Anda di halaman 1dari 9

ARTHUR COMBS: BIOGRAFI, TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA

Oleh: Pilipus Kopeuw – Yemdin Womte – Mariana Lausan


Minahasa, Rabu, 2 Juni 2021

A. Biografi Arthur Combs

Pribadi. Arthur Wright Combs, lahir pada tanggal 3 Juni 1912 di


Newark, New Jersey dan meninggal 21 Maret 1999. Ayahnya bernama
Arthur Wright (dokter hewan), Ibunya bernama Charlotte (Vyce) Combs.
menikah dengan Mildred Janet Mitchell (seorang guru), 23 September 1934
(bercerai); menikah dengan Susan Jane Kannel (seorang guru), 28
Desember 1978 (beberapa sumber menyebutkan 27 Desember 1976); anak-
anak: (pernikahan pertama) Carol Andrea Hole, Peter Arthur; (pernikahan
kedua) Lynn Ann, Erin Elizabeth. Pendidikan: Universitas Cornell, 1930-
33; Universitas Negeri Ohio, B.S. dalam Ed., 1935, M.A., 1941, Ph.D.,
1945 (https://www.encyclopedia.com/arts/educational-magazines/combs-
arthur-wright-1912-1999).
Masa kecil dan perkembangan studinya. Arthur Combs kecil tumbuh tanpa televisi atau komputer.
Dia memiliki seorang adik laki-laki dan seorang adik perempuan. Orang tuanya meninggal ketika dia masih
kecil, dan dia tinggal bersama neneknya. Kakek dari pihak ibu adalah seorang pengusaha yang sukses
meskipun pendidikannya terbatas. Setelah lulus dari sekolah menengah pada tahun 1930, Combs kuliah di
Cornell University dengan jurusan pertanian ilmiah. Selama lulus kuliah di Ohio State University, Combs
bekerja dengan Carl Rogers, yang menjadi mentor dan teman terkemuka. Dia menyelesaikan gelar doktor
pada tahun 1945 (Dadang, 2011). Mereka juga berbagi hubungan konseling yang menjadi pengalaman yang
kuat bagi Combs.
Pada pertengahan 1940-an, Combs bertemu Donald Snygg, seorang profesor Universitas Negeri
New York yang mengajar kelas di Universitas Syracuse. Arthur Combs merupakan salah satu tokoh aliran
humanistik yang menyumbangkan pemikirannya berkaitan tentang dunia pendidikan. Arthur Combs
bersama dengan Donald Snygg (1904-mengemukakan konsep meaning (makna atau arti) dalam proses
belajar (Azhar Sulistiyono, 2018, Miki, 2017).
Karier. Arthur Combs memulai karir profesionalnya di sekolah umum, sebagai guru sains dan
biologi sekolah menengah, serta sebagai psikolog di Alliance Ohio, 1935—1941. Ia bergelar MA dalam
Konseling, sekolah di The Ohio State University (1941) dan pada saat itu Carl Rogers tercatat sebagai
mentor atau guru. Untuk meningkatkan keahliannya dalam membantu siswa, ia mencari gelar doktor di
Klinik Psikologi di negara bagian Ohio dan menghabiskan sepuluh tahun berikutnya untuk mengoperasikan
klinik dan pelatihan siswa dan konseling psikologis di Syracuse University dan psychotherapy; Asisten
pengajar di Universitas Negeri Ohio, 1941—1943. Asisten, profesor, kepala layanan konseling pribadi,
direktur pelatihan klinis Universitas Syracuse, 1943—1953, direktur psikologi klinis, 1946-1953;
Pada tahun 1949 ia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi di New York dan pada tahun yang
sama ia turut menulis (dengan Donald L. Snygg) perilaku individu: kerangka kerja baru untuk psikologi.
Buku ini menyajikan suatu kerangka komprehensif dan sistematis untuk membuat rasa terbaik dari
pengalaman manusia, perilaku dan hubungan antara keduanya; Menjadi profesor pendidikan di University
of Florida, Gainesville, 1953-1976; menjadi direktur program dasar baru, 1967-1970, Ketua Departemen

1
Yayasan Pendidikan, 1968-1970, direktur Pusat Pendidikan Humanistik, 1970-1972 di University of
Northern Colorado, Greeley; menjadi profesor dan konsultan terkemuka di bidang pendidikan dan
psikologi, mulai tahun 1976; Penguji Psikologi Profesional di Dewan Diplomat Amerika; psikolog
berlisensi di Colorado, mulai 1979; mitra, Asosiasi Komunitas Konseling, Greeley, 1978-1981. Ketua
Dewan Bersama Psikolog Negara Bagian New York, 1952; Konsultan untuk Administrasi Veteran, 1946-
1951, dan sejumlah sekolah.
Prestasi. Arthur Wright Combs telah terdaftar sebagai pendidik psikologi terkemuka oleh Marquis
Who's Who.
Kata kunci: Meaning, Persepsi dan Potensi Diri

Karya-karya Arthur Combs antara lain:


1. Being and becoming: a field approach to psychology by Arthur W Combs
2. Individual behavior; a perceptual approach to behavior by Arthur W Combs
3. Perceptual psychology : a humanistic approach to the study of persons by Arthur W Combs
(http://worldcat.org/identities/lccn-n50031926/)
4. The professional education of teachers : a perceptual view of teacher preparation Jan 1, 1965
5. The Schools We Need: New Assumptions for Educational Reform Aug 1, 1991
6. A Theory of Therapy: Guidelines for Counseling Practice Jun 1, 1989 by Arthur W. Combs
7. Myths in Education: Beliefs That Hinder Progress and Their Alternatives Oct 1, 1979 by Arthur
W. Combs
8. In Search of Fulfillment: The Quest of Psychologist/Educator Arthur W. Combs: An
Autobiography Jan 1, 2006 by Arthur W. Combs
9. Helping relationships: Basic concepts for the helping professions Jan 1, 1978 by Arthur W.
Combs, Donald L. Avila, William W. Purkey-Paperback
10. A Personal Approach to Teaching: Beliefs That Make a Difference Dec 1, 1981 by Arthur W.
Combs-Hardcover
11. On Becoming a School Leader: A Person-Centered Challenge Feb 15, 1999 by Arthur W. Combs,
Ann B. Miser, Kathryn S. Whitaker-Paperback (https://www.amazon.com/Arthur-W.-
Combs/e/B001HOGL42%3Fref=dbs_a_mng_rwt_scns_share)
12. Perceiving, Behaving, Becoming: A New Focus for Education (Additional Contributing Author Is
A. H. Maslow)
13. Myths and symbols in indian art and civilization (mitos dan simbol-simbol dalam seni dan
peradaban indian)

B. Inti Teori Belajar Arthur Combs

1. Meaning

Arthur Combs mengemukakan konsep meaning (makna atau arti) dalam proses belajar. Menurut
konsep ini, belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Maksudnya guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan individu (peserta didik).
Jika siswa tidak menguasai matematika atau sejarah, itu bukan karena siswa itu bodoh, tetapi karena dia
tidak mau dan terpaksa, serta merasa bahwa sebenarnya tidak ada alasan penting baginya untuk
mempelajari pelajaran tersebut. Dengan kata lain siswa merasa bahwa materi pelajaran itu tidak punya

2
makna (meaning) bagi dirinya. Karenanya Combs berpendapat bahwa suatu hal yang sangat penting
bagi seorang guru adalah bagaimana caranya menjadikan bahan pelajaran yang diajarkannya memiliki
arti dan makna bagi pribadi siswa dan siswa dapat menghubungkannya dengan kehidupan.

2. Persepsi

2.1. Memahami perilaku = memahami persepsi


Menurut Combs, agar guru bisa memahami perilaku siswa, maka guru harus mengerti
persepsinya (pandangan dunianya). Bahkan dalam pandangan humanistik, persepsi terkait dengan
perilaku-perilaku batiniah (tingkah laku inner) lainnya seperti perasaan, kepercayaan, dan keyakinan,
yang menjadi pembeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.
Jika para ahli humanistik memahami belajar sebagai proses perolehan informasi baru dan
personalisasi informasi tersebut pada individu, maka dalam proses personalisasi inilah persepsi itu
sangat berperan. Combs melukiskan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran yang
memiliki satu titik pusat: lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran besar
adalah persepsi dunia. Makin jauh persitiwa-peristiwa dari persepsi diri, maka makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya (artinya sulit untuk terjadi proses personalisasi). Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin sulit dipahami dan semakin mudah dilupakan. Jadi
jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan karena sedikit sekali
kaitannya dengan dirinya.

2.2. Mengubah perilaku = mengubah persepsi

Menurut Combs, jika kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus mengubah persepsi,
keyakinan atau pandangan orang itu. Cara untuk mengubah persepsi siswa sangat terkait erat dengan
kemampuan guru menjelaskan pentingnya sesuatu, membuatnya memiliki makna bagi siswa, serta
membuatnya terhubung dengan kehidupan siswa. Kemampuan tersebut juga berhubungan erat
dengan kemampuan memotivasi, atau mendorong siswa untuk melakukan sesuatu secara intrinsik
(dengan kesadaran dari dalam diri sendiri). Kesediaan siswa untuk melakukan sesuatu (belajar)
dengan penuh kesadaran dari dalam dirinya akan menyebabkan orientasi belajarnya tidak hanya
sekadar mendapatkan skor (nilai) melainkan pada manfaat dari ilmu pengetahuan yang diperolehnya.

3. Potensi Diri

Combs mengatakan bahwa manusia memiliki potensi (potensi diri) yang sangat penting
untuk dikembangkan. Namun ada lima faktor yang dapat menjadi penghambat dalam
pengembangan potensi manusia, yaitu:
a. Keterbatasan fisiologi: yang terutama adalah kesehatan yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan dan pertumbuhan fisik serta perkembangan emosional individu.
b. Terbatasnya kesempatan: potensi yang dimiliki individu/peserta didik akan berkembang
dengan baik bila diberi stimulus dari lingkungannya dan mereka menggunakannya sesuai
tahap perkembangannya.

3
c. Keterbatasan kebutuhan manusia: Combs mengatakan bahwa manusia memiliki
kebutuhan dalam hidupnya. Pemenuhan kebutuhan akan melahirkan kepuasan dalam diri
individu sehingga ia dapat mengaktualisasikan dirinya (sangat dekat dengan Maslow).
d. Konsep diri: menurut Combs konsep diri adalah pandangan diri tentang diri sendiri. Konsep
diri memiliki tiga dimensi, yaitu: 1) pengetahuan tentang diri sendiri, seperti usia, jenis
kelamin, bakat, minat dan kemampuan; 2) harapan diri, yaitu diri ideal; 3) penilaian tentang
diri, yaitu pengukuran terhadap diri sendiri yang disebut harga diri. Peserta didik yang
memiliki konsep diri positif akan menerima dirinya seperti apa adanya, mempunyai
harapan yang realistis dan mampu mengevaluasi dirinya secara positif. Sedangkan peserta
didik yang mempunyai konsep diri negatif akan menumbuhkan pandangan negatif pula
terhadap dirinya. Anak kurang realistis, tidak stabil, tidak teratur, serta tidak memiliki
keutuhan diri. Dia kurang mengetahui siapa dirinya sebenarnya (kekuatan dan
kelemahannya) dan kaku dalam memandang suatu masalah.
e. Tantangan dan ancaman: Peserta didik akan merasakan hadirnya suatu tantangan bila
dihadapkan pada suatu masalah yang menarik dan memiliki kesempatan untuk meraih
kesuksesan. Ancaman akan timbul bila dia merasa tidak mampu menangani suatu masalah
yang dihadapkan padanya.

4. Tujuan pendidikan humanistik menurut ArthurCombs

a. Menerima kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa serta menciptakan pengalaman dan


program untuk perkembangan keunikan potensi siswa.
b. Memudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu.
c. Memperkuat perolehan keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi, komunikasi,
dan ekonomi).
d. Memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapannya.
e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi dalam proses pendidikan.
f. Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti, mendukung,
menyenangkan, serta bebas dari ancaman
g. Mengembangkan siswa masalah ketulusan, respek, menghargai orang lain, dan terampil
dalam menyelesaikan konflik (P. Pannen, 1999:78).

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Arthur Combs

5.1. Kelebihannya adalah:


a. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
b. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku (http://www.perpustakaan-
online.blogspot.com)

4
d. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena
sosial.
e. Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
f. Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa.
g. Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
h. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
i. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah.
j. Terjadinya perubahan pola pikir.
k. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
l. Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan
sebaik-baiknya.

5.2. Kekurangannya adalah:


a. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar
(http://www.perpustakaan-online.blogspot.com). Siswa yang tidak mau memahami potensi
dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar
b. Terlalu memberi kebebasan pada siswa (http://alkohol7.wordpress.com).
c. Bersifat individual.
d. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
e. Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
f. Siswa kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
g. Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
h. Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi
berkurang.
i. Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri.

6. Penerapan Teori Belajar Arthur Combs

6.1. Langkah-langkah Pembelajaran

Penerapan teori belajar humanistik secara ekplisit belum ada pedoman baku, namun paling tidak
langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan sebagai acuan oleh para guru. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Guru menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. Guru menentukan materi pelajaran
c. Guru mengedintifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa
d. Guru mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan
diri atau mengalami dalam belajar
e. Guru merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
f. Guru membimbing siswa belajar secara aktif
g. Guru membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya

5
h. Guru membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
i. Guru membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
j. Guru mengevaluasi proses dan hasil belajar

6.2. Peran Guru dalam Penerapan Teori Arthur Combs

6.2.1. Guru sebagai fasilitator


Arthur Combs Combs memberi perhatian peran guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah
berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas si fasilitator. Ini merupakan ikhtisar
yang sangat singkat dari beberapa guidenes (petunjuk) sebagai berikut:
a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau
pengalaman kelas
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas
dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan
yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi.
d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan
mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
oleh kelompok.
f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang
bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan
tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh
saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang
dalam dan kuat selama belajar.
j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri
(http://smk3ae.wordpress.com/2009/03/29/teori-belajar-humanistik/).

6.2.2. Guru dapat memberikan respons positif kepada siswa

Guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan memberikan sikap positif terhadap siswa
agar bisa membuatnya merasa nyaman, sehingga siswa tidak merasa tertekan dan bisa maksimal dalam
proses pembelajaran. Hal itu dilakukan dengan memberikan respon positif sebagai penguat terhadap
siswa baik secara verbal maupun nonverbal seperti: tersenyum dan memberikan pujian, mencoba
memahami siswa dan tidak membeda-bedakan karakter, serta kemampuan setiap siswa.

6
6.2.3. Guru dapat memberikan cerita inspiratif kepada siswa

Cerita inspiratif membawa perubahan terhadap siswa. Guru dapat memberikan cerita
inspiratif baik dari tokoh terkenal, seperti Yesus, Yusuf, Daud, Barack Obama, Sukarno, Habibie, dan
lain-lain, hingga cerita pribadi yang bisa menginspirasi siswa. Hal tersebut dilakukan untuk
menumbuhkan motivasi intrinsik siswa agar melakukan perubahan dengan menikmati prosesnya.

6.3. Peran Siswa dalam Penerapan Teori Arthur Combs

Dalam teori Combs peranan siswa lebih dominan, karena guru terfokus pada fasilitator yang
coba memberikan arahan kepada siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri secara
mandiri; aktif dan tidak sekedar menerima informasi dari guru; siswa bebas berekspresi dalam belajar;
siswa memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri; dan mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah:
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan
positif.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan
apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
f. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara
normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau
proses belajarnya.
g. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

6.4. Contoh Pembelajaran dengan Strategi “Talking Stick”

Talking stick adalah salah satu strategi pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat;
kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
siswa mempelajari materi pokoknya; selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai
semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Tujuan pembelajaran
dengan strategi Talking Stick ini adalah untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan, agar semua siswa dapat aktif terlibat di dalam proses pembelajaran tersebut.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 orang (dengan mempertimbangkan
heterogenitas, keakraban, persahabatan, minat).
b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

7
c. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada semua kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu
guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
g. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa
menjawab pertanyaan.
h. Guru memberikan kesimpulan.
i. Guru melakukan evaluasi atau penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
j. Guru menutup pembelajaran.

C. KESIMPULAN

Inti teori belajar Arthur Combs adalah; (1) meaning artinya belajar terjadi apabila mempunyai arti
bagi siswa; Guru tidak bisa memaksa materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa;
(2) memahami Persepsi adalah perilaku buruk itu sesungguhnya tidak lain hanyalah dari ketidakmauan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya; sedangkan memahami
perilaku adalah mengerti tingkah laku siswa sama dengan mengerti sudut pandangnya tentang dunianya
siswa; dalam belajar mengutamakan perasaan, persepsi, kepercayaan dan tujuan dari dalam; dan mengubah
perilaku adalah dengan mengubah persepsi siswa tersebut; (3) potensi diri, adalah manusia memiliki potensi
dalam dirinya dan potensi itu sangat bisa dikembangkan. Namun ada 5 hal yang menjadi penghambatnya
yaitu keterbatasan fisiologis, keterbatasan kesempatan, keterbatasan kebutuhan manusia, konsep diri, serta
tantangan dan ancaman. Namun demikian, teori huministik menurut Arthur Combs ini dapat diterapkan
oleh guru secara kreatif dalam pembelajaran, sehingga memberi meaning yang relevan kepada siswa,
mampu mengubah persepsi siswa tentang hal yang dipelajari serta mampu menumbuhkembangkan potensi
dalam diri siswa.

Referensi:
_______. Biografi Combs Arthur Wright 1912-1999. Diakses dari internet pada senin 31 Mei 2021 – dari
https://www.encyclopedia.com/arts/educational-magazines/combs-arthur-wright-1912-1999
Ciphapid’s, (2013). Teori Arthur Combs, http://ciphaphidaty.blogspot.com/2013/01/teori-arthur-combs.
Diakses 1 Juni 2021.
Haryu, (2006). Aplikasi Psikologi Humanistik dalam Dunia Pendidikan di Indonesia (Konsep Arthur W.
Combs tentang Pengembangan Potensi Anak), dalam Jurnal Tadris vol. 1 No.1 tahun 2006.
Magnuson, Sandy, (2012). Arthur Wright Combs: A Humanistic Pioneer. by the American Counseling
Association. All rights reserved. Journal of Humanistic Counseling, April 2012, Volume 51
P. Pannen, (1999). Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
S. Dadang, (2011). Teori Belajar Humanisme Arthur W. Combs Meaning (1912-1999). Makalah. Diakses
pada tanggal 1 Juni 2021 dari http://makalahilmupendidikandanperpustakaan.blogspot.com-
/2011/07/teori- belajar-humanisme-arthur-w-combs.html

8
Sulisiyono, Azhar, (2018). Implementation of Humanistic Approaches for Social Studies In Elementary
Schools. Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series. 1 st National
Seminar on Elementary Education (SNPD 2018) SHEs: Conference Series 1 (1) (2018) 92-102
atau pada https://jurnal.uns.ac.id/shes
Yuliandri, Miki, (2017). Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar Berdasarkan Paradigma Teori Belajar
Humanistik. Journal of Moral and Civic Education, 1 (2) 2017 ISSN: 2549-8851 (online) 2580-
412X (print)
https://www.amazon.com/Arthur-W.-Combs/e/B001HOGL42%3Fref=dbs_a_mng_rwt_scns_share
https://prabook.com/web/arthur_wright.combs/1696364
https://idtesis.com Metode Pembelajaran Talking Stick.
http://www.perpustakaan-online.blogspot.com
http://alkohol7.wordpress.com
http://smk3ae.wordpress.com/2009/03/29/teori-belajar-humanistik/

Anda mungkin juga menyukai