Makalah
Oleh :
NIM: 135112006
2014
1
Pendidikan Islam dan Masyarakat Madani1
Oleh: Muhammad Zidny Rohmat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat
Madani, dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 533.
2
Dalam agama Islam sebagai sebuah agama memberikan konsep
ajaran yang komprehensif dan integral, tidak hanya pada persoalan ubudiyah
(ibadah) khusus seperti shalat, puasa dan lainnya, tetapi juga menyangkut
kode etik sosial yang digunakan manusia sebagai perangkat penataan sosial
yang diarahkan pada kemaslahatan manusia itu sendiri. Al Qur’an dan
Hadits adalah representasi dari ajaran Islam yang komprehensif tersebut,
yang di dalamnya memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek, tak
terkecuali masalah keilmuan atau pendidikan, bahkan Rasulullah Muhammad
SAW menerima wahyu pertama juga berkenaan dengan masalah pendidikan,
QS. AL-Alaq: 1-5.3 Yaitu:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB
@,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya:
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca). 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dengan Ayat tersebut menggambarkan bahwa dalam Islam sangat di
anjurkan untuk mempelajari dari berbagai hal yang dihadapi oleh manusia,
mempelajarai kehidupan sosial dalam bermasyarakat.
B. Rumusan Masalah
4
Bashori Mucshin dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer, (Bandun: Refika Aditama,
2009), hlm. 2
5
Azumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), cet. 1, hlm. 4.
4
dimiliki subyek didik untuk mencapai perkembangan secara optimal, serta
membudayakan manusia melalui transformasi nilai-nilai yang utama.6
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada Umumnya mengacu
pada term al-tarbiyah, al-ta’dib, al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut yang
paling populer digunakan dalam dunia pendidikan Islam adalah al-tarbiyah.
Kendatipun demikian ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan makna. Akan
tetapi secara esensial memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun
kontekstual.
Al-Tarbiyah berasal dari kata rabb yang memiliki banyak arti, akan
tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, mengatur. Ada juga yang menjelaskan bahwa al-tarbiyah berasal
dari tiga kata. Pertama, rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh dan
berkembang (Ar Rumm:39). Kedua, rabiya-yarba berarti menjadi besar.
Ketiga, Rabba-yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun
dan memelihara.7 Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa pendidikan
adalah menjaga dan memelihara fitrah anak didik menjelang dewasa,
mengembangkan potensi menuju kesempurnaan.
Dengan demikian pendidikan dalam arti praktis adalah pendidikan
yang berlandaskan kepada nilai-nilai yang baik dan mengandung kepastian,
bukan nilai-nilai yang relatif, tetapi nilai-nilai yang universal.
Secara terminologi para ahli pendidikan Islam telah mencoba
menjelaskan pengertian pendidikan Islam,8 di antaranya sebagai berikut :
1. Al-Syaibany: mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses
mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara
pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asai dalam masyarakat.
6
Bashori Mucshin dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer,.. hlm. 1
7
Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hlm. 25-26.
8
Syamsul Niyar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,..hlm. 31-
32.
5
2. Muhammad Fadly al-Jamaly; mendefinisikan pendidikan Islam adalah
upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup
lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilaiyang tinggi dan kehidupan
yang mulia. Dengan proses tersebut diharapkan peserta didik memiliki
pribadi yang lebih sempurna.
3. Ahmad Tafsir; mendefinisan bahwa pendidikan Islam sebagai bimbingan
yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam.
Dari uraian diatas bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem
yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan idiologi Islam. Atau dapat disimpulkan juga
bahwa pendidikan Islam adalah usaha secara sadar dalam menumbuhkan,
mengembangkan membimbing, mengarahkan dan memelihara fitrah manusia
dan potensinya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan apa
yang dicita-citakan oleh Islam.
11
A. Qodri Azizi, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM dan
Terciptanya Masyarakat Madani, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), cet 4, hlm. 126.
12
Dawam Rahardjo, Masyarakat madani : Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, (Jakarta:
LP3ES, 1999), Cet.1, hlm. 146.
13
Maksudnya: Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang
diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.
7
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, 14
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan. 15
14
Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
15
DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya,.. hlm. 116.
16
Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat
Madani, dan Demokrasi,.. hlm. 535.
17
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia,
(Yogyakarata: Safiria Insania Press, 2003), hlm.57.
8
Ahmat Hatta, menngatakan bahwa secara terminologi, masyarakat
madani adalah komunitas muslim pertama di kota Madinah yang dipimpin
langsung oleh Rosululloh SAW dan diikuti oleh keempat khulafaur-
rasyidin. Masyarakat madani yang dibangun pada zaman Rosul tersebut
identik dengan civil society, karena secara sosio kultural mengandung
substansi keadaban, dan akhirnya di jadikan model masyarakat modern,
sebagaimana di akaui oleh seorang Robert N Bellah dalam bukunya
Beyond Belief (1976). Bellah dalam hasil penelitiannya terhadap agama-
agama besar di dunia, mengakui bahwa masyarakat yang dipimpin oleh
Rosululloh itu merupakan masyarakat yang sangat modern pada abad itu,
karena masyarakat tersebut telah melakukan lompatan jauh ke depan dalam
kecanggihan tata sosial dan pembangunan sistem politiknya. Pendapat ini
senada denga pendapat Nurcholish Madjid, yang menyatakan bahwa istilah
tersebut merujuk kepada masyarakat Islam yang pernah dibangun Nabi di
negri Madinah.18
Sejarawan ada yang mengatakan bahwa madani berari madinah yaitu
kota tujuan hijrah Nabi Muhammad SAW yang dulunya bernama Yatsrib,
kemudian perubahan nama itu di pahami oleh umat Islam sebagai manifesto
konseptual mengenai upaya Nabi untuk mewujudkan sebuah masyarakat
madani di hadapkan dengan masyarakat badawi atau nomad. Pada hakikatnya
perubahan nama itu merupakan pernyataan atau deklarasi sikap, niat, bahwa
tempat baru itu Nabi dengan para pengikutnya yang terdiri dari kaum Anshar
dan Muhajirin hendak mendirikan dan membangun suatu masyarakat yang
beradab, yaitu masyarakat yang teratur atau berperaturan sebagaimana
mestinya sebuah masyrakat.
Nurcholish Madjid menyatakan secara konvensional perkataan
Madinah memang diartikan dengan “kota”, tetapi menurut ilmu kebahasaan
perkataan Madinah mengandung makna “peradaban” dalam bahasa Arab
peradaban dinyatakan dalam kata-kata “madaniyah” atau tamaddun.
Kemajuan masyrakat madinah juga di awali dengan membanjirnya
kaum muhajirin dari Makkah ke Madinah yang mengakibatkan munculnya
18
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia,..
hlm. 30-31
9
persoalan-persoalan ekonomi dan kemasyarakatan yang harus di antisipasi
dengan baik, untuk mengatasi persoalan tersebut Nabi Muhaamd bersama
semua unsur penduduk madinah secara konkrit meletakkan dasar-dasar
masyarakat Madinah. Mengatur kehidupan dan hubungan antar komunitas-
komunitas yang merupakan komponen masyarakat yang majemuk di
Madinah. Dengan menggariskan ketentuan hidup bersama dalam suatu
dokumen yang dikenal sebagai “Piagam Madinah” (Mitsaq al-madinah) yang
merupakan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah kemanusiaan.piagam ini
tidak hanya sangat maju pada abad itu, tetapi menjadi satu-satunya dokumen
yang paling penting dalam perkembangan kebiasaan konstitusional dan
hukum dalam dunia Islam.19
Di Indonesia istilah masyarakat madani pada umumnya disamakan
dengan istilah masyarakat sipil (civil Society) dan menjadi salah satu sorotan
penting dari banyak diskusi. Bahkan pada pemerintahan presiden Habibie
telah membentuk satu tim, dengan keputusan Presiden Repoblik Indonesia,
Nomor 198 tahun 1998, tentang pembentukan Tim Nasional Reformasi
Menuju Masyarakat Madani. Tim tersebut diberi tugas untuk membahas
masalah-masalah pokok yang harus disiapkan untuk membangun masyarakat
madani di Indonesia, yaitu di antaranya: pertama, menghimpun pemikiran
tentang transformasi ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya, serta
perkiraan dampak globalisasi terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa.
Kedua, merumuskan rekomendasi serta pemikiran tentang upaya mendorong
transformasi bangsa menuju masyarakat madani.20
Civil Society banyak diadopsi oleh para ilmuwan dan cendikiawan
di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri, menurut Dawam
Raharajo, gagasan masyarakat madani baru populer sekitar awal tahun
1990an, dan karena itu mungkin masih berbau asing bagi sebagian
masyarakat Indonesia.21 Bermula dari seminar nasional yang di
selenggarakan oleh Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPIK) di kupang
19
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia,..
hlm. 34.
20
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia,..
hlm. 55-56.
10
dengan tema civil society yang diterjemahkan dengan “ masyarakat warga
atau kewargaan” tahun 1995. Jauh sebelum itu gagasan civil society telah
muncul dan berkembang dalam bentuknya yang lain di Indonesia seperti
konsep Muhammadiyah mengenai “masyarakat utama” yang terjadi pada
tahun 1985.22
Masyarakat madani atau civil society (CS) adalah konsep atau
tradisi yang berasal dari barat. Jika ditunjuk modelnya adalah Amerika
Serikat (AS), meskipun asal mulanya dari Eropa Barat di abad ke 18, atau
kini berusia 260 tahun. Ide modern tentang CS ini oleh John Locke dan
generasi berikutnya dugunakan untuk menyelesaikan problen tentang social
order yang muncul di abad akhir 17. Amerika Serikat dijadikan model CS
karena di AS kekuasaan negara sangat terbatas dan tidak bisa mengintervensi
hak-hak individu. Kekuasaan yang kecil ini dalam bidang politik, sehingga
akan sangat berbahaya bagi penguasa jika melaksanakan kehendak
politiknya.23
21
Sazali, Muhammadiyah dan Masyarakat Madani: Independensi, Rasionalitas, dan Pluralisme,
(Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban Muhammadiyah, 2005), hlm. 26
22
Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat
Madani, dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 533-534
23
Sahal Mahfud dkk, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani,.. hlm. 87.
11
1. Masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, yang
memiliki pemahaman agama secara mendalam serta hidup berdampingan
dan menghargai perbedaan agama masing-masing.
2. Masyarakat demokratis dan beradap yang menghargai perbedaan
pendapat.
3. Masyarakat yang menghargai hak asasi manusia dan sadar akan hukum.
4. Masyarakat yang kreatif, mandiri, percaya diri untuk memiliki orientasi
kuat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Masyarakat yang memiliki suasana yang kompetitif dan penuh
persaudaraan dengan bangsa lain disertai semangat kemanusiaan
universal.
Adapun Model yang paling mampu mengakomodasi seluruh
karakteristik Masyarakat madani di atas adalah model masyarakat
pendidikan, dimana yang dimaksud dengan masyarakat pendidikan adalah
setiap pertemuan dan hubungan antara manusia yang menimbulkan situasi
pendidikan dan dihayati sebagai yang mewajibkan.
Pendidikan adalah sistem alternatif yang melahirkan masyarakat,
dan masyarakat adalah komponen suatu negara yang paling bertanggung
jawab dalam keberhasilan sistem pendidikan, atau seperti yang
dikemukakan Hasan Langgulung: “Pendidikan itu salah satu lembaga sosial
yang bersumber pada falsafah setiap bangsa. Pendidikan itulah yang
membawanya ke alam ujud”.24
13
pembelajaran, manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan
zaman.
2. Model pendidikan Islam yang tetap mengkhususkan pada desain
pendidikan keagamaan, yaitu benar-benar sesuai dengan konsep-konsep
Islam.
3. Model pendidikan agama Islam tidak hanya dilaksanakan di sekolah
formal tetapi juga di luar sekolah seperti di lingkungan keluarga
masyarakat sehingga pendidikan agama dapat ditanamkan dan
disosialisasikan yang menjadi kebutuhan peserta didik, akhirnya
pendidikan agama Islam bukan lagi berupa pengetahuan yang di hafal
tetapi menjadi kebutuhan dan perilaku aktual.
4. Desain pendidikan diarahkan pada dua dimensi. Dimensi itu meliputi a.
dimensi dialektika (horisontal) pendidikan hendaknya dapat
mengembangkan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan alam atau lingkungan sosialnya, akhirnya manusia
mempu mengatasi tantangan dan kendala melalui pengembangan IPTEK.
b. Dimensi vertikal, hal ini pendidikan sebagai jembatan dalam memahami
fenomena dan misteri kehidupan yang abadi.
Dengan demikian apapun model pendidikan Islam yang ditawarkan
untuk membangun masyarakat madani pada dasarnya harus berfungsi
untuk memberi kaitan antara peserta didik dengan nilai-nilai ilahiyah,
pengetahuan, dan ketrampilan. Nilai-nilai demokrasi dan sosial cultural
harus berfungsi untuk memberi kaitan secara operasional antara peserta didik
dengan masyarkatnya.
14
“mempersiapkan individu dan masyarakat yang memiliki kemampuan,
motivasi dan partisipasi secara aktif dalam aktualisasi dan institusionalisasi
masyarakat madani”. Pendidikan sangat dibutuhkan dengan harapan untuk
mempersiapkan manusia yang memiliki kemampuan, agar dapat aktif dalam
msyarakat madani indonesia yang dicita-citakan.
Dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat menuju
masyrakat madani Indonesia, kebijakan masyarakat reformasi pendidikan
meliputi dua aspek, 26 yaitu :
1. Aspek Makro, yang berupa visi dan misi sampai dengan manajemen
pendidikan. Pada level makro dibutuhkan sistem pendidikan Islam yang
demokratis dan berorientasi pada kemajuan.
2. Aspek Mikro, yeng berupa kebijakan dasar mengenai proses pendidikan
Islam, apa dan dengan cara bagaimana pembelajaran harus terjadi, karena
upaya pendidikan Islam harus mampu melahirkan manusia yang unggul
secara intelektual, anggun secara moral, memiliki kompetensi dalam
IPTEK, serta memiliki komitmen tinggi dalam berbagai peran soial. Pada
level mikro, proses pendidikan harus terjadi pada iklim demokratis,
kesempatan melakukan diversitifikasi secara profesional, dengan koridor
mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada Umumnya mengacu
pada term al-tarbiyah. Al-Tarbiyah berasal dari kata rabb yang memiliki
banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh,
berkembang, memeihara, mengatur. Jadi pendidikan adalah menjaga dan
memelihara fitrah anak didik menjelang dewasa, mengembangkan potensi
menuju kesempurnaan. Dengan demikian pendidikan Islam adalah usaha
secara sadar dalam menumbuhkan, mengembangkan membimbing,
mengarahkan dan memelihara fitrah manusia dan potensinya menuju
26
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani
Indonesia,.. hlm. 268-269.
15
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan apa yang
dicita-citakan oleh Islam.
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab musyarakah yang
mengandung arti berserikat, bersekutu, dan saling bekerjasama. ditarik
pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang
berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan bekerjasama, dan mematuhi
aturan yang disepakati bersama. Sedangkan Kata “madani” berasal dari
bahsa Arab yang artinya civil, atau civilized (beradab). Dengan demikian
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan,
dan teknologi.
Munculnya istilah masyarakat madani di Indonesia pada tahun
1995 bermula dari gagasan Datuk Anwar Ibrahim. Tetapi sebenarnya
istilah masyarakat madani pun sangat baru, yang merupakan hasil dari
pemikiran an-Naqueb al-Attas, kemudian mendapat legitimasi dari
beberapa pakar Indonesia termasuk Nurcholish Madjid. Masyarakat
madani adalah konsep atau tradisi yang berasal dari barat. Yaitu Amerika
Serikat (AS), meskipun asal mulanya dari Eropa Barat di abad ke 18, atau
kini berusia 260 tahun. Ide modern tentang CS ini oleh John Locke dan
generasi berikutnya dugunakan untuk menyelesaikan problen tentang
social order yang muncul di abad akhir 17.
Model pendidikan Islam yang ditawarkan untuk membangun
masyarakat madani pada dasarnya harus berfungsi untuk memberi kaitan
antara peserta didik dengan nilai-nilai ilahiyah, pengetahuan, dan
keterampilan. Nilai-nilai demokrasi dan sosial cultural harus berfungsi
untuk memberi kaitan secara operasional antara peserta didik dengan
masyarkatnya. Adapun Peran pendidikan dalam masyarkat madani
Indonesi sangat diharapkan untyuk dapat “mempersiapkan individu dan
masyarakat yang memiliki kemampuan, motivasi dan partisipasi secara
aktif dalam aktualisasi dan institusionalisasi masyarakat madani”.
B. PENUTUP
16
Alhamdulillah saya panjatkan sebagai implementasi rasa syukur
atas selesainya makalah ini. Namun dengan selesainya bukan berarti telah
sempurna, Oleh karena itu saran serta kritik yang bersifat membangun dari
saudara selalu saya nantikan. Untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam
setiap langkah sehingga dapat terus termotivasi kearah yang lebih baik
tentunya dimasa masa yang akan datang. Akhirnya saya ucapkan terima
kasih.
Daftar Pustaka
Al-Munawar, Said Agil Husain dan Shihab, M.Quraish dkk, 2003, Agenda
Generasi Intelektual ikhtiar membangun Masyarakat Madani, PT.
Penamadani, Jakarta.
Azizi, A. Qodri, 2004, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam
Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Pustaka
Pelajar, Cet 4, Yogyakarta.
Azra, Azumardi, 2012, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Milenium III, Kencana Prenada Media Group, cet. 1,
Jakarta.
DEPAG, 2012, Al-Qur’an dan Terjemahannya, PT Sygma Examedia
Arkaleema, Bandung.
Jurdi, Syarifuddin, 2008, Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan
Negara, Khilafah, Masyarakat Madani, dan Demokrasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Jurdi, Syarifuddin, 2008, Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan
Negara, Khilafah, Masyarakat Madani, dan Demokrasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Mahfud, Sahal dkk, 2000, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat
Madani, Pustaka Pelajar Offset, Semarang.
Muchsin, Bashori dan Wahid, Abdul, 2009, Pendidikan Islam Kontemporer,
Refika Aditama, Bandung.
Nizar, Syamsul, Haji, 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, Ciputat Press, Jakarta.
17
Rahardjo, Dawam, 1999, Masyarakat madani : Kelas Menengah dan
Perubahan Sosial, LP3ES, Cet.1, Jakarta.
Sanaky, Hujair AH. 2003, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun
Masyarakat Madani Indonesia, Safiria Insania Press, Yogyakarata.
Sazali, 2005, Muhammadiyah dan Masyarakat Madani: Independensi,
Rasionalitas, dan Pluralisme, Pusat Studi Agama dan Peradaban
Muhammadiyah, Jakarta.
http://karakterbangkit.blogspot.com/2009/12/karakteristik-masyarakat-
madani. html 15 Nov 2014.
: http //hasanbaharun.blogspot.com/p/pendidikan-islam-dalam-membangun.
html 21 Nov 2014.
18