Dosen Pengampu:
Dr. Wawan Wahyu, M.Pd.
Disusun oleh
Anne Melia
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
1.1 Identitas Peserta Didik.................................................................................................2
1.2 Perencanaan Observasi................................................................................................4
1.3 Pedoman Wawancara..................................................................................................4
BAB II HASIL ANALISA DATA..........................................................................................12
2.1 Analisis Etnik Peserta Didik......................................................................................12
2.2 Analisis Kultur Peserta Didik....................................................................................12
2.3 Analisis Status Sosial Peserta Didik..........................................................................13
2.4 Analisis Minat Peserta Didik.....................................................................................13
2.5 Analisis Kemampuan Awal Peserta Didik................................................................14
2.6 Analisis Gaya Belajar Peserta Didik.........................................................................15
2.7 Analisis Motivasi Peserta Didik................................................................................15
2.8 Analisis Perkembangan Kognitif Peserta Didik.......................................................16
2.9 Analisis Perkembangan Sosio-Emosional Peserta Didik..........................................17
2.10 Analisis Perkembangan Moral Peserta Didik............................................................19
2.11 Analisis Perkembangan Motorik Peserta Didik........................................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
LAMPIRAN.............................................................................................................................23
1
BAB I PENDAHULUAN
2
Gaya Belajar : Audio-visual
Gaya Pengasuhan : Demokratis
Suku : Sunda
Idola : Jerome Polin
Hobi :-
3
Gaya Belajar : Auditori
Gaya Pengasuhan : Otoriter
Suku : Sunda (Ibu), Afrika (Ayah)
Idola :-
Hobi : Menari
Kegitan observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik peserta
didik SMAS Laboratorium Percontohan UPI dengan memperhatikan teori perkembangan
kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan moral.
Wawancara dilakukan sebanyak dua kali. Wawancara pertama dilakukan pada hari
Kamis, 27 Oktober 2022 pukul 10:20 WIB secara daring melalui google meet. Wawancara
kedua dilakukan secara luring pada hari Kamis, 10 November 2022, berlokasi di depan kelas
X Bilingual 1 SMAS Laboratorium Percontohan UPI.
Wawancara dilakukan sebanyak dua kali berdasarkan rubrik di bawah ini, meliputi
etnik, kultur, status sosial, minat, kemampuan awal, perkembangan kognitif, gaya belajar,
motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, dan
perkembangan motorik.
4
Apa golongan darah Anda?
Apakah agama Anda?
Dimanakah alamat tempat tinggal
Anda?
Anak ke berapa Anda dan berapa
bersaudara?
Apa pekerjaan Ayah Anda?
Apa pekerjaan Ibu Anda?
Bagaimana kondisi ekonomi
keluarga Anda ?
2 Teori Perkembangan Apakah Anda mampu berpikir
Kognitif Piaget secara abstrak?
Apakah Anda seorang yang idealis?
Apakah Anda seorang yang mampu
berpikir logis?
3 Teori Perkembangan Bagaimana interaksi Anda dengan
sosio-emosional keluarga?
Bronfenbrenner Bagaimana interaksi Anda dengan
rekan sebaya (teman)?
Bagaimana interaksi Anda di
sekolah (missal dengan guru)?
Bagaimana interaksi Anda dg
lingkungan (missal dengan
tetangga)?
Bagaimana pola asuh yang orang tua
Anda terapkan di rumah?
Adakah pengalaman yang berkesan
bagi Anda saat bersama dengan
keluarga?
Adakah pengalaman yang berkesan
bagi Anda saat bersama dengan
teman?
Adakah pengalaman yang berkesan
bagi Anda saat di sekolah?
4 Perkembangan sosio- Apa motivasi Anda dalam belajar?
emosional Teori Apakah Anda mempunyai sosok
Erikson idola?
Siapakah idola Anda ?
Mengapa Anda mengidolakan orang
tersebut ?
Pernahkah Anda terpikir untuk
mencari tahu siapa kalian (jati diri)?
Pernahkah Anda terpikir mengenai
apa yg Anda mau atau inginkan?
Pernahkah Anda terpikir dimana
akan tinggal nanti?
5
Rubrik wawancara kedua
Responden :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
6
Apakah Anda menerapkan
budaya 3S (Senyum, sapa, salam)
di sekolah?
7
belajar mata pelajaran yang Anda
tidak sukai?
8
mempersiapkan cara/ strategi
untuk menggapai cita-cita nya ?
9
Apa yang Anda rasakan ketika
mendapatkan nilai jelek? Apa
yang Anda lakukan ?
Apakah orangtua/guru
menerapkan strategi hadiah dan
hukuman bagi Anda?
10
oleh guru Bimbingan Konseling?
untuk keperluan apa?
11
BAB II HASIL ANALISA DATA
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi bahwa peserta didik kelas X Bilingual 1 SMAS
Laboratorium Percontohan UPI yang kami wawancara berasal dari suku Sunda, Jawa,
Betawi, Batak, dan ada pula yang Ayahnya merupakan warga negara asing (Afrika). Peserta
didik tersebut ada yang pindahan dari luar kota, ada pula yang orang tuanya menikah dengan
orang Jawa, Betawi, dan juga warga negara asing. Akibat adanya perbedaan suku dan etnis
tersebut, memungkinkan terjadinya akulturasi dan asimilasi diantara budaya tersebut.
Mayoritas responden berasal dari suku sunda. Karakteristik orang sunda ialah sangat
berhati-hati dalam berbicara karena khawatir apabila ucapannya dapat melukai lawan
bicaranya (Fuadah 2013) dan memiliki pandangan bahwa keharmonisan, kerukunan,
kedamaian, dan ketentraman menjadi hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat
(Setiawan 2017). Menurut Novianti dan Tjalla (2008), anak yang lahir dari keluarga yang
berasal dari suku Sunda kurang mampu berkomunikasi secara asetif karena mereka cemas
ketika mengabaikan sisi kebudayaannya. Namun hal ini tidak nampak pada Hanifah, Kenzie,
dan Laiba yang justru menunjukkan kemampuan komunikasi yang baik selama wawancara.
Walaupun berasal dari suku yang berbeda, mereka menjunjung tinggi toleransi dan
tetap dapat berkomunikasi dengan baik menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
mengingat mereka berada di kelas dwibahasa. Mereka tidak mengalami kesulitan untuk
saling bertukar informasi selama kegiatan pembelajaran, sehingga meskipun antara peserta
didik berbeda etnis tetap dapat memperoleh pengalaman belajar yang sama dan akan
terbentuk suatu pemahaman konsep pembelajaran yang sama pula. Selain itu, perbedaan etnis
tidak mempengaruhi hasil belajar. Sudjana (2005) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah menerima
pengalaman belajar.
12
2.2 Analisis Kultur Peserta Didik
Budaya atau kultur (culture) yang ada di masyarakat sangatlah beragam, meliputi
kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Ada beberapa kegiatan
pembiasaan yang rutin dilaksanakan di SMAS Laboratorium Percontohan UPI diantaranya
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Labschool kemudian dilanjutkan dengan tadarus
beberapa ayat Al-Qur’an sebelum memulai pembelajaran. Selain itu, ada pula kegiatan shalat
dzuhur berjamaah untuk yang muslim yang dilaksanakan di lapangan olahraga. Kegiatan
berjamaah ini tidak hanya diikuti oleh siswa tapi juga dapat diikuti oleh guru maupun
mahasiswa yang sedang PPL disana.
Selama kegiatan keagamaan Islam, seperti tadarus Al-Quran dan shalat berjamaah
siswa yang non muslim tidak pernah mengganggu selama pelaksanaan kegiatan, mereka
sangat menghormati dan menghargai pelaksanaan kegiatan tersebut. Begitu pun sebaliknya
dengan siswa yang beragama Islam tidak saling mengganggu temannya yang berbeda agama.
Toleransi beragama sangat dijunjung tinggi di sekolah ini.
Berdasarkan informasi pada tabel di atas, terdapat peserta didik yang orang tuanya
wiraswasta, pegawai swasta, PNS, dosen, dokter anak, guru, notaris, dan ibu rumah tangga.
Pekerjaan orang tua responden didominasi oleh wiraswasta. Hal ini mengindikasikan bahwa
seluruh reponden tergolong ke dalam ekonomi kalangan menengah ke atas, terlihat dari
pekerjaan orang tua dan kebiasaan mereka yang berangkat ke sekolah menggunakan
kendaraan pribadi. Begitu pula dengan tempat tinggal mereka yang mayoritas tinggal di
kawasan kompleks perumahan.
Minat dapat diartikan sebagai rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Hurlock
(1990) menyatakan bahwa minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong
seseorang untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya. Minat memiliki dua aspek yaitu aspek
13
kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan
seseorang mengenai bidang yang berkaitan sengan minat. Konsep tersebut didasarkan atas
pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan. Aspek afektif ialah konsep yang
membangun konsep kognitif yang dinyatakan dalam bentuk sikap terhadap kegiatan atau
objek yang menimbulkan minat.
Berikut ialah data minat peserta didik kelas X bilingual 1 SMAS Laboratorium
Percontohan UPI (Tabel 3).
Tabel 3 Data minat peserta didik SMAS Laboratorium Percontohan UPI
No Nama Peserta Didik Minat
1 Hanifah Alsyadia Bahasa dan panahan
2 Rusydanul Hanif Budaya Jepang
Habiburrahim
3 Kenzie Faza Ramadhan Matematika
4 Muhammad Thoriq R IT
5 Mochamad Akhmal Ichsan Fotografi dan ilustrator
6 Nadine Alya Kahla Seni peran dan seni tari
7 Laiba Alesha Bernian Hukum
Informasi yang ditampilkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa minat dari ketujuh
reponden berbeda-beda. Ada yang minat dalam ilmu pengetahuan (matematika), teknologi
(IT), hukum, bahasa, olahraga, seni (seni peran dan tari), fotografi dan ilustrator, dan budaya
(Jepang).
Peserta didik yang gemar dengan mata pelajaran matematika seperti Kenzie, akan
merasa bersemangat dan terus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan matematika, tanpa
adanya perasaan terpaksa dalam belajar. Minat Laiba dalam bidang hukum dipengaruhi oleh
keluarganya dimana orang tuanya berprofesi sebagai seorang notaris. Minat Hanifah dalam
bidang Bahasa ditunjukkan dengan kesukaannya pada mata pelajaran English plus di sekolah.
Minat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu minat pribadi (personal interest) dan minat
situasional. Minat pribadi ditujukan pada suatu kegiatan atau topik yang spesifik, seperti
minat pada olahraga, ilmu pengetahuan, music, tarian, computer, dan lain-lain. Sedangkan
minat situasional ditumbuhkan oleh kondisi atau faktor lingkungan, misalnya peran
pendidikan formal, informasi yang diperoleh melalui buku, internet atau televisi. Semua
minat peserta didik yang kami wawancara termasuk ke dalam minat pribadi.
14
guru mengajarkan materi yang dipahami siswa maka pembelajaran menjadi tidak efisien dan
kurang memiliki daya tarik. Siswa akan merasa bosan atau jenih yang membuat suasana
belajar menjadi tidak menyenangkan. Sebaliknya, jika guru mengajarkan materi di luar atau
di atas kemampuan siswa atau siswa belum menguasai pengetahuan prasyaratnya maka siswa
akan mengalami kebingungan, stress, dan sulit memahami materi pelajaran (Degeng 1991).
Berdasarkan informasi di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
gaya belajar audio-visual.
Nadine memiliki gaya belajar auditif, dimana ia cenderung belajar dengan cepat dalam
memahami pesan atau informasi yang disampaikan memalui unsur suara (audio). Individu
yang memiliki gaya belajar ini dapat memahami materi pelajaran melalui metode ceramah,
musik, dan dongeng.
Laiba merupakan satu-satunya responden yang memiliki gaya belajar visual dimana ia
memiliki kecepatan untuk memahami pesan dan informasi yang disampaikan lewat media
gambar atau visual.Individu yang memiliki gaya belajar ini akan efektif melakukan proses
pembelajaran melalui kegiatan membaca, menggambar, dan fotografi. Bentuk tugas yang
sesuai untuk siswa yang memiliki gaya belajara visual adalah pengamatan atau observasi.
Hasil analisis motivasi peserta didik SMAS Laboratorium Percontohan UPI dapat
dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Analisis motivasi peserta didik SMAS Laboratorium Percontohan UPI
No Nama Peserta Didik Motivasi
15
1 Hanifah Alsyadia Intrinsik
2 Rusydanul Hanif Habiburrahim Ekstrinsik
3 Kenzie Faza Ramadhan Intrinsik
4 Muhammad Thoriq R Intrinsik
5 Mochamad Akhmal Ichsan Ekstrinsik
6 Nadine Alya Kahla Intrinsik
7 Laiba Alesha Bernian Ekstrinsik
Informasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa motivasi peserta didik yang kami
wawancara ada yang memiliki motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang didorong oleh faktor pekerjaan yang disukai atau diminati oleh
seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didorong bukan oleh faktor
tugas atau pekerjaan melainkan oleh faktor eksternal dalam bentuk imbalan atau reward.
Imbalan yang diperoleh setelah seseorang melakukan suatu tugas atau pekerjaan akan
mendorong seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan informasi pada tabel di atas, Hanifah, Mochamad Akmal, Nadine, dan Laiba
tergolong pada usia remaja madya, sedangkan Rusydanull, Kenzie, dan Muhammad Thoriq
termasuk usia remaja akhir.
Masa remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang
menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini terjadi perubahan
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengakibatkan perubahan
fisik, kognitif, dan psikososial. Perubahan psikologis yang terjadi pada masa ini meliputi
intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial (Santrock 2011 dan Papalia 2014).
16
4 Muhammad Thoriq R v v v v
5 Mochamad Akhmal Ichsan v v v v
6 Nadine Alya Kahla v v v
7 Laiba Alesha Bernian v v v v
Hasil analisis perkembangan kognitif pada peserta didik yang kami wawancara sebagaian
besar menunjukkan kemampuan untuk berpikir idealis, logis, memiliki kemampuan Bahasa
yang baik. Namun belum sepenuhnya mampu untuk berpikir secara abstrak masih berpikir
mengenai hal yang bersifat konkret atau nyata.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, remaja tidak lagi dibatasi dengan
kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode berpikir konkret; mereka juga
memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka berpikir lebih
jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat
membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kulliah
dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan,
seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan
dari sekolah (Wong 2009).
Perkembangan kognitif anak dapat dipengaruhi oleh interaksi sosial, dimana anak
belajar melalui dua tahapan. Pertama, interaksi sosial dengan orang lain, baik keluarga, teman
sebaya, maupun gurunya. Kedua, secara individual ia mengintegrasikan apa yang dipelajari
dari orang lain dalam struktur mentalnya (Suyanto 2005).
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa rata-rata resoponden tidak memiliki interaksi yang
baik dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena padatnya aktivitas mereka di
sekolah dari pagi hingga sore, kemudian ada pula yang dilanjutkan dengan les. Selain itu,
lokasi tempat tinggal mereka pun mempengaruhi, dimana sebagian besar tinggal di kompleks
perumahan yang cenderung masyarakatnya individualis. Kalau pun mereka memiliki waktu
17
luang di akhir pekan, kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk beristirahat atau
berkumpul dengan keluarga.
Kasus yang cukup menarik diantara semua responden adalah kisah hidup Nadine
dimana ia merupakan anak piatu dan kehilangan sosok Ayahnya dari mulai ia kecil. Dari
kecil hingga akhir masa SMP Nadine dibesarkan oleh ibunya di Jakarta sedangkan ayahnya
berada di Afrika dan sudah tidak memperdulikan mereka lagi. Setelah ibunya wafat, kini
Nadine tinggal bersama Tantenya di Bandung. Kini Nadine tumbuh menjadi anak yang ceria,
namun terkadang terlihat juga sisi kesepian karena ditinggalkan oleh ibunya di usia belia. Di
samping itu, didikan Tantenya sangat keras, sehingga Nadine di sekolah seolah terlihat
seperti sosok yang manja dan butuh perhatian yang tidak dia dapatkan di rumah. Bahkan
karena ia mengetahui apa yang dialami ibunya, Nadine pun sempat terpikirkan untuk tidak
menikah karena takut mengalami hal yang serupa dengan ibunya. Hal tersebut menumbuhkan
trauma dalam diri Nadine.
Interaksi di sekolah terbagi menjadi dua, yakni interaksi di dalam kelas dan di luar
kelas. Interaksi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam kelas dalam berlangsung dalam
beberapa bentuk diantaranya diskusi kelompok, persaingan dalam prestasi, dan pertikaian.
Interaksi di luar kelas dapat terlihat ketika mereka berada di kantin, perpustakaan, dan saat
mereka sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Di kantin, mereka dapat melakukan
interaksi dan berdiskusi seputar masalah pelajaran yang baru saja dipelajari di kelas. Selain
itu, mereka juga bisa saling menanyakan kegiatan apa saja yang mereka lakukan saat di
rumah, seperti bercerita tentang film, olahraga maupun hal lainnya. Interaksi di luar kelas
sangat jauh berbeda dengan yang berlangsung di dalam kelas. Walaupun mereka memiliki
perbedaan yang sangat beragam, mereka tetap terlihat kompak dalam berinteraksi antar satu
sama lainnya dengan penuh canda tawa, serta saling berbagi makanan.
Masa remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang
menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini terjadi perubahan
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengakibatkan perubahan
fisik, kognitif, dan psikososial. Perubahan psikologis yang terjadi pada masa ini meliputi
intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial (Santrock 2011 dan Papalia 2014).
Masa remaja juga periode unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan
perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap lain dalam rentang kehidupan, karena pada
masa ini umumnya anak mencari jati dirinya. Pada masa ini umumnya mereka sulit untuk
diarahkan, telihat susah diatur tetapi mereka menginginkan perhatian. Peran keluarga menjadi
sangat penting dalam perkembangan anak pada masa ini. Orang tua harus mampu
memberikan sedikit tekanan agar mereka dapat bertindak dengan tegas. Ditinjau dari segi
usia, para responden menurut teori rentang hidup Erikson berada pada tahap Identity vs Role
confusion, hasil analisisnya disajikan pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Analisis perkembangan sosio-emosional peserta didik SMAS Labschool UPI
berdasarkan teori Erikson
No Nama Peserta Didik Tahap
1 Hanifah Alsyadia Role confusion
2 Rusydanul Hanif Habiburrahim Role confusion
3 Kenzie Faza Ramadhan Identity
4 Muhammad Thoriq R Identity
5 Mochamad Akhmal Ichsan Role confusion
6 Nadine Alya Kahla Identity
7 Laiba Alesha Bernian Identity
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa Hanifah, Rusydanul, dan Akhmal
berada pada tahap role confusion, sedangkan Kenzie, Thoriq, Nadine, Laiba berada pada
18
tahap Identity. Perbedaan antara identity dan role confusion ditandai dengan kemampuan
untuk menemukan jati diri, menentukan apa yang mereka inginkan, serta mampu memikirkan
dimana mereka akan tinggal nantinya yakni pada fase identity, sedangkan role confusion
ditunjukkan dengan kebingungan dalam menemukan jati dirinya. Kemampuan sosio-
emosional Nadine dalam menemukan jati dirinya dipengaruhi oleh faktor latar belakang
kehidupannya, dimana ia sudah merencakan suatu kehidupan yang lebih baik dengan ibunya
di luar negeri saat dewasa nanti.
Role confusion ini dipengaruhi oleh dominasi keluarga. Untuk memperoleh kematangan
secara penuh, remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan
menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun dalam
prosesnya penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin
dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka juga takut Ketika mencoba
untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
Kemampuan mengelola emosi, remaja lebih mampu mengendalikan emosi pada masa
remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan
walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai
menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir. Selain itu, remaja akhir
dapat mengendalikan emosinya hingga waktu yang tepat untuk mengekspresikan dirinya
sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Sementara remaja awal cenderung bereaksi cepat
dan emosional.
Kemampuan untuk mengendalikan (regulasi) emosi pada diri seseorang menurut Coon
(2005) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni usia, jenis kelamin, religiusitas, kepribadian,
pola asuh, dan budaya. Semakin tinggi usia seseorang maka akan semakin baik kemampuan
regulasi emosinya. Perempuan lebih mengekspresikan emosi untuk menjaga hubungan
interpersonal serta membuat mereka tampak lemah dan tidak berdaya, sedangkan laki-laki
lebih mengekspresikan marah dan bangga untuk mempertahankan dan menunjukkan
dominasi.
Seseorang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi akan berusaha untuk menampilkan
emosi yang tidak berlebihan dibandingkan dengan yang tingkat religiusitasnya rendah. Orang
yang memiliki kepribadian neuroticism yang ditandai dengan ciri sensitif, moody, mudah
gelisah, sering cemas, panik, harga diri rendah dan ciri lainnya menunjukkan tingkat regulasi
emosi yang rendah. Pola asuh yang tepat dapat membentuk kemampuan anak untuk
meregulasi emosinya. Norma atau kepercayaan yang terdapat dalam kelompok masyarakat
tertentu dapat mempengaruhi cara individu dalam menerima, menilai suatu pengalaman
emosi, dan menampilkan suatu respon emosi.
19
Kohlberg membagi perkembangan moral peserta didik dalam tiga tahapan, yaitu
prekonvensional (6-10 tahun), konvensional (10-17 tahun), paska konvensional (17-28
tahun). Berdasarkan klasifikasi usia tersebut, responden kami tergolong pada tahap
konvensional. Tahap ini meliputi aspek good boy orientation, orientasi perbuatan yang baik
adalah hal yang menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang lain. Aspek authority
and social order maintenance orientation; orientasi anak pada aturan dan hukum. Peserta
didik memiliki perasaan rasa bersalah bila berbeda dengan orang lain. Perkembangan moral
yang baik dari reponden kami ditunjukkan dengan kebisaan mereka menerapkan 3S (senyum,
sapa, salam) di sekolah baik kepada teman, guru, maupun warga sekolah lainnya. Selain itu
mereka juga tidak pernah melakukan kegiatan yang melanggar aturan yang telah diteteapkan
oleh sekolah.
20
3.1 Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23
Dokumentasi para responden; M. Thoriq, Akhmal, Rusydanul, Kenzie, Hanidah, dan Laiba
(tampak kiri ke kanan)
24
INSTRUMEN DAN RUBRIK WAWANCARA PROFILING KARAKTER SISWA
SMAS LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI
i
?
Adakah pengalaman -
yang berkesan bagi
Anda saat bersama
dengan keluarga?
Adakah pengalaman -
yang berkesan bagi
Anda saat bersama
dengan teman?
4 Perkembangan sosio- Apa motivasi Anda Motivasi awal saya berasal dari
emosional Teori dalam belajar? Ibu saya, karena saat kecil sudah
ii
Erikson dikenalkan dengan ensiklopedia
sehingga menumbuhkan rasa ingin
tahu saya
Apakah Anda Ya
mempunyai sosok
idola?
iii
yang tidak anda sukai atau setujui?
iv
Apakah Anda datang ke sekolah dan Saya terbiasa dari
masuk ke kelas tepat waktu? kecil berangkat
pagi sehingga tiba
di sekolah lebih
awal dan jarang
sekali terlambat
v
Kegiatan apa yang Anda ikuti untuk Mengikuti les
meningkatkan kemampuan belajar
Anda diluar sekolah? (contoh: les
privat)
vi
6 Perkembangan Jika peserta didik tidak mengerti Bertanya pada guru
Kognitif pada materi yang dijelaskan guru,
Pada umumnya peserta apa yang dilakukannya ?
didik usia 15-17 tahun
mampu : berfikir
abstrak; melakukan self- Apakah kamu bisa membayangkan ya
reflection; bagaimana antara atom berikatan ?
membayangkan peran
orang dewasa;
menyadari dan Apakah peserta didik seorang yang Terkadang sesuai
memperhatikan idealis? situasi
kepentingan masyarakat
Apakah peserta didik belum
mempersiapkan cara/ strategi untuk
menggapai cita-cita nya ?
vii
Gaya Belajar Kinestetik Tidak
Apakah anda sering berbicara dengan
rekan disertai dengan gerakan tubuh?
viii
saya pun tidak
mengharapkan
hadiah. Apabila
melakukan
kesalahan maka
orang tua cukup
memberi nasehat
ix
Apakah perilaku mencontek adalah Tidak, saya tidak
hal biasa untuk Anda? pernah mencontek
saat ulangan namun
apabila mencontek
saat mengerjakan
tugas pernah.