Anda di halaman 1dari 2

Perjalanan Pendidikan Nasional

Oleh: Anne Melia

Masa Pra kolonialisme

Pendidikan dalam pengertian paling sederhana merupakan proses transfer budaya, yang didalamnya
juga meliputi sistem pengetahuan, bahasa, religi, mata pencaharian dan lain sebagainya. Pendidikan
terstruktur pertama kali hadir pada masa pengaruh kerajaan bercorak Hindu dan Budha di
Nusantara. Selain di Sumatra, pendidikan yang berbasis agama Buddha juga terdapat di Jawa pada
abad ke-7. Pada masa ini selain pengajaran agama (di dalam buku-buku Weda & Upanisad) mungkin
sekali para siswa mempelajari kepustakaan Hindu seperti Mahabarata dan Ramayana. Sistem
pendidikan tinggi telah digambarkan pada keadaan sekitar abad ke-4 sampai dengan abad ke-8. Pada
abad-abad terakhir menjelang jatuhnya kerajaan Hindu di Indonesia, sistem pendidikan tidak lagi
dijalankan secara bersar-besaran, tetapi dilakukan oleh ulama guru kepada siswa dalam jumlah
terbatas di pedepokan. Pendidikan di zaman Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha diarahkan pada
kesempurnaan pribadi (terutama lapisan atas) dalam hal agama, kekebalan dan kekuatan fisik,
keterampilan, dan keahlian memainkan senjata dan menunggang kuda. Pada perkembangan
selanjutnya setelah keruntuhan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu dan Budha lembaga pendidikan
Islam telah memainkan fungsi dan perannya sesuai dengan tuntutan masyarakat pada zamannya,
antara lain; masjid, langgar, surau, madrasah, dan pesantren. Pendidikan pesantren merupakan satu
diantara sistem pendidikan asli Indonesia. Selain itu diberbagai daerah juga terdapat sistem
pendidikan local yang berorientasi pada pendidikan bidang keagamaan dan pengetahuan umum.

Masa Kolonialisme

Perkembangan zaman telah membawa nusantara memasuki suatu masa yang di dalamnya terjadi
interaksi dengan bangsa Eropa. Interaksi tersebut kemudian membawa dampak yang luas dalam
berbagai lapangan kehidupan tidak terkecuali pendidikan. Pada 1536, penguasa Portugis di Maluku
bernama Antonio Galvano mendirikan sekolah-sekolah seminari untuk anak-anak dari pemuka-
pemuka pribumi. Pada permulaan 1850, didirikan sekolah Kelas I yang lamanya lima tahun. Sekolah
ini disediakan pada anak-anak dari lingkungan pegawai Pamong Praja ditempatkan di kotakota
keresidenan. Konteks pendidikan dan pengajaran ini pada prinsipnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan pegawai rendahan di kantor-kantor pamong praja atau kantor-kantor yang lain. Akibat
dari penerapan Politik Etis, pemerintah Kolonial menganggap sebagai tugas pokok di lapangan
Pendidikan adalah memberikan pengajaran rendah kepada bangsa Indonesia sesuai dengan
kebutuhannya. Pasca kekuasaan kolonial Belanda dan berganti menjadi pemerintahan Jepang. Pada
masa Belanda terdapat dua jenis pengajaran, yaitu pengajaran kolonial dan pengajaran Bumi Putra,
oleh Jepang sistem seperti itu dihilangkan. Hanya satu jenis sekolah rendah saja yang diadakan bagi
semua lapisan masyarakat, yaitu: Sekolah Rakyat 6 Tahun atau “Kokumin Gakko”. Sekolah-sekolah
desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi Sekolah Pertama.

Masa Orde Lama

Praktik pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai tahun 1965 bisa dikatakan banyak dipengaruhi
oleh sistem pendidikan Belanda. Praktek pendidikan selepas penjajahan menekankan
pengembangan jiwa patriotisme. Pada masa ini, lingkungan politik terasa mendominir praktek
pendidikan. Upaya membangkitkan patriotisme dan nasionalisme terasa berlebihan, sehingga
menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri. Kebijaksanaan politik pendidikan para menteri yang
bertugas antara tahun 1945-1950 dapat dikatakan belum bisa dirasakan atau belum terlihat
hasilnya. Penyelenggaraan pendidikan agama setelah Indonesia merdeka mendapat perhatian serius
dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Secara umum pendidikan orde lama
sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup
memberikan ruang bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi
rujukan dasar bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan
kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang.

Masa Orde Baru

Menurut pemerintahan Orde Baru, perlu menyelenggarakan pendidikan rehabilitas kesadaran


berideologi bagi mereka yang pernah menyeleweng terhadap Pancasila. Orde Baru identik dengan
ideologi atau slogan pembangunan. Begitu pula arah dan kebijakan pendidikan disesuaikan dengan
gerakan pembangunan. Kata pembangunan didahulukan sebelum Pancasila. Ini menandakan
bahwasanya pembangunan walaupun tidak secara resmi dijadikan ideologi, tapi menjadi pijakan
dasar Orde Baru dalam mengarahkan jalannya pemerintahan dan pendidikan selain Pancasila.
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach” yaitu proses menjadi lebih penting dalam
pelaksanaan pendidikan, namun tujuan tetap faktor penting. Peran siswa dalam kurikulum ini
menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Masa Reformasi

Perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa Reformasi sangat dipengaruhi oleh perubahan
konstitusi yang menjadi salah satu agenda reformasi. Lembaga ilmiah, seperti kampus perguruan
tinggi, dibebaskan dan intervensi dan pengaruh luar. Kebijakan pendidikan lain di permulaan masa
reformasi, yaitu persoalan otonomi perguruan tinggi. Pemerintahan Megawati mengasilkan RUU
Sisdiknas yang kemudian menjadi UU Sisdiknas. Perubahan kurikulum juga mewarnai perjalanan
sejarah pendidikan Indonesia pada masa reformasi. Pendidikan yang berbasis keagamaan juga
mendapat perhatian khusus pada masa reformasi. Secara kelembagaan pendidikan keagamaan
berada dibawah kementerian agama, berbeda dengan pendidikan umum yang berada di bawah
kementerian pendidikan.

Perkembangan pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perubahan konstitusi, pendidikan


berbasis keagamaan mendapat perhatian khusus.

Anda mungkin juga menyukai