya ilmiah juga
merupakan ritual berat yang hanya mampu dilakukan orang-orang
yang tekun. Mereka membaca tidak hanya sekedar mendapatkan ilmu
dan pengalaman, namun jauh lebih dari itu untuk mengasah nalar kritis
yang berwujud di dalam diri seseorang.
Nalar kritis dan kesadarannya muncul atas asahan dan kebiasaan
membaca dengan benar/ shahih. Kebiasaan itu akan memantulkan alam
bawah sadar untuk memahami logika sebuah informasi. Melalui
kesadaran dan nalar kritis seseorang tidak akan mudah menerima
sejumlah berita yang pada kenyataannya bersifat hoax. Kesadaran
membaca yang sehat akan menyelamatkan seseorang dari stigma
persangkaan orang lain terhadap kita. Dalam posisi yang sama, kita
juga akan terbebas dari berita palsu (hoax). Salah satu jalannya adalah
dengan memperbaharui sumber bacaan buku atau karya ilmiah yang
otoritatif sehingga mendorong seseorang berpikir dengan kritis
terhadap suatu berita yang telah beredar di tengah-tengah kita.

24
Secara garis umum problema lainnya di dalam sistem pendidikan
Islam dapat digambarkan dalam bentuk logical frame of human
Resource Development berikut ini:
Gambar 5. logical frame of human Resource
Development

Dari sejumlah problema yang meliputi pendidikan Islam di Indonesia di


atas maka kehadiran pembaharuan pendidikan Islam kontemporer diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi para intelektual muslim dalam menemukan
konsep dan model pembaharuan pendidikan Islam. Terdapat sejumlah faktor-
faktor di luar yang pastinya mengalami benturan baik aspek politik, teologi,
sosial, dan kebudayaan menjadi alasan yang dapat kita lihat dalam sejarahnya. 30
Saat ini reformasi pendidikan Islam beberapa saat dihadapkan dengan
perlawanan dan penolakan kecil dari kalangan masyarakat muslim ketika tawaran
keilmuan baru yang di usung oleh dunia akademisi, di beberapa perguruan tinggi,
khususnya PTAI. Dari segi keilmuan umat Islam masih memandang carang
pandang ulama klasik masih sangat kuat dipegang.

30
Arif Rahman, Reformasi dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,… hal. 81

25
III. Agenda Pembaharuan Pendidikan Islam di Era Kekinian
Indonesia memiliki berbagai keunggulan untuk mampu berkembang
menjadi negara maju. Keanekaragaman sumber daya alam, flora dan fauna, kultur,
penduduk serta letak geografis yang unik merupakan modal dasar yang kuat untuk
melakukan pengembangan di berbagai sektor kehidupan yang pada saatnya dapat
menciptakan daya saing yang unggul di kancah dunia internasional. Dalam
berbagai hal, kemampuan bersaing tersebut tidak hanya membutuhkan
keunggulan dalam hal mutu akan tetapi juga memerlukan upaya‐upaya
pengenalan, pengakuan, serta penyetaraan sektor‐sektor yang relevan baik secara
bilateral, regional maupun internasional.
Upaya modernisasi Islam kini telah menjadi agenda nasional sebagaimana
tercermin pada spirit yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam Undang-Undang tersebut
dapat dijumpai berbagai strategi peningkatan mutu pendidikan dalam rangka
menjawab tantangan modernis dan tantangan globalisasi. 31
Selain itu, terdapat pula Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
peran Guru dan Dosen; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2007, tentang
sertifikasi Guru dan Dosen. Sejalan dengan itu terdapat pula PP No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berbagai undang-undang dan
peraturan pada intinya diarahkan pada upaya meningkatkan mutu pendidikan. 32

31
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2013, hal. 3
32
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2013, hal. 3-
4. Ket. Seperti yang diketahui bersama bahwa di Indonesia ada dua kementerian yang mengelola
dan mengatur dunia pendidikan di Indonesia, yaitu kementerian pendidikan nasional dan
kementerian agama. Adapun tupoksi kementerian pendidikan nasional yaitu mengelola dan
mengatur pendidikan umum, mulai dari tingkat SD- Perguruan Tinggi. Sedangkan kementerian
agama mengatur dan mengelola pendidikan agama mulai dari tingkat SD/ MIN- ke Perguruan
Tinggi. Kendati demikian, dua kementerian di atas masih bernaung di bawah perundang-undangan
pemerintah yang sama, hal ini bertujuan agar dua kementerian tersebut mendapatkan perhatian dan
keadilan yang sama baik dalam bentuk penyelenggaran pendidikan, penyediaan keuangan, SDM,
sarana dan prasarana, manajemen dan lainnya.

26
Saat ini sedang hangat-hangatnya perubahan kurikulum 2013 dengan
profil lulusan scientivic vision, univercity velues dan market signal. Hingga
terbentuk capaian pembelajaran (learning outcomes) sikap dan tata nilai,
kemampuan dibidang kerja, pengetahuan yang dikuasai, hak dan tanggung jawab
sesuai level pendidikan.33 Kurikulum memang perlu dirombak, perlu pembaharuan
dan penyesuaian. Karena kurikulum PTAI harus lebih melihat kebutuhan internal
dan kebutuhan eksternal yang berubah sangat dinamis. PTAI tidak bisa menjadi
menara gading yang lepas dari ‘dunia luar’. PTAI adalah bagian dari institusi
sosial (social institutions) yang saling memengaruhi satu sama lain. Perubahan
pada satu institusi, misalnya perkembangan politik atau ekonomi mengakibatkan
perubahan pada institusi pendidikan. PTAI juga merupakan bagian komunitas
dunia yang terus bergerak. Globalisasi berikut dampak iringannya (nurturant
effect) sedikit banyak ‘menggoyang’ pertahanan PTAI.
Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia khususunya di PTAI
dilakukan dengan usaha sadar atas perbaikan terhadap berbagai komponen
pendidikan termasuk kurikulum yang dirasakan butuh perhatiannya saat ini.
Dengan demikian diharapkan terwujudnya pembangunan sumber daya manusia
yang paripurna, dengan menjadikan Pendidikan Islam di Indonesia sebagai satu-
satunya pendidikan unggulan dan kiblat pendidikan bagi milyaran manusia.
Apabila dilihat dari kaca mata sejarah pendidikan Islam maka hampir-
hampir pendidikan Islam yang ada di Indonesia pada mulanya lebih banyak
disponsori oleh masyarakat dari pada Negara Indonesia sendiri, yang kemudian
hari dilembagakan secara resmi. Kesertaan negara dalam penyelenggaraan

33
Liliana Sugiharto, Alternatif penyusunan Kurikulum mengacu pada KKNI, 2013. Hal.
7-8

27
pendidikan Islam sendiri awalnya dari pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah
umum. 34
Perbaikan visi dan misi pendidikan Islam kontemporer jika tidak dibenahi
dengan benar oleh para pengelola pendidikan Islam maka selamanya tidak akan
memiliki semangat kepeloporan untuk berkreasi, berimprovisasi dan berinovasi,
dikhawatirkan warisan bagi generasi ‘Z’ akan menjadi “liang kubur” bagi
lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Secara umum yang melatar belakangi pembaharuan pendidikan Islam di
era kekinian adalah menyelaraskan sistem pendidikan dan pelatihan dengan
perpaduan sistem karir pada dunia kerja. Lahirnya Kualifikasi Nasional Indonesia
atau selanjutnya disebut KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi
kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan
antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor. KKNI dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor
08 Tahun 2012 serta merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional
(Sislatkernas).35
Kurikulum merupakan masalah yang sangat fundamental bagi dunia
pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi. Pembaharuan kurikulum semua
program studi di PTAI akan mengimbangi perkembangan ilmu, teknologi, seni,
budaya, agama, politik, ekonomi, dan perubahan global yang sangat dinamis.

34
Arif Rahman, Reformasi dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,… hal. 83
35
KKNI merupakan sistem yang berdiri sendiri dan merupakan jembatan antara sektor
pendidikan dan pelatihan untuk membentuk sumber daya manusia nasional berkualifikasi
(qualified person) dan bersertifikasi (certified person) melalui skema pendidikan formal, non
formal, informal, pelatihan kerja atau pengalaman kerja.

28
Dari sisi kurikulum, PTAI hendaknya memformulasikan kurikulum ideal
yang diinginkan dengan memasukkan pengetahuan umum, sehingga akan
kelihatan menjadi lebih hidup dan tidak terkesan kaku, hal ini akan semakin
memperluas kurikulum di lembaga pendidikan Islam khususnya PTAI, yang tidak
hanya terbatas pada pengetahuan-pengetahuan Islam saja. Lembaga pendidikan
Islam sudah waktunya melihat pengetahuan umum sebagai bagian integral dari
pendidikan Islam sehingga PTAI haruslah mampu mengintegrasikan pengetahuan
alam dan umum tersebut ke dalam bingkai pendidikan Islam.
Kemudian hal yang paling penting untuk dicermati adalah kurikulum
PTAI jangan terlalu banyak berorientasi kepada studi masa lalu (historical
studies), tetapi diharapkan lebih banyak berorientasi pada masa depan (for
tomorrow). Agus Maimun sendiri mengungkapkan dalam menghadapi compitities
di masa kini dan masa depan, PTAI harus mengembangkan pendidikan kualitas
total (total quality education/TQE).
Menurut Semiawan TQE memfokuskan pada dua persoalan mendasar,
yaitu: pertama stimulasi dari koherensi proses belajar mengajar, sehingga tidak
terjadi disintegrasi kurikulum. Kedua, unsur dasar yang lain adalah analisis
kebutuhan berbagai kelompok mahasiswa. Mahasiswa perlu perhatian khusus,
karena kelak akan memasuki dunia kerja atau realitas sosial yang sangat
problematis. Untuk itu, orientasi terhadap mahasiswa adalah kunci utama untuk
TQE. Hal ini mencakup penghargaan, kepedulian, dan penilaian terhadap nilai-
nilai fundamental lembaga pendidikan. 36
Pada akhirnya, dengan penguasaan keislaman yang diintegrasikan ke
dalam pengetahuan umum, teknologi dan sains serta sumber daya, harapan dan

36
Arief Furchan, Pengembangan Kurikulum, hal. 56

29
peran (role expectation) yang dilakukan oleh UIN akan sesuai dengan yang
diharapkan, di samping untuk mewarnai ruang gerak keilmuan yang dibangun.
Sebagai sebuah kebijakan pembaharuan pendidikan, desentralisasi dan
otonomisasi dalam lembaga pendidikan Islam harus dimanfaatkan sebagai model
dalam upaya menciptakan pendidikan Islam yang kreatif (berdaya cipta) dalam
melaksanakan pendidikan di masing-masing lembaga. Lembaga pendidikan Islam
memberikan tawaran nuansa baru dan pendidikan Islam yang berdaya saing bagi
kehidupan dunia kerja. Keleluasaan dan kewenangan yang demikian memberikan
kebebasan untuk mandiri dan mampu berdiri tanpa harus selalu menunggu
bantuan dari pemerintah.
Walaupun demikian peran pemerintah juga memiliki andil yang besar
dalam memajukan pendidikan Islam di Indonesia. Kolaborasi pada setiap elemen
instansi memperkuat sejatinya lembaga pendidikan Islam yang selalu dinantikan
sebagai format pendidikan bagi masyarakat muslim di Indonesia yang akan
melahirkan output lulusan yang berkontribusi nyata dan berpengaruh dalam
kancah dunia industri di masa mendatang. Beberapa agenda penting yang
seharusnya dipertahankan dan diperkokoh secara terus-menerus dalam menyahuti
pendidikan Islam kontemporer, antaranya yaitu :
a. Sertifikasi Guru dan Dosen
Menurut teori pendidikan, mutu pendidikan ditentukan oleh
berbagai faktor, meliputi tenaga pendidik, sarana fasilitas, proses
pembelajaran, manajemen kelembagaan, system evaluasi dan seterusnya.
Dalam bidang tenaga pendidik, sejak Tahun 2007 telah diterapkan
sertifikasi guru dan dosen. 37 Ada sejumlah item harus ditunjukkan oleh
seorang guru dan dosen untuk membuktikan bahwa ia berkompeten

37
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan
Bangsa, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, hal. 127. Lihat juga bunyi peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dan dosen.

30
sebagai tenaga pendidik, yang dituangkan dalam portofolio, saat ini dalam
bentuk isian aplikasi sertifikasi guru dan dosen dengan melengkapi data
riwayat pendidikan dan pelatihan sebagai seorang guru maupun dosen.
Data guru dan dosen baik yang dalam bentuk aplikasi maupun data hard
copi selanjutnya akan dinilai oleh kaum pakar yang ditunjuk langsung oleh
pemerintah yang mewenangi persoalan tersebut. Di dalam isian aplikasi
tersebut tergambar tiga kompetensi seorang dosen yaitu kompetensi
pendidikan dan pengajaran, kompetensi penelitian dan kompetensi
pengabdian pada masyarakat.
Sertifikasi guru maupun dosen sebagai batu loncatan peningkatan
mutu guru plus dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran, pelatihan, penelitian
dan mutu pendidikan di Indonesia secara umum dan berkelanjutan. Bentuk
peningkatan kesejahteran guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali
gaji pokok bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik.
Perlunya sertifikasi bagi pendidik baik guru dan dosen, bukan saja
dipandang memenuhi persyaratan sebuah profesi yang menuntut adanya
kualifikasi minimum dan sertifikasi, selain itu yang dimaksudkan agar
guru dan dosen dapat diberi tunjangan profesi oleh Negara. Tunjangan
profesi itu diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar
penyandang profesi dapat hidup layak dan memadai, apalagi hingga saat
ini guru dan dosen masih tergolong kelompok yang berpengahasilan
rendah yang harus dibantu dalam meningkatkan kesejahteraan melalui
undang- undang No. 18 Tahun 2007.38

38
Anwar Arifin dalam dialog UUGD di UNM Tgl 01 April 2006. Lihat http://arifin-
kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2012/03/makalah-sertifikasi-guru.html. Diakses tanggal 1 Juni
2017

31
Keberadaan tenaga pendidik yang berkualitas merupakan syarat
mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang bermutu, hampir
semua bangsa di dunia selalu mengembangkan kebijakan yang
mendorong keberadaan guru yang berkualitas. Beberapa Negara seperti
Singapura, Korea Selatan, Jepang dan USA berupaya meningkatkan
kualitas guru dengan menerapkan kebijakan yang langsung memengaruhi
mutu guru dengan melaksanakan sertifikasi guru. Guru yang sudah
memiliki kompetensi harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan
sertifikasi profesi guru.

b. Reorientasi Pendidikan Islam Berbasis Dialog


Inti cita-cita pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia yang
beriman, cerdas, kreatif, dan memiliki keluhuran budi. Tugas utama
pendidikan adalah upaya secara sadar untuk mengantarkan manusia pada
cita-cita tersebut, dan pendidikan Islam juga memiliki fungsi mengarahkan
kehidupan dan keberagamaan manusia ke arah kehidupan Islami yang
ideal. 39
Pendidikan merupakan hak dasar yang patut diperjuangkan bagi
setiap orang. Pendidikan bukan hanya ditujukan bagi mereka yang
memiliki uang semata-mata, melainkan ditujukan bagi mereka yang
memiliki ghirah atau kemauan dasar. Negara sendiri sudah menyadarinya
akan betapa urgen pendidikan, pelatihan dan penelitian sebagai aspek yang
dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi sebuah negara.
Maka sudah selayaknya dasar pendidikan Islam kontemporer diarahkan
kepada dua sasaran, yaitu :

39
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim : Pengantar Filsafat Pendidikan
dan Dakwah, Yogyakarta : SIPRESS. 1993, hal. 237

32
1. Kepada pemuda, yaitu pewarisan ajaran Islam kepada generasi muda;
2. Kepada masyarakat yang belum menerima ajaran Islam dengan
dakwah Islam. 40
Kepada dua sasaran tersebut di atas arahkan mereka dalam bentuk
pendidikan dialog yang humanis. Adapun pendidikan yanag diistilahkan
sebagai konvensional dipakai untuk menunjukkan pola dan praktek
pendidikan yang berjalan secara monoton, top-down, guruisme,
sentralistik, uniform, eksklusif, formalis, dan indoktrinatif. Praktek
pendidikan tersebut dianggap tidak mampu menjawab tantangan zaman
dan terkesan menjadikan pendidikan Islam anti realitas. Bahkan, ada
anggapan bahwa pola semacam inilah yang menjadikan dan membentuk
prilaku masyarakat Islam eksklusif dan gagap terhadap perubahan dan
perbedaan.
Oleh Karena itu, pendidikan Islam yang berbasis dialog, sebuah
istilah tentatif sebagai pendidikan transformatif, perlu dimunculkan
sebagai pembanding dan teman dialog untuk ‘menghidupkan dan
membumikan’ pendidikan Islam dalam konteks hereness dan nowness.
Istilah transformasi itu sendiri seringkali dimunculkan oleh Lyotard ketika
membahas wacana posmodernisme sebagai lawan dari modernisme.
Posmodernisme merupakan kondisi budaya yang memunculkan banyak
transformasi yang mengubah rule of the game dalam bidang sains, sastra,
dan seni. Di bidang pendidikan, transformasi berupa perubahan aturan

40
Veithzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education Management; dari Teori ke
Praktik, Jakarta : Rajawali Press, 2015. Hal 3

33
main dalam hal aspek, praktek, dan institusi pendidikan yang bertanggung
jawab dan mentransmisikan ilmu pengetahuan dan seni. 41

c. Bersahabat dengan Sains dan Teknologi


Era teknologi informasi dan komunikasi yang datang menyisakan
sasaran tantangan yang harus dihadapi secara bersama. Tantangan tersebut
adalah perubahan dalam semua lini dan aspek kehidupan manusia. Sebagai
implikasinya, laju informasi dan sistem komunikasi bukan saja sulit
disaring namun lebih parahnya lagi mengikis nilai-nilai kemanusiaan
dalam pranata kehidupan umat beragama sehari-hari.42
Ilmu Teknologi dan informasi merupakan hal yang sudah tidak
bisa dipisahkan lagi dari kehidupan manusia modern. Manfaat dan
kemudahan yang ditawarkan secara pragmatis membuat manusia begitu
melekat dengan ilmu teknologi dalam kesehariannya. Sehingga dalam
hari-harinya mendorong manusia untuk mengembangkan teknologi dan
memanfaatkannya dalam bidang pengembangan pendidikan dalam
substansi multimedia.
Terkait meledaknya laju informasi melalui teknologi maka PTAI di
Indonesia sudah siap menerima dan memfilter aneka arus informasi yang
beredar di media sosial. Indonesia saat ini menjadi pasar terbesar
dibanding dengan negara ASEAN lainnya, tetapi yang sebenarnya
dibutuhkan produsen adalah tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan
berjiwa wirausaha.

41
Lihat tulisan Michael Peters dan Colin Lankshear, Postmodern Counternarratives
dalam Henry Giroux, et al., Counternarratives Cultural Studies and Critical Pedagogies in
Postmodern Spaces, New York & London: Routledge, 1996, hal. 9
42
Abu Yasid, Islam Moderat. Jakarta: Erlangga, 2014. Hal. 1

34
Oleh karena itu maka umat Islam harus melakukan upaya strategis,
memperkuat Sumber Daya, baik Sumber Daya Insani (SDI), Sumber Daya
Alam (SDA), sosial, IPTEK maupun modal atau keuangan. Salah satu cara
untuk mengatasinya adalah dengan menata dan memperbaiki Pendidikan
Islam (ilmu manajemen, isi kurikulum, materi ajar, metodologi
pengajaran, media ajar, dll) sebagai upaya meningkatkan iman, ilmu
pengetahuan, pengamalan serta mengimplementasikan Pendidikan Islam
Kontemporer dalam semua lini standarisasi pendidikan baik di dalam
maupun di luar kelas.
Sebagai contoh kecil, Alexander Timbul Sibarani, guru SMA
Negeri 1 Barabai, Kalimantan Selatan menuturkan, sebenarnya TIK harus
menjadi mata pelajaran tersendiri karena mempelajari TIK bukan hanya
bertujuan agar anak mengetahui cara berinternet dan aktif di media sosial,
melainkan mampu membuka wawasan peserta didik. Materi
pembelajarannya pun harus dikembangkan, misalnya, jika materi Office
(Power Point, Excel, Word) sudah diajarkan saat SD, diharapkan di SMP
materi itu tidak diajarkan lagi. 43

d. Pengembangan Kesadaran Diri Kritis yang Berdaya Cipta


Akal dan nalar manusia dalam Islam menempati posisi strategis
dan terhormat. Sub kata Fikr dalam berbagai frase tidak kurang disebutkan
dalam 18 pokok pembahasan dalam al-Quran. 44 Bahkan dalam Pendidikan
Agama Islam untuk mencapai teori ma’rifatullah mesti ditempuh melalui
rasio, begitu pula untuk memahami dalil-dalil syar’i dalam Islam, maka
aspek nalar kritis mempunyai peran sangat penting dalam Islam.

43
Kompas, 29 Desember 2014, hal. 10.
44
Abdul “Aal Salim Mukrim, Al-Fikr al-Islami baina al-Aql wa al-Wahy, hal. 58 juga
disebutkan di dalam buku Abu Yasid, Islam Moderat. Jakarta: Erlangga, 2014. Hal. 47

35
Mengembangkan cara berpikir kritis dan kreatif merupakan
kerangka dasar seumur hidup untuk mencari rasa kepekaan dalam
kemanusiaan. Tugas ini menjadi kewajiban seluruh elemen; baik peserta
didik maupun pendidik sendiri.
Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan oleh orang tua dan
guru adalah mengobservasi dan mensupervisi proses pembelajaran dan
pengajaran di sekolah, apakah ada upaya dalam menyeimbangkan daya
pikir, daya rasa dan daya cipta serta praktek dalam proses belajar dan
mengajar. Jika hal itu semua terjadi, maka dapat dinilai output
pembelajaran sudah berhasil. Dengan perspektif seperti ini diharapkan
dapat dicapai satu titik temu keseimbangan dimensi pikir, rasa, karsa dan
cipta pada setiap pribadi manusia. Keseimbangan ini sangat dibutuhkan
karena menjadi target dari tujuan dasar pendidikan Islam kontemporer
yang bersumber dari nalar kritis, kreatif dan berdaya cipta yang hidup
dalam suasana pendidikan Islam kritis.
Selanjutnya yang perlu dicatat bahwa penemuan dibalik
pengembangan kesadaran kritis, kreatif dan berdaya cipta adalah simbol
kepatuhan dalam menjalani segala bentuk perintah Tuhan dan telah
digariskan di dalam QS Al-Taubah : 105
   
 
  
  
  
  
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

36
e. Pendidikan Islam Kejuruan
Sesungguhnya ruang lingkup pendidikan Islam tidaklah sempit
sebagaimana anggapan orang. Pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada
sifat ukhrawi semata melainkan dituntut adanya keseimbangan/ balancing
antara kebutuhan dunia dan pencapaian orientasi di akhirat. Sesuai dengan
ungkapan atsar dari seorang sahabat:
‫ اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا واعمل ألخرتك كأنك تموت‬: ‫ قوله‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن عمر بن الخطاب‬
‫غدا‬
Artinya : dari Umar bin Khattab ra. Bahwa ia berkata: berbuatlah
untuk kepentingan duniamu seolah-olah dengan kepentingan tersebut
kamu hidup selamanya, dan berbuatlah kamu untuk kepentingan
akhiratmu seolah-olah kamu mati besok hari.45
Hal tersebut juga bentuk perintah dari Allah SWT kepada Baginda
Rasulullah saw agar tidak memikirkan kepentingan akhirat saja melainkan
di sana banyak kepentingan dunia yang semestinya dipenuhi. Beliau
memikirkan untuk beramal di samping juga bekerja untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Hal tersebut terimplementasikan dalam hidup
baginda Rasulullah saw, sebagaimana yang tersirat di dalam al-Quran :
   
    
    
     
    
    

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

‫ موقع الرئاسة العامة‬,‫ مجلة البحوث اإلسالمية‬,‫الرئاسة العامة إلدارات البحوث العلمية واإلفتاء والدعوة واإلرشاد‬
45

383 ‫ ص‬,3 ‫ ج‬,‫ موقع الرئاسة العامة للبحوث العلمية واإلفتاء‬: ‫ مصدر الكتاب‬,‫للبحوث العلمية واإلفتاء‬

37
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Menurut Made Wena sebagaimana ia mengutip dari Starr, bahwa
pendidikan kejuruan mempunyai kaitan erat dengan dunia kerja atau dunia
industri, maka pembelajaran dan pelatihan praktek memegang peranan
kunci untuk membekali lulusannya agar beradaptasi dengan lapangan
kerja.46 Melalui kegiatan praktek peserta didik akan dapat menguasai
keterampilan kerja secara optimal.
Beriringan dengan pendidikan kejuruan sebenarnya kunci dari
pendidikan Islam Kejuruan juga menuntut adanya kemampuan, kreatifitas,
keterampilan berwirausaha, seperti pendidikan Islam bertani, Pendidikan
Islam berkebun, Pendidikan Islam berdagang pada berbagai jenis lapangan
pekerjaan lainnya dalam satuan konsep pendidikan Islam kejuruan.
Konsekuensi pendidikan Islam kejuruan ialah kurikulum pendidikan Islam
kontemporer tidak hanya memuat materi ajar saja melainkan bagaimana
mengantarkan peserta didik yang berjiwa dan berwirausaha di samping
menopang tiap-tiap seni keterampilan secara seimbang.
Pada dasarnya pendidikan keterampilan sangat diperlukan pada
tataran implementasi di lapangan karena akan mengaktualkan dan
mengaktifkan potensi yang ada pada manusia. Potensi tersebut selamanya
akan terpendam bila tidak diberdayakan. Oleh karena itu perlu perhatian
pendidikan pada pengembangan bakat dan minat bagi murid sedini
mungkin. Untuk mengakomodir pendidikan pengembangan diri tersebut

46
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara,
2013, cet. VIII, hal. 100

38
diperlukan kuota tenaga pendidik yang menguasai bidang tersebut, dengan
dukungan sarana dan prasana lainnya. Potensi peserta didik dapat
dikategorikan pada tiga hal; potensi intelektual, potensi mental spiritual
dan potensi minat dan bakat.

IV. Implikasi Pendidikan Islam Kontemporer di Indonesia


Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara terus
menerus dan sampai saat ini masih terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah
ditempuh oleh pemerintah dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan mulai
dari pembangunan infrastruktur lembaga pendidikan, pengadaan sarana dan
prasana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan hingga pengesahan
undang-undang sistem pendidikan nasional serta undang-undang kesejahteraan
bagi guru dan dosen.
Namun hingga saat ini usaha-usaha tersebut belum membuahkan hasil
yang menggembirakan. Salah satu usaha yang marak sedang digalakkan hingga
detik ini adalah peningkatan mutu dan kualitas guru dan dosen di dalam program
sertifikasi. Melalui program ini para guru dan dosen diharapkan benar-benar
memiliki kemampuan profesionalisme yang mampu mengasah keahlian,
kemahiran dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma-norma
tertentu.
Secara konseptual, gagasan pendidikan Islam sebenarnya sudah cukup
kaya dan sempurna sebab ingin membentuk pribadi muslim sempurna dan
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, meskipun lebih cenderung
normatif.47 Dalam realitasnya, praktek pendidikan Islam masih cenderung

47
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
Jakarta: Logos, 1999, hal. 90-93. Bandingkan dengan Muqowim, Dinamika Kajian Islam; Mazhab
Sapen, Pemetaan atas Karya Disertasi di Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
dalam Profetika Jurnal Studi Islam, Vol. 6, No. 1, Januari 2004: hal. 53-57.

39
‘idealis’ dan kurang bersentuhan dengan problem realitas-empirik. Hal ini antara
lain disebabkan oleh adanya anggapan bahwa segala aktifitas hidup umat Islam,
termasuk pendidikan, harus didasarkan pada wahyu yang given dari Tuhan dalam
pengertian harfiah sehingga cenderung kurang melihat aspek realitas yang
empirik.
Oleh Karena itu, jika paradigma pendidikan kritis sudah diterima dengan
beberapa penyesuaian, maka yang perlu dipikirkan adalah tindak lanjut secara
praktis, mulai dari perumusan orientasi pendidikan Islam, pembaharuan
kurikulum, penyiapan sumber daya manusia, diversifikasi strategi pembelajaran,
perubahan model evaluasi, evaluasi kebijakan, dan perubahan manajemen di
lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Berbagai
komponen ini perlu dikaji secara terpadu, simultan, dan komprehensif. Hal ini
tidak hanya menjadi tanggung jawab praktisi pendidikan Islam saja, namun semua
stakeholder pendidikan harus dilibatkan, mulai dari tenaga kependidikan di
lembaga pendidikan formal, peserta didik, alumni, pengguna alumni, orang tua,
tokoh masyarakat, kalangan LSM, akademisi, dan pejabat pemerintah terkait.
Sebab, proses pendidikan tidak dapat berjalan secara linear dan monolitik, namun
secara sirkular dan melibatkan berbagai komponen.

40
V. Penutup
Di antara prinsip-prinsip yang ideal dalam pendidikan Islam kontemporer
dapat dijelaskan sebagai berikut : mengajarkan peserta didik berpikir bebas dalam
belajar, kemerdekaan dan demokrasi dalam mengajar, model dan orientasi
pembelajaran yang berbasis masalah, permakluman terhadap perbedaan individu
anak didik dalam memberikan pelajaran dan mengajar, perhatian terhadap bakat
anak didik, menguji kecakapan dan mental mereka, berbicara kepada mereka
sesuai dengan tingkat akalnya, bergaul dengan mereka secara baik dengan penuh
rasa kasih sayang, memperhatikan segi akhlak, mendorong dilakukannya diskusi-
diskusi ilmiah, memperhatikan pendidikan berpidato, perdebatan-perdebatan
secara dialogis dengan memperhatikan kelancaran dalam berbicara, mendirikan
banyak perpustakaan, melengkapinya dengan buku-buku dan referensi yang
aktual, berharga dan kekinian dengan tetap mendorong pelajar dan mahasiswa
mengambil manfaat dari buku-buku yang bernilai tersebut.
Secara umum yang melatar belakangi pembaharuan pendidikan Islam di
era kekinian adalah menyelaraskan sistem pendidikan dan pelatihan dengan
perpaduan sistem karir pada dunia kerja. Lahirnya Kualifikasi Nasional Indonesia
atau selanjutnya disebut KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi
kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan
antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor. KKNI dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor
08 Tahun 2012 serta merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional
(Sislatkernas).

41
DAFTAR PUSTAKA

A. Mukti Ali, Ijtihad dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan dan
Muhammad Iqbal, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Abdul ‘Aal Salim Mukrim, Al-Fikr al-Islami baina al-Aql wa al-Wahy,
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat
Pendidikan dan Dakwah, Yogyakarta : SIPRESS. 1993
Abdul Rahman an-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyat al-Islamiyah wa Asalibuha,
Damsyik: Darul Fikri, 1979
Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006
Abdullah Idi, Pengembangan Kuirikulum: Teori dan Praktek Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999
Abu Yasid, Islam Moderat, Jakarta: Erlangga, 2014
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2013
Arif Rahman, Reformasi dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal
Literasi, Volume VII, No. 2 Desember 2016
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos, 1999
______________, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di tengah
Tantangan Milenium III, Jakarta: Kencana, 2012
H.A.R. Gibb, Modern Trends In Islam, New York: Octagon Book, 1978
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Mencerdaskan
Bangsa, Jakarta: Rineka Cipta, 2012
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta:
Rineka Cipta, 2009
Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan
Madrasah, Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:
Rineka Cipta, 2009
http://arifin-kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2012/03/makalah-sertifikasi-
guru.html.
Liliana Sugiharto, Alternatif penyusunan Kurikulum mengacu pada KKNI, 2013
M. Amin Abdullah, Profil Kompetensi Akademik; Lulusan Program Pascasarjana
Perguruan Perguruan Tinggi Islam dalam Era Masyarakat Berubah dalam

42
makalah yang disampaikan pada Pertemuan dan Konsultasi Direktur
Program Pasca Sarjana Perguruan Tinggi Agama Islam, Hotel Setiabudi,
Jakarta, 24-25 Nopember 2002.
Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara,
2013
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Ombak: Yogyakarta, 2013
Michael Peters dan Colin Lankshear, Postmodern Counternarratives dalam Henry
Giroux, et al., Counternarratives Cultural Studies and Critical Pedagogies
in Postmodern Spaces, New York & London: Routledge, 1996
Muhammad ‘Athiyyah al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Setia, 2003
Muhammad Sirozi, Agenda Strategis Pendidikan islam, Yogyakarta: AK Group,
2004
Muqowim, Dinamika Kajian Islam; Mazhab Sapen, Pemetaan atas Karya
Disertasi di Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam
Profetika Jurnal Studi Islam, Vol. 6, No. 1, Januari 2004
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Noeng Muhadjir, Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Islam dalam Perspektif
Modern, Makalah Seminar Internasional Modernisasi Pendidikan Islam,
Sistem, Metodologi, dan Materi di Pondok Modern Gontor Ponorogo, 31
Agustus 1996
Sutrisno, Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Fadila Tama, 2011
Tilaar, H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Reneka Cipta. 2002
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008
Veithzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education Management; dari
Teori ke Praktik, Jakarta : Rajawali Press, 2015
‫ موقع الرئاسة‬,‫ مجلة البحوث اإلسالمية‬,‫الرئاسة العامة إلدارات البحوث العلمية واإلفتاء والدعوة واإلرشاد‬
‫ موقع الرئاسة العامة للبحوث العلمية واإلفتاء‬: ‫ مصدر الكتاب‬,‫العامة للبحوث العلمية واإلفتاء‬

43

Anda mungkin juga menyukai