1
Yayasan Pendidikan, 1968-1970, direktur Pusat Pendidikan Humanistik, 1970-1972 di University of
Northern Colorado, Greeley; menjadi profesor dan konsultan terkemuka di bidang pendidikan dan
psikologi, mulai tahun 1976; Penguji Psikologi Profesional di Dewan Diplomat Amerika; psikolog
berlisensi di Colorado, mulai 1979; mitra, Asosiasi Komunitas Konseling, Greeley, 1978-1981. Ketua
Dewan Bersama Psikolog Negara Bagian New York, 1952; Konsultan untuk Administrasi Veteran, 1946-
1951, dan sejumlah sekolah.
Prestasi. Arthur Wright Combs telah terdaftar sebagai pendidik psikologi terkemuka oleh Marquis
Who's Who.
Kata kunci: Meaning, Persepsi dan Potensi Diri
1. Meaning
Arthur Combs mengemukakan konsep meaning (makna atau arti) dalam proses belajar. Menurut
konsep ini, belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Maksudnya guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan individu (peserta didik).
Jika siswa tidak menguasai matematika atau sejarah, itu bukan karena siswa itu bodoh, tetapi karena dia
tidak mau dan terpaksa, serta merasa bahwa sebenarnya tidak ada alasan penting baginya untuk
mempelajari pelajaran tersebut. Dengan kata lain siswa merasa bahwa materi pelajaran itu tidak punya
2
makna (meaning) bagi dirinya. Karenanya Combs berpendapat bahwa suatu hal yang sangat penting
bagi seorang guru adalah bagaimana caranya menjadikan bahan pelajaran yang diajarkannya memiliki
arti dan makna bagi pribadi siswa dan siswa dapat menghubungkannya dengan kehidupan.
2. Persepsi
Menurut Combs, jika kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus mengubah persepsi,
keyakinan atau pandangan orang itu. Cara untuk mengubah persepsi siswa sangat terkait erat dengan
kemampuan guru menjelaskan pentingnya sesuatu, membuatnya memiliki makna bagi siswa, serta
membuatnya terhubung dengan kehidupan siswa. Kemampuan tersebut juga berhubungan erat
dengan kemampuan memotivasi, atau mendorong siswa untuk melakukan sesuatu secara intrinsik
(dengan kesadaran dari dalam diri sendiri). Kesediaan siswa untuk melakukan sesuatu (belajar)
dengan penuh kesadaran dari dalam dirinya akan menyebabkan orientasi belajarnya tidak hanya
sekadar mendapatkan skor (nilai) melainkan pada manfaat dari ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
3. Potensi Diri
Combs mengatakan bahwa manusia memiliki potensi (potensi diri) yang sangat penting
untuk dikembangkan. Namun ada lima faktor yang dapat menjadi penghambat dalam
pengembangan potensi manusia, yaitu:
a. Keterbatasan fisiologi: yang terutama adalah kesehatan yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan dan pertumbuhan fisik serta perkembangan emosional individu.
b. Terbatasnya kesempatan: potensi yang dimiliki individu/peserta didik akan berkembang
dengan baik bila diberi stimulus dari lingkungannya dan mereka menggunakannya sesuai
tahap perkembangannya.
3
c. Keterbatasan kebutuhan manusia: Combs mengatakan bahwa manusia memiliki
kebutuhan dalam hidupnya. Pemenuhan kebutuhan akan melahirkan kepuasan dalam diri
individu sehingga ia dapat mengaktualisasikan dirinya (sangat dekat dengan Maslow).
d. Konsep diri: menurut Combs konsep diri adalah pandangan diri tentang diri sendiri. Konsep
diri memiliki tiga dimensi, yaitu: 1) pengetahuan tentang diri sendiri, seperti usia, jenis
kelamin, bakat, minat dan kemampuan; 2) harapan diri, yaitu diri ideal; 3) penilaian tentang
diri, yaitu pengukuran terhadap diri sendiri yang disebut harga diri. Peserta didik yang
memiliki konsep diri positif akan menerima dirinya seperti apa adanya, mempunyai
harapan yang realistis dan mampu mengevaluasi dirinya secara positif. Sedangkan peserta
didik yang mempunyai konsep diri negatif akan menumbuhkan pandangan negatif pula
terhadap dirinya. Anak kurang realistis, tidak stabil, tidak teratur, serta tidak memiliki
keutuhan diri. Dia kurang mengetahui siapa dirinya sebenarnya (kekuatan dan
kelemahannya) dan kaku dalam memandang suatu masalah.
e. Tantangan dan ancaman: Peserta didik akan merasakan hadirnya suatu tantangan bila
dihadapkan pada suatu masalah yang menarik dan memiliki kesempatan untuk meraih
kesuksesan. Ancaman akan timbul bila dia merasa tidak mampu menangani suatu masalah
yang dihadapkan padanya.
4
d. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena
sosial.
e. Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
f. Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa.
g. Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti.
h. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
i. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah.
j. Terjadinya perubahan pola pikir.
k. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
l. Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan
sebaik-baiknya.
Penerapan teori belajar humanistik secara ekplisit belum ada pedoman baku, namun paling tidak
langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan sebagai acuan oleh para guru. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Guru menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. Guru menentukan materi pelajaran
c. Guru mengedintifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa
d. Guru mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan
diri atau mengalami dalam belajar
e. Guru merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
f. Guru membimbing siswa belajar secara aktif
g. Guru membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya
5
h. Guru membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
i. Guru membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
j. Guru mengevaluasi proses dan hasil belajar
Guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan memberikan sikap positif terhadap siswa
agar bisa membuatnya merasa nyaman, sehingga siswa tidak merasa tertekan dan bisa maksimal dalam
proses pembelajaran. Hal itu dilakukan dengan memberikan respon positif sebagai penguat terhadap
siswa baik secara verbal maupun nonverbal seperti: tersenyum dan memberikan pujian, mencoba
memahami siswa dan tidak membeda-bedakan karakter, serta kemampuan setiap siswa.
6
6.2.3. Guru dapat memberikan cerita inspiratif kepada siswa
Cerita inspiratif membawa perubahan terhadap siswa. Guru dapat memberikan cerita
inspiratif baik dari tokoh terkenal, seperti Yesus, Yusuf, Daud, Barack Obama, Sukarno, Habibie, dan
lain-lain, hingga cerita pribadi yang bisa menginspirasi siswa. Hal tersebut dilakukan untuk
menumbuhkan motivasi intrinsik siswa agar melakukan perubahan dengan menikmati prosesnya.
Dalam teori Combs peranan siswa lebih dominan, karena guru terfokus pada fasilitator yang
coba memberikan arahan kepada siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri secara
mandiri; aktif dan tidak sekedar menerima informasi dari guru; siswa bebas berekspresi dalam belajar;
siswa memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri; dan mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah:
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan
positif.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan
apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
f. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara
normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau
proses belajarnya.
g. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Talking stick adalah salah satu strategi pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat;
kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
siswa mempelajari materi pokoknya; selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai
semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Tujuan pembelajaran
dengan strategi Talking Stick ini adalah untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan, agar semua siswa dapat aktif terlibat di dalam proses pembelajaran tersebut.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 orang (dengan mempertimbangkan
heterogenitas, keakraban, persahabatan, minat).
b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
7
c. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada semua kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu
guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
g. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa
menjawab pertanyaan.
h. Guru memberikan kesimpulan.
i. Guru melakukan evaluasi atau penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
j. Guru menutup pembelajaran.
C. KESIMPULAN
Inti teori belajar Arthur Combs adalah; (1) meaning artinya belajar terjadi apabila mempunyai arti
bagi siswa; Guru tidak bisa memaksa materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa;
(2) memahami Persepsi adalah perilaku buruk itu sesungguhnya tidak lain hanyalah dari ketidakmauan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya; sedangkan memahami
perilaku adalah mengerti tingkah laku siswa sama dengan mengerti sudut pandangnya tentang dunianya
siswa; dalam belajar mengutamakan perasaan, persepsi, kepercayaan dan tujuan dari dalam; dan mengubah
perilaku adalah dengan mengubah persepsi siswa tersebut; (3) potensi diri, adalah manusia memiliki potensi
dalam dirinya dan potensi itu sangat bisa dikembangkan. Namun ada 5 hal yang menjadi penghambatnya
yaitu keterbatasan fisiologis, keterbatasan kesempatan, keterbatasan kebutuhan manusia, konsep diri, serta
tantangan dan ancaman. Namun demikian, teori huministik menurut Arthur Combs ini dapat diterapkan
oleh guru secara kreatif dalam pembelajaran, sehingga memberi meaning yang relevan kepada siswa,
mampu mengubah persepsi siswa tentang hal yang dipelajari serta mampu menumbuhkembangkan potensi
dalam diri siswa.
Referensi:
_______. Biografi Combs Arthur Wright 1912-1999. Diakses dari internet pada senin 31 Mei 2021 – dari
https://www.encyclopedia.com/arts/educational-magazines/combs-arthur-wright-1912-1999
Ciphapid’s, (2013). Teori Arthur Combs, http://ciphaphidaty.blogspot.com/2013/01/teori-arthur-combs.
Diakses 1 Juni 2021.
Haryu, (2006). Aplikasi Psikologi Humanistik dalam Dunia Pendidikan di Indonesia (Konsep Arthur W.
Combs tentang Pengembangan Potensi Anak), dalam Jurnal Tadris vol. 1 No.1 tahun 2006.
Magnuson, Sandy, (2012). Arthur Wright Combs: A Humanistic Pioneer. by the American Counseling
Association. All rights reserved. Journal of Humanistic Counseling, April 2012, Volume 51
P. Pannen, (1999). Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
S. Dadang, (2011). Teori Belajar Humanisme Arthur W. Combs Meaning (1912-1999). Makalah. Diakses
pada tanggal 1 Juni 2021 dari http://makalahilmupendidikandanperpustakaan.blogspot.com-
/2011/07/teori- belajar-humanisme-arthur-w-combs.html
8
Sulisiyono, Azhar, (2018). Implementation of Humanistic Approaches for Social Studies In Elementary
Schools. Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series. 1 st National
Seminar on Elementary Education (SNPD 2018) SHEs: Conference Series 1 (1) (2018) 92-102
atau pada https://jurnal.uns.ac.id/shes
Yuliandri, Miki, (2017). Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar Berdasarkan Paradigma Teori Belajar
Humanistik. Journal of Moral and Civic Education, 1 (2) 2017 ISSN: 2549-8851 (online) 2580-
412X (print)
https://www.amazon.com/Arthur-W.-Combs/e/B001HOGL42%3Fref=dbs_a_mng_rwt_scns_share
https://prabook.com/web/arthur_wright.combs/1696364
https://idtesis.com Metode Pembelajaran Talking Stick.
http://www.perpustakaan-online.blogspot.com
http://alkohol7.wordpress.com
http://smk3ae.wordpress.com/2009/03/29/teori-belajar-humanistik/