Anda di halaman 1dari 15

 

PERKEMBANGAN PESANTREN DAN


MADRASAH DI INDONESIA DARI MASA
KOLONIAL SAMPAI ORDE BARU
Anzar Abdullah
Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Veteran Republik Indonesia Makassar
anzarabdullah91@yahoo.co.id.

ABSTRACT ABSTRAK

The objective of this study is to examine the Is- Tulisan ini bertujuan mengkaji tentang pendidi-
lamic education in Indonesia seeing from the kan Islam di Indonesia dalam perspektif sejarah,
historical perspective, which is focusing on pe- khususnya mengenai pesantren dan madrasah
santren and madrasah (Islamic schools) from the sejak masa Kolonial sampai Orde Baru. Pendidi-
colonialism era until new order era. Previously, kan Islam pada awalnya berhubungan dengan
Islamic education dealt with the spread of Islam penyebaran Islam dan Islamisasi Nusantara. Hal
(moslem) and the Islamized of Indonesian archi- ini menyebabkan pendidikan Islam semula ber-
pelago. It means that the Islamic education was, pusat di masjid, langgar, surau yang kemudian
first, centralized on mosque, langgar or surau berkembang menjadi lembaga pendidikan dalam
(smaller mosque). Next, it changes into other bentuk pesantren dan madrasah. Pendididikan
institutions from pesantren salafiyah into mad- Islam telah mengalami perubahan dari bentuk
rasah. The latest one has already adopted and pesantren salafiyah kepada bentuk madrasah
applied the science curriculum and Islamic cur- yang mulai mengadopsi sistem klasikal dan mod-
riculum from the western classical system and el pendidikan sekolah ala Barat sampai kepada
school model, and also the best Islamic schools. sekolah Islam unggulan. Sementara pendidikan
All the changes in the Islamic schools bring Islam di madrasah yang mulai mengadopsi sis-
many implications through the transmission of tem pendidikan Barat dengan model klasikal dan
the Islamic thought which is based on the ilahi- menerapkan kurikulum pengetahuan umum, di
yah (tauhid) authority as the creator of human samping kurikulum keislaman. Seluruh peru-
life. bahan yang berlangsung pada sistem pendidikan
Islam membawa berbagai implikasi terutama
Keywords: madrasah, pesantren, Islamic educa- berkaitan dengan transmisi pemikiran keislaman
tion. yang bertumpu pada otoritas ilahiyah (tauhid)
sebagai pengatur kehidupan manusia.  

  Kata Kunci: Madrasah, pesantren, pendidikan


islam, kolonialisme, orde lama, orde baru.

PENDAHULUAN melakukan berbagai kebijakan-


kebijakan politik diskriminitif dan re-
Ketika pemerintah kolonial Be- fresif terhadap lembaga pendidikan Is-
landa berkuasa di Indonesia, tampaknya lam; tidak membuat lembaga pendidi-
tidak mampu mengendalikan pertum- kan Islam seperti pesantren dan madras-
buhan pesantren dan madrasah sebagai ah terhenti perkembangannya.
lembaga pendidikan yang dibangun Menghadapi hal ini, lembaga pendidi-
dan dibentuk oleh masyarakat Islam. kan Islam yang tadinya dicap sebagai
Meskipun pemerintah kolonial Belanda tradisional, justru mampu mengadopsi

Paramita Vol. 23 No. 2 - Juli 2013 [ISSN: 0854-0039]  193


Hlm. 193—207
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013 

sistem pendidikan modern dengan se- telaah pustaka, baik dalam bentuk buku
mangat modernisme dengan cara sistem maupun produk kebijakan berupa regu-
baru. Pembelajarannya tidak lagi lasi tentang pendidikan Islam sepanjang
meggunakan sistem halaqah, tetapi su- sejarah. Fokus penelitian diarahkan un-
dah menggunakan sistem klasikal. Pen- tuk menganalisis secara kritis filosofis
didikan Islam mengambil corak pen- rekaman sejarah pendidikan Islam di
didikan berbasiskan sekolah model Be- Indonesia kurun waktu dari masa Ko-
landa dengan mengadopsi mata pelajar- lonial Belanda sampai masa Orde Refor-
an umum secara terbatas. masi. Sebagai penelitian historis, maka
Perkembangan dan dinamika pen- didalam memaparkan hasil temuan
didikan Islam yang sangat fenomenal penelitian, peneliti melakukan empat
terjadi pada masa kemerdekaan. langkah pokok, yaitu heuristik, dengan
Pemerintah Indonesia melalui Kemen- cara mengumpulkan berbagai sumber-
terian Agama dan Kementerian Pendidi- sumber pustaka, seperti buku, arsip,
kan, secara perlahan tetapi pasti sejak dokumen perundang-undangan negara
awal tahun 1970 melalui Menteri Agama yang mengatur tentang regulasi pen-
Mukti Ali mengubah muatan kurikulum didikan Islam, surat kabar, dan artikel
madarasah dari 100 persen agama men- yang berhubungan dengan fokus
jadi 70 persen umum, dan 30 persen penelitian. Kedua, kritik sumber dengan
agama (Saridjo, 2010: xxv). Kebijakan cara melakukan verifikasi data atau me-
inilah yang kemudian mengantarkan nyeleksi data-data sejarah yang telah
m ad r asa h m en ja d i s eta r a den ga n dikumpulkan melalui kritik internal dan
sekolah umum sebagaimana diakui da- eksternal. Ketiga, melakukan inter-
lam UU Sisdiknas No. 2 tahun 1989, pretasi, dengan cara menafsirkan fakta-
yang kemudian disempurnakan dalam fakta sejarah yang diperoleh untuk
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Dari mendapatkan kontinuitas dan saling
uraian ini dapat ditegaskan bahwa lem- keterhubungan antara fakta-fakta se-
baga pendidikan seperti pesantren dan jarah, sehingga terbentuk satu
madrasah adalah merupakan lembaga rangkaian fakta yang sesuai dengan
pendidikan “plus” karena memiliki urutan peristiwa yang saling terkait satu
kompetensi pengetahuan umum dan sama lain. Keempat, adalah tahapan his-
agama secara bersamaan. toriografi. Dalam historiografi inilah
Dari pemikiran di atas, kajian ini penulis melakukan penyusunan fakta-
untuk mengkaji perkembangan pendi- fakta sejarah dalam bentuk tulisan ilmi-
dikan Islam di Indonesia. Fokus kajian ah yang siap disajikan sebagai per-
tulisan ini meliputi perkembangan pen- tanggung jawaban atas fakta-fakta se-
didikan Islam prakemerdekaan dan pas- jarah yang telah disusun.
ca kemerdekaan. Pada kajian perkem-
bangan pendidikan Islam pascake-
merdekaan, dikaji pendidikan Islam pa- HASIL DAN PEMBAHASAN
da periode Orde Lama, Orde Baru, dan
Reformasi. Pesantren dan Madrasah pada masa
Kolonial

METODE PENELITIAN Secara de facto, kolonialisme Belan-


da di Indonesia dimulai ketika orang-
Dalam tulisan ini digunakan orang Belanda mendarat di pelabuhan
metode penelitian historis melalui Banten di bawah pimpinan Cornelis de

194
  Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah

Hooutman (Pane, 1995: 51). Sedangkan melakukan pengembangan dan pemba-


secara de jure baru dimulai pada tanggal ruan pendidikan Islam di Indonesia.
31 Desember 1799 yang ditandai penye- Praktiknya, sistem pendidikan yang di-
rahan kekuasaan atas Indonesia oleh terapkan oleh sekolah-sekolah Belanda
kongsi dagang VOC yang diserahkan (sekolah pemerintah) dimasukkan ke
kepada pemerintah Belanda. dalam sistem pendidikan pesantren dan
Kedatangan bangsa Belanda ke madrasah. Sistem pendidikan dengan
Indonesia membawa pengaruh terhadap model halaqah sebelumnya, kemudian
sistem pendidikan dan pengajaran Is- diganti dengan sstem klasikal dengan
lam. Hal ini sebagaimana maklum, bah- unit-unit kelas dan sarana-prasarana
wa kolonialisme Belanda membawa seperti bangku dan meja di ruang-ruang
misi, yaitu imperialisme dan mis- kelas (Maksum, 1999: 93).
sionarisme. Dalam upaya menjalankan Ketika akan mengem-
kedua misi tersebut, terutama persoalan bangkan pendidikan bagi masyarakat
misionaris dan zending, sehingga ke- bumipute ra, pemerintah kolonial
bijakan pendidikan yang diterapkan ti- Hindia Belanda, tampaknya akan mme-
dak berpihak kepada penduduk pribu- manfaatkan tradisi pendidikan rakyat
mi yang beragama Islam, termasuk lem- yang sudah ada sebagai dasar dalam
baga-lembaga pendidikannya. pengembangan pendidikan, namun
Sejak pemerintah kolonial Belanda secara teknis sulit dipenuhi karena
berkuasa di Indonesia, persoalan pen- tradisi pendidikan Islam waktu itu
didikan dan kehidupan beragama dia- dipandang memiliki dasar ideology Is-
tur melalui regulasi yang ketat. Ke- lam yang kuat. Hal inilah yang tampak-
bijakan ini dalam mengatur jalannya nya sulit bagi pemerintah Hindia Bel-
pendidikan disesuaikan dengan kepen- anda, karena menyangkut persoalan
tingan pemerintah kolonial Belanda, ajaran Islam yang memang menjadi da-
terutama untuk kepentingan agama sar pijakan pendidikan Islam; dan mus-
Kristen (Yunus, 1985:62). Hal ini dapat tahil untuk dihilangkan dari kuriku-
dilihat dalam kebijakan Gubernur Djen- lumnya. Akhirnya pemerintah kolonial
deral Hindia Belanda Van Den Boss di Hindia Belanda memilih bentuk
Batavia pada tahun 1813, yang menetap- persekolahan yang dikelolanya sendiri
kan sekolah Agama Kristen di setiap dalam rangka mengemban tugas misi-
daerah Keresidenan (Zuhri, 1978: 532; onarisnya. Dengan demikian, jika pada
Hasbullah, 1995: 52). Selain itu pada ta- masa awal penjajahan Belanda, sekolah
hun 1882, pemerintah kolonial Belanda merupakan pendidikan yang eksklusif,
membentuk suatu badan khusus yang maka pada awal a bad ke-20 atas
bertugas mengawasi kehidupan beraga- perintah Gubernur Djenderal Van Heu-
ma dan pendidikan Islam yang disebut tsz, sistem pendidikan mulai diseleng-
Priesterraden (Hasbullah, 1995: 52). garakan bagi masyarakat luas dalam
Pesantren dan madrasah sebagai bentuk sekolah-sekolah desa (Azra,
lembaga pendidikan yang dicap tradi- 2000:98). Pada masa inilah, rakyat pribu-
sional waktu itu, menjadikan kehadiran mi yang sebelunya hanya memiliki kes-
sekolah-sekolah Belanda yang modern empatan untuk belajar di sekolah-
itu sebagai inspiring dan pemicu sekolah tradisional, mulai mendapat
kesadaran baru untuk melakukan peru- kesempatan untuk belajar di sekolah-
bahan-perubahan mendasar dalam sis- sekolah pemerintah. Sebagai
tem pendidikan Islam di Indonesia. konsekwensinya didirikanlah sekolah di
Muncullah gagasan tentang perlunya banyak tempat.

 195
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013 

Sekolah Desa atau Sekolah Rakyat, luas dan sistem pendidikan klasikal.
tidak saja menawarkan ongkos studi Secara politik, peran pemerintah
yang murah dan mata pelajaran yang Hindia Belanda dalam mengembangkan
praktis, tetapi juga menjanjikan peker- pendidikan untuk kaum bumiputera,
jaan meskipun hanya sebagai tenaga terutama setelah diterapkannya ke-
adiministrasi rendahan (Maksum, bijakan politik etis (ethische politiek), ti-
1999:94). Pada mulanaya, usaha dak hanya memecah umat Islam, tetapi
pemerintah Hindia Belanda mengalami juga menyingkirkan lembaga pendi-
kesulitan, disebabkan sekolah-sekolah dikan pes a ntren yang tidak mau
yang didirikan itu hanya dinikmati oleh menerima subsidi dari pemerintah ke
lapisan masyarakat kalangan atas daerah pedalaman, sehingga pesantren
(kalangan priyayi). Di sampan itu, ada tertutup dari perkembangan pendidikan
beberapa ketidaksetujuan di kalangan modern (Huda, 2007:386). Meskipun
pemimpin Islam yang tidak setuju didi- demikian, di beberapa daerah, pendi-
rikannya sekolah wanita. Demikian juga dikan pesantren mampu bertahan dan
ada beberapa ulama dan tokoh-tokoh mendapat sambutan dari masayarakat.
pemimpin Islam yang menyatakan bah- Sebagai contoh pesantren Mamba’ul
wa memasuki sekolah-sekolah milik Ulum Surakarta yang didirikan oleh Su-
pemerintah Belanda adalah haram dan suhunan Pakubuwono dapat dipandang
kafir, sehingga berpengaruh terhadap sebagai pelopor pendidikan Islam, teru-
cara pandang umat dalam melihat tama di Jawa. Pesantren ini telah me-
sekolah pemerintah (Feisal, 1995:197). masukkan beberapa unsur pendidikan
Dengan adanya pernyataan terse- modern (model Barat) ke dalam kuriku-
but, kehadiran sekolah-sekolah Belanda lum pendidikan Islam di Indonesia, se-
mendapat sambutan yang kurang dari perti mata pelajaran Bahasa Belanda,
masyarakat, khususnya kalangan mus- tulis baca huruf latin, al-jabar, dan
lim. Kondisi ini berbeda dengan surau di berhitung dan sistem klasikal (Huda,
Minangkabau yang oleh Belanda di- 2007:388).
masukkan menjadi Sekolah Nagari Se m en t a ra it u, pe rt um -
(Sekolah Desa) model Belanda (Feisal, buhan madrasah dalam sejarah pendidi-
1995: 197). Namun dalam realitasnya, kan Islam di Indonesia di mulai pada
tantangan juga datang dari sistem pen- awal abad ke-20, dan merupakan
didikan modern Islam sendiri. Dalam rangkaian yang tidak bisa dilepaskan
hal ini, lembaga pendidikan pesantren dari gerakan pembaruan Islam di Indo-
menerapkan “standar ganda”. Pada satu nesia dan respons pendidikan Islam ter-
sisi komunitas pesantren menolak pa- hadap kebijakan pemerintah Hindia Be-
ham keagamaan kaum reformis landa. Munculnya gerakan pembaruan
modernis, dan pada saat yang sama Islam di Indonesia pada awal abad ke-
mereka juga harus mengikuti langkah- 20 dilatarbelakangi oleh kesadaran dan
langkah kaum reformis untuk tidak semangat yang kompleks. Gerakan
memperthankan metode tradisional pembaruan Islam di Indonesia memiliki
pendidikan pesantren. Caranya, pe- alasan atau motif yang berbeda-beda.
santren harus melakukan sejumlah ako- Menurut Karel A. Steenbrink, paling
modasi dan penyesuaian, yang mereka tidak ada empat hal penting yang men-
anggap tidak hanya menguntungkan dorong terjadinya perubahan dan pem-
pesantren sebagai lembaga pendidikan, baruan Islam di Indonesia pada awal
tetapi juga bermanfaat bagi para santri, abad ke-20, yaitu: (1) keinginan untuk
seperti penjenjangan kurikulum yang kembali kepada ajaran al-Qur’an dan

196
  Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah

Hadis, (2) semangat nasionalisme dalam 1985: 176-179). Latar belakang dikeluar-
melawan penjajahan Belanda, (3) usaha kannya ordonansi guru ini sepenuhnya
yang kuat dari orang-orang Islam untuk bersifat politis untuk menekan
memperkuat organisasinya di bidang sedemikian rupa, sehingga pendidikan
sosial, ekonomi, kebudayaan, dan poli- agama tidak menjadi faktor pemicu per-
tik, dan (4) dorongan pembaruan pen- lawanan rakyat terhadap penjajah.
didikan Islam (A Steenbrink, 1995:36). Pengalaman penjajah yang direpotkan
Kebijakan pemerintah Hindia Be- oleh perlawanan rakyat Cilegon di Ban-
landa terhadap pendidikan Islam pada ten pada tahun 1888 (Pemberontakan
dasarnya bersifat menekan, karena Petani Banten) merupakan pelajaran
dikhawatirkan akan menimbulkan mili- bagi pemerintah Hindia Belanda untuk
tansi kaum muslimin terpelajar yang menerbitkan ordonansi guru
akan mengancam stabilitas pemerinta- (Maksum,1999: 100).
han kolonial Belanda. Bagi pemerintah Lahirnya madrasah pada awal
Hindia Belanda, pendidikan tidak han- abad ke-20 dapat dikatakan sebagai
ya bersifat pedagogis cultural, tetapi perkembangan baru dalam dunia pen-
juga bersifat pedagogis politis (A Steen- didikan Islam di Indonesia yang menga-
brink, 1995: 36). Pandangan ini di satu dopsi mata pelajaran umum. Hal ini
sisi menimbulkan kesadaran, bahwa dimungkinkan, karena gerakan pemba-
pendidikan dianggap sangat vital dalam ruan Islam muncul dengan semangat
upaya mempengaruhi masyarakat. Me- yang progresif seperti halnya yang ter-
lalui pendidikan model Belanda, dapat jadi di Timur Tengah di bawah pimpi-
diciptakan kelas masyarakat terdidik nan Jamaluddin al-Afghani, Muham-
yang berbudaya Barat, sehingga akan mad Abduh, dan Muhammad Rasyid
lebih akomodatif terhadap kepentingan Ridha. Hal ini merupakan proses logis
penjajah, namun di sisi lain, pandangan dari gerakan pembaruan yang dilancar-
ini juga mendorong pengawasan yang kan umat Islam sendir i (Kh ozin,
berlebihan terhadap perkembangan 2001:96). Latar belakang lahirnya mad-
lembaga pendidikan Islam seperti mad- rasah sebagai lembaga pendidikan Islam
rasah. Walaupun pengorganisasian didasarkan atas dua faktor penting, yai-
madrasah menerima pengaruh dari sis- tu: (1) pendidikan Islam tradisional ku-
tem sekolah Belanda tetapi muatan rang sistematis dan kurang memberikan
keagamaan akan menambah semangat kemampuan pragmatis yang memadai,
kritis umat Islam terhadap sistem ke- dan (2) laju perkembangan sekolah-
budayaan yang dibawa oleh kaum pen- sekolah model Belanda di kalangan
jajah. masyarakat cenderung meluas dan
Kebijakan dan regulasi membawa paham sekularisme, sehingga
pemerintah Hindia Belanda dalam harus diimbangi dengan sistem pendidi-
mengawasi lembaga pendidikan Islam kan Islam yang memiliki model dan or-
ialah diterbitkannya “Ordonansi Guru” ganisasi yang lebih teratur, terencana
dan “Sekolah Liar”(sekolah partikelir dan bersikap akomodatif terhadap
atau sekolah swasta). Kebijakan ini me- perkembangan ilmu pengetahuan mo-
wajibkan guru-guru agama untuk me- dern dalam bingkai ajaran Islam dan
miliki surat izin dari pemerintah. Setiap sunah (Khozin, 2001: 96).
orang, meskipun ahli agama tidak serta Dalam uraian ini penting untuk
merta dapat mengajar di lembaga- diketahui, bahwa perintisan madrasah
lembaa pendidikan, bila tidak mengan- sebagai lembaga pendidikan Islam su-
tongi izin dari pemerintah (Suminto, dah dilakukan sejak awal oleh sejumlah

 197
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013 

tokoh, seperti Kiyai Ahmad Dahlan, Ah- (madrasah), di samping tetap menerus-
mad Surkati, dan Wahid Hasyim, Ki kan sistem halaqah, bandongan, sorogan,
Hajar Dewantoro dengan Taman dan wetonan (Saridjo, 2010:46-47).
Siswanya, Mohammad Syafe’i dengan Halaqah adalah metode belajar dimana
INS Kayu Tanam di Sumatera Barat murid duduk bersila mengelilingi
dengan membuat sekolah a la Belanda gurunya (kiyai) seperti yang berlaku
dengan muatan tambahan ilmu keaga- pada pendidikan di Sumatera, se-
maan, khususnya tulis baca al-Qur’an. dangkan di Jawa disebut wetonan. Ban-
Hal ini menjadi pertimbangan, bahwa dongan atau sorogan adalah metode bela-
perlu kombinasi kurikulum antara sis- jar di mana murid atau santri seorang
tem pendidikan tradisional yang demi seorang dengan membawa kitab
menekankan ilmu-ilmu agama dengan yang akan dipelajari, kemudian santri
sistem pendidikan modern, dengan ma- menyimak dan membuat catatan pada
ta pelajaran umum seperti membaca kitabnya mengenai apa yang dibacakan
dan menulis huruf latin, berhitung, ba- atau diberikan oleh gurunya. Model
hasa asing, ilmu kebudayaan, sejarah, pembelajaran seperti ini lebih tepat di-
ilmu bumi dan keterampilan admin- persamakan dengan istilah tutorship
istrasi. Metode pengajarannya pun ha- atau menthorship (Saridjo, 2010:47).
rus dikemas sedemikian rupa sehingga Kehadiran madrasah tidak berarti
lebih efektif sesuai dengan tingkat meninggalkan pengajian tradisional,
perkembangan masyarakat (Qomar, melainkan justru melengkapinya, ber-
1996:13-14). jalan berdampingan dan saling mengisi.
Bahkan setelah Indonesia merdeka
Pesantren dan Madrasah pada Masa mendapat perhatian dari pemerintah,
Orde Lama terutama setelah terbentuknya Departe-
men Agama. Untuk menindak lanjuti
Sesudah Indonesia merdeka, lem- kebijakan pendidikan agama melalui
baga dan sistem pendidikan madrasah, Badan Pekerja Komite Na-
menemukan momentumnya untuk sional Indonesia Pusat (BPKNIP) dalam
berkembang lebih luas, terbuka dan bulan Desember 1945 menganjurkan
demokratis. Namun kenyataannya, pe- agar pendidikan pesantren dan madras-
santren sebagai lembaga pendidikan a h diterus kan , bahka n mendesa k
yang diharapkan tumbuh dan berkem- pemerintah agar memberikan bantuan
bang pesat, justru mengalami keterting- dana kepada pesantren dan madrasah
galan, karena tidak lagi menjadi tujuan (Munir, 2010:20). Melalui Kementerian
utama bagi para pelajar sebagai tempat Agama segera dibentuk bagian khusus
menempuh studi, tetapi justeru madras- yang bertugas menyusun pelajaran dan
ah yang banyak diminati oleh kalangan pendidikan agama Islam dan Kristen,
pelajar (Sumardi, 1978: 81). mengawasi pengangkatan guru agama,
Kehadiran madrasah sebagai lem- dan mengawasi pendidikan agama
baga pendidikan yang relatif baru di (Munir, 2010: 21). Selain itu dianjurkan
Indonesia terus mengalami perkem- juga agar pesantren tradisional dikem-
bangan. Mengantisipasi perkembangan bangkan menjadi sebuah madarasah
yang pesat dalam dunia pendidikan ini, yang disusun secara klasikal, memakai
pesantren kemudian melakukan kurikulum yang tetap dan memasukkan
penyesuaian-penyesuaian dengan me- mata pelajaran umum di samping aga-
nyelenggarakan pendidikan formal da- ma, sehingga murid di madrasah mem-
lam bentuk pendirian sekolah peroleh pendidikan umum yang sama

198
  Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah

dengan murid di sekolah umum (Yatim, santren dan mengurus pendidikan aga-
2010:20) . ma di sekolah-sekolah umum. Selain itu,
Perhatian pemerintah tersebut di- khususnya dalam Kabinet Wilopo, tugas
wujudkan dengan menempatkan agama Departemen Agama ditambah, yaitu
sebagai fondasi dalam membangun melaksanakan pendidikan dan keguru-
bangsa dan negara. Hal ini dapat dilihat an untuk tenaga pengajar umum di
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke- sekolah agama. Tugas tersebut kemudi-
tiga dan keempat, bahwa” kemerdekaan an diwujudkan dengan mendirikan be-
Indonesia adalah atas berkat rahmat berapa sekolah khusus, yaitu:
Allah dan Pancasila pada sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi da- Pendidikan Guru Agama (PGA) 6
sar Negara. Kemudian dalam pasal 29 tahun untuk menjadi guru agama di
Sekolah Rakyat (SR); (2).Sekolah Guru
ayat (1) dan (2) UUD 1945 dinyatakan,
dan Hakim Agama (SGHA) untuk
bahwa “Negara berdasarkan atas
menjadi guru agama di Sekolah
Ketuhanan Yang Maha Esa dan menja- Menengah Pertama. Pendidikan yang
min kemerdekaan tiap-tiap penduduk ditempuh adalah 2 tahun setelah ta-
untuk memeluk agamanya masing- mat PGA 6 tahun. SGHA ini dibagi
masing dan beribadat menurut agama atas 4 bagian atau jurusan, yaitu bagi-
dan kepercayaannya itu (An w ar, an A (Sastra), bagian B (Ilmu Pasti),
1999:36). dan bagian C (Ilmu Agama), serta
Keberadaan pesantren dan mad- bagian D (Hukum Agama);
rasah mendapat pengakuan secara sah (3).Pendidikan Guru Agama (PGA) 4
tahun untuk menjadi guru agama di
dari pemerintah Indonesia melalui
sekolah-sekolah agama tingkat ren-
BPKNIP sebagai Badan Pekerja MPR
dah (SR). Sedangkan untuk menjadi
waktu itu. Hal ini dapat dilihat dalam tenaga pengajar umum di sekolah-
rumusan Pokok-pokok Usaha Pendidi- sekolah agama tingkat menengah di-
kan dan Pengajaran yang dirumuskan adakan kerjasama dan kesepakatan
oleh BPKNIP, bahwa madrasah dan pe- antara Kementerian Agama dengan
santren pada hakekatnya adalah salah Kementerian Pendidikan Pengajaran
satu alat dan sumber pendidikan dan dan Kebudayaan (PP dan K). (Huda,
pencerdasan bangsa yang sudah berurat 2007:395).
berakar dalam masyarakat Indonesia,
hendaknya pula mendapat perhatian Dengan tugas-tugas seperti yang
dan bantuan yang nyata berupa pem- diuraikan di atas, kedudukan Departe-
binaan dan bantuan dana dari men Agama dapat dikatakan sebagai
pemerintah (Zarkasyi, 20009: 40). Dari refresentasi umat Islam dalam memper-
uraian ini dapat dipahami, bahwa pe- juangkan penyelenggaraan pendidikan
santren dan madrasah bukan hanya secara lebih luas di Indonesia. Dalam
mendapat pengakuan, tetapi juga hubungannya dengan perkembangan
dukungan dalam bentuk pembinaan madrasah, Kementerian Agama menjadi
dan sokongan dana. Wewenang untuk tumpuan secara politis yang dapat
melakukan pembinaan terhadap pe- mengangkat posisi madrasah sehingga
santren dan madrasah kemudian dise- memperoleh perhatian yang terus
rahkan kepada Departemen Agama. De- menerus dari pemerintah. Di samping
partemen yang dibentuk pada tanggal melanjutkan usaha-usaha pendidikan
31 Januari 1946 tersebut mempunyai yang telah dilakukan oleh sejumlah
tugas antara lain, mengelola masalah tokoh, seperti Ahmad dahlan, Hasym
pendidikan agama di madrasah dan pe- Asy’ari, dan Mahmud Yunus, Kemen-

 199
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013 

terian Agama secara lebih intensif murid tamatan Madrasah Lanjutan Per-
mengembangkan program-program tama atau yang sederajat, serta memberi
perluasan dan peningkatan mutu mad- pendidikan dalam ilmu pengetahuan
rasah. agama Islam sebagai pokok pengajar-
Mengingat begitu besarnya annya. Lama pendidikan yang
tanggung jawab penanganan masalah ditempuh 3 tahun (Wahyudi, 2011: 13).
pendidikan Islam, maka bagian pendi- Upaya meningkatkan mutu mad-
dikan pada Kementerian Agama dikem- rasah, juga dilakukan dengan cara
bangkan Jawatan Pendidikan Agama meningkatkan status madrasah yang
pada tahun 1950. Badan ini memiliki dikelola oleh masyarakat, baik pribadi
peranan penting dan strategis meng- maupun organisasi, dari swasta menjadi
ingat tugas pengembangan pendidikan madrasah negeri. Madrasah yang telah
merupakan pilar pembangunan bangsa statusnya dinegerikan itu mulai dari
yang amat penting dalam mencer- tingkat dasar diberi nama Madrasah
daskan kehidupan bangsa. Hampir Ibtidaiyah Negeri (MIN), tingkat lanju-
semua perubahan dan pengembangan tan pertama diberi nama Madrasah
madrasah atau pendidikan agama pada Tsanawiyah Negeri (MTSn) dan mad-
masa pemerintahan Orde Lama tergan- rasah tingkat lanjutan diberi nama Mad-
tung pada kebijakan yang dikeluarkan rasah Aliyah Negeri (MAN) (Sumardi,
oleh jawatan ini (A Steenbrink, 1995:79). 1978:49). Selain itu, pesantren juga
Dalam upaya untuk meningkat- menerima perubahan status madras-
kan mutu mdarasah sesuai dengan an- ahnya menjadi madrasah negeri, karena
juran BPKNIP, Kementerian Agama dianggap sangat menguntungkan dari
mengeluarkan Peraturan Menteri Aga- segi keuangan pesantren. Pesantren
ma No. 1 tahun 1946, yang kemudian tidak lagi terlalu banyak bergantung
disempurnakan melalui Peraturan Men- kepada pemasukan dari para santri atau
teri Agama No. 7 Tahun 1952 yang sedekah dari masyarakat untuk meng-
mengatur tentang jenjang pendidikan gaji para gurunya.
pada madrasah. Menurut paraturan ini, Didorong oleh keinginan me-
jenjang pendidikan pada madrasah modernkan pendidikan pesantren dan
terdiri atas: Pertama, Madrasah Rendah madrasah, maka pada tahun 1958, Ke-
(sekarang disebut Madrasah Ibtidaiyah), menterian Agama mengadakan pemba-
yaitu madrasah yang memuat pendi- ruan secara revolusioner dalam bidang
dikan dan ilmu pengetahuan agama Is- pendidikan di madrasah. Hal ini di-
lam sebagai pokok pengajarannya. La- tunjukkan dengan mendirikan Madras-
ma pendidikan yang ditempuh 6 tahun. ah Wajib Belajar (MWB) dengan lama
Kedua, Madrasah Lanjutan tingkat p e n d i d i k a n y a n g d i t e m p uh 8 t a -
Pertama (sekarang disebut madrasah hun.Tujuannya adalah mempersiapkan
Tsanawiyah) ialah madrasah yang kualitas anak didik untuk dapat hidup
menerima murid-murid tamatan Mad- mandiri dan mencari nafkah, terutama
rasah Rendah atau yang sederajat, ser- dalam bidang ekonomi, industri, dan
tamemberi pendidikan dalam ilmu transmigrasi. Untuk mencapai tujuan
pengetahuan agama Islam sebagai itu, maka kurikulumnya disusun
pokok pengajarannya. Lama pendidikan dengan mempertimbangkan keselarasan
yang ditempuh 3 tahun. tiga perkembangan peserta didik, yaitu
Ketiga, Madrasah Lanjutan Atas perkembangan otak atau akal (kognitif),
(sekarang disebut Madrasah Aliyah), perkembangan hati atau olah rasa
ialah madrasah yang menerima murid- (afektif), dan perkembangan keteram-

200
  Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah

pilan atau kecakapan hidup secara sungguh-sungguh melalui proses


(psikomotorik) (Jasin, 1987: 115; Djamas, pendidikan. Hal ini tampak jelas lagi di
2009:85-89). Sementara materi pelajaran dalam Pasal 20 ayat 1, yang menyebut-
yang diberikan di madrasah ini terdiri kan bahwa pendidikan agama di
dari pelajaran agama, pengetahuan sekolah bukan mata peajaran wajib dan
umum, dan kerajinan tangan atau ke- bergantung pada persetujuan orang tua
terampilan dengan perbandingan 25% siswa. Bahkan dijelaskan bahwa mata
untuk pelajaran agama dan 75% untuk pelajaran pendidikan agama bukan
pengetahuan umum dan keterampilan. merupakan faktor penentu dalam kena-
Meskipun demikian bagusnya, program ikan kelas peserta didik (Ridwan,
ini tidak berjalan lancar, disebabkan ku- 1978:130-131).
rangnya sarana dan prasarana serta Kebijakan pemerintah yang
k e t e r s e d i a a n t e n a g a p e n ga j a r, d i menyangkut pengelolaan pendidikan
samping kurangnya dukungan agama telah berlangsung dengan baik,
masyarakat dan pihak-pihak yang yang ditandai dengan beberapa regulasi
terkait. seperti Ketetapan MPRS No. II/MPRS/
Undang-undang sistem pendidi- 1960 yang memberi perhatian kepada
kan yang pertama berlaku di Indonesia lembaga pendidikan keagmaan. Keteta-
setelah kemerdekaan ialah UU No. 4 pan MPRS No. II/MPRS/1960 ini berisi
Tahun 1950 yang mengakui eksistensi tentang “Garis-garis Besar Pola Pem-
madrasah dalam sistem pendidikan na- bangunan Nasional Semest a Ber-
sional. Sebagai tindak lanjut dari un- encana”. Di dalam ketetapannya terse-
dang-undang tersebut, Kementerian but, dinyatakan bahwa” Pendidikan
Agama mengeluarkan kebijakan bahwa Agama” menjadi pelajaran wajib di
madrasah yang diakui dan memenuhi sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Da-
syarat untuk menyelenggarakan sar sampai Universitas Negeri.
kewajiban belajar harus terdaftar pada Demikian juga untuk memperkuat da-
Kementerian Agama. Syarat untuk sar itu dikeluarkan lagi Ketetapan
mendaftarkan diri, madrasah harus MPRS No. XXVII/MPRS/1966 yang
mengajarkan pelajaran agama sebagai berisi tentang cita-cita Presiden Soekar-
pelajaran pokok paling sedikit 6 jam no mengenai Pembangunan Karakter
perminggu secara teratur di samping Bangsa, dengan kedudukan Agama se-
pelajaran umum (Anwar, 1999:223; bagai soko guru utama dalam mencapai
Bruinessen, 1994:80). Meskipun tampak- cita-cita tersebut. Untuk menindak
nya pendidikan madrasah telah lanjuti keputusan MPRS tersebut maka
mendapatkan pengakuan dari pihak Kementerian Agama diminta un-
pemerintah, namun perhatiannya masih tuk bersungguh-sungguh memantapkan
sangat kecil. Hal ini tampak jelas di da- pendidikan agama di sekolah sampai
lam UU No.4 Tahun 1950 pada Pasal 3, perguruan tinggi (A Steenbrink, 1986:87;
yang menyebutkan bahwa tujuan pen- Saridjo, 2010:99-100). Terbitnya bebera-
didikan nasional adalah “ membentuk pa ketetapan MPRS tersebut, telah
manusia susila yang cakap dan warga membuktikan dan mensahkan bahwa
Negara yang demokratis, serta ber- pendidikan agama dan lembaga pen-
tanggung jawab terhadap kesejahteraan didikannya seperti pesantren dan mad-
masyarakat dan tanah airnya. Dari ru- rasah mendapatkan pengakuan
musan ini tidak tampak adanya per- pemerintah melalui konstitusi negara,
hatian pemerintah terhadap usaha pem- sehingga madrasah dan pesantren ada-
binaan mental spiritual dan keagamaan lah bagian integral dari sistem pendidi-

 201
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013 

kan nasional (Djamas, 1998:488-489). melanjutkan ke sekolah umum yang


setingkat lebih di atasnya; (3) Siswa
madrasah dapat berpindah ke sekolah
Pesantren dan Madrasah pada Masa u m u m y a n g s e t i n gk a t / s e de r a ja t
Orde Baru (Daulay, 2004:152).
Dengan ditetapkannya SKB Tiga
Di awal pemerintahan Orde Baru, Menteri tersebut, berarti eksistensi mad-
ketika pasca pemberontakan PKI tahun rasah sebagai lembaga pendidikan Islam
1965, pemerintah Indonesia menaruh lebih mantap dan kuat. Selain itu penge-
perhatian yang sungguh-sungguh ter- tahuan umum yang dipelajari di mad-
hadap lembaga pendidikan Islam, sebab rasah-madrasah lebih meningkat, se-
disadari bahwa dengan bermentalkan hingga tidak ada lagi dikotomi
agama yang kuat dan kokoh, bangsa keilmuan. Juga madrasah memiliki ke-
Indonesia akan terhindar dari paham sempatan yang sama dengan sekolah-
komunisme. sekolah umum untuk berkompetisi
Selanjutnya dalam upaya mening- meningkatkan kualitasnya. Hal yang
katkan mutu madrasah, pemerintah me- penting juga dengan ditetapkannya SKB
lalui Kementerian Agama pada tahun Tiga Menteri ini, antara lain madrasah
1967 mengeluarkan kebijakan untuk me- dan sekolah umum memiliki hal yang
negerikan sejumlah madrasah dalam sama dalam mendapatkan akses penda-
semua tingkatan mulai dari Ibtidaiyah naan dari pemerintah untuk penge-
sampai Aliyah. Usaha ini dapat me- lolaan dan pembinaan. SKB Tiga Men-
negerikan sebanyak 123 madrasah teri adalah merupakan tonggak sejarah
Ibtidaiyah, sehingga total Madrasah modernisasi madrasah sepanjang se-
Ibtidaiyah Negeri (MIN) yang telah ber- jarahnya dalam upaya meningkatkan
status negeri menjadi 358. Dalam waktu mutunya. SKB Tiga Menteri dapat
yang singkat, juga telah dinegerikan 182 dipandang sebagai langkah strategis
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSn) menuju tahapan integrasi madrasah ke
dan 42 Madrasah Aliyah Negeri (MAN). dalam sistem pendidikan nasional
Dengan memberikan status negeri kepa- (Daulay, 2004:152).
da lembaga pendidikan Islam, berarti Untuk meningkatkan kualitas
tanggung jawab pemerintah bersama madrasah sebagai lembaga pendidikan,
masyarakat, baik dalam pengaturan dan pemerintah melalui Kementerian Aga-
kontrol akan menjadi lebih efektif ma di bawah kepemimpinan Munawir
(Maksum, 1999:132; Halim, 2008:85-86). Sjadzali pada tahun 1987, didirikanlah
Untuk memperkuat struktur mad- Madarasah Aliyah Program Khusus
rasah sebagai lembaga pendidikan, (MAPK/MAK). Madrasah ini diharap-
maka diterbitkanlah Surat Keputusan kan agar menjadi lembaga pendidikan
Bersama (SKB) Tiga Menteri pada tahun yang mampu mencetak ulama yang
1975, yaitu Kementerian Agama, Ke- menguasai ilmu agama dan penge-
menterian Pendidikan Pengajaran dan tahuan umum dengan baik, utamanya
Kebudayaan (PP &K), dan Kementerian bahasa Arab dan bahasa Inggris (Saleh,
Dalam Negeri. Adapun inti atau isi 1984:19).
pokok SKB Tiga Menteri itu pada Bab II Memasuki tahun 1990-an, ke-
Pasal 2 ialah: (1) Ijazah madrasah dapat bijakan pemerintah Orde Baru
mempunyai nilai yang sama dengan mengenai madrasah ditujukan secara
ijazah sekolah umum yang setingkat/ penuh untuk membangun satu sistem
sederajat; (2) Lulusan madrasah dapat pendidikan nasional yang utuh. Oleh

202
  Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah

karena itu disusunlah UU No. 2 Tahun umum yang lebih tinggi


1989 tentang Sistem Pendidikan Nasion- (Zuhairini,2000:198). SKB Dua Menteri
al yang menggantikan UU No.4 tahun ini berlandaskan pada TAP MPR No. II/
1950 jo No.12 tahun 1954. Dalam TAP/MPR/1983 tentang perlunya
konteks ini, penegasan secara sah ten- penyesuaian sistem pendidikan sejalan
tang madrasah diberikan melalui kepu- dengan daya kebutuhan pembangunan
tusan yang lebih operasional dan di- di segala bidang, antara lain dilakukan
masukkan dalam kelompok pendidikan melalui perbaikan kurikulum sebagai
sekolah umum, tanpa menghilangkan salah satu di antara berbagai upaya per-
karakter dan nuansa keagamaannya. baikan penyelenggaraan pendidikan di
Melalui upaya ini madrasah menjadi sekolah umum dan madrasah
lebih berkembang secara terpadu dalam (Zulfahmi, et.al,1999:15). Dalam SKB ini
konteks sistem pendidikan nasional. terjadi perubahan berupa perbaikan dan
Dalam hal mengomentari perkem- penyempurnaan kurikulum sekolah
bangan madrasah di Indonesia, umum dan madrasah. Perubahan terse-
Azyumardi Azra berpendapat bahwa but tertuang dalam Surat Keputusan
implikasi yang cukup mendasar bagi Menteri Agama No. 99 Tahun 1984 un-
keberadaan madrasah yang semula tuk tingkat Madrasah Ibtidiyah (MI),
dipandang sebagai lembaga pendidikan dan Surat Keputusan Menteri Agama
keagamaan, pasca terbitnya UU No. 2 No. 100 Tahun 1984 untuk tingkat Mad-
tahun 1989 dapat mengklaim dirinya rasah Tsanawiyah (MTs), dan Surat
sebagai sekolah umum plus. Keputusan Menteri Agama No.101 Ta-
Konsekwensinya madrasah mendapat- hun 1984 untuk tingkat Pendidikan
kan beban tambahan, karena di samping Guru Agama Negeri (PGAN) (Nizar,
harus memberikan muatan kurikulum 2007:365).
sekolah umum yang setingkat secara Ketiga SK Menteri Agama tersebut
penuh, ia juga harus memberikan merpakan upaya untuk memperbaiki
muatan kurikulum agama yang selama kurikulum madrasah agar lebih efektif
ini telah berlangsung sejak lama. Be- dan efisien dalam hal: (1) mengorgan-
ratnya beban yang ditanggung madras- isasikan program pengajaran (tingkat
ah masih ditambah lagi dengan ren- madrasah); (2) untuk membentuk
dahnya kualitas sumber daya tenaga manusia yang memiliki keimanan dan
pengajar (guru), dan fasilitas pembelaja- ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
ran (Azra, 1999:89; Jasin, 1987:125). Esa serta keharmonisan sesama manusia
Setelah terbitnya SKB Tiga Men- dan lingkungannya; (3) mengefektifkan
teri tahun 1975, usaha pengembangan proses belajar mengajar, dan (4) men-
madrasah dalam upaya meningkatkan goptimalkan waktu belajar (Nizar,
mutu lulusannya ditindak lanjuti 2007:365).
dengan menerbitkan SKB Dua Menteri Upaya pengaturan dan pemba-
yang baru tahun 1984, antara Menteri ruan kurikulum madrasah dikem-
Agama dan Menteri Pendidikan dan bangkan dengan menyusun kurikulum
Kebudayaan Nomor 299/U/1984 dan sesuai dengan konsensus yang ditetap-
Nomor 45 Tahun 1984 yang kan. Khusus untuk Madrasah Aliyah
menyangkut pengaturan pembakuan (MA) waktu belajar untuk setiap mata
kurikulum sekolah umum dan kuriku- pelajaran berlangsung 45 menit dan me-
lum madrasah yang isinya antara lain: makai sistem semester. Sementara itu,
adalah mengizinkan kepada lulusan jenis program pendidikan dalam ku-
madrasah untuk melanjutkan ke sekolah rikulum madrasah terdiri dari program

 203
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013 

inti dan program pilihan. Pengem- Menteri tahun 1975 dan SKB Dua Men-
bangan kedua program kurikulum ini teri tahun 1984, baik dari aspek pro-
dibagi menjadi dua bagian, yaitu: (A) gram, tujuan maupun bahan kajian dan
pendidikan agama, terdiri dari: al- mata pelajarannya. Ini berarti, sejak
Qur’an dan Hadis, Aqidah Akhlak, Fi- dikeluarkannya SKB Tiga Menteri dan
qih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Ba- dilanjutkan dengan SKB Dua Menteri,
hasa Arab, dan (B) pendidikan dasar secara formal madrasah sudah menjadi
umum yang terdiri dari: PMP, Pendidi- sekolah umum yang menjadikan agama
kan Sejarah dan Perjuangan Bangsa sebagai ciri khas kelembagaannya. Na-
(PSPB), Bahasa dan Sastra Indonesia, mun kebijakan pemerintah dalam SKB
Sejarah Nasional Indonesia, Penge- Dua Menteri tahun 1984, menimbulkan
tahuan Sosial, Sains, Olahrgaga dilemma baru bagi madrasah, bahwa di
Kesehatan, Matematika, Pendidikan satu sisi materi pengetahuan umum
Seni, Pendidikan Keterampilan, dan Ba- bagi madrasah secara kuantitas dan
hasa Inggris (berlaku untuk MTs dan kualitas mengalami peningkatan, tetapi
MA), Ekonomi (untuk MA), Geografi di sisi lain penguasaan peserta didik
(untuk MA), Biologi (untuk MA), Fisika terhadap ilmu pengetahuan agama
(untuk MA), dan Kimia (untuk MA) menjadi “serba tanggung”, sehingga
(Nizar, 2007:366). untuk mencetak ulama dari madrasah
Secara rinci pembakuan kuriku- merupakan hal yang meragukan. Oleh
lum sekolah umum dan madrasah dapat karena itu melalui Keputusan Menteri
diuraikan berikut. Agama No. 73 Tahun 1987 didirikanlah
Madrasah Aliyah Program Khusus
Kurikulum sekolah umum dan mad- (MAPK) yang bertujuan untuk pengem-
rasah dari program inti dan program bangan dan pendalaman ilmu-ilmu
pilihan; (2) Program inti dalam rang- keagamaan dengan tidak mengenyamp-
ka memenuhi tujuan pendidikan ingkan ilmu umum sebagai usaha
sekolah umum dan madrasah, dan pengembangan wawasan keilmuan
program inti sekolah umum dan mad-
(Asrohah, 1999:199).
rasah secara kualitatif sama; (3) Pro-
gram khusus (pilihan) diadakan
Menindaklanjuti Keputusan Men-
umtuk memberikan bekal kemampu- teri Agama No. 73 Tahun 1987, maka
an siswa yang akan melanjutkan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan
p e r g u r u a n t i n g g i ba g i S e k o l a h Pendidikan Agama Litbang Agama De-
Menengah Atas/Madrasah Aliyah; (4) partemen Agama bekerjasama dengan
Pengaturan pelaksanaan kurikulum Binbaga Islam melakukan studi ke-
sekolah umum dan madrasah layakan terhadap beberapa MAN yang
mengenai sistem kredit semester, dianggap memungkinkan baik dari segi
bimbingan karir, ketuntasan belajar, sarana prasarana maupun dari segi
dan sistem penilaian adalah sama; (5)
tenaga guru untuk menyelenggarakan
Hal-hal yang berhubungan dengan
tenaga guru dan sarana pendidikan
program khusus. Dari penelitian terse-
dalam rangka keberhasilan pelaksa- but ditunjuk 5 (lima) MAN sebagai
naan program inti dan program pili- penyelenggara program khusus. Kelima
han kurikulum madrasah (Sutejo, MAN itu adalah: MAN Darussalam
1996:17). (Ciamis Jawa Barat), MAN Ujung Pan-
dang, MAN 1 Yogyakarta, MAN Koto
Dari uraian di atas, tampak jelas Baru (Padang Panjang Sumatera Barat)
bahwa kurikulum 1984 pada yang penyelenggaraannya mengacu
hakekatnya mengacu pada SKB Tiga kepada Keputusan Dirjen Binbaga Islam

204
  Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah

No.47E/1987 tanggal 23 Juli 1987 (Ali SK atau PP yang menunjukkan secara


Hasan, et.al, 2003:124; Saleh, 2000:122). khusus perubahan itu, namun diyakini
Program kurikulum MAPK per- bahwa peubahan nama tersebut meru-
bandingannya adalah 70 persen agama pakan implikasi positif yang
dan 30 persen umum. Secara kurikuler menginginkan lahirnya lembaga pen-
dimaksudkan untuk pengembangan didikan kejuruan dengan penguasaan
program pembibitan calon-calon ulama, keterampilan yang lebih khusus, teruta-
sehingga penyelenggaraannya merupa- ma dalam bidang penguasaan ilmu aga-
kan intensifikasi pendidikan melalui ma Islam.
sistem asrama (program tutorial)
dengan titik berat pada penguasaan Ba-
hasa Arab dan Inggris. Sedangkan buku SIMPULAN
bahan ajar, pendekatan yang dipakai,
sistem penilaian, penetapan angka kred- Pada aspek kelembagaan, pen-
it, semuanya sama dengan MAN biasa, dididikan Islam telah mengalami peru-
hanya saja ditambah dengan bimbingan bahan dari bentuk pesantren salafiyah
belajar (tutorial) secara intensif untuk dengan sistem halaqah, wetonan, ban-
kitab kuning pada sore hari, sehingga dongan, dan sorogan sebagai lembaga
kegiatan belajar mengajar peserta didik pendidikan indigenous (asli) nusantara,
cukup padat. kepada bentuk madrasah yang mulai
Setelah berlangsung beberapa ta- mengadopsi sistem klasikal dan model
hun, program MAPK hasilnya cukup pendidikan sekolah ala Barat sampai
menggembirakan, sehingga pemerintah kepada sekolah Islam unggulan. Sebagai
terus mengupayakan pembinaan dan lembaga pendidikan Islam indigenous,
pengembanganya, baik secara fisik mau- manajemen pendidikan di pesantren
pun mental. Diberlakukannya kuriku- berada sepenuhnya pada kontrol dan
lum 1994 sebagai tindak lanjut dari UU kendali dari para kyai yang umumnya
Sisdiknas No.2 Tahun 1989, MAPK merupakan pemilik, guru dan sekaligus
kemudian diganti namanya menjadi pemimpin di pesantren. Sementara pen-
Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK). didikan Islam di madrasah yang mulai
Perubahan ini tampaknya, hanya peru- mengadopsi sistem pendidikan Barat
bahan nama saja, bukan perubahan sub- dengan model klasikal dan menerapkan
stansial dari aspek tujuan dan kuriku- kurikulum pengetahuan umum, di
lum nya, yaitu mempersiapkan tenaga samping kurikulum keislaman, telah
terampil yang menguasai pengetahuan mulai dikembangkan sejak awal abad ke
agama secara baik dan mendalam. -20. Setelah Indonesia merdeka dan se-
Selain itu, perubahan nama dari MAPK jalan dengan kebijakan pemerintah yang
menjadi MAK adalah implikasi dari PP mengakui pendidikan madrasah dan
No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan sekolah rakyat Islam, maka lembaga
Dasar Pasal 4 Ayat (3) bahwa Madrasah pendidikan madrasah mewarnai
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawi- perkembangan pendidikan Islam di In-
yah (MTs) yang diselenggarakan oleh donesia dan menggantikan posisi pe-
Departemen Agama adalah sekolah santren.
umum yang berciri khas agama Islam; Seluruh perubahan yang berlang-
dan SK Mendikbud No.489/U/1992 sung pada sistem pendidikan Islam
yang menyatakan bahwa Madrasah Ali- membawa berbagai implikasi terutama
yah (MA) adalah SMU yang berciri khas berkaitan dengan transmisi pemikiran
agama Islam. Meskipun tidak terdapat keislaman yang bertumpu pada otoritas

 205
Paramita Vol. 23, No. 2 - Juli 2013 

ilahiyah (tauhid) sebagai pengatur ke- Djamas, Nurhayati. 2009b. Dinamika Pendidi-
hidupan manusia. Implikasi dari peru- kan Islam di Indonesia Pasca Ke-
bahan tersebut antara lain menyangkut merdekaan. Jakarta: Grafindo.
Feisal, Yusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidi-
proses reproduksi ulama yang memiliki
kan Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
pemahaman dan penguasaan ilmu dan Halim, Abdul Rahman. 2008. Aktualisasi
pemikiran Islam yang mampu mem- Implementasi Kebijakan Pendidikan
berikan interpretasi kontekstual dalam pada Madrasah Swasta di Sulawesi
menjawab kebutuhan masyarakat. Selatan. Jurnal LENTERA Vol 1 No. 1
Akhirnya apapun pengaruh kebijakan Juni 2008.
negara terhadap pendidikan Islam, akan Hasbullah. 1995. Sejarah pendidikan Islam di
lahir berbagai bentuk respons masyara- Indonesia: Lintasan Sejarah, Pertum-
kat m us lim da lam memen uhi as - buhan dan Perkebangannya. Jakarta:
pirasinya. Raja Grafindo Persada.
Huda, Nur. 2007. Islam Nusantara. Sejarah
Sosial Intelektual Islam di Indonesia.
Yogyakarta: Arruz Media
DAFTAR PUSTAKA Khozin . 2001. Jejak-Jejak Islam di Indonesia.
Malang: Universitas Muhammadiyah
Abdullah, Taufik. 1991. “Pemikiran Islam Press.
Nusantara dalam Perspektif Sejarah Maksum. 1999. Madrasah Sejarah dan Perkem-
Sebuah Sketsa, dalam PRISMA III. bangannya. Jakarta: Logos Waca-
Ali Hasan, M. et.al. 2003. Kapita Selekta Pen- naIlmu.. -
didikan Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Nizar, Syamsul. 2007. Pendidikan Islam: Men-
Jaya. elusuri Sejarah Pendidikan Islam: Mene-
Amin, Syamsul Munir. 2010. Sejarah Perada- lusuri Sejarah Pendidikan Era
ban Islam. Jakarta: Amazah. Rasulullah sampai Indonesia. Jakarta:
Anwar, Ali. 1999. Pembaruan di Pesantren Kencana Prenada Media Group.
Lirboyo Kediri. Yogyakarta: LKiS. Pane, Sanusi. 1995. Sejarah Indonesia dalam
Asri, Zainal, et.al. 1999. Pengenalan Kuriku- Hasbullah: Sejarah Pendidikan Islam di
lum MTsN dan MAN. Padang: Baitul Indonesia: Lintasan Sejarah, Pertum-
Hikmah. buhan dan Perkembangannya. Jakarta:
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Raja Grafindo Persada dan LSIK.
Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Qomar, Mujammil. 1996. Pesantren dan
Azra, Azyumardi. 1999. Jaringan Ulama Ti- Transformasi Metodologi Menuju Demo-
mur Tengah di Kepulauan Nusantara kratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.
Abad Ke-18. Melacak Akar-Akar Pemba- Rahman Saleh, Abdul. 1984. Penyeleng-
ruan Islam di Indonesia. Bandung: Mi- garaan Madrasah dan Peraturan-
zan Peraturannya. Jakarta: Dharma Bhak-
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam: tiPersada.
Tradisi dan Modernisasi Menuju Mileni- Rahim, Husni. 2005. Madrasah dalam Politik
um Baru. Jakarta: Logos. Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Logos.
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam Ridwan, Kafrawi. 1978. Pembaruan Sistem
Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indo- Pondok Pesantren. Jakarta: Cemara.
nesia. Jakarta: Kencana. Saridjo, Marwan. 2010a. Pendidikan Islam dari
Djamas, Nurhayati. 1998a. “Prof. Dr. Za- Masa ke-Masa: Tinjauan Kebijakan Pub-
kiyah Darajat, Ulama Perempuan lik Terhadap Pendidikan Islam di In-
Pembina Perguruan” dalam donesa. Jakarta: Yayasan Ngali
Azyumardi Azra dan Saiful Umam Aksara & Pena Madani.
eds.; Tokoh dan Pemimpin Agama: Bio- Saridjo, Marwan 1982b. Sejarah Pondok Pe-
grafi Sosial Intelektual. Jakarta: Badan santren d Indonesia. Jakarta: Amazah.
Litbang Agama Departemen Agama Sutedjo, Mawardi. 1996. Kapita Selekta Pen-
dan Pusat Pengkajian Islam dan didikan Agama Islam. Jakarta: Dirjen
Masyarakat PPIM.

206
  Perkembangan Pesantren dan Madrasah ...—Anzar Abdullah

Binbaga Islam Departemen Agama RI diri: PPs STAIN Kediri.


dan UT. Van Bruinessen, Martin. 1994. NU: Tradisi,
Saleh, Abdul Rahman. 2000. Pendidikan Aga- Relasi-Relasi Kuasa: Pencarian Wacana
ma dan Keagamaan, Visi, Misi, dan Aksi. Baru. Yogyakarta: LKiS
Jakarta: Rajawali Pers. Yasin, Anwar. 2009. Pembaruan Kurikulum
Steenbrik, Karel A. 1995. Pesantren, Madras- Sekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.
ah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Ku- Yunus, Mahmud. 1985. Sejarah Pendidikan
rikulum Moderen. Jakarta: LP3ES. Islam di Indonesia. Jakarta: Hudaya
Sumardi, Muljanto. 1978. Sejarah Pendidikan Karya Agung.
Islam. Jakarta: Dharma Bhakti. Zarkasji, Mukhtar. 2009. Departemen Agama
Suminto, H. Aqib. 1985. Politik Islam Hindia dan Pendidikan Islam dalam Bicara Pen-
Belanda. Jakarta: LP3ES. didikan Islam. Jakarta: DPP GUPPI.
Wahyudi. 2011. Pesantren dan Madrasah da- Zuhairini 2000. Sejarah Pendidikan Islam. Ja-
lam Politik Pendidikan di Indonesia. Ke- karta: Bumi Aksara.

 207

Anda mungkin juga menyukai