Anda di halaman 1dari 3

pendidikan adalah sebuah usaha dalam menghantarkan manusia dalam menemukan pribadinya

sendiri. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dapat menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada setiap diri manusia. Pendidikan sesuai dengan kodratinya adalah dapat memajukan
kehidupan bangsa. Pendidikan pada masa pergerakan nasional dikontrol secara penuh oleh
pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda hanya
terfokus pada masyarakat Belanda atau orang-orang eropa saja pada saat itu, sedangkan untuk
masyarakat pribumi hanya dapat mengenyam pendidikan terbatas pada tingkat pendidikan rendah
saja.

Penyelenggaran pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial saat itu mempunyai sifat
dualisme. Dualisme pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial untuk membedakan
pendidikan yang diberikan untuk masyarakat eropa dengan pendidikan untuk masyarakat pribumi
sendiri. Pemerintah kolonial berusaha untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang bersifat
umum bagi penduduk pribumi. Secara umum, pendidikan didasarkan pada golongan penduduk,
keturunan atau lapisan sosial maupun golongan kebangsaan yang berlaku. Pada kenyataannya
pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kolonial lebih ditekankan pada kemampuan untuk
menjadi pekerja bagi pengusaha eropa atau kolonial yang pada saat itu berkuasa di Hindia Belanda
dengan berbagai perusahaannya.

Penyelenggaraan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial, khususnya pada masa pergerakan
nasional terbagi menjadi dua, yakni oleh pemerintah kolonial dan tokoh pergerakan nasional.
Pendidikan yang di selenggarakan pada zaman kolonial berperan penting terhadap terbentuknya
golongan cendekiawan yang lahir dari golongan priyayi yang mendapat pendidikan secara intensif,
yang mana tetap mewarisi beberapa perangkat kebudayaan elite tradisional. Golongan elite modern
ini pula yang kemudian menjadi agen pembaharuan dan pelopor dari gerakan nasional. Mereka
berjuang dalam berbagai bidang, baik politik, kesehatan, budaya, hingga pendidikan, tujuannya yakni
untuk mendapat kehidupan yang layak dan setara dengan masyarakat eropa pada umumnya.

Setelah menyelesaikan materi ini, anda diharapkan memiliki kemampuan untuk: (1). Menjelaskan
pengertian pendidikan (2). Menganalisis pendidikan pada masa pergerakan nasional, (3).
Menjelaskan siapa saja pelopor pendidikan pada masa pergerakan nasional (4). Menganalisis sistem
pendidikan masa pergerakan nasional, (5). Menganalisis dampak dari terbentuknya organisasi yang
bergerak di bidang pendidikan.

a Konsep Pendidikan Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Suwarno dalam Hendrowibowo, 1994). Menurut Soelaeman
Pendidikan sering dijuluki sebagai “usaha pemanusiaan manusia”, dengan kata lain pendidikan dapat
ditujukan untuk:

b Untuk menghindarkan dari perilaku yang negatif atau "tidak dimanusiakan", serta diarahkan
kepada kehidupan yang tidak manusiawi.

sa (Langeveld dalam Hendrowibowo). Berangkat dari pemahaman pendidikan seperti dalam


UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, pendidikan pada
dasarnya adalah upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia supaya dapat menjadi
manusia yang mandiri serta dapat berkontribusi terhadap masyarakat dan bangsanya (Raharjo,
2010).

Pendidikan Masa Pergerakan Nasional Pada dasarnya pendidikan yang diadakan di Indonesia pada
zaman kolonial dijalankan sesuai dengan politik negara Belanda yakni didorong dengan adanya
kepentingan negara penguasa diatas tanah jajahannya tersebut. Pada dekade pertama abad XX
sudah banyak orang bumi putera yang pandai baca tulis, meskipun hanya terbatas golongan
bangsawan dan priyayi Jawa pada saat itu. Politik etis memberikan pendidikan bergaya eropa dan
pemakaian bahasa Belanda

Politik etis berakhir dengan dikendalikan oleh kebutuhan perusahaan-perusahaan swasta akan
tenaga kerja murah dan tinggi. Dibalik segala tujuan tersebut kebijakan politik etis telah menjadi
sarana menghasilkan cendekia muda yang progresif menularkan pendidikan dan semangat
kebangkitan pribumi dalam melawan kolonialisme Belanda selama berabad-abad. Namun,
pendidikan modern hanya dapat dinikmati golongan bangsawan dan kaum elit baru berasal dari
kalangan priyayi, sementara bagi rakyat pribumi sendiri, kurang dapat pengaruh dari kebijakan
politik etis itu sendiri.

irikan sekolah-sekolah bagi anak-anak pribumi merupakan langkah awal dalam perjuangan pemuda
di Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Meskipun sebagian besar yang diperbolehkan sekolah
adalah anak-anak dari para bangsawan pribumi (elit pribumi), namun kemudian para anak
bangsawan tersebut muncul sebagai kaum intelektual yang memikirkan nasib bangsanya. Para
pemuda lulusan sekolah-sekolah kedokteran, teknik dan lainnya yang mana kemudian berperan
dalam perjuangan pemuda Indonesia, khususnya dari kalangan terpelajar. Pada awalnya, perjuangan
pemuda Indonesia dimulai dari Sekolah Menengah (STOVIA, OSVIA dan Sekolah Pertanian), namun
kemudian mahasiswa dari sekolah tinggi juga ikut mengambil bagian. Lulusan sekolah-sekolah
menengah maupun sekolah tinggi tersebut, kemudian menjadi pioner dalam perjuangan bangsa
Indonesia dan pergerakan emansipasi kemerdekaan (Agus Susilo & Isbandiyah, 2018)..

c. Pelopor Pendidikan Pada Masa Pergerakan Nasional Lahirnya golongan terpelajar merupakan
solusi terbaik bagi bangsa Indonesia saat itu untuk keluar dari cengkeraman penjajah. Golongan
terpelajar berupaya membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai diskriminasi yang dilakukan
kolonial Belanda. Golongan terpelajar berupaya membangkitkan kesadaran masyarakat akan rasa
nasionalisme melalui jalur pendidikan (Imsawati, 2017). Beberapa tokoh golongan terpelajar yang
lahir saat pergerakan nasional diantaranya sebagai berikut:

Pelopor Pendidikan Pada Masa Pergerakan Nasional Lahirnya golongan terpelajar merupakan solusi
terbaik bagi bangsa Indonesia saat itu untuk keluar dari cengkeraman penjajah. Golongan terpelajar
berupaya membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai diskriminasi yang dilakukan kolonial
Belanda. Golongan terpelajar berupaya membangkitkan kesadaran masyarakat akan rasa
nasionalisme melalui jalur pendidikan (Imsawati, 2017). Beberapa tokoh golongan terpelajar yang
lahir saat pergerakan nasional diantaranya sebagai berikut:

 Dr. Soetomo

Anda mungkin juga menyukai