pendidikan yang lebih dulu hadir, yang pertama adalah Pendidikan Hindu-Budha.
Adapun materi yang dipelajari pada masa ini adalah teologi (ilmu agama), bahasa dan
sastra (ilmu kecakapan), ilmu-ilmu kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu-ilmu eksakta
(ilmu perbintangan), ilmu pasti (perhitungan waktu, seni bangunan, dan seni rupa), dan
sebagainya. Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak praktik kerajaan di zaman
kerajaan Hindu dan Budha seperti Kerajaan Kutai, Kerajaan Majapahit, Kerajaan
Tarumanegara, hingga Kerajaan Sriwijaya. Pada periode akhir perkembangan
pendidikan Hindu-Budha, pendidikan dilakukan di padepokan-padepokan dan tidak lagi
bersifat kolosal dalam kompleks. Pengelola pendidikan adalah kaum Brahmana,
bersifat tidak formal, dapat mengundang guru datang ke istana, dan pendidikan
kejuruan dilakukan secara turun-temurun melalui jalur kastanya masing-masing.
Selanjutnya adalah pendidikan Islam teman-teman. Saudagar asal Gujarat pada abad
ke 13 menjadi salah satu ciri adanya pendidikan islam di Indonesia. Awalnya adalah
pedagang asal Gujarat itu menyebarkan ajaran Islam dan berkembang di daerah pantai
pesisir Pulau Sumatera dan Jawa. Pada masa pra-kolonial, pendidikan agama Islam
berbentuk pendidikan di pesantren, pendidikan di mushola/langgar, dan pendidikan di
madrasah. Pertama, pendidikan di mushola/langgar diadakan secara sederhana
dengan binaan guru ngaji yang berstatus di bawah Kyai. Materi yang diajarkan adalah
membaca Al-Qur’an dan belajar Fiqih dasar. Kedua, pendidikan di pesantren memiliki
sistem pendidikan pemondokan sederhana. Materi pembelajaran bersifat khusus
(keagamaan), penghormatan tertinggi kepada guru dan tidak ada gaji untuk guru
karena mengajar hanya untuk Allah semata. Santri datang untuk belajar secara suka
rela. Ketiga, pendidikan di madrasah memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan
agama dan ilmu pengetahuan seperti astronomi (ilmu falak) dan ilmu pengobatan.
Ketiga sistem pendidikan Islam ini bertahan sejak datangnya kolonial Belanda hingga
saat ini.
Lalu ada pendidikan Katholik dan Protestan. Pendidikan Katholik bermula dari abad ke
16 melalui orang-orang Portugis yang menguasai Malaka. Portugis memiliki usaha
mencari rempah-rempah untuk dijual di Eropa dikarenakan saat itu harga rempah-
rempah sangat mahal, Portugis bersama misionaris Katholik-Roma berperan ganda
sebagai penasehat spiritual, menempuh perjalanan jauh disertai menyebar agama-
agama yang diyakini pada setiap tempat yang didatanginya. Segera setelah Portugis
dan Katholik Roma menduduki suatu pulau, menjadikan penduduk setempat sebagai
pemeluk Katholik-Roma merupakan usaha utama yang mereka lakukan. Kemudian,
untuk mendidik anak-anak setempat, didirikanlah acara seminar-seminar. Namun,
hanya sekitar setengah abad (50 tahun) kekuasaan Portugis itu bertahan dan tidak
berlangsung lama karena diusir oleh Spanyol. Kemudian pendidikan bercorak agama
Kristen-Protestan tersebar di bawah pengaruh bangsa Belanda di Indonesia.
Setelah kita bahas berdasarkan agama, kita akan bahas lagi pendidikan berdasarkan
penjajah hingga era reformasi nih teman-teman, yuk simak lagi!
Pendidikan Pada Masa Portugis
Dalam menyebarkan agama Nasrani (Katholik), menurut Franciscus Xaverius sangat
diperlukan untuk mendirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1536, berdiri sebuah sekolah
di Ternate yang menjadi sekolah agama anak-anak terkemuka. Pelajaran yang
diberikan adalah pelajaran agama, membaca, menulis, dan berhitung. Kabupaten Solor,
Flores Timur juga mendirikan sekolah dan mempunyai lebih dari 50 orang murid yang
juga mengajarkan bahasa latin. Tujuh kampung di Ambon penduduknya sudah
beragama Katholik pada tahun 1546, di kampung ini juga menyelenggarakan
pengajaran untuk rakyat umum. Pengajaran ini sering menimbulkan pemberontakan
sehingga akhir abad ke 16 musnalah kekuatan Postugis di Indonesia. Ini juga
menandakan hilangnya misi Katholik di Maluku. Hilangnya misi itu menjadi salah satu
akibat dari jatuhnya negara sehingga usaha-usaha pendidikan terpaksa harus
diberhentikan.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan pada 8 Juli 2003
yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan
menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjujung HAM
Setelah jabatan Megawati turun dan digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, UU
No. 20/2003 masih berlaku ditambah dengan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen. Setelah penetapan UU tersebut disusul dengan pergantian Kurikulum KBK
menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berdasarkan pada PP No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan kurikulum
operasional yang dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus.
Saat ini, sistem pendidikan di Indonesia yang dijalankan adalah sistem pendidikan
Nasional. Sistem pendidikan ini berlaku bagi seluruh jenjang pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar hingga tinggi. Jika sebelumnya wajib belajar bagi masyarakat
Indonesia ditetapkan selama 9 tahun, meliputi 6 tahun untuk sekolah dasar dan 3 tahun
untuk sekolah menengah. Namun, kini telah ditingkatkan hingga 12 tahun yang meliputi
6 tahun untuk pendidikan dasar, 3 tahun untuk pendidikan menengah pertama, dan 3
tahun untuk pendidikan menengah atas.