Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fatimah

NIM : 1405621034
Kelas : Pendidikan Sosiologi A 2021

PENGANTAR SEPUTAR PERSOALAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


Sistem pendidikan di Indonesia sudah berlaku sebelum nama Indonesia berdiri,
lebih tepatnya, berlaku sejak Indonesia masih didominasi oleh kerajaan-kerajaan
Nusantara, seperti kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Namun, pada masa itu sistem
pendidikan belum terlegitimasi dan belum memiliki aturan yang baku. Pendidikan masa
itu lebih mengajarkan bagaimana cara mengelola hasil bumi, pertanian, peternakan, dan
perkebunan. Selain itu, masa ini juga masih didominasi oleh mitos-mitos. Sistem
pendidikan tersebut mulai membaik saat masuknya Hindia Belanda. Saat itu Hindia
Belanda mulai membuat sekolah-sekolah yang diperuntukkan bagi kelas sosial tertentu,
yaitu kaum bangsawan. Bagi masyarakat menengah ke bawah masih jarang mendapatkan
pendidikan, hanya pendidikan ilmu bumi, menghitung, dan ilmu yang bersifat keteknisan
yang nantinya bertujuan untuk mengabdi pada pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1945 atau saat Indonesia meraih kemerdekaan, sistem pendidikan
menjadi lebih baik. Pada masa ini Presiden Soekarno mulai memperhatikan pendidikan
di Indonesia secara umum, di mana seluruh warga Indonesia berhak mendapatkan
pendidikan. Perbaikan lain juga terlihat ketika aturan-aturan hukum mulai diatur secara
jelas dan setiap warga negara berhak mengenyam pendidikan minimal sekolah dasar.
Namun, pada saat itu masih banyak rakyat yang tidak bisa mengikuti pendidikan dengan
baik. Hal ini dikarenakan kondisi sosial, politik, dan pembangunan pada masa itu masih
dalam tahap dirintis.
Masa pemerintahan Soekarno menganut sistem bahwa masyarakat harus
berbudaya. Sehingga mekanisme pengajaran pada masa ini diajarkan dengan berbudaya.
Ketika Soekarno lengser, naiklah presiden Soeharto sebagai pengganti Soekarno. Pada
masa ini, sistem pendidikan kembali dibenahi, salah satunya muncul sistem P4 yang
bertujuan agar rakyat memiliki tingkat nasionalisme yang tinggi dan berjiwa Pancasila.
Meskipun nuansa politik masih sangat kuat, salah satu contohnya adalah pendidikan
menjadi sarana transportasi untuk menanamkan nilai dogma dan ideologi kepentingan
rezim pada saat itu. Pada masa ini juga muncul NKKBKK atau Normamalisasi
Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus, di mana kehidupan kampus penuh
dengan pengawasan agar mahasiswa hanya berfokus pada proses perkuliahan tanpa
demonstrasi. Hal ini seolah menjadikan Rakyat Indonesia memiliki ruang gerak yang
sangat kecil dalam berekspresi dan menyampaikan aspirasi. Saat inilah tercipta nuansa
penuh pengawasan dan intimidasi.
Dalam proses pembentukan masyarakat menjadi pribadi yang pancasilais, rakyat
Indonesia dituntut untuk menghafal butir-butir Pancasila, karena di dalamnya terdapat
semangat nasionalisme, persatuan, penjagaan NKRI, dan agar warga negara tidak sampai
menentang pemerintahan pada saat itu. Pendidikan sebagai sarana transportasi untuk
melanggengkan rezim pemerintahan Soeharto dinilai sangat berhasil sampai Soeharto
dapat menjalankan pemerintahannya hingga puluhan tahun. Pada masa ini juga, guru juga
mengalami kesejahteraan yang minim. Hal ini menjadikan tidak adanya yang berminat
menjadi guru. Salah satu lagu yang merepresentasikan kondisi guru pada saat itu adalah
Iwan Fals – Guru Oemar Bakrie yang menggambarkan guru yang dinilai sebagai pelita
dan menjadi pusat untuk digugu dan ditiru namun kesejahteraannya tidak diperhatikan
oleh pemerintah.
Ruang demokrasi yang sedikit dan sempit sukses menyulut kemarahan para
mahasiswa. Puncaknya mahasiswa melakukan perlawanan dan pergerakan dari
mahasiswa hingga berhasil meruntuhkan rezim Soeharto dan bergantilah menjadi era
reformasi. Pada masa ini, undang-undang mengalami perubahan, salah satunya pada
sistem pendidikan. Era ini juga lebih memperhatikan kesejahteraan guru, mulai dari
mendapat tunjangan dan adanya pelatihan-pelatihan guru. Pendidikan juga meningkat
yang semula hanya sampai SD, kini hanya sampai SMP, hingga pada masa SBY
meningkat lagi sampai SLTA atau pendidikan wajib 12 tahun.
Kesejahteraan guru dan perhatian terhadap guru baru membaik sampai tahun
2010, dimana mulai diterapkan sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan tambahan.
Namun, di satu sisi guru harus bisa mengupgrade keterampilannya, baik pedagogik,
professional, sosial, dan personal agar bisa lulus sertifikasi guru. Hal ini menjadikan
keterampilan guru menjadi meningkat. Tetapi semua tidak berjalan mulus, karena guru
masih harus terjebak pada kegiatan bersifat administratif hingga adanya perubahan-
perubahan kurikulum. Hal ini membuat beban kerja guru menjadi bertambah karena harus
beradaptasi pada setiap perubahan kurikulum.
Apabila kurikulum mengalami pergantian secara terus menerus, Indonesia tidak
bisa mencapai blueprint pendidikan Indonesia yang ideal. Hal ini dikarenakan pendidikan
menjadi transportasi untuk Indonesia menjadi bangsa yang beradab dan maju. Oleh
karena itu, guru menjadi ujung tombak yang harus mampu untuk beradaptasi dengan
perubahan kurikulum, teknologi, dan perkembangan dari peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai