Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum muslim
di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial:
berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman,
sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya (QS
17:9). Al-Quran memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di
antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah,
dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Allah berfirman, sesungguhnya Kami yang
menurunkan Al-Quran dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya. (QS. 15:9)
Al-Qur'an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup
bagi setiap Muslim. Al-Qur'an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (hablum min Allh wa hablum min al-ns), bahkan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Al-Quran adalah kitabullah yang memuat banyak ajaran
luhur didalamnya. Kandungan dan rahasia yang tertuang di balik ayat-ayat Al-Quran,
sungguh tidak akan pernah tertandingi. Dengan Al-Quran, tidak akan pernah ada
kemaksiatan dan kejahatan, karena ajaran yang di bawa oleh Al-Quran sudah jelas:
sebagai rahmat bagi semua alam. Membaca dan mengajarkan serta mengamalkan AlQuran merupakan tugas ideal seorang muslim, yang telah mendapatkan warisan dari
Rasulullah Saw. Al-Quran telah diwariskan kepada kita umat Islam untuk dibaca,
dikaji, diamalkan dan disebarkan, sehingga ajaran ideal Al-Quran dapat terus
membumi.
Tidak hanya Al-Quran. Sumber hukum ajaran Islam juga berasal dari hadits.
Hadits adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW. yang dijadikan landasan syariat Islam dan merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Quran.
Di dalam Al-Quran dan hadits ini dijelaskan berbagai macam hal yang ada di
kehidupan umat manusia. Salah satunya adalah pendidikan sosial. Dimana pendidikan
sosial ini bisa kita jumpai di lembaga pendidikan atau pun di kehidupan sekitar kita.
Pendidikan sosial ini berhubungan dengan ruang lingkup masyarakat atau alam. Di

dalamnya kita diajakan bagaimana seharusnya berhubungan dengan lingkungan


masyarakat dan juga alam sekitar. Sehingga kita dapat memahami hidup ini tidak
hanya dari sebuah goresan tinta di atas kertas tetapi juga dengan mempehatikan dan
mengamati lingkungan sekitar kita karena apapun yang ada disekitar kita dapat
menjadi sebuah pelajaran berharga bagi diri kita sendiri dan merupakan nikmat yang
harus kita syukuri.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan Pendidikan menurut para ahli?


Apa yang dimaksud Sosial menurut para ahli?
Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Sosial?
Tujuan dari adanya pendidikan sosial?
Metode apa saja yang digunakan dalam pendidikan sosial?
Ayat Al-Quran yang berkaitan dengan pendidikan sosial dan

penjelasannya?
7. Hadist
yang
bekaitan

dengan

pendidikan

sosial

dan

penjelasannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Pendidikan Sosial
2. Untuk mengetahui tujuan dari diadakannya pendidikan sosial
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pendidikan
sosial
4. Untuk mengetahui ayat Al-Quran dan hadits yang berkaitan
dengan pendidikan sosial ini sekaligus penjelasannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Pendidikan Sosial
Pendidikan dalam konteks Islam mengacu kepada tiga unsur
yaitu : al-tarbiyah, al-talim, al-tadib. Dari ketiga istilah tersebut altarbiyah yang tepopuler digunakan dalam praktek pendidikan Islam.
Sedangkan al-talim dan al-tadib jarang digunakan.1
Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun
kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya
menunjukkan tumbuh, berkembang, memelihara, malah menciptakan.
Kata lain yang berarti pendidikan itu ialah addaba kata talim dengan
kata kerjanya allama juga sudah digunakan pada zaman Nabi.2
Sedangkan para ahli mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Menurut H.A.R Tilaar
Pendidikan
dalam
hal
ini
merupakan
berkesinambungan.
didalam
immanen

peserta
sebagai

Proses
didik

tersebut
terdapat

makhluk

masyarakat.3
2. Menurut Jalaluddin
Pendidikan merupakan

yang

usaha

suatu

berimplikasikan

proses
bahwa

kemampuan-kemampuan
hidup

untuk

didalam

suatu

membimbing

dan

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar


mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat lingkungannya.4
3. Menurut M. Arifin
1 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25

2 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.
25-26
3 H.A.R. Tilar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 28

4 Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 95

Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi


makan

(opvoeding)

kepada

jiwa

anak

didik

sehingga

mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan


menumbuhkan kemampuan dasar manusia.5

Adapun pengertian sosial sebagai berikut:


1. Dalam Kamus Sosiologi dan Kependudukan mendefinisikan sosial
adalah hubungan seseorang individu dengan lainnya dari jenis
yang sama atau pada sejumlah individu untuk membentuk lebih
banyak atau lebih sedikit, kelompok-kelompok yang terorganisir,
juga tentang kecenderungan-kecenderungan dan impuls-impuls
yang behubungan dengan lainnya.6
2. Menurut R. Soegarda Poerbakawatja dan H. Ali Harahap
dalam Ensiklopedi pendidikan mendifinisikan sosiologi adalah
penyesuaian kepentingan atau sifat-sifat umum dari masyarakat
dengan menyisihkan atau melebur kepentingan-kepentingan
dengan hasil timbul atau keadaan yang stabil serta harmonis.7
Adapun pendapat para ahli pendidikan menafsirkan pendidikan
sosial sebagai berikut:
1. Menurut Abdul Hamid al- Hasyimi Pendidikan sosial adalah
bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan
pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan
macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak

5 M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan prektis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 32

6 Kartasapura, G. Kartini, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Jakarta: Bumi Aksara,


1992), hlm. 382

7 R. Soegarda Poerbakadja dan A. H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Balai


Pustaka, 1994), hlm. 275.

dini, agar hal itu mejadi elemen penting dalam pembentukan


sosial yang sehat.8
2. Menurut St. Vembriarto pendidikan sosial adalah berarti suatu
usaha

melalui

mengembangkan

proses
sikap

untuk
sosial

pada

mempengaruhi
anak

dan

dalam

arti

mengarahkan kegiatan (aktifitas) pada sosialisasi anak dalam


lingkungan sosialnya.9
3. Menurut Nasikh Ulwan pendidikan sosial adalah mendidik
manusia sejak kecil agar anak terbiasa menjalankan perilaku
sosial yang baik, dan memiliki nilai dasar-dasar kejiwaan mulia
bersumber pada aqidah dan keimanan yang mendalam, agar
ditengah-tengah masyarakat nanti anak mampu bergaul dan
berperilaku yang baik, mempunyai keseimbangan akal yang
matang dan tindakan yang bijaksana.10

B. Tujuan Pendidikan Nasional


Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan.
Dengan demikian tujuan merupakan salah satu hal yang penting
dalam kegiatan pendidikan. Menurut undang-undang SISDIKNAS RI
tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.11 Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan
membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri) di dalam
hidupnya di tengah-tengah masyarakat.12 Menurut Jalaluddin, karena
pendidikan berdimensi sosial, maka tujuan pendidikan diarahkan
8 Abdul Hamid al-Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Azam, 2001), hlm.
17.

9 St. Vembriarto, Pendidikan Sosial, (Yogyakarta: Paramitta, 1984), hlm. 6.


10 Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Pendidikan Sosial Anak),
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 1.

11 Undang-Undang SISDIKNAS UU RI Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika,


2009), hlm. 7.

kepada

pembentukan

manusia

yang

memiliki

kesadaran

akan

kewajiban, hak dan tanggung jawab sosial, serta sikap toleran, agar
keharmonisan hubungan antar sesama manusia dapat berjalan
dengan harmonis. Lebih lanjut Jalaluddin, menyatakan dalam kaitan
dengan kehidupan bermasyarakat tujuan pendidikan diarahkan pada
pembentukan manusia sosial yang memiliki sifat takwa sebagai dasar
sikap dan perilaku.13 Sementara tujuan pendidikan sosial sebagaimana
dijelaskan oleh M. Ngalim Purwanto MP adalah:
1. Mengajar anak-anak yang hanya mempunyai hak saja, menjadi
manusia yang tahu dan menginsafi tugas dan kewajibannya
terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat.
2. Membiasakan anak-anak berbuat mematuhi dan memenuhi
tugas kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga
negara.14
Dari pengertian di atas, pendidikan sosial bertujuan agar individu
dapat

mengimplementasikan

hak

dan

kewajibannya

dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Metode Pendidikan Sosial


Yang dimaksud metode di sini adalah suatu kerangka kerja dan
dasar-dasar pemikiran digunakan cara-cara yang khusus, metode
merupakan jalan menuju suatu tujuan. 15 Dalam pendidikan sosial
dapat di tinjau dari cara penyampaiannya, menurut Karl Manhein
menunjukkan adanya dua metode yang dapat di gunakan yaitu:
1. Metode langsung

12 B. Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka cipta,


2010), hlm. 9.

13 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. 2


hlm. 97.
14 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) cet. 20 hlm. 171.
15 Solaeman Yoesoef dan Slamet Santoso, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1981), hlm. 38

Yang dimaksud adalah mengadakan hubungan langsung


secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu-individu
yang bersangkutan. Metode ini dapat dilaksanakan secara
efektif bila:
a. Ditujukan

kepada

kelompok-kelompok

kecil.

Seperti;

keluarga, tetangga, masyarakat desa, dimana kelompok ini


mempunyai hubungan yang face to face. Kelomok-kelompok
demikian disebut dengan pimary group.
b. Sipetugas secara mendalam telah mengetahui kelompok
yang menjadi sasarannya.
c. Petugas mempunyai sifat ramah, pandai dan sebagainya
untuk mengadakan hubungan dengan obyeknya.
2. Metode tidak langsung
Yang dimaksud adalah mengadakan hubungan secara
tidak

langsung

kepada

individu

atau

masyarakat

yang

menjadi sasaran, melainkan sasaran antara


Misalnya dalam hal ini dapat ditempuh dengan mengubah:
a. Kebiasaan, aturan yang sedang berlaku dimasyarakat.
b. Struktur kekayaan dimasyarakat.
c. Cara kerja.
Metode ini lebih menunjukkan sifatnya formal, sehingga cocok untuk
masyarakat kota.16
Metode-metode pendidikan sosial menurut Abdullah Nasih Ulwan
berkisar pada empat persoalan yaitu:
a. Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia.
Islam telah memberikan pedoman-pedoman

pendidikan

utama pada setiap anggota jiwa masyarakat, baik terhadap anakanak maupun pemuda dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia lagi
mantap dan dengan pedoman pendidikan yang abadi.
Untuk menanamkan dasar-dasar kejiwaan ini pada jiwa
perseorangan dan kelompok, Islam telah memberikan bimbingan
yang bernilai pesan-pesannya yang praktis agar pendidikan sosial
menjadi lebih sempurna maknanya, sehingga masyarakat tumbuh
berkembang atas dasar kerjasama yang produktif, ikatan yang kuat,

16 Ibid, hlm. 115

sopan santun yang luhur, saling mencintai, dan kritik diri yang
kontruktif.
b. Memelihara hak-hak orang lain.
Memelihara hak-hak sosial meupakan suatu kelaziman yang
harus disertai dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, bahwa
dengan ungkapan yang lebih jelas bahwa dasar-dasar kejiwaan
adalah jiwa.
Sedangkan

memelihara

hak-hak

masyarakat

merupakan

fenomena lahir, bisa juga dikatakan yang pertama merupakan


rohnya dan yang kedua merupakan jasadnya, maka mustahil bila
yang pertama tidak menghujatkan yang kedua, jika tidak maka akan
menyebabkan keguncangan dan kekacaubalauan.
c. Melaksanakan tata krama sosial yang berlaku umum
Menjalankan etika sosial secara umum, dibentuk atas dasardasar pendidikan yang sebenaranya. Tujuannya, bila sudah dewasa
dia dapat menangkap esensi segala masalah ia dapat bergaul
dengan sesamanya, ditengah-tengah masyarakat dengan kebaikan
yang maksimal dan simpatik dengan cinta yan utuh, dan dengan
budi pekerti yang luhur.13 Tidak diragukan lagi bahwa etika sosial
yang akan di bahas pada bagian ini berkaitan dengan pembahasan
tentang penanaman dasar kejiwaan yang telah diuraikan diatas.
d. Kontrol dan kritik sosial.
Diantara dasar-dasar sosial terpenting dalam membentuk dan
mendidik tingkah laku anak adalah membiasakan sejak dini untuk
melakukan kontrol dan kritik sosial, memelihara setiap orang yang
bergaul dengannya, dan memberi nasihat pada orang yang
menyimpang dari etika Islam. Ringkasnya, anak harus dibiasakan
melakukan amar maruf nahi munkar yang merupakan dasar-dasar
pokok agam Islam dalam mengontrol opini umum, memerangi
kerusakan dan menyimpan dan memelihara nilai individualisme dan
moralitas umat Islam.
D. Ayat dan Tafsir Al-Quran tentang Pendidikan Sosial

Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang


ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS.
Al-Araaf (7) : 199)
Tafsir :
Kata ( Al-Afwu) terambil dai aka kata yang tediri dari huruf ( -
). Maknanya bekisar pada dua hal, yaitu meninggalkan sesuatu atau
memintanya. Dari akar kata itu muncul afwu yang artinya meninggalakan
sanksi terhadap yang bersalah atau yang lazim diungkapkan dengan kata
memaafkan.

Perlindungan

Allah

dari

keburukan

disebut

afiah.

Perlindungan mengandung makna ketertutupan. Dari sini kata afwu juga


diartikan menutupi dan juga terhapus. Selain itu, ada pula yang
memahami kata al-afwu dalam arti moderasi atau pertengahan. Yang
memilih pendapat ini menilai bahwa kata itu mencakup segala kebaikan,
karena moderasi adalah yang tebaik. Disamping itu, memahaminya
dengan perintah terakhir ayat ini, yaitu berpaling dari orang-orang jahil.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya, agar berpegang
teguh pada prinsip umum tentang moal dan hukum.
1. Sikap Pemaaf dan Berlapang Dada
Allah SWT. Menyuruh Rasul-Nya agar beliau memaafkan dan
berlapang terhadap perbuatan, tingkah laku dan akhlak manusia
dan anganlah beliau meminta dari manusia apa yang sangat sukar
bagi mereka sehingga mereka lari dari agama.
Termasuk
prinsip
agama,
memudahkan,

menjauhkan

kesukaran dan segala hal yang menyusahkan manusia. Begitu pula


dalam

halnya

budi

pekerti

manusia

banyak

dipengauhi

lingkungannya. Bahkan banyak riwayat menyatakan bahwa yang


dikehendaki pemaafan disini ialah pemaafan dalam bidang akhlak
atau budi pekerti.
2. Menyuruh Manusia Bebuat Mauf (baik)
Pengertian urf pada ayat ini adalah maruf. Adapun Mauf
adalah kebiasaan masyarakat yang baik, yang tidak betentangan
dengan ajaran agama Islam. Dalam Al-Quran kata maruf

10

dipergunakan dalam hubungan hukum-hukum yang penting, sepeti


dalam hukum pemerintahan, hukum perkawinan. Dalam pengetian
kemasyarakatan

kata

maruf

dipergunakan

dalam

ati

adat

kebiasaan dan muamalah dalam suatu masyarakat. Karena itu ia


bebeda-beda sesuai dengan perbedaan bangsa, negara dan waktu.
Di antara para ulama ada yang memberikan definisi maruf
dengan apa yang dipandang baik melakukannya menurut tabiat
manusia yang murni tidak belawanan dengan akal pikiran yang
sehat. Bagi kaum muslimin yang pokok ialah bepegah teguh pada
nas-nas

yang

kuat

dari

Al-Quran

dan

Sunnah.

Kemudian

mengindahkan adat kebiasaan dan noma yang hidup dalam


masyarakat selama tidak bertentangan pada nas agama.
3. Tidak memperdulikan gangguan orang jahil
Yang dimaksud dengan orang jahil ialah oang yang selalu
besikap kasar dan menimbulkan gangguan-gangguan terhadap para
Nabi, dan tidak dapat disadarkan. Allah memerintahkan kepada
Rasul-Nya, agar menghindarkan diri dari orang-orang jahil, tidak
melayani meeka dan tidak membalas kekerasan meeka dengan
kekerasan pula.17

E. Hadits dan Syarh tentang Pendidikan Sosial

















. "
"

























"





















. "

17 Departement Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid 3 (Jakarta : Lentera


Abadi, 2010), hlm. 555-556.

11

...bin Yahya; Telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb; Telah


mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Ibnu Al Musayyab
bahwa Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Kewajiban seorang muslim terhadap sesama muslim ada
lima : (1) Menjawab salam. (2) Mendoakan yang bersin. (3) Memenuhi
undangan. (4) Mengunjungi yang sakit, dan (5) Ikut mengantar jenazah."
Dan telah menceritakn kepada kami Abdu bin Humaid telah...
Beginilah uraian dari hadits di atas mengenai 5 hak kewajiban
Muslim terhadap Muslim lainnya:
1. Menjawab salam
Salam merupakan doa seorang Muslim kepada Muslim lainnya,
jika ada seseorang yang mengucapkan salam kepada kita berati ia
sedang mendoakan kita, maka dari itu kita yang mendengarnya juga
harus membalas mendoakan dengan menjawab salam kepada si
pemberi

salam.

Kalau

mengucap

salam

adalah

sunnah,

maka

menjawabnya adalah sebuah kewajiban.


2. Menjenguk Orang Yang Sakit
Islam mensyariatkan pemeluknya untuk menjenguk saudaranya
ketika mereka sedang sakit, karena diharapkan dengan demikian secara
mental saudara mereka yang sakit akan lebih kuat, dan barangkali
dengan perantara doanya akan jadi kesembuhan bagi penyakit yang
diderita. Dengan menjenguk orang yang sedang sakit, maka kita juga
akan lebih mempererat tali silaturahmi.
3. Mengurus jenazah
Ini merupakan bentuk penghormatan terakhir setiap Muslim
kepada saudaranya yang sudah meninggal. Syariat Islam sangat
menganjurkan umatnya untuk mengurusi jenazah saudaranya yang
telah

meninggal

dunia,

mulai

dari

memandikan,

mengkafani,

mensholati hingga menguburkannya.


4. Memenuhi Undangan
Apabila mendapat undangan, hendaknya bagi setiap muslim
untuk menghadirinya. Dengan kita hadir/memenuhi undangan tersebut,

12

berarti kita telah menghormati orang yang memberi undangan (orang


yang mengundang).
Serta

akan

lebih

memperkuat

dan

mempererat

hubungan

persaudaran antara Muslim satu dengan yang lain.


5. Mendoakan Orang Yang Bersin
Disunnahkan untuk orang yang bersin mengucap hamdalah
(Alhamdulillah)

sebagai

kepadanya.Muslim

yang

ucapan

syukur

mendengarkannya

atas

karunia

dianjurkan

Allah

mengucap

yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Kemudian orang yang


bersin tadi disunahkan membalas pula dengan doa yahdikumullah
(semoga Allah memberimu petunjuk).
Bukankah indah luar biasa, jika setiap Muslim dapat saling
mendoakan dan saling memenuhi kewajibannya kepada saudarasaudaranya.18

18 Moh. Matsna, Al-Quran Hadits Madrasah Aliyah kelas XII,(Semarang: Karya Toha
Putra, 2014)

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi pendidikan sosial menurut beberapa pendapat di atas adalah suatu proses yang
diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak, secara sengaja dalam masyarakat untuk
mendidik, membina, membangun individu dalam lingkungan sosial supaya ditengahtengah masyarakat kelak anak mampu bergaul dan berperilaku yang baik terhadap
sesama. Tentunya selalu berpegang pada aqidah dan keimanan yang kokoh. Anak harus
dibiasakan melakukan amar maruf nahi munkar yang merupakan dasar-dasar pokok
agama Islam dalam mengontrol opini umum, memerangi kerusakan dan penyimpangan
serta memelihara nilai individualisme dan moralitas umat Islam.

14

Daftar Pustaka
al-Hasyimi, Abdul Hamid, Mendidik Ala Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Azam,
2001)
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan prektis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Departement Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid 3 (Jakarta : Lentera
Abadi, 2010)
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 2
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001)
Kartasapura, G. Kartini, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992)
Matsna, Moh. Al-Quran Hadits Madrasah Aliyah kelas XII,(Semarang: Karya
Toha Putra, 2014)
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002)
Poerbakadja, R. Soegarda dan A. H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994)
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) cet. 20
Suryosubroto, B., Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka
cipta, 2010)
Tilar, H.A.R., Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000)
Ulwan, Abdullah Nasikh, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Pendidikan Sosial
Anak), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991)

15

Undang-Undang SISDIKNAS UU RI Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar


Grafika, 2009)
Vembriarto, St., Pendidikan Sosial, (Yogyakarta: Paramitta, 1984)
Yoesoef, Solaeman dan Slamet Santoso, Pengantar Pendidikan Sosial,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1981)

Anda mungkin juga menyukai