Anda di halaman 1dari 75

YAYASAN PENDIDIKAN AULIAURRASYIDIN

No. Dokumen : PAI-FP-AKD-04


STAI AULIAURRASYIDIN FORM Tgl. Terbit :
Prodi PAI PERKULIAHAN No. Revisi: :
Jl. Gerilya Parit 6 Tembilahan 29213 Indonesia Hal : …/…

STRUKTUR BAHAN AJAR

Identitas Matakuliah
Jurusan/Program Studi : Tarbiyah/PAI & PIAUD
Matakuliah : Pengantar Psikologi
Kode Matakuliah :
Bobot Matakuliah : 2 SKS
Semester/Tahun Akademik : I (satu) A,B,C,D/ 2018-2019
Dosen Pengampu : Rika Devianti, S.Pd.I., M.Pd.

Standar Kompetensi
Mahasiswa memiliki pemahaman dan wawasan tentang dinamika prilaku yang terjadi dalam
proses pembelajaran.

Kompetensi Dasar Indikator


1. Mahasiswa mampu menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
dan memahami tentang pengantar psikologi dan kontrak kuliah
pengantar psikologi dan kontrak
kuliah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
pengertian, tujuan, dan objek pengertian psikologi secara umum
studi psikologi 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
objek psikologi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
ruang lingkup kajian psikologi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
manfaat psikologi dalam proses pembelajaran
3. Mahasiswa mampu menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
sejarah psikologi sejarah adanya psikologi di Amerika dan di Indonesia

4. Mahasiswa mampu menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami dinamika


dan memahami dinamika prilaku perilaku individu
individu 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami individu
menghadi lingkungannya
5. Mahasiswa memahami dan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami hubungan
mampu menjelaskan tentang pembawaan dan lingkungan
peran atau pengaruh pembawaan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami hubungan
dan lingkungan pada individu keturunan dan pembawaan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Apakah
macam-macam pembawaan dan pengaruh keturunan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengaruh
individu berhubungan dengan lingkungan
6. Mahasiswa mengerti dan mampu 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep
menjelaskan konsep dasar perkembangan
perkembangan individu 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
pengertian dan ciri-ciri perkembangan

1
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami prinsip-
prinsip perkembangan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami fase
perkembangan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
perkembangan peserta didik

7. Mahasiswa mampu menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami apa yang
konsep dasar kepribadian dimaksud dengan kepribadian
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pribadi
yang menyenangkan itu
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami langkah-
langkah apa saja yang harus diambil untuk membangun
pribadi yang menyenangkan itu

8. Mahasiswa mampu menjelaskan


tentang ingatan, belajar, dan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
kaitannya ingatan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
pengertian belajar
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami hakekat
belajar
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami ciri-ciri
belajar
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami kaitannya
ingatan dan belajar

9. Mahasiswa mampu menjelaskan


tentang Belajar dan Pemecahan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
Masalah Belajar
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
Pemecahan Masalah

10. Mahasiswa mengerti dan mampu


menjelaskan konsep dasar motif 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
dan motivasi pengertian motif dan motivasi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami motif
sebagai inferensi, eksplanasi dan prediksi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami lingkaran
motivasi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami teori-teori
motif
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami jenis-
jenis motif

11. Mahasiswa mampu menjelaskan


dan memahami konsep dasar 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami apa yang
emosi dimaksud dengan emosi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami macam-
macam emosi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami teori-
teori yang bersangkutan dengan emosi

2
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
penjelasaan implikasi emosi dalam pendidikan

12. Mahasiswa mampu menjelaskan


tentang sikap dan perubahan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi
sikap sikap
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami teori
sikap
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami akuisisi
otomatis dan aktivasi sikap
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
Perubahan sikap dari waktu kewaktu
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sikap
danprilaku

13. Mahasiswa mampu menjelaskan


dan mengerti tentang Frustasi 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep
dan mekanisme pertahanan diri Frustasi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami konsep
mekanisme petahanan diri
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
pengertian mekanisme pertahanan diri
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami latar
belakang munculnya mekanisme pertahanan diri
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami bentuk-
bentuk mekanisme pertahanan diri

14. Mahasiswa mampu menjelaskan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami


dan mengetahui bentuk-bentuk hubungan sosial
hubungan sosial 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sebab
hubungan tertutup sering terjadi dalam kehidupan sosial
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sebab
hubungan social secara vertikal jarang ditemui dalam
lingkungan sekolah
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
hubungan sosial menurut waktu
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
hubungan sosial menurut kepentingan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami faktor
pendorong hubungan sosial
7. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami dampak
dan syarat terjadinya hubungan sosial

3
Daftar Istilah

PENGERTIAN, OBJEK, RUANG LINGKUP DAN MANFAAT PSIKOLOGI

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang
artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya, atau disebut dengan  ilmu jiwa. Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus
dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya
tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di
timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati,
maka mati pulalah nyawanya. Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang
menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior)
dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses
belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial dan lingkungan. Proses
belajar  ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality ) dengan jalan berusaha
mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat
yang lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung
pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan [Agus Sujanto, 2001:1].
Psikologi sendiri mempunyai banyak pengertian, diantaranya:
1. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan
proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku.
2. Menurut Ernest Hilgert (1957) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dan hewan lainnya.
3. Menurut George A, Miller psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan
mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
4
4. Menurut Clifford T. Morgan psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
hewan.
5. Menurut Chaplin psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia dan hewan,
juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi
arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah
lingkungan.
6. Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia.
7. Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
hakekat jiwa serta prosesnya.

Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan
tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan
membahas kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat
disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan
perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

B. OBYEK DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI


Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Objek Material
Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsur
yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa
saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia(Alex
Sobur, 2003:41).
2. Objek formal
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang
peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal
juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi,
antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek
tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi,
menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia
melakukan sesuatu dan melihat dari matanya.
C. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
Dalam makalah ini tidak akan dibicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi
hewan, melainkan membicarakan tentang psikologi yang berobyekkan manusia. Yang sampai saat
ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Psikologi Umum

5
Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan
atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang
beradab (berkultur)[ Agus Sujanto,2001:41].
2. Psikologi khusus
Psikologi khusus adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam
situasi-situasi khusus. Psikolgi khusus ini meliputi berikut ini. [Alex Sobur,2003:57]

a. Psikologi perkembangan
Psikolgi perkembangan adalah psikologi yang membicarakan perkembangan psikis
manusia dari masa bayi sampai masa tua. Objek psikologi perkembangan adalah
perkembangan manusia sebagai person; artinya, masyarakat hanya merupakan tempat
berkembangnya person tersebut. Psikologi perkembangan ini mencakup: psikologi
anak(termasuk masa bayi), psikologi puber dan adolensi ( psikologi pemuda ), psikologi
orang dewasa, dan psikologi orang tua.
b. Psikologi sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas
manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.
c. Psikologi pendidikan
Psikologi sosial adalah sub disiplin dari psikologi yang mencari yang pengertian
tentang hakikat dan sebab-sebab dari prilaku dan pikiran-pikiran individu dalam situasi
sosial.
d. Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku
individu dalam situasi pendidikan,yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan
mengajar.
e. Psikologi kepribadian dan tipologi
Psikologi kepribadian dan tipologi adalah psikologi yang menguraikan tentang struktur
kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan, dan jenis-jenis atau tipe-tipe kepribadian.
f. Psikopatologi
Psikopatologi adalah psikologi yang  khusus mempelajari kegiatan atau tingkah laku
individu yang abnormal (tidak normal).
g. Psikologi diferensial dan psikodiognostik
Psikologi ini menguraikan perbedaan-perbedaan antarindividu dalam taraf inteligensi,
kecakapan, cirri-ciri kepribadian lainnya, dan tentang cara-cara guna menentukan
perbedaan-perbedaan tersebut.
h. Pesikologi criminal

6
Psikologi criminal adalah psikologi yang khusus berhubungan dengan tindak kejahatan
atau kriminalitas.
i. Parapsikologi
Parapsikologi adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari fenomena supermormal
dengan alat-alat eksperimen atau alat-alat sistematis lain.

j. Psikologi komparatif
Psikologi komparatif adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia yang
dibandingkan dengan hewan, atau sebaliknya.
k. Psikologi penyesuaian
Psikologi penyesuaian adalah suatu cabang psikologi yang menggambarkan sejumlah
cabang ilmu lainya, psikologi perkembangan, klinis, kepribadian, social, dan
eksperimental.
D. MANFAAT PSIKOLOGI
Pada garis besarnya orang mempelajari ilmu jiwa (psikologi) adalah menjadikan manusia
supaya hidupnya menjadi lebih baik, bahagia dan sempurna.Betulkah demikian ? memang karena
ilmu psikologi ternyata telah memasuki bidang-bidang yang banyak sekali.Banyak persoalan-
persoalan yang dapat dibantu dan diselesaikan oleh ilmu psikologi, misalnya persoalan-persoalan
manusia yang hidup di pabrik,di sekolah, disawah, di kantor, dan dimanapun kita berada.
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa manfaat mempelajari ilmu psikologi
adalah sebagai berikut:
1. Untuk memeperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna
adalah tentang tingkah laku manusia.
2. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk
mengenal tingkah laku manusia.
3. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan lebih baik.
4. Supaya tidak ragu-ragu lagi mengubah cara hidup, tingkah laku, dan pergaulan dalam
masyarakat.
5. Menjadikan kehidupan yang lebih baik, bahagia dan sempurna.

7
SEJARAH PSIKOLOGI

Pada mulanya, psikologi perkembangan mengkhususkan diri pada masalah usia dan tahapan-
tahapan. Para penyelidik terdorong untuk mempelajari usia yang khas dan tertentu dimana terjadi
berbagai tahapan perkembangan. Begitu kata Siegel.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, psikologi perkembangan telah melewati
sejarah yang cukup panjang. Sejarah psikologi perkembangan ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
(1). Minat awal mempelajari psikologi perkembangan anak, (2). Dasar-dasar psikologi perkembangan
secara ilmiah, dan (3). Munculnya psikologi perkembangan secara modern.

DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU


A. Dinamika Perilaku Individu
Dinamika perilaku individu adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Adapun lima aliran besar
psikologi, yaitu:
1. Perspektif Biologi
Tokoh utama perspektif ini adalah Hipokrates. Dia adalah bapak ilmu kedokteran yang
sangat peduli terhadapat perkembangan perilaku dan proses mental manusia dianalisis dari sisi
biologis. Perspektif biologis berupaya mengaitkan peristiwa listrik dan kimiawi yang terjadi
dalam tubuh terutama di dalam otak dan sistem saraf. Bagi Hipokrates yang mendasari
8
perilaku dan proses mental individu adalah neurobiology.  Perilaku dan proses mental individu
sangat ditentukan oleh perkembangan neurobiology pada kedua belahan otak individu.
Perspektif biologis merupakan pendekatan psikologi yang menekankan pada peristiwa yang
berlangsung dalam tubuh mempeangaruhi perilaku, perasaan, dan pikiran seseorang.
Perspektif biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi yang
menekankan pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan diantara
manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi, paraktik-praktik sosial, dan area lain dari
perilaku. Kita bisa terima Charles Darwin (1859) untuk menunjukkan dalam gagasan bahwa
genetika dan evolusi memainkan peran dalam mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi
alam.
Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik
mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang genom manusia
dipetakan, mungkin suatu hari kita dapat memahami bagaimana lebih tepatnya bagaimana
perilaku dipengaruhi oleh DNA. Faktor biologis seperti kromosom, hormon, dan otak semua
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku manusia, untuk jenis kelamin misalnya,
pendekatan biologis berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi
atau evolusi adaptif. Misalnya, minggu-minggu segera setelah kelahiran anak tingkat
testosteron pada ayah hampir lebih 30%.
Psikolog biologi menjelaskan perilaku dalam neurologis yaitu fisiologi dan struktur
otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog biologi telah berkonsentrasi
pada perilaku abnormal dan telah mencoba menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi
percaya bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).
Temuan ini telah membantu psikiatri lepas landas dan memantu meringankan gejala
penyakit mental melalui obat-obatan. Namun Freud dan disiplin lain berpendapat bahwa ini
hanya mempelakukan gejala dan bukan penyebabnya. Disinilah psikolog kesehatan
mengambil temuan bahwa psokolog biologis memproduksi dan melihat faktor-faktor
lingkungan yang terlibat untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik. 
2. Perspektif Behaviorisme
Tokoh perspektif ini yang paling terkenal diantaranya Ivan P. Pavplop dan John B.
Watson. Perspetif ini memandang perilaku sebagai aktivitas suatu individu yang dapat
dideteksi, seperti bericara, tertawa, dan menangis. Pada perspektif ini yang dilihat perilaku
individu ketimbang pada otak dan sistem sarafnya. Salah satu cabang perspektif ini adalah
analisis stimulus respons (S-R). S-R mempelajari stilumuli yang relevan dilingkungan,
respons yang ditimbulkan stimuli tersebut, dan hadiah atau hukuman yang terjadi setelah
respons tersebut. Stimulus (S) yang dimaksud adalah segala sesuatu yang merangsang

9
individu berperilaku atau melakukan proses mental yang ditunjukkan oleh individu.
Mekanisme perilaku menurut perspektif ini sebagai berikut:
a. S-R
Pada mekanisme ini ketika stimulus atau rangsangan untuk berperilaku datang maka
individu harus berperilaku sebagai respons atau jawaban atas stimulus tersebut. Para ahli
psikologi berpendapat bahwa mekanisme perilaku ini termasuk mekanisme perilaku tidak
sadar. Misalnya pada saat seseorang sedang melamun dicubit dari belakang ia langsung
tersentak sembari berkata “aw” atau “aduh” dan perilaku lainnya.
b. S-O-R
Pada mekanisme ini perilaku terjadi pada saat stimulus (S) datang lalu diterima oleh
organisme (O) dan organisme memberi respons (S). Artinya, pada mekanisme ini stimulus
tidak otomatis direspon langsung oleh organisme, mungkin dirasakan dulu baru direspon.
Para ahli hampir berkesimpulan bahwa perilaku ini termasuk perilaku sadar.
c. S-O-t-W-e-R
Pada mekanisme ini, stimulus (S) diterima oleh organisme (O) melalui reseptor (r)
yang diteruskan ke World (W) untuk proses selanjutnya dimunculkan oleh efektor (e)
dalam bentuk perilaku atau respons (R). Pada dinamika ini yang dimaksud reseptor adalah
panca indera, world (W) adalah proses kognitif termasuk perseptual, dan efektor (e) adalah
fasilitas atau perlengkapan permunsulan respons. Para ahli sepakat bahwa model perilaku
inilah yang disebut perilaku sadar.
3. Perspektif Kognitif
Dalam perspektif kognitif sebagian kembali pada akar kognitif dari psikologi, yakni
persepsi., daya ingat, penalaran, dan pemutusan pilihan. Sebagian lagi sebagai reaksi dari
behaviorisme. Perspektif ini didasari oleh penelitian tentang kognisi modern yang didasarkan
pada asumsi berikut:
a. Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami apa yang
dilakukan oleh ahli suatu organisme.
b. Kita dapat mempelajari proses mental secara objektif dengan memfokuskan pada perilaku
spesifik, sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku tetapi menginterpretasikannya
dalam kaitan proses mental dasar.
Pada perspektif ini interpretasi menggunakan analogi antara pikiran dan komputer, yakni
informasi yang masuk diproses dengan berbagai cara: dipilih, dibandingkan, dan
dikominasikan dengan informasi lain yang telah ada dalam memori, ditransformasikan,
disusun kembali dan seterusnya. Berikut ini conton interpretasi kognitif, misalnya analisis
tentang respon tentang seseorang dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal, dan pernah
menyakitkan:

10
a. Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung lemah atau diabaikan
b. Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal lebih kuat/lebih agresif daripada respons
kepada yang tidak dikenal.
c. Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung lebih agresif dan
lebih kuat daripada respons terhadap orang yang tidak dikenal atau dikenal saja. Ini bisa
terjadi karena pengetahuan yang ada dalam kognisi yang disebut dengan struktur kognitif
menurut istilah Piaget (tidak dikenal, dikenal, dan penah menyakitkan) yang
mengendalikan perilaku organisme.
4. Perspektif Psikoanalisis
Tokoh utama perspektif ini adalah Sigmund Freud. Salah satu pengikutnya adalah
Gustav Jung. Asumsi dasar teori Freud adalah ahwa seagian besar perilaku manusia berasal
dari proses bawah sadar (unconscious). Meski jung merupakan murid dan pengikut Freud,
tetapi dalam konsep ini Jung berpendapat bahwa perilaku manusia pada prinsipnya merupakan
collective unconscious (ketidaksadaran kolektif). Menurut Freud sifat dasar manusia adalah
negatif, ia yakin bahwa manusia berperilaku didorong oleh insting yang sama seperti hewan
(terutama seks dan agresi). Dinamika perilaku ditentukan oleh id, ego, dan super ego. Id
merupakan insting atau naluri. Oleh sebab itu jika manusia berkembang hanya instingnya saja
tidak ada bedanya dengan hewan. Oleh sebab itu juga id sering disebut dengan dorongan
hewani. Id tidak mengenal benar dan salah dan senantiasa bergerak berdasarkan prinsip
pleasure, yakni kenikmatan atau kesenangan. Sementara itu ego merupakan unsur kepribadian
yang berpegang teguh pada prinsip kebenaran berdasarkan logika. Sedangkan super ego
merupakan unsur kepribadian yang bekerja berdasarkan moral. Jika perkembangan manusia
didominasi oleh egonya saja ia akan seperti binatang, tetapi jika yang berkembang pada
manusia hanya sisi superegonya saja ia akan seperti malaikat. Menurut perspektif ini
perkembangan yang ideal adalah perkembangan yang seimbang antara id, ego, dan super ego.
5. Perspektif Fenomenologi
Perspektif fenomenologi sering disebut sebagai psikologi humanistik. Perspektif ini
menekankan kualitas yang membedakan manusia dari hewan. Terutama dilihat dari sisi
potensi. Perspektif ini memandang kekuatan motif utama individual adalah kecenderungan ke
arah pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi dan memiliki kebutuhan
dasar untuk mengemangkan potensinya sampai penuh (aktualisasi diri). Dinamika perilaku
sangat ditentukan oleh proses dinamika motivasi yang sehat, yakni dinamika motivasi yang
ditandai dengan pencapaian tujuan (goal). Keberhasilan pencapaian tujuan saat ini cenderung
memuat manusia bergerak untuk menempuh tujuan berikutnya. Ketidakpuasaan manusia
dalam pencapaian tujuan dipandang positif sebagai dasar pencapaian aktualisasi diri.
Sementara itu manusia yang gagal dalam mencapai tujuannya akan frustasi yang biasa

11
ditunjukkan dengan berbagai perilaku maladjusment seperti konvensasi, sulimasi,
rasionalisasi, proyeksi, regresi, represi, agresi, dan sebagainya. 
B. Interaksi Individu dengan Lingkungan
Menurut Nana Syaodih (2011: 57) salah satu ciri esensial dari individu adalah bahwa ia selalu
melakukan kegiatan atau berperilaku. Kegiatan individu merupakan manifestasi dari hidupnya,
baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Individu melakukan kegiatan selalu dalam
interaksi dengan lingkungannya, lingkungan manusia dan bukan manusia.
Secara garis besar ada dua kecenderungan interaksi individu dengan lingkungannya, yaitu (a)
individu menerima lingkungan, dan (b) individu menolak lingkungan. Sesuatu yang datang dari
lingkungan mungkin diterima oleh indvidu sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Sesuatu yang menyenangkan atau menguntungkan akan diterima oleh individu,
tetapi yang tidak menyenangkan akan ditolak atau dihindari.
1. Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya
penerimaan atau saling mendekatkan diri. Terhadap hal-hal yang disenangi atau dirasakan
menguntungkan individu akan melakukan erbagai entuk kegiatan penyesuaian diri. Dalam
penyesuaian diri yang diuah atau disesuaikan bisa hal-hal yang ada pada diri individu
(autoplastic) atau dapat hal-hal yang ada pada lingkungan yang diuah sesuai kebutuhan
individu (alloplastic) atau penyesuaian diri autoplastis dan alloplastis terjadi secara serempak.
Bentuk penyesuaian diri otoplastis yang paling elementer adalah peniruan atau imitasi.
Diawali dengan upaya tidak sadar, baru kemudian menjadi lebih sadar, individu yang lahir
dalam keadaan lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa  akan meniru apa saja yang
diperlihatkan oleh lingkungan. Mulai dari kecakapan berbahasa yang sesuai dengan
lingkungan dimana ia dibesarkan, cara berpakaian, berpenampilan, berpikir, watak, dan lain
sebagainya. Peniruan ini bukan hanya menyangkut aspek-aspek tertentu tetapi dapat juga
menyangkut sebagian besar atau keseluruhan dari kepribadian individu.
Selain meniru atau imitasi, belajar merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri dari
otoplatis. Belajar pada dasarnya merupakan salah satu upaya pengubahan perilaku individu,
baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor, agar sesuai dengan tuntutan atau datas
mengtasi tantangan yang datang dari lingkungan. Makin tinggi tuntutan lingkungan makin
meningkat pula upaya belajar yang harus dilakukan individu.
Bentuk penyesuaian diri alloplastis dimanifestasikan dalam berbagai bentuk usaha
mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, mengembangkan, dan menciptakan yang baru.
Seseorang mungkin akan berusaha mempengaruhi jalan pikiran seseorang agar sesuai dengan
keinginannya. Karena seseorang kurang cocok dengan lingkungan yang dihadapinya, maka ia
berusaha mengadakan perubahan atau perbaikan.

12
Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan mungkin juga terjadi secara serempak
proses otoplastis dan alloplastis. Ini terjadi dalam kegiatan kompetensi, kooperasi, dan
berbagai bentuk usaha pemecahan masalah bersama. Dalam suatu situasi kompetensi masing-
masing individu atau kelompok yang terlibat berusaha memperbaiki atau meningkatkan
dirinya. Peningkatan pada diri seseorang mendorong orang lain untuk berusaha melebihinya.
Masing-masing individu memperbaiki diri untuk mencapai tujuan bersama dan kepentingan
bersama.
Penyesuaian diri terhadap lingkungan ini sesungguhnya manusia maju dan
berkembang bukan hanya  dalam kecakapan-kecakapannya tetapi juga hal-hal yang ada diluar
dirinya, yaitu lingkungan. Peningkatan berbagai bidang sosial, ekonomi, politik, keamanan,
dan lain-lain, pada dasarnya merupakan usaha pemecahan masalah dalam bidang tersebut.
Dengan demikian akan selalu menuntut perubahan baik pada diri individu seagai subjek dan
lingkungan sebagai objek.
2. Penolakan
Terhadap hal-hal yang tidak disenangi, tidak dibutuhkan atau yang bersifat ancaman
individu akan melakukan usaha-usaha penolakan. Bentuk penolakan ini bermacam-macam,
tetapi garis besarnya dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu perlawanan (agression) dan
pelarian (withdrawl). Apabila individu merasa kuat atau mempunyai kekuatan untuk
menghadapi lingkungan yang mengancam dirinya, maka ia akan melakukan perlawanan atau
penentangan terhadap lingkungannya, tetapi apabila merasa lemah tidak mempunyai kekuatan
untuk melawan lingkungan maka akan menghindarkan diri atau melarikan diri.
Bentuk perilaku menentang atau melawan ini bermacam-macam, mulai dari
menggerutu, mencela atau mencaci maki, memarahi, sampai dengan merusak dan
menghancurkan. Demikian pula dengan penghindaran atau pelarian, entuknya bermacam-
macam, seperti perbuatan diam tidak memberikan reaksi, tidak hadir dalam suatu kegiatan,
melepaskan diri dari tugas atau tanggung jawab, mencari-cari kegiatan pengganti, mabuk,
menyalahgunakan narkotika, berjudi, mencari kekuatan yang bersifat irrasional, dan lain-lain.
C. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
presistensi dan entusiasmenya dalam melakukan suatu kegiatan, baik yang bersumber dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik). Maupun dari luar individu itu sendiri (motivasi
ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap
kualitas perilaku yang ditampilkan, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan
yang lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi
kalangan pendidik, manajer dan peneliti, terutama terkaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.

13
1. Konteks studi psikologi
Abin Syamsudin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi
individu dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya:
a. Durasi kegiatan;
b. Frekuensi pada kegiatan;
c. Presistensi pada egiatan;
d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan ;
e. Devosi dan pengoranan untuk mencapai tujuan;
f. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
g. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan;
h. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan;
2. Teori Herzerg (teori dua faktor)
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang sifatnya
intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah
pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam
karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan
mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan individu dengan
atasannya, hubungan individu dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang
diterapkan oleh para penyelia, kebijakan oganisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan
menerapkan teoi Herzerg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang leih
berpengaruh dalam hidup seseorang, apakah yang bersifat intrinsik atau ekstrinsik.   

14
HUBUNGAN PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN

A. Pembawaan dan Lingkungan


Pengertian Pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan,
Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-
kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan
pembawaan (aanleg).Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan
yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya.Pembawaan
(yang dibawa anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus
berkembang hingga mencapai perwujudannya.
Pengertian Lingkungandalam ilmu psikologi, lingkungan disebut dengan environment
(Milieu). Jadi bukan surrounding yang berarti keadaan sekeliling saja Karena kata environment
mencakup semua faktor di luar diri manusia yang mempunyai arti bagi dirinya, dalam arti
memungkinkan untuk memberikan reaksi pada diri manusia tersebut. Jadi antara kita (manusia)
dan lingkungan terjadi interaksi yang terus menerus.Lingkungan (environment) ialah meliputi
semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku
kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processkita kecuali gen-gen.
Soal pembawaan ini adalah soal yang tidak mudah dan dengan demikian memerlukan
penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun tahun lamanya para ahli didik, ahli
biologi, ahli psikologi, dan lain-lain, memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan :
perkembangan manusia itu bergantung pada pembawaan ataukah lingkungan? Atau dengna kata
lain dalam perkembangan anak mudah hingga menjadi dewasa dari keturunan (pembawaan)
ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan?
Seperti yang kita singgung dalam bab yang lalu mengenai hal ini ada beberapa pendapat.
1. Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah
yang menentukan hasil perkembangannya.

15
2. Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak (manusia) sejak dilahirkan
adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan
yang diterimanya atau yang mempengaruhinya.

3. Aliran Empirisme
Aliran ini berpendapat berlawanan dengna kaum nativisme karena berpendapat bahwa
dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh
lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
4. Hukum Konvergensi
Hukum ini berasal dari ahli ilmu jiwa bangsa jerman, yang bernama William Stern. Ia
berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan
manusia. Dengan adanya pendapat William Stern itu dapatkah kita katakan bahwa persoaalan
tentang pembawaan dan lingkungan itu sudah selesai? Belum! Dalam aliran yang menganut
hukum konvergensi itu masih terdapat dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi
ini lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan dari pada pengaruh lingkungan, dan
dipihak lain mereka yang lebih menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikan.
5. Tut Wuri Handayani
Konsep ini berasal dari KI Hajar Dewantara, seorang parker pendidikan Indonesia,
pendiri perguruan Taman Siswa. Jika konsep dari KI Hajar Dewantara ini dapat kita masukkan
sebagai aliran pendidikan, bagaimana pandangan aliran ini terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam hubungannya dengan masalah pembawaan dan lingkungan? Agar
pertanyaan ini dengan jelas, perlu kiranya dikaji terlebih dahulu apa arti kata - kata itu baik
yang tersurat maupun yangtersirat. “Tut Wuri Handayani” berasal dari bahasa jawa “Tut Wuri”
berarti “mengikuti dari belakang”, dan “Handayani” berarti “Mendorong”, memotivasi atau
membangkitkan semangat dari pengertian tersebut jelas bahwa aliran ini mengakui adanya
pembawaan, bakat, atau potensi-potensi yang ada pada anak sejak dilahirkan. Dengan kata
“Tut Wuri” berarti si pendidik diharapkan dapat melihat, menemukan dan memahamibakat
atau potensi-potensi apa yang timbul dan terlihat pada anak didik, untuk selanjutnya dapat
dikembangkan dengan memberikan motivasi atau dorongan kearah pertumbuhan yang
sewajarnya dari potensi-potensi tersebut.
B. Keturunan dan Pembawaan
1. Keturunan

16
Kita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri yang terdapat pada seorang anak
adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan dengan
melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Jadi, sebelum kita memutuskan suatu sifat atau
ciri-ciri yang terdapat pada seseorang itu keturunan atau bukan, terlebih dahulu kita harus
ingat dua syarat yaitu:
a. Persamaan sifat atau ciri-ciri.
b. Ciri-ciri ini harus menurunkan melalui sel-sel kelamin.

Dengan demikian kita harus berhati-hati benar dalam memutuskan sesuatu itu merupakan
keturunan atau bukan. Meskipun kita melihat suatu sifat atau ciri-ciri yang sama antara orang
tua dan anaknya, kita belum dapat mengambil kesimpulan bahwa sifat atau ciri-ciri pada anak
itu diterima melalui keturunan.

Disamping itu kita harus ingat pula bahwa belum pasti suatu sifat atau ciri-ciri yang
terdapat pada seseorang yang merupakan keturunan itu diterimanya dari orang tuanya.
Mungkin juga sifat-sifat keturunan itu diwarisi dari nenek atau buyutnya. Sebab, kita
mengetahui bahwa tidak semua individu dari suatu generasi menunjukkan sifat-sifat yang
menurun dapat juga sifat-sifat ini tersembunyi selama beberapa generasi.

Banyak ahli yang berusaha menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia yangberkenaan


dengan keturunan, tetapi sampai sekarang penyelidikan itu masih belum dapat dikatakan
memuaskan hasilnya. Adapun beberapa faktor yang menyulitkan terlaksananya penyelidikan
tersebut dengan baik antara lain ialah:

a. Pada manusia tidak dapat dilakukan persilangan (kruising) menurut rencana tertentu
umpamanya, persilangan antara dua ras yang sangat berlainan asalnya seperti yang
dapat dilakukan terdapat binatang atau tumbuh-tumbuhan.
b. Masa perkembangan manusia yang begitu lama mengakibatkan sifat-sifat yang ada
yang terjadi karena keturunan dapat tersembunyi sangat lamanya, sebelum sifat-sifat itu
menampakkan dari pada suatu individu tertentu.
c. Masa hidup suatu generasi juga demikian lama sehingga si penyelidik tidak akan
mungkin mengadakan pengamatan terhadap lebih dari satu kali keturunan.
d. Adanya jumlah anak manusia yang relatif (menurut perbandingan) hanya sedikit sekali.

Dengan uraian yang singkat itu, soal keturunan pada manusia adalah soal yang sulit,
yang tidak dapat dengan tergesa-gesa kita katakan atau kita ambil keputusan bahwa suatu sifat
atau ciri yang terdapat pada seseorang itu keturunan atau bukan keturunan.

2. Pembawaan
a. Pengertian

17
Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi yang terdapat pada
suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (di
realisasikan). Potensi-potensi yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tentu saja
dapat direalisasikan atau dengan begitu saja dapat menyatakan diri dalam perwujudannya.
Untuk dapat mewujudkan sehingga kelihatan dengan nyata, potensi-potensi tersebut harus
mengalami perkembangannya, serta membutuhkan latihan-latihan pula. Disamping itu,
tiap-tiap potensi atau kesanggupan itu mempunyai masa kematangannya masing-masing.
Kesanggupan-kesanggupan untuk berjalan atau bercakap, yang telah ada dalam
pembawaannya, akan berkembang karena lingkungannnya serta kematangnan, pada suatu
masa tertentu anak dapat berjalan dan berkata-kata. Demikina pula, disamping pembawaan
uintuk berjalan dan berkata-kata itu, kita dapat mengatakan tentang pembawaan ilmu pasti,
pembawaan untuk bahasa, untuk menggambar, dan lain-lain. Pendeknya, kita dapat
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan yang
dapat diwujudkan. 
b. Struktur Pembawaan
Bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita
ketahui atau kita amati, jadi belum dapat kita lihat sebelum pembawaan itu menyatakan
diri dalam perwujudannya (dari potential ability menjadi actual ability), kita hendaklah
selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti potensi untuk
belajar ilmu pasti, berkata-kata intelegensi yang baik merupakan struktur pembawaan
anak. Jadi sifat-sifat pembawaan itu tidak berdiri sendiri-sendiri yang satu terlepas dari
yang lain.
c. Pembawaan dan keturunan
Setelah soal keturunan dan soal pembawaan itu dibicarakan sendiri-sendiri, dapatlah
kiranya kita bandingkan kedua pengertian itu agar lebih jelas dan berhati-hati didalam
menggunakannya. Dimuka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan
yang terkandung dalam sel benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya.
Andaikata ada seorang anak yang ketika dilahikan telah membawa suatu cacat pada bagian
tubuhnya (umpamanya berbibir sumbing atau tidak berdaun telinga dan sebainya) dalam
hal ini tidak dapat kita katakan bahwa hal itu disebabkan oleh faktor keturunan. Mungkin
juga hal itu disebabkan oleh akibat-akibat yang terjadi dalam pertumbuhan embrio yang
tidak normal umpamanya karena sang ibu suka minum-muniman keras. Jadi, cacat itu
disebabkan karena faktor yang diperoleh dalam masa pertumbuhannya atau dibawah sejak
kelahirannya, bukan diperoleh dari keturunan. Cacat yang demikian (yang dibawah sejak
lahir) tidak menentukan suatu pertumbuhan tertentu.
d. Pembawaan dan bakat

18
Sebenarnya, kedua istilah itu pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama
maksudnya. Umumnya, dalam buku-buku ilmu jiwa kita dapati kedua istilah itu digunakan
sejajar, sama – sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Jika untuk
mengganti kata aanleg kedua istilah tersebut diatas dapat digunakan sama dengan maksud
yang sama pula, sebenarnya hal itu tidak diperlulah kita percakapkan disini.
Tetapi pengalam sehari-hari memaksa penulis untuk memikirkan apakah yang
dimaksud dengan kedua kata tersebut dan bagaimana perbedaannya. Titik berat
perbedaannya terletak pada luas pengertian, yang satu mengandung pengertian yang lebih
luas dari pada yang lain. Sedangkan kata pembawaan mengandung arti yang lebih luas
yaitu semua sifat ciri dan kesanggupan yang dibawah sejak lahir, jadi termasuk
pembawaan keturunan.
C. Beberapa macam pembawaan dan pengaruh keturunan
1. Perlu kiranya disini kami singgung sedikit beberapa “macam” pembawaan berikut
a. Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis
manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya, dan
sebagainya, semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan jenis-jenis
makhluk lain.
b. Pembawaan ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan
yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras,
misalnya ras Indo German, ras Mongolia, ras Negro. Setiap ras itu dapat terlihat perbedaan
satu sama lain.
c. Pembawaan jenis kelamin
Setiap manusia yang normal sejak dilahirkan telah membawa pembawaan jenis
kelaminnya masing-masing, laki-laki atau perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu
terdapat pula perbedaan sikap dan sifatnya terhadap dunia luar. Tetapi, dalam hal ini kita
hendaklah berhati-hati dalam mencari perbedaan sifat antara kedua jenis kelamin itu.
d. Pembawaan perseorangan
Selain pembawaan-pembawaan seperti tersebut diatas, tiap-tiap orang sendiri-sendiri
(individu) memiliki pembawaan yang bersifat individu (pembawaan perseorangan) yang
unik. Tiap-tiap individu meskipun bersamaan ras atau jenis kelaminnya masing-masing
mempunyai pembawaan, watak, intelegensi, sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda.
Jadi, tiap-tiap orang itu sendiri mempunyai pembawaan perseorangan yang berlain-
lainnya.

19
2. Beberapa macam pembawaan tersebut diatas yang peling banyak ditentukan oleh keturunan
ialah pembawaan ras, pembawaan jenis, dan pembawaan kelamin. Ketiga macam pembawaan
tersebut dapat dikatakan sedikit sekali dipengaruhi oleh lingkungan. Akan tetapi, pada
pembawaan perseorangan pengaruh lingkungan adalah penting. Banyak sifat pembawaan
perseorangan yang dalam pertumbuhannya lebih ditentukan oleh lingkungannya.
Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya lebih
ditentukan oleh pembawaan keturunan antara lain adalah:
a. Konstitusi Tubuh: termasuk didalamnya motorik seperti sikap badan, sikap berjalan, raut
muka, gerakan bicara.
b. Cara bekerjanya alat-alat indera. Ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis
perangsang tertentu (misalnya jenis makanan tertentu), mirip dengan kesukaan yang
dimiliki oleh ayah dan ibunya.
c. Sifat –sifat ingatan dan kesanggupan belajar.  Ada orang yang dapat menyimpan kesan-
kesan dalam waktu lama, tidak lekas dilupakan, dan ada yang sebaliknya.
d. Tipe perhatian, intelejensi kosien (IQ), dan tipe intelejensi, mengenai tipe perhatian, ada
orang yang dapat memusatkan perhatiannya kepada sesuatu yang relatif lama, tetapi ada
pula yang perhatiannya selalu berpindah-pindah keberbagai objek.
e. Cara-cara berlangsungnya emosi yang khas: cepat atau lambatnya mereaksi terhadap
sesuatu, dengan keras atau dengan tenang dengan cara timbulnya perasaan pada seseorang.
Dalam psikologi hal ini sering disebut temperamen.
f. Tempo dan ritme perkembangan.Setiap perkembangan yang dialami anak berlangsung
menurut kecepatan atau tempo dan ritmenya masing-masing. Ada yang cepat
perkembangannya, baik jasmani maupun rohani, tetapi ada pula anak yang lambat
perkembangannya.
D. Lingkungan (Environment)
1. Pengertian dan Macam Lingkungan
Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
lingkungan (Environment) meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita
kecuali gen-gen. Bahkan, gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan ( to
provide environment) bagi gen yang lain.
Menurut definisi yang luas ini, ternyata bahwa didalam lingkungan kita atau disekitar
kita tidak hanya terdapat sejumlah faktor pada suatu saat, tetapi terdapat pula faktor-faktor lain
yang banyak sekali, yang secara potensial sanggup atau dapat mempengaruhi perkembangan
dan tingkah laku kita. Akan tetapi, lingkungan kita yang aktual (yang sebenarnya) hanyalah
faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita, yang benar-benar secara mempengaruhi

20
pertumbuhan dan tingkah laku kita. Sartain membagi lingkungan itu menjadi tiga bagian
seagai berikut:
a. Lingkungan alam atau luar.
b. Lingkungan dalam.
c. Lingkungan sosial.

Yang dimaksud lingkungan alam atau luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini
yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim dan hewan. Yang dimaksud
lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang telah termasuk kedalam diri kita, yang dapat
mempengaruhi  pertumbuhan fisik kita. Suatu makanan atau minuman yang telah kita makan
dan berada didalam perut kita, ia berada diantara lingkungan dalam dan lingkungan luar kita.
Jika makanan telah dicerna dan sari-sari makanan itu telah diserap kedalam pembuluh-
pembuluh darah atau masuk kedalam cairan limpa dengan demikian memepengaruhi
pertumbuhan sel-sel didalam tubuh, maka ia telah benar-benar termasuk kedalam lingkungan
dalam kita.
Sedangkan yang dimaksud lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan
ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, misalnya dalam pergaulan sehari-hari
dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman kita. Sedangkan pengaruh tidak
langsung misalnya melalui radio, televisi, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya.
2. Bagaimana Individu Berhubungan dengan Lingkungan?
Allport merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut “kepribadian adalah
organisasi dinamis dari sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya
yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan”. Dari rumusan tersebut
jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu totalitas individu saja
tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Totalitas individu itu baru
disebut kepribadian apabila keseluruhan sistem psikofisiknya, termasuk pembawaan, bakat,
kecakapan, dan ciri-ciri kegiatannya, menyatakan diri dengan khas dalam menyesuaikan
dirinya dengan lingkungannya.
Menurut Woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat
dibedakan menjadi 4 macam:
a. Individu bertentangandengna lingkungannya,
b. Individu menggunakan lingkungannya,
c. Individu berpartisipasi dengan lingkungannya,
d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

21
Sebenarnya, keempat macam cara hubungan individu dengan individu dapat kita
rangkum menjadi satu saja, yakni individu itu senantiasa berusaha untuk “menyesuaikan diri”
(dalam arti luas) dengan lingkungannya.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti:
a. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian diri autoplastis).
b. Mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak atau keiinginan diri pribadi (penyesuaian
diri alloplastis).
Pada umumnya, tiap-tiap individu didalam kehidupannya menggunakan kedua cara
penyesuain diri tersebut dalam usaha mengembangkan dirinya dan dalam interaksinya dengan
lingkungannya.

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN INDIVIDU


A. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN
Selama hidup manusia tidak pernah statis, sejak lahir sampai meninggal manusia selalu
mengalami perubahan. Sehubungan dengan perubahan tersebutdikenal dua macam perubahan
yaitu:
1. Pertumbuhan yang diartikan sebagai perubahan yang yang bersifat kuntitatif, yaitu
bertambahnya ukuran dan struktur.
2. Perkembangan yang di artikan sebagai perubahan yang bersifat kualitatif, yaitu perubahan
yang progresif, koheren dan teratur.
Perubahan yang dialami manusia merupakan integrasi dari berbagai prubahan struktur dan
fungsi, karena itu perubahan ini tergantung pada hal-hal yang dialami sebelumnya dan
mempengaruhi hal-hal yang terjadi sesudahnya. Secara umum perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri manusia meliputi empat tipe, yaitu:
1. Perubahan ukuran yang meliputi perubahan fisik seperti bertambah tinggi, bertambah berat,
besarnya organ-organ dan sebagainya.
2. Perubahan proporsi, dapat diamati dari perbandingan antara ukuran-ukuran tubuh manusia
yang mengalami perubahan. Ada  bagian tubuh yang berkembang pesat, ada pula bagian tubuh
yang berkembang lambat dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
3. Hilangnya sifat-sifatatau keadaan tertentu, misalnya hilangnya rambut dan gigi  pada bayi,
hilangnya sifat kekanak-kanakan, hilangnya  gerakan-gerakan bayi yang tidak bermakna, dan
sebagainya.
4. Munculnya sifat-sifat atau keadaan-keadaan  baru, misalnya munculnya karakteristik-
karakteristik seksual, standar-standar moral, dan sebagainya.

22
Bila ditinjau dari faktor-faktor yang menentukan terjadinyaperubahan pada diri manusia,
dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang berperan yakni faktor kematangan dan faktor
belajar.
B. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PERKEMBANGAN
Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati” (The progressive and
continuous change in the organism from birt to deth ). Pengertian lain dari perkembangan
adalah“perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis.
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalah sebagai berikut:
1. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau
saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu
kesatuan yang harmonis. Contohnya : kemampuan berjalan seorang anak seiring dengan
matangnya otot-otot kaki, dan lain-lain.
2. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam (meluas)
baik secara kuntitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Contohnya : terjadi perubahan propirsi
dan ukuran fisik anak, dan perubahan pengetahuan anak dari yang sederhana kepada yang
kompleks.
3. Berkesinambungan, perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlansu g secara
beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat. Contohnya : untuk
dapat berdiri, seorang anak harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu
kemampuan duduk dan merangkak.
Perkembangan itu secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadinya perubahan dalam:
a. Asfek fisik : perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh lainnya.
b. Asfek psikis: semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan
berfikir, mengingat, serta menggunakan imajinasi kreatifnya.
2. Terjadinya perubahan proporsi dalam :
a. Asfek fisik: proporsi tubuh anak berubah sesuai dangan fase perkembangannya dan pada
usia remaja proporsi tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia remaja.
b. Asfek fsikis: perubahan imajinasi dari yang fantasi ke realitas, dan perubahan
perhatiannya dari yang tertuju pada dirinya sendiri  perlahan-lahan beralih pada orang lain
(teman sebaya)
3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama:

23
a. Tanda-tanda fisik : lemyapnya kelenjar Thymus (kelenjar anak-anak) yang terletak pada
bagian dada, kelenjarPineal pada bawah otak, rambut-rambut halus dan gigi susu.
b. Tanda-tanda psikis : lenyapnya masa mengoceh (meraban), bentuk gerak-gerik kanak-
kanak dan perilaku impulsive (dorongan untuk bertindak sebelum berfikir).
4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru:
a. Tanda-tanda fisik :pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja, baik primer
maupun sekunder.
b. Tanda-tanda psikis: berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang berhubungan dengan
seks, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral, dan keyakinan beragama.

C. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
1. Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Proses)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh
pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsug secara terus menerus
sejak masa konsepsi, sampai mencapai kematangan.
2. Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi, maupun social,
satu sama lainnya saling mempemgaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif
diantara asfek tersebut. Apabila seorang anak dalam perkembangan fisiknya mengalami
gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan
aspek lainnya, seperti kecerdasaannya kurang berkembang dan mangalami kelebihan
emosional.
3. Perkembangan Itu Mengikuti Arah Atau Pola Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap sebelumya yang merupakan prasyarat
bagi perkembangan selanjutnya.
Sementara itu, Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola
perkembangan itu  sebagai berikut:
1. Cephalicaudal and proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu mulai dari kaki ke
kepala(Cephalicaudal) , dan dari tengah: paru-paru, jantung, dan sebagainya, ke pinggir :
tangan (proximal-distal).

24
2. Stuktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan berfungsi setelah
matang strukturnya.
3. Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya perkembangan itu berlansung dari yang khusus
(spesipik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motoric (pisik) maupun mental (psikis).
Respon anak pada mulanya bersifat umum.
4. Perkembangan itu berlansung dari konkrit ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu
berprsoses dari satu kemampuan berfikir yang konkrit (objeknya tampak) menuju ke abstrak
(objeknya tidak tampak).
5. Perkembangan itu berlansung dari egosentrisme ke perspektivisme. Ini berarti pada mulanya
seorang anak hanya melihat atau memperhatikannya dirinya sendiri sebagai pusat, dia melihat
bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya. Melalui pengalamannya dalam
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, lambat laun sikap egosentris itu berubah menjadi
perspektivisme (anak sudah memiliki sikap simpati atau memperhatikan kepentingan orang
lain).
6. Perkembangan itu berlansung dari “outter control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya
anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orangtuanya), baik menyangkut pemenuhan
kebutuhan fisikmaupn psikisnya, sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi
oleh  pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambagnya pengalaman
atau belajar dari pergaulan sosisl tentang norma atau nilai-nilai, baik dilingkungan keluarga,
sekolah, teman sebaya atau masyarakat, anak dapat mengembangkan kemampuan untuk
mengontrol dirinya (inner control), seperti : dapat menganbil keputusan dan memecahkan
masalahnya sendiri.
7. Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya pada waktu dan tmpi yang
berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).  Umpamanya:
8. Otak mencapai ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun.
a. Tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja.
b. Imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai
puncaknya pada masa remaja.
9. Setip Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:
a. Sampai usia 2 tahun,anak memusatkan untuk untuk mengenal lingkungannya, mengusai
gerak-gerik fisik dan belajar berbicara.
b. Pada usia 3-6 tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia social (belajar
bergaul dengan orang lain).
10. Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahapan/Fase Perkembangan

25
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang
individu akan mengalami fase-fase perkembangan, yakni : bayi, kanak-kanak, anak, dewasa.
Dalam buku lain, prinsip perkembanganadalah:
1. Perkembangan sebagai fungsi interaksi antara organisme dengan lingkungan
Suatu pandangan menyatakan bahwa faktor pembawaan merupakan factor yang paling
penting dalam perkembangan. Pandangan lain menyatakan sebaliknya, bahwa lingkunganlah
yang merupakan faktor yang paling menentukan.
2. Perkembangan berlangsung lebih cepat pada tahun-tahun permulaan
Pada usia 9 bulan dalam kandungan, berat bayi ada yang mencapai 4 kg,suatu
penambahan berat sebesar 500 kali berat tatkala terjadinyapembuahan sel telur oleh sperma.
Perkembangan yang paling cepat terjadi pada tahun-tahun permulaan, tetapi perlu disadari
bahwa perkembangan itu berlangsung seumur hidup
3. Pengaruh kematangan terhadap hasil-hasil latihanLatihan dan pengajaran dapat berlansung
secara produktif jika pertumbuhan dalam diri individu kelak terjadi secara memadai, artinya
otot, syaraf, dan otak harus berkembang dulu sampai tingkatan tertentu. 
4. Polo-pola tingkah laku berkembang secara berurutan
Perkembangan adalah proses yang terjadi secara teratur, selangkah demi selangkah.
Setiap keterampilan, sifat, atau kemampuan harus mempunyai dasar-dasar yang
mendahuluinya.
5. Laju perkembangan bersifat individual
Setiap individu memiliki laju perkembangan sendiri-sendiri. Kecepatan perkembangan
individu-individu itu berlainan satu dengan yang lainnya.
6. Laju perkembangan individual itu bersifat konstanseorang
Maksudnya adalah  anak yang memiliki IQ tinggi saat masih kecil cendrung untuk
mempertahankannya sampai tahun-tahun berikutnya.
7. Perkembangan itu merupakan diferensiasi dan integrasi
Pertumbuhan fisik pada usia sebelum lahir merupakan gambaran yang jelas dari
deferensiasai. Adapun integrasi adalah tingkah laku yang terorganisir, harmonis, dan efisien
terjadi bersama dengan diferensiasi.
D. FASE-FASE PERKEMBANGAN
1. Pengertian Dan Kriteria Menentukan Fase Perkembangan
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan
kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu.
2. Kriteria Penahapan Perkembangan
Dalam hubungannya dengan proses belajar-mengajar (pendidikan), pentahapan perkembangan
yang dipergunakan sebaiknya bersifat elektif, maksudnya tidak terpaku pada satu pendapat

26
saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan
yang erat. Berdasarkan pendirian tersebut, perkembangan individu sejak lahir sampai masa
kematangan itu dapat digambarkan melewati fase-fase berikut.
Sementara itu Santrok dan Yussen membagi fase perkembangan berdasarkan waktu-waktu
yang dilalui manusia, yakni:
1. Fase pra natal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan
dan masa kelahiran.
2. Fase bayi adalah saat perkembangan yang berlansung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan.
3. Fase kana-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlansung sejak akhir masa bayi
sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah.
4. Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlansung sejak kira-
kira 6-11 tahun.
5. Fase remajaadalah fase perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10-12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18-
22 tahun.
E. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESRTA DIDIK
1. PERKEMBANGAN
Menurut Rena Akbar Hawadi (2001) perkembangan secara luas menunjuk pada
keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. Didalam istilah perkembangan juga tercakup
konsep usia yang dimiliki saat pembuahan dan berakhir dengan kematian. Menurut F.J.
Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih
sempurna dan tidak begitu saja diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan
yang bersifat tetap dan tidak dapat diulang kembali.
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi diatas adalah
perkembangan tidak terbatas pada pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan juga
didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlansung secara terus-menerus
dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju
ketahap kemaatangan melalui pertumbuhan, pemasakan dan belajar.
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju
kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-
perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulang. Perkembangan
menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.
Dalam mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa
keuntungan, diantaranya:
a. Mempunyai ekspentasi yang nyata tentang anak dan remaja

27
b. Dapat merespon dengan baik perilaku tertentu dari seorang anak
c. Membantu mengenali berbagai penyimpangan dari  perkembangan yang normal
d. Membantu memahami perkembangan diri sendiri.
Hal yang mendasari pentingnya mengetahui perkembangan peserta didik:
a. Masa Perkembangan Yang Cepat
b. Pengaruh Yang Lama
c. Proses yang Kompleks
d. Nilai yang Diterapkan
e. Masalah yang menarik.
Adapun faedah  mempelajari perkembangan peserta didik antaran lain:
Faeadah mempelajari perkembangan peserta didik banyak sekali, diantaranya seperti
mahasiswa mahasiswa mwmiliki pengetahuan tentang perkembangan peserta didik dan
berbagai persoalan khususnya pada anak dan remaja, baik sekolah atau madrasah serta dalam
kehidupan sehari-hari. Faedah mempelajari perkembangan peserta didik antara lain:
a. Dapat memahami secara garis besar pola umum perkembangan peserta didik pada tiap-tiap
fase.
b. Dapat memunculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama pada anak dan
remaja dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
c. Dapat mengarahkan seseorang untuk dapat berbuat dan berperilaku yang selaras dengan
tingkat perkembangan orang lain.
d. Khusus bagi pendidik, dapat memahami dan memberikan bimbingan dan arahan kepada
anak didik perkembangannya.
Faedah mempelajari perkembangan peserta didik tentu akan memberikan kemudahan bagi
pendidikan terutama dalam mengenali dan memahami serta memberikan arahan baik dalam
belajar maupun dalam memberikan solusi kepada anak didik terhadap setiap persoalan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
2. PERTUMBUHAN
C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau
kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau organisme sebagai suatu keseluruhan.
Menurut A.E. Sinolungan (1997) pertumbuhan merujuk pada perubahan kuantitatif, yaitu
dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Ahmad tantowi (1993)
mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size)
sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam
konteks perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif,  yaitu
peningkatan dalam ukuran dan struktur. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis dari

28
hasil proses kematangan fungsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnya keadaan fisik yang turun
temurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan.
3. KEMATANGAN
Pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sebenarnya merupakan satu kesatuan
dalam diri manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain. Laju perkembangan rohani
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan jasmani, denikian pula sebaliknya. Pertumbuhan dan
perkembangan itu pada umumnya berjalan selaras dan pada tahap-tahap tertentu menghasilkan
suatu “kematangan”, baik kematangan jasmani maupun kematangan mental.
Kematangan itu sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir.
Timbul dan bersatu dalam pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah
laku individu. Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai factor
keturunan atau pembawaan, karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang
umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan menunjuk
pada proses interinsik dari pencapaian tahap-tahap perkembangan. Kematangan lebih
merupakan gejala biologis daripada gejala psikologis atau belajar.
4. PERUBAHAN
Perkembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti perubahan
bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan itu tidak pula mempengaruhi proses
perkembangan seseorang dengan cara yang sama. Perubahan-perubahan dalam perkembangan
bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.
Untuk mencapai tujuan ini, realisasi diri merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini
dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk menjadi
manusia yang diinginkan baik secara fisik maupun psikis.

29
KONSEP DASAR KEPRIBADIAN

A. Difinisi Kepribadian
Menurut gordon Alport (1951) kepribadian atau personality didifinisikan sebagai suatu
kesatuan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan
caranya yang khas dalam penyesuaian diri dengan atau terhadap lingkungannya.
Berbicara kepribadian kita harus membicarakan temperament, sifat, karakter, kebiasaan.
1. Temperament adalah gejala karakteristik dari setiap emosi individu, termasuk juga mudah atau
tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya beraksi, kualitas kekuatan
suasana hatinya dan gejala ini tergantung kepada faktor konstitusional dan terutama berasal
dari keturunan.
2. Sifat/trait adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan
untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, serta melalui membimbing
tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama.
3. Watak atau karakter lebih bersifat stabil, herediter atau bawaan dan bersifat normatif.
4. Kebiasaan adalah sama dengan trait hanya perbedaan situasi yang dicocoki atau direspon yang
terjelma dari kondisi itu.
B. Tipologi Kepribadian
1. Tipe Kepribadian
Kontruksi ideal si pengamat dan seseorang dapat disesuaikan dengan type itu tetapi
dengan konsekuensi diabaikan sifat-sifat khas individualnya. Perkembangan kepribadian
dimulai masa remaja dengan ciri-ciri aktualisasinya dengan kematangan individu itu sendiri

30
dan motivasi memang sudah dibawa pada masa kanak-kanak semata-mata kepribadian itu
belum dimiliki. Anak dilengkapi dengan dorongan nafsu-nafsu dan reflek-reflek. Dari lahir
anak sudah memiliki potensi dan sifat. Pada tahun pertama akhir, anak telah menunjukkan
sifat yang khas itu.          
2. Pembentukan Kepribadian
Membentuk kepribadian menurut Sigmmund Freud dimulai dai Id, Ego, Super Ego,
karena Id adalah sumber dari motif yang paling dalam, sedangkan motivasi merupakan motor
berprilaku seseorang yang akan mencerminkan kepribadiannya. Menurut Murray Ego adalah
kenamaan kebudayaan dan nilai kesatuan yang mengatur tingkah lalu/aktifitas dan akan
menunjukkan kepribadian seseorang. Murray penganut pembentukan kepribadian itu
berdasarkan analisa motif yang tentunya tidak bisa terlepas dari alam kebutuhan seseorang.

3. Perkembangan kepribadian
Anak 2-3 tahun belum begitu tertari pada nilai-nilai. Anak lahir memiliki dorongan-
dorongan naluri dan reflek-reflek dan belum punya kepribadian. Usia 2,5 tahun belum
mempunyai kepribadian, tetapi sudah terlihat perbedaan kualitas kepribadian meliputi;
deferensiasi, integrasi, kematangan, imitasi, belajar dan pengembangan diri. Anak usia 5 tahun
keatas mulai mempunyai kualitas kepribadian. Anak mulai mengenal nilai, berdasarkan faktor
pertambahan usianya, berarti bertambah pula kematangannya, otomatis kepribadian semakin
berkembang.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap Kepribadian
Faktor sikap, bakat, kecakapan, minat dan perasaan (instrinsik faktor) sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Juga kebutuhan dan motivasi
serta tujuan seseorang berperilaku sangat menentukan kepribadian seseorang. Demikian pula
dengan persepsi seseorang. Faktor ekstrinsik atau faktor yang datangnya dari luar seperti;
sosialisasi seseorang (hubungan inter atau antar personal). Faktor budaya, nilai, ideologi,
politik, dan Hankam akan pula berpengaruh terhadap kepribadian. Karena kepribadian
seseorang itu berkembang dan dinamis maka dapat berubah atas pengaruh faktor belajar,
pengalaman, instrospeksi dan tingkat energi dalam tubuh ( faktor Biologis).
5. Aplikasi teori perkembangan kepribadian bagi perawat dan keperawatan
a. Perawat dapat mengembangkan kepribadiannya sesuai profil pribadi perawat tanpa harus
melalui pendidikan formal.
b. Perawat dalam melaksanakan tugasnya dalam Asuhan Keperawatan sesuai dengan teori
kepribadian, pembentukan kepribadian, perkembangan kepribadian, tipe dan jenis
kepribadian.

31
Menurut Hartman (2004), setiap orang memiliki kepribadian dasar. Kepribadian seseorang
telah terbentuk sejak nafas pertama ditiupkan di dalam kandungan. Kepribadian seseorang
memang dapat berkembang tetapi tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya.
Kepribadian adalah inti pikiran dan perasaan di dalam diri seseorang yang memberitahu
bagaimana ia membawa diri. Kepribadian merupakan daftar respon berdasarkan nilai-nilai dan
kepercayaan yang dipegang kuat. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional seseorang
disamping rasional terhadap setiap pengalaman hidup. Dengan kata lain, kepribadian adalah
proses aktif didalam setiap hati dan pikiran seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa,
berpikir dan berperilaku.
Taylor Hartman (2004) membagi tipe kepribadian menurut empat aspek dominan didalam
alam; api, tanah, air dan udara. Atas dasar ini kemudian ia membedakan empat tipe kepribadian
orang menurut kode warna, yaitu tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Kepribadian
merah merepresentasikan sifat-sifat api memiliki semangat yang membara dalam kehidupan;
kepribadian biru merepresentasikan sifat-sifat tanah kuat dan teguh dalam pendirian; kepribadian
putih merepresentasikan sifat-sifat dasar air mengalir dan mengikuti arus; kepribadian kuning
merepresentasikan sifat-sifat angin bertiup kesana kemari. Masing-masing tipe kepribadian
memiliki keunikan sendiri yang merupakan gabungan antara kekuatan dan kelemahan.
Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang sama persis
dengan orang yang lain, meski terlahir kembar satu telur. Memang ada jutaan variasi kepribadian,
namun menurut Hartman (2004) kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif
dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut
perbedaan motif dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam
tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Penggolongan berdasarkan warna ini dengan
maksud agar lebih mudah untuk diingat.
Kepribadian merah menjalani hidup dengan penuh kekuatan. Merah sangat berkomitmen
pada tujuan dan bertekad untuk menyelesaikan apapun yang disodorkan kehidupan di
hadapannya. Kepribadian merah begitu penuh tekad dan produktif sehingga keintiman diabaikan
atau disangkal sebagai bukan hal penting.
1. Kehidupan adalah rangkaian komitmen bagi biru. Berkomitmen pada hubungan mungkin
merupakan kekuatan biru yang terbesar. Biru senang bersama orang lain dan dengan sukarela
mengorbankan keuntungan pribadi demi memiliki hubungan yang akrab. Biru memberi diri
dengan murah hati dalam hubungan bernilai. Karena kesediaan untuk komit dalam hubungan,
biru menjalin persahabatan mendalam yang seringkali berlangsung seumur hidup. Biru sangat
bisa diandalkan dan memandang janji verbal sama mengikatnya seperti kontrak tertulis
manapun, bangga akan kemampuan mempertahankan hubungan jangka panjang. Sifat
mengagumkan ini memberi kredibilitas konsep bahwa biru biasanya menikmati hubungan

32
yang jauh lebih kaya daripada tipe kepribadian manapun. Biru sepenuhnya setia pada orang.
Biru tetap setia dalam masa senang dan susah. Ketika orang menyadari dalamnya komitmen
biru, mudah dipahami mengapa cuaca baik dan buruk tidak banyak berdampak pada kesetiaan
biru.
2. Biru dan putih sama-sama mampu sangat komit pada satu sama lain. Biru dan putih
menghargai rasa aman dan menemukan hubungan dalam komitmen sebagai cara paling
alamiah untuk menikmati hidup. Biru cenderung merasakan komitmen emosional yang
mendalam pada orang, sementara putih merasa mudah menerima dan mencintai orang-orang
yang dijumpai. Putih toleran dan menerima orang lain. Putih komit tanpa banyak ribut dalam
hubungan.
3. Tidak ada kepribadian lain yang mengejar kesenangan seperti kuning. Kuning seringkali
hidup untuk bermain. Ketika kuning tertekan ditempat kerja atau dirumah, hobi yang
membangkitkan energi atau liburan singkat menggantikan wajah lusuh dengan semangat
kemudaan. Kuning tidak mengerti mengapa ada yang mau komit pada sesuatu yang tidak
mengandung kesenangan didalamnya. Karena menyukai kesenangan dan tidak suka dikekang,
kuning jarang mau terikat dalam suatu pernikahan.
C. Sesungguhnya pribadi yang menyenangkan adalah Telah dibahas pada bab pendahuluan, pribadi
yang menyenangkan itu adalah kepribadian yang baik merupakan kunci sukses diterima atau
tidaknya kita dalam pergaulan, baik itu di rumah, kampus, kantor atau dimanapun. Coba saja kita
perhatikan hanya mereka yang berkepribadian menariklah yang memiliki banyak teman dan
sahabat. Orang-orang dengan kepribadian yang baik selalu dikelilingi oleh orang-orang yang
peduli padanya. Memang kepribadian merupakan watak dasar atau karakter seseorang yang sudah
terbentuk dalam dirinya. Karena itu kepribadian setiap orang jelas tidak sama. Namun bukan
berarti kepribadian yang buruk tidak bisa dirubah. Jika selama ini kepribadian dinilai kurang baik,
tidak ada salahnya kita mulai merubahnya dari sekarang. Bagaimanapun juga memperbaiki
kepribadian bukanlah sesuatu yang merugikan. Justru sebaliknya, merubah hal menjadi baik
adalah suatu jalan menuju kebenaran. Nah, kita tentu ingin menjadi pribadi yang disukai banyak
orang. Apalagi kalau kita berada di lingkungan kerja yang menuntut anda selalu berinteraksi
dengan orang lain
D. Langkah-langkah menjadi pribadi yang menyenangkan
Kepribadian manusia selalu menjadi tema yang menarik untuk dicari tahu, apalagi kepribadian
kita sendiri. Rasa ingin tahu tersebutlah yang lantas membuat banyak orang pergi ke psikolog
untuk menjalani tes-tes kepribadian. Semua ini dilakukan demi mengetahui “seperti apa
sesungguhnya diri kita ini?”
1. Jadilah Pemberi yang Tulus

33
Pribadi yang menyenangkan adalah pribadi yang menjadi pemberi yang tulus,
memberikan apapun yang terbaik, bermanfaat, membawa inspirasi untuk hidup yang lebih
baik bagi orang lain. Kita jangan pernah pelit, jangan menghitung untung-rugi, jangan
terbiasa menggantungkan hidup dari pemberian orang lain. Memberikan yang terbaik untuk
orang lain, terutama yang benar-benar membutuhkan kita.
2. Memiliki Kemauan yang Kuat
Orang yang tidak memiliki kemauan kuat tidak akan pernah sukses. Ini akan
bertambah buruk ketika kita mengandalkan pemikiran orang lain. Bila kita selalu bergantung
pada orang lain, berarti kita selamanya menjadi ”bawahan”; orang yang hanya menjadi
pelaksana kerja tanpa pernah menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan orang lain. Jadilah
pribadi yang berkemauan kuat untuk merasakan keberhasilan dan kebahagiaan. Percaya diri,
jangan mudah menyerah, perbesar motivasi untuk sukses adalah kunci atau kiat untuk
mencapai keberhasilan.

3. Jadilah Diri Sendiri


Gampang-gampang susah menjadi diri sendiri, yang memiliki kelebihan dan keunikan
di banding orang lain. Namun faktanya kita bisa menjadi diri kita sendiri; kita bisa memiliki
kelebihan di bidang yang kita geluti, dan memancarkan keunikan karena kita berbeda dari
orang lain. Syukuri apa pun keadaan kita saat ini, yakinlah pada apa yang kita perbuat; selama
perbuatan kita baik dan memancarkan kasih pada sesama. Dan, miliki standar penilaian untuk
diri sendiri; orang yang tepat menilai diri kita adalah kita sendiri. Orang lain memang dapat
menilai kita, namun ketepatannya tidaklah sama bila kita menilai diri kita sendiri.
4. Memiliki Etika
Pergaulan yang sehat mudah diciptakan bila setiap pribadi memiliki etika yang tinggi.
Sebaliknya pribadi yang amburadul, tidak menghargai aturan bersama, akan merusak citra
diri dan kelompok, termasuk dilingkungan kita berada atau bekerja. Menghargai orang lain
seperti kita menghargai diri kita sendiri akan mempermudah kita menyesuaikan diri dengan
orang lain. Menghargai sistem yang berlaku dilingkungan pergaulan, dan mempelajari seluk-
beluk etika yang melingkupi kita. Dengan perilaku seperti ini, kita akan mudah memiliki etika
yang diterima lingkungan, baik lingkungan kerja maupun keluarga.
5. Pribadi yang Sederhana
Kesederhanaan hati dalam berperilaku mencerminkan ”kerendahan jiwa” yang
memesona bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, kesombongan dan sikap selalu
meninggikan diri lebih sering merusak interaksi dengan sesama. Sebuah kesuksesan sering
kali bermula dari kesederhanaan sikap dan langkah. Oleh karena itu, apabila kita ingin
menciptakan keberhasilan yang tidak melukai orang lain, milikilah jiwa yang sederhana. Kita

34
tidak akan pernah merasa”lebih tinggi dan lebih hebat” dari orang lain apabila kita selalu
merendah, mengedepankan kesederhanaan yang mengagumkan.
6. Selalu tahu Berterima Kasih
Suatu kesuksesan dalam hidup ini tidak pernah datang sendirian. Kesuksesan sering
kali menghampiri kita bersama ”jasa orang lain”. Dengan kata lain, kita tidak akan bisa
meraih kesuksesan sendirian; ada andil orang lain. Oleh karena itu, bangunlah pribadi yang
”tahu berterima kasih” agar kita menyenangkan mereka yang turut memberi peran dalam
kesuksesan kita.
7. Lancarlah Berkomunikasi
Mengabaikan komunikasi sama halnya dengan mengabaikan keberhasilan. Oleh karena
itu, secepatnyalah membangun pribadi yang lancar berkomunikasi agar keberhasilan tidak
lewat begitu saja dihadapan kita. Dengan lancar berkomunikasi, kita kita akan mudah
memandu diri sendiri dan orang lain yang berada di lingkup kesuksesan kita untuk bersama-
sama memahami kesulitan atau tantangan yang harus dipecahkan, tanpa perlu terjadi salah
paham dalam suatu beban tugas.
8. Kendalikan Diri
Untuk membangun diri dengan baik kita harus mengendalikan diri sendiri dalam
segala hal. Pengendalian diri yang baik juga akan memandu kita dalam menentukan bidang
keberhasilan yang kita inginkan. Suasana apapun yang sedang melingkupi kita saat ini,
buatlah suasana itu menyenangkan bagi diri sendiri. Apabila kita sedang mengalami duka
yang mendalam, anggaplah hal itu sebagai ”pemanis hidup”. Jangan beranggapan bahwa kita
akan selamanya mengalami situasi pahit itu. Sebaliknya, bila kita sedang bersukacita, jangan
terbawa emosi untuk merayakan secara berlebihan. Kita harus dapat menendalikan diri untuk
secara wajar menikmati kebahagian yang kita rasakan. Penendalian diri itulah kuncinya.
Dalam situasi apa pun, kendalikanlah diri kita.
9. Jujurlah pada Diri Sendiri
Meski kadang menyakitkan, kejujuran tetap harus kita utamakan. Jangan biarkan diri
kita rusak hanya karena ketidakjujuran, kelicikan, suka berkelit, atau karena perbuatan-
perbuatan tidak kesatria lainya. Kita harus berdiri di atas kejujuran dalam setiap hal yang
berkaitan dengan impian menuju keberhasilan. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan
untuk menanamkam rasa jujur dalam diri kita sendiri; biasakan berbuat sesuatu sesuai dengan
ucapan anda, jangan ”menyembunyikan diri” dibalik kelemahan, akuilah kelemahan yang ada
pada diri kita, dan yang terakhir, ingatlah bahwa orang lain sakit hati ketika kita bohongi.
10. Bersikaplah Percaya Diri
Apa yang dapat kita lakukan tanpa kepercayaan diri? Mungkin kita hanya terombang-
ambing dalam sebuah keadaan tanpa bisa berbuat apa-apa. Mungkin kia hanya

35
menggantungkan nasib tanpa memiliki keputusan terbaik demi diri sendiri. Lebih berbahaya
lagi, seluruh hidup kita ketergantungan pada orang lain yang lebih memiliki kepercayaan diri.
Jadi sangatlah pantas bila kita melihat dan mengukur seberapa besar kepercayaan diri yang
kita miliki? Apabila kita belum memiliki kepercayaan diri, galilah dengan cerdas dari dasar
hati dan pikiran. Sebaliknya, apabila kita telah memilikinya, gunakan untuk meraih impian
dan kesuksesan dalam diri kita. Rasa percaya diri bisa membuat kita mudah untuk
menentukan sikap, mampu untuk mengatasi kesulitan hidup, dan rasa percaya diri menuntun
kita menuju apa yang kita impikan.
11. Bersikaplah Cepat Tanggap
Mungkin tidak ada tempat untuk orang yang berjalan lamban di jalur kesuksesan.
Tidakan yang lamban selain membuang waktu, juga terasa membosankan apabila kita tipe
pribadi yang ingin cepat dan cerdas dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Mungkin juga kita
merasa gerah bila melihat orang-orang di sekitar yang menyia-nyiakan waktu dan tenaga
hanya karena mereka kurang cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas-tugas. Orang
yang cepat tanggap tidak akan meremehkan waktu dan kesempatan yang datang
menghampirinya. Sebaliknya, apa pun tantangan atau kesempatan yang menghampiri, dengan
tanggap dan cekatan akan diambilnya; hasilya pun cepat mereka nikmati. Ada beberapa kiat
yang bisa dilakukan untuk menjadi pribadi yang cepat tanggap;
a. Jangan terbiasa membuang waktu dengan percuma. Kebiasaan menghabiskan waktu tanpa
tindakan yang bermakna hanya akan merugikan diri sendiri.
b. Kembangkan Imajinasi. Semakin kaya imajinasi, semakit cepat kita menanggapi setiap hal
yang menghampiri.
c. Mulailah sekarang, karena hari esok belum tentu berpihak pada kita. Apabila kita
beranggapan bahwa inilah saatnya untuk memulai, maka mulailah segera, jangan ditunda-
tunda.
12. Buat daftar perilaku anda yang terdiri dari kebaikan dan keburukan.
Kemudian coba bandingkan mana yang lebih banyak kebaikan atau keburukan. Lalu
pikirkan apa yang mendorong anda bersikap baik dan apa yang mendorong anda berperilaku
buruk. Berjanjilah pada diri sendiri untuk merubah hal-hal buruk pada diri anda. Setiap saat
anda berhasil merubahnya, berjanjilah untuk tidak kembali menjadi buruk. Dengan demikian,
perlahan-lahan sikap dan sifat buruk anda akan hilang sama sekali.
13. Jagalah ‘ucapan’ anda
Pepatah mengatakan ‘lidah lebih tajam daripada pedang’. Memang kadang kata-kata
dan ucapan yang ‘pedas’ terasa lebih menyakitkan daripada perbuatan buruk sekalipun. Kalau
selama ini anda dikenal sebagai orang yang ‘nyinyir’ dan ketus cobalah untuk merubahnya

36
perlahan-lahan. Tahan keinginan anda untuk melontarkan komentar buruk, celaan, dan
sindiran terhadap orang lain yang tidak anda sukai, sekalipun anda sangat ingin.
14. Dengarkan orang lain
Salah satu hal yang membuat anda disukai banyak orang adalah anda bisa menjadi
pendengar yang baik. Coba anda cermati setiap kali anda berinteraksi. Apakah anda terlalu
mendominasi percakapan jika berbincang dengan orang lain?. Jika ‘ya’ cobalah untuk belajar
mendengar. Jangan terlalu sibuk memuji diri sendiri. Berikan respon yang positif atas
percakapannya dengan anda.
15. Jangan menunjukkan sikap tidak setuju pada orang lain secara frontal, sekalipun memang
anda tidak setuju.
Pada moment tertentu seperti rapat kantor atau diskusi, anda memang boleh
mengungkapkan kebenaran dengan menyanggah pendapat orang lain yang anda anggap salah.
Tetapi pada obrolan santai seperti saat makan siang, anda tidak perlu terlalu menunjukkan
sikap tidak setuju pada pendapat teman anda. Anggukkan kepala setiap kali teman anda
berbicara.
16. Jangan biarkan orang lain merasa tidak nyaman dengan kehadiran anda.
Selama ini anda yang tergolong pemarah, sensitif, sering mengeluh, dan jarang
tersenyum membuat orang lain merasa enggan berada di dekat anda. Orang lain merasa tidak
nyaman, karena khawatir sewaktu-waktu anda akan melibatkan dia dalam emosi anda. Coba
kendalikan emosi dengan lebih memahami kehadiran orang-orang di sekeliling anda.
Belajarlah untuk berpikir positif dan tersenyumlah pada orang-orang yang menyapa anda.
Ciptakan suatu sikap yang membuat orang lain merasa ‘nyaman’ dengan kehadiran anda.
Memang pada awalnya anda akan kesulitan merubah kepribadian yang selama ini
melekat pada diri anda. Tapi percayalah kepribadian yang baik merupakan modal terbesar
dalam menuju sukses. Terlebih di lingkungan pekerjaan yang banyak melibatkan orang-orang/
personil.

37
INGATAN (MEMORI) , BELAJAR DAN KAITANNYA

A. Ingatan
Ingatan atau memori ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi
kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah : menerima kesan-kesan,
menyimpan, dan mereproduksikan.
Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi
bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kemabali dari sesuatu yang pernah
dialami.
Beberapa sifat ingatan, yaitu:
1. Ingatan yang cepat dan mudah, artinya seseorang dapat dengan mudah dalam menerima kesan-
kesan
2. Ingatan yang luas artinya sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan-kesan dan daerah
yang luas.
3. Ingatan yang teguh, artinya kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah. (tidak mudah
lupa).
4. Ingatan yang setia artinya kesan yang telah diterimanya itu tidak berubah, tetap sebagaimana
pada waktu menerimanya.
5. Ingatan mengabdi atau patuh, berarti bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah
diproduksikan secara lancar/
Prestasi ingatan berkaitan erat dengan kondisi jasmani, misalnya kelelahan, sakit dan kurang
tidur dapat menurunkan ingatan. Ingatan juga dipengaruhi oleh factor usia, ingatan paling tajam

38
pada manusia ialah kurang lebih pada masa kanak-kanak (10-14 tahun) dan ini baik sekali untuk
daya ingatan mekanis, yakni daya ingatan hanya untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah umur
ini, kemampuan mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi, tetapi hanya untuk kesan-
kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis) dan itu berlangsung antara umur 15-50
tahun.
Ingatan berhubungan pula dengan emosi seseorang. Seseorang akan mengingat sesuatu lebih
baik apabila peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan. Sedangkan kejadian yang
tidak menyentuh emosi diabaikan saja.
Produk dari ingatan ialah mengenal kembali (recognize) yakni kesadaran masa lampau,
sebagai akibat dari pengamatan. Peristiwa penting dalam ingatan ialah aktivitas psikis
mencamkan (memasukkan-meletakkan) atau yang disebut dengan memorisasi. Memorisasi dapat
memungkinkan seseorang untuk mengingat apa yang telah dipelajari, namun tidak berarti bahwa
semua “memory traces” ini akan tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu saat “memory
traces” akan dapat hilang. Ingatan itu bersifat individual artinya tiap-tiap anak mempunya tipe-
tipe ingatan sendiri. Maka seorang gur harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Guru jangan terlalu cepat, tetapi jangan pula terlalu lambat menerangkan bahan pelajaran.
2. Usahakan agar tidak terlalu banyak bahan yang diberikan dalam satu jam pelajaran.
3. Usahakan agar bahan pelajaran itu harus diulang setiap ada kesempatan dan guru harus
mengusahakan agar anak-anak mengulang pelajarannya.
4. Usahakan agar bahan pelajaran tidak mudah berubah-ubah, ada baiknya diikutsertakan
bekerjanya macam-macam indera.
5. Untuk dapat menimbulkan kesan-kesan dengan cepat dan patuh, anak harus diberi metode
yang baik di dalam menghafal di luar kepala (learning by heart).
6. Untuk mempertinggi prestasi belajar murid-murid dan para mahasiswa perlu dibangunkan
emosi dan kemauannya agar aktifitas belajar/ studi lebih menyenangkan dan menggairahkan.
Cara penyelidikan ingatan:
1. Metode mempelajari (the learning method)
Merupakan metode untuk menyelidiki sejauhmana waktu yang diperlukan atau usaha yang
dijalankan oleh subyek untuk dpat menguasai materi dengan baik.
2. Metode mempelajari kembali (the relearning methode
Merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari kembali yang
pernah dipelajari sampai pada suatu criteria tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut
pertama kali. Makin sering dipelajari materi tersebut, waktu yang dibutuhkan akan semakin
pendek.
3. Metode rekonstruksi

39
Merupakan metode dimana subyek disuruh mengkonstruksikan kembali suatu materi yang
diberikan padanya.. Dalam mengkonstruksi itu dapat diketahui waktu yang digunakan,
kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada criteria tertentu.
4. Metode mengenal kembali
Metode ini digunakan untuk mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek
disusun mempelajari sesuatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui
sejauhmana yang dapat diingayt dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan pilihan
ganda (multiple choice).
5. Metode mengingat kembali
Metode ini ialah subyek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
Misalnya dengan menyuruhnya mengerjakan ujian dalam bentuk essay maupun isian.
6. Metode asosiasi berpasangan
Metode ini mengambil subyek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan, untuk
mengethuai sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan
digunakan sebagai stimulus dan subyek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali
pasangannyta
B. Pengertian Belajar
Menurut:
1. James O. Whittaker, belajar adalah dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui dan
atau pengalaman.
2. Cronbach, learning is shown by change in behaviour as a result of experience.(belajar adalah
suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3. Howard L.Kingsley mengatakan bahwa learning is the process by which behaviour (in the
broader sense) is originated or change through practice or training. (Belajar adalah proses
dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
4. Geoch, learning is change is performance as a result of practice.
5. Slameto, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
C. Hakikat Belajar
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk
dibahas pada bagian ini, yakni kata "perubahan" atau change. Seseorang yang melakukan aktivitas
belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan

40
pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu diingatkan,
bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek
kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk
karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori
belajar dimaksud. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak
setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.
D. Ciri-Ciri Belajar
Ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu:
1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari. Terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah,
kebiasaannya bertambah.

2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional


Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus
menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk
memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha
belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan
yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan
karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat
saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan
sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar
bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6.
Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan

41
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka
perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah
mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda,
pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk
memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek
perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.
E. KAITAN ANTARA MEMORI (INGATAN) DENGAN BELAJAR
Ketika kita belajar artinya kita sedang menyerap informasi dari apa yang kita pelajari. Proses
diterimanya informasi semua tersimpan dalam memori dan memori ada di dalam otak
manusia.Memori otak manusia kerjanya mirip dengan memori komputer. Pada komputer,
memorinya disebut RAM (Random Access Memory) berfungsi merekam, memelihara dan
memanfaatkan informasi baru. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup perbendaharaan
kata, pengetahuan bahasa, semua informasi yang telah kita pelajari, pengalaman hidup pribadi,
segala kemahiran yang telah dipelajari dari mulai berjalan, berbicara hingga prestasi musik, seni,
olahraga dan sebagainya.
Konsep memori sangat erat berkaitan dengan pendekatan kognitif, dalam hal ini antara
belajar dan memori memiliki kaitan sangat erat. Belajar merupakan aktifitas dalam pendidikan
dan merupakan sebuah proses untuk mengetahui, memahami dan akhirnya menerapkan berbagai
informasi yang diterima selama proses pembelajaran.Ketika belajar mustahil terjadi tanpa tidak
melibatkan memori, sebab setiap eksekusi satu reaksi yang dipelajari membutuhkan memori
mengenai tindakan yang pernah dilakukan. Contohnya saja ketika seorang mahasiswa psikologi
diminta untuk mengulang kembali istilah-istilah sulit dalam pelajaran yang sebelumnya telah
dipelajari, maka dia tidak akan mampu merecall jika tidak ada memori yang tersimpan dalam otak
kita.
Setiap individu memiliki daya ingat (memori) yang berbeda-beda, sehingga hasil belajar yang
diperoleh pun berbeda-beda. Ada beberapa cara untuk memperkuat daya ingat, salah satunya
dengan latihan mental, misalnya dengan menggunakan tekhnik puzzle dan teki-teki. Selain itu
belajar secara berulang-ulang juga dapat membantu seseorang untuk memperkuat memorinya.

42
FRUSTASI DAN DEPRESI
A. Frustasi
1. Pengertian Frustasi
Frustasi adalah sebagai keadaan dimana seseorang sedang kalut, terlalu banyaknya
masalah, tekanan ataupun lainnya, sehingga tidak dapat menyelesaikannya, yang hampir sama
dengan stress, akan tetapi tidak bisa disamakan dengan pengertian putus asa. Akan tetapi dapat
juga diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami seseorang, ketika keinginanya tidak dapat
tercapai atau terganjal untuk dapat terealisasikan atau bisa juga cita-cita atau keinginanya
terhalang sehingga tidak dapat terwujud. Dalam hal ini halangan tersebut berasal dari berbagai
faktor, seperti dari keterbatasan fisik atau psikis.
2. Defense Mechanism (Reaksi mekanistis)
Seseorang yang mengalami frustasi akan bereaksi secara tidak sadar untuk mengurangi
tekanan batin yang menimbulkan rasa sakit atau stress. Reaksi itu disebut defense mechanism.
Dengan reaksi, ia sebenarnya berusaha mempertahankan harga dirinya dari realita yang
dihadapi.
Reaksi mekanistis dapat dibagi menjadi tiga bentuk pokok perilaku dalam upaya penyesuaian,
yaitu:
a. Aggressive Reaction (Reaksi menyerang/menyakiti)
Seseorang yang frustasi bisa melakukan tindakan menyerang, baik terhadap objek
penghalang penyebab frustasi atau terhadap objek pengganti. Dalam hal ini jika tindakan
43
menyerang berlangsung dalam jangka waktu lama, maka akan mendapat respon yang tidak
baik.
b. Withdrawal reaction (reaksi menghindar)
Reaksi menghindar dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Repression, Represi adalah proses peminggiran dari kesadaran, pikiran maupun
perasaan yang menimbulkan kepedihan, rasa malu, atau bersalah.
2) Fantasy, Ketika hasrat terganjal oleh realita, orang itu boleh jadi lari kedunia khayal
yang bisa memuaskan keinginanya yang terhalang.
3) Regression, Di dalam regresi seseorang melarikan diri dari realita yang menyakitkan
dan dari tanggungjawab yang di embannya menuju kearah keberadaan masa kanak-
kanaknya yang terlindungi. Orang itu kembali kekebiasaan lamanya dalam upaya
penyesuaian diri agar terlepas dari kepenatan batinnya seperti; menangis, mencibirkan
bibir seperti yang biasa anak-anak lakukan, atau perilaku yang minta diperhatikan, dan
lain-lain yang dulu pernah dikerjakan pada masa kanak-kanak.
c. Compromise Reactions (Reaksi kompromistis)
Di sini individu harus menyerah kepada suasana yang mengancam atau tidak
megenakkan sebagai akibat frustasi, tetapi tanpa harus menyerah total sehingga tujuan
yang diimpikan tetap bisa terealisasi. Adapun reaksi yang muncul dari hal tersebuut
adalah:
1) Reaksi agresif
2) Reaksi menghindar atau menarik diri
3) Reaksi mengganti atau kompromistis.
B. Depresi
1. Pengertian Depresi
Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban
dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki
pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka
menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan. Menurut Suryantha Chandra
(2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi
kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih,
murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi
untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak
mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya
menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang,
kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).

44
Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba lamban
(retardasi psikomotor), fungsi kognitif (aktifitas mental emosional untuk belajar, mengingat,
merencanakan, mencipta, dan sebagainya) terganggu. Jadi depresi mencakup dua hal
kesadaran yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan perilaku orang
yang depresi berbeda - beda dari yang ringan sampai pada kesulitan - kesulitan yang
mendalam disertai dengan tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan gaya gerak lambat
(A. Supratiknya, 1995 : 67).
Menurut Maramis (1998 : 107), depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau
emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan,
putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan komponen somatik
seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun. Dengan kondisi yang demikian,
depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam
hidupnya.
Depresi pada lanjut usia kemungkinan akan sangat berkaitan dengan proses penuaan
yang terjadi pada diri lanjut usia, pada fase tersebut sering terjadi perubahan fisik dan mental
yang mengarah ke penurunan fungsi. Proses menjadi tua menghadapkan lanjut usia pada salah
satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Hurlock (1992 : 387 )
mengemukakan beberapa masalah yang umumnya unik pada lanjut usia, yaitu:
a. Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai
perubahan besar dalam pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi fisik yang sesuai dengan perubahan status ekonominya.
d. Mencari teman untuk mengganti pasangan yang meninggal atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak – anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang
dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan
memiliki kemampuan untuk menggantikan kegiatan lama yang berat dengan yang lebih
cocok.
i. Menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat “buaya darat”, dan kriminalitas
karena tidak sanggup lagi mempertahankan diri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia adalah suatu keadaan
dimana individu mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap suasana hati,
cara berpikir, fungsi tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan
kegembiraan, insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan depresi dapat

45
diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang mengganggu kewajaran sikap dan tindakan
individu atau menyebabkan kesedihan yang mendalam.
2. Aspek Depresi
Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa
aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.
a. Aspek yang dimanifestasikan secara emosional, yaitu:
1) Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood) ; perasaan ini menggambarkan
keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari
kesedihan sesaat hingga kesedihan yang terus - menerus.
2) Perasaan negatif terhadap diri sendiri; perasaan ini mungkin berhubungan dengan
perasaan sedih yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan
kepada diri sendiri.
3) Hilangnya rasa puas; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan.
Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan
psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
4) Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan
orang lain; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini
dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan
emosi terhadap orang lain.
5) Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh
penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis
selama bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi
tidak dapat menangis.
6) Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan
kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada
kemampuan penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar.
Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.
b. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif, yaitu:
1) Rendahnya evaluasi diri; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya.
Biasanya mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti
kemampuan prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan
sumber keuangannya.
2) Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa
dirinya jelek dan tidak menarik.
3) Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak
uasaha terapi yang dilakukan.

46
4) Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk anggapan
penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik
dirinya untuk segala kekurangannya.
5) Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik depresi
yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk
mengambil keputusan, memilih alternatif yang ada, dan mengubah keputusan.
c. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional ; meliputi pengalaman yang disadari
penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan. Ciri utamanya adalah sifat
regresif motivasi penderita, penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut
adanya suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.
d. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik, meliputi kehilangan nafsu makan,
gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat.
Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu mengalami
depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri sendiri,
kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu juga
kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan selalu ingin
menghindari orang lain.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala depresi
yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan,
raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri
dari perasaan kesal atau patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas,
hilangnya keterlibatan emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan
hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif
meliputi sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya.
Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang disadari
penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala yang muncul
sebagai gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom dan hipotalamus.
3. Proses Terjadinya Depresi
Dalam kehidupan individu, ada periode - periode kritis yang berpengaruh terhadap
perkembangan individu selanjutnya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari figur yang
penting bagi individu pada periode kritis akan mempengaruhi kecenderungan depresi pada
masa yang akan datang. Pada saat individu merespon kembali situasi serupa yaitu kurangnya
kasih sayang dan perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan depresi yang lebih
tinggi dibandingkan pada orang yang tidak mengalami keadaan demikian.
Kehidupan manusia ditandai oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Depresi
dapat timbul karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar individu.

47
Menurut Abraham (dalam Meyer, 1984 : 165), keadaan depresi didominasi oleh perasaan
kehilangan, rasa bersalah dan ada perasaan ambivalen antara cinta dan benci. Ambivalensi dari
depresi ada dua, yaitu:
a. Marah dan benci terhadap objek cinta yang hilang kerena persepsi tentang dirinya yang
ditinggalkan atau ditolak.
b. Rasa bersalah karena keyakinannya bahwa dirinya telah gagal merespon secara tepat dan
sesuai terhadap objek cinta yang hilang.
Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering
terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan
hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi,
karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga
disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap.
Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam
menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi
kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri
sendiri. Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu
tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang,
sesuatu atau aktifitas.
Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang
tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan
penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta
meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam
Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang
dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi.
Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah satu
daridua proses dibawah ini, yaitu:
a. Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan dapat
membatasi (reinforcement) yang diterima individu. Individu yang menyandarkan diri pada
satu atau dua reinforcement akan cenderung mudah terserang depresi karena kurangnya
reinforcement.
b. Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha menghindar di
lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena individu ingin
menghindari kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus yang menyebabkan
kecemasan, maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul
depresi.

48
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi terjadi karena
individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan
yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak
atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik,
sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.
4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi
Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi, yaitu:
a. Faktor individu yang meliputi:
1) Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara biologis, penyakit fisik tertentu.
2) Faktor psikologis seperti kepribadian, proses menua secara psikologis. Pada
kepribadian introvert akan berusaha mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan
keyakinannya, sedangkan kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan dirinya
dengan menyesuaikan keinginan - keinginan dari orang lain.
b. Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga
berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya
tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang
diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera
individu.
c. Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan depresi, diantaranya adalah proses menua secara biologis, penyakit fisik,
kepribadian, kehilangan orang yang dicintai, dan faktor lingkungan.

49
MOTIF DAN MOTIVASI
A. Pengertian Motif dan Motivasi
Motif berasal dari bahas latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu motif
diartiakan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat
atau merupakan driving force.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku
kea rah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3 aspek
yaitu:
1. Keadaan terdorong dalam diri organism yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya
kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir
dan ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini.
3. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
B. Motif sebagai inferensi, eksplanasi dan prediksi
Suatu hal yang penting berkaitan dengan motif ini ialah bahwa motif itu tidak dapat diamati
secara langsung. Tetapi motif dapat diketahui atau terinferensi dari perilaku, yaitu apa yang
dikatakan dan apa yang diperbuat oleh seseorang. Dari hal – hal tersebut dapat diketahui tentang
motifnya. Dengan kesimpulan orangmempunyai alat yang baik untuk mengadakan eksplanasi
mengenai perilaku. Motif juga membantu seseorang untuk mengadakan prediksi tentang perilaku.
Apabila orang dapat menyimpulkan motif dari perilaku seseorang dan kesimpulan tersebut benar,

50
maka orang dapat memprediksi tentang apa yang akan diperbuat oleh orang yangbersangkutan
dalam waktu yang akan datang.
C. Lingkaran Motivasi
Pada umumnya motivasi mempunyai sifat siklas ( melingkar ), yaitu motivasi timbul, memicu
perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan (goal) tercapai motivasi itu
berhenti. Tetapi itu akan kembali ke keadaan semula apabila ada sesuatu kebutuhan lagi. Pada
tahap pertama timbulnya keadaan pemicu ( driving state ). Istilah drive dorongan atau picu
biasanya digunakan bila motiv yang timbul itu berdasarkan kebutuhan biologis atau fisiologis.
Drive timbul dapat karena organism itu merasa ada kekurangan dalam kebutuhan ( needs ).
Untuk memahami motif pada manusia dengan lebih tuntas, ada faktor lain yang berperan
dalam siklus motif tersebut, yaitu faktor kognitif. Seperti diketahui bahwa kognitif merupakan
proses mental seperti berpikir, ingatan, persepsi. Dengan berperannya fakor kognitif dalam
siklus motif, maka driving state dapat dipicu oleh pikiran ataupun ingatan.

D. Teori-Teori Motif
Seperti telihat dalam siklus, motif atau driving state dapat timbul karena stimulus internal,
stimulus eksternal, ataupun interaksi antara keduanya ( Crider,dkk.1983 ). Mengenai motif ini ada
beberapa teori yang diajukan yang member gambaran tentang seberapa jauh peranan dari stimulus
internal dan eksternal. Teori – teori tersebut adalah:
1. Teori insting ( instinct theory)
2. Teori dorongan ( drive theory )
3. Teori insentif ( insentive theory )
4. Teori atribusi
5. Teori kognitif.
E. Jenis-Jenis Motif
1. Motif Fisiologis
Dorongan atau motif fisiologis pada umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk
mendapatkan udara segar. Dorongan – dorongan tersebut adalah berkaitan dengan kebutuhan –
kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Karena itu motif ini
juga sering disebut sebagai motif dasar ( basic motives ) atau motif primer ( primary motives )
karena motif atau dorongan ini berkaitan erat dengan pertahanan eksistensi kehidupan.
Dorongan ( drive ) ini merupakan dorongan atau motif alami, merupakan motif yang dibawa.
a. Tujuan yang dipelajari

51
Hewan dan manusia kadang – kadang belajar mencapai tujuan yang tidak langsung
berkaitan dengan pemuasan kebutuhan biologis. Tujuan semacam ini yang sering disebut
sebagai tujuan yang dipelajari (learned goal) atau tujuan sekunder.
b. Motif dan kebutuhan yang dipelajari
Pengertian kebutuhan yang dipelajari sering digunakan apabila motif itu timbul karena
proses belajar. Berkaitan dengan ini misalnya kebutuhan sosial yang juga kadang – kadang
disebut motif sosial. Disebut motif sosial karena motif ini dipelajari melalui interaksi
sosial. Sebagai hasil proses belajar yang kompleks khususnya melalui kondisioning
operand an modeling dalam keluarga anak belajar adanya kebutuhan akan prestasi.
2. Motif Sosial
Motif sosial merupakan moif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak
perilaku atau perbuatan manusia. Dikatakan sosial karena motif ini dipelajari dalam kelompok
sosial. McClelland berpendapat bahwa motif sosial itu dapat dibedakan dalam:

a. Motif berprestasi atau juga disebut (need for achievement)


Orang yang mempunyai kebutuhan atau need ini akan meningkatkan performance,
sehingga dengan demikian akan terlihat tentang kemampuan prestasinya. Untuk
mengungkap kebutuhan akan prestasi ini dapat diungkap dengan teknik proyeksi.
b. Motif berafiliasi atau juga disebut kebutuhan afiliasi ( need for affiliation )
Afiliasi menunjukkan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan berhubungan dengan
orang lain.
c. Motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa (need for power)
Dalam interaksi sosial orang akan mempunyai kebutuhan berkuasa ( power ).
Kebutuhan akan kekuasaan ini bervariasi dalam kekuatannya dan dapat diungkapkan
dengan teknik proyeksi.
3. Teori kebutuhan dari Murray
Kebutuhan – kebutuhan yang dikemukakan oleh Murraybatau juga disebut motif – otif
adalah sebagai berikut:
a. Merendah atau merendahkan diri
b. Berprestasi
c. Afiliasi
d. Agresi
e. Otonomi

52
f. Counteraction
g. Pertahanan
h. Hormat
i. Dominasi
j. Ekshibisi atau pamer
k. Penolakan kerusakan
l. Infavoidance
m. Member bantuan
n. Teratur
o. Bermain
p. Menolak
q. Sentience
r. Seks
s. Bantuan tau pertolongan
t. Mengertis

4. Motif eksplorasi, kompetensi, dan self-aktualisasi


a. Motif untuk mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan yang oleh Woodworth dan
Marquis disebut sebagai motif objektif
Salah satu macam motif yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquia (1957)
adalah motif eksplorasi ini. Menurut mereka terdapat adanya macam – macam motif yaitu:
1) Motif yang berkaitan dengan kebutuhan organis
2) Otif darurat
3) Motif objektif dan minat.
b. Motif untuk menguasai tantangan yang ada dalam lingkungan dan menanganinya dengan
secara selektif ( motif kompetensi )
Motif kompetensi ini adalah berkaitan dengan motif intrinsic, yaitu kebutuhan
seseorang untuk berkompetensi dan menentukan sendiri dalam kaitan dengan
lingkungannya. Sebaliknya motif ekstrinsik yang ditujukan kepada tujuan yang terletak di
luar individu.
c. Motif untuk aktualisasi diri yang berkaitan sampai seberapa jauh seseorang dapat
bertindak atau berbuat untuk mengaktualisasikan dirinya.

53
EMOSI
A. Pengertian Emosi
Rasa marah, kesal dan tidak suka sering kita identikan dengan emosi. Seringkali saat marah
orang pun mengatakan “diam kau,tak lihat orang lagi emosi kah?!”. Lalu apa sebenarnya emosi
dan marah itu sama?, atau marah itu bagian dari emosi? Menurut beberapa sumber, emosi dapat
diartikan sebagai berikut:
1. Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang
tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Karena itu, emosi lebih intens daripada perasaan dan sering terjadi perubahan perilaku,
hubungan dengan lingkunganpun kadang-kadang terganggu.
2. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan(state) dari diri organisme atau
individu pada suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang, terharu dan sebagainya bila
melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau dan sebagainya. Dengan perkataan lain
perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa
tersebut pada umumnya datang dari luar; dan pada umumnya menimbulkan kegoncangan-
kegoncangan pada individu yang bersangkutan.
3. Emosi terkadang juga diidentikan dengan perasaan, yaitu suatu keadaan kerohanian atau
peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungannya
dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.

54
Coleman dan Hammen menyebutkan, setidaknya ada empat fungsi emosi: Pertama, emosi
adalah pembangkit energy(energizer). Tanpa emosi, kita tidak sadar bahkan dapat dikatakan mati.
Hidup ini berarti merasai, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan dan
memobilisasi energy kita; marah menggerakan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita
untuk menjauh atau lari, dan cinta mendorong kita untuk mendekat dan bermesraan. Kedua, emosi
adalah pembawa informasi(messenger). Bagaimana keadaan diri kita dapat diketahui dari emosi
yang sedang menguasai tubuh kita ini. Jika marah,kita mengetahui bahwa kita dihambat atau
diserang orang lain atau suatu objek tertentu; sedih berarti kita kehilangan sesuatu yang kita
senangi; bahagia berarti mendapatkan sesuatu yang kita senangi; atau berhasil menghindari sesuatu
yang kita benci. Ketiga, emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intarpersonal,
namun juga informasi dalam komunikasi interpersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa
ungkapan bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara universal. Dalam retorika diketahui
bahwa pembicaraan yang menyertakan seluruh emosi dalam pidato dipandang lebih hidup,
dinamis, dan lebih meyakinkan. Keempat, emosi juga merupakan sumber informasi dari tentang
keberhasilan kita. Kita mendambakan kesehatan dan mengetahui ketika kita merasa sehat walafiat.
Kita mencari keindahan dan mengetahui bahwa kita memperolehnya ketika kita meraakana
kenikmatan estetis dalam diri kita.
Jadi emosi itu bisa disimpulkan sebagai perasaan dan reaksi rohani yang bisa mempengaruhi
fisik yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi dilingkungan sekitar. Mampu tidaknya seseorang
dalam mengendalikan emosi juga akan berpengaruh pada dirinya sendiri. Dalam suatu pepatah pun
mengatakan bahwa orang yang sukses ialah orang yang sukses mengendalikan emosinya, yang
biasa disebut dengan kecerdasan emosi
B. Macam-macam emosi
Emosi berdasarkan arah aktivitasnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Emosi marah
Dalam emosi ini mengekspresikan ketidak sukaan dan menolak terhadap suatu
peristiwa. Dalam aktivitasnya tentu seseorang akan berarak menentangnya secara aktif. 
Kemarahan selalu terlihat berhubungan dengan keadaan tertentu. Kemarahan bisa pula timbul
sehubungan dengan keadaan yang sebetulnya tidak lazim menimbulkan kemarahan. Itu
tergantung dari factor belajar dan pendewasaan.
2. Emosi Takut
Dalam emosi takut tentu seseorang akan berarak meninggalkannya..
3. Emosi Cinta
Emosi ini merupakan gambaran kesenangan bagi si pelaku, tentunya mereka akan
mendekatinya. Lalu apa itu definisi cinta sendiri? Tentunya sama halnya jika kita dsisuruh
untuk mendefinisikan ihwal dalam kebahagiaan. Dalam bukunya The Art of Loving, erich

55
Fromm sedemikian jauh telah berbicara mengenai cinta sebagai alat untk mengatasi
keterpisahan manusia, sebagai pemenuhan kerinduan akan kesatuan.
4. Emosi Depresi
Seseorang mulai menutup ekspresi terbuka daripada emosi-emosinya, dan akan
meluapkan dalam dirinya saja.
C. Teori-teori mengenai emosi
Diantaranya:
1. Teori Sentral
Menurut teori ini gejala kejasmanian merupakan satu akibat dari emosi yang dialami
oleh individu, jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami
perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Karena itu teori atau pendapat ini dikenal
dengan teori sentral, yang dikemukakan oleh Canon. Jadi menurut teori ini, gejala
kejasmanian merupakan akibat datangnya emosi pada individu tersebut.

2. Teori Perifir
Uraian teori ini merupakan kebalikan dari teori diatas, bahwasanya gejala jasmani
justru penyebab dari emosi tersebut. Menurut teori ini orang menangis bukan karena ia
susah, tetapi ia susah karena menangis. Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange,
sehingga sering disebut sebagai teori James-Lange dalam emosi. Sementara ahli mengadakan
eksperimen-eksperimen tentang sejauh mana kebenaran teori ini, dan pada umunya
menyatakan teori ini tidak tepat.
3. Teori kepribadiank
Menurut pendapat ini bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, di mana
pribadi ini tidak dapat dipisahkan dalam jasmani dan psikis dalam substansi yang
terpisah. Jadi setiap emosi dalam perasaan memang secara otomatis mempengaruh ke
jasmaninya. Teori ini dikemukakan oleh J. Linchoten
4. Mengendalikan emosi
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ini berkaitan dengan peran emosi dalam
kehidupan seseorang, karena emosi sering kali menentukan prestasi dan image seseorang bagi
orang lain. Agar kehidupan sehari-hari kita tentram, kita tidak hanya harus mampu
mengendalikan emosi, namun juga harus bisa memiliki emosi yang tepat dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan. Sehubungan dengan hal itu, ada cara-cara
untuk menghadapi emosi yang kita miliki kaitannya emosi-emosi yang negatif:

56
a. Hadapilah emosi tersebut. Salah satu cara agar orang terhidar dari emosi tersebut(takut)
adalah dengan menghadapi sesuatu yang menjadikan dirinya merasa takut, tentu hal ini
bukanlah perkara mudah, karena dibutuhkan niat dan tekad yang besar.
b. Jika mungkin, tafsirkan kembali situasinya. Intinya kita harus membuat sesuatu yang kita
takuti atau sesuatu yang membuat kita emosi menjadi sebuah hal yang semestinya kita
takutkan, tafsirkanlah/bayangkanlah jika sesuatu tersebut adalah hal yang menyenangkan
dan sebagainya.
c. Kembangkan rasa humor dan sikap realistis. Maksudnya, terkadang butuh waktu yang
lama untuk menginterpretasikan sesuatu yang membuat kita emosi. Maka dari itu,
memunculkan humor-humor dan sesuatu yang bisa membuat tertawa adalah salah satu
solusinya. Karena dengan tertawa dapat meringankan ketegangan otot dan syaraf (emosi).
d. Atasilah secara langsung problem-problem yang menjadi sumber emosi. Memecahkan
problem pada dasarnya memang jalan yang paling baik daripada mengendalikan emosi
yang muncul. kita sendiri akan memperoleh hasil yang lebih menyenangkan dan perasaan
bangga karena mampu memecahkan hal yang menjadi sumber masalah kita.

D. Implikasi emosi dalam pendidikan


Berbicara pendidikan tentu erat kaitannya dengan inteligensi yang dimiliki dalam individu
pula. Pengaruh inteligensi dalam perkembangan jiwa seseorang amat ditentukan dalam
penggunaan alat pikirnya. Namun perlu dicatat ia bukan satu-satunya alat yang menentukan
tingkat perkembangan manusia. Pada abad 19, orang-orang barat begitu mengagumi akan
pentingnya IQ sebagai faktor penentu kesuksesan hidup. Namun belakangan posisi IQ mulai
bergeser dan digantikan dengan kecenderungan baru yakni bahwa justru Emotional Quotient (EQ)
lah yang dinilai sebagai kesuksesan seseorang.
Kemudian salah arti apabila emosi hanya berpengaruh pada hal negatif, karena emosi
merupakan suatu hal yang sangat berperan dalam segala aktifitas termasuk dalam pendidikan.
dalam hal ini proses belajar dalam upaya mencapai suatu keberhasilan dan prestasi dalam
pendidikan. Dari fungsi emosi sendiri yaitu kaitannya kemampuan manusia dalam bertahan hidup
dan kaitannya dalam semangat dalam kehidupannya, baik dalam bekerja, makan, dll.
Dari fungsi diatas terbukti bahwa emosi mempunyai suatu kekuatan yaitu energizer/spirit, maka
jika kekuatan ini dikaitkan dalam proses pendidikan maka emosi ini akan memicu prestasi serta
keberhasilan individu dalam pendidikan ketika individu tersebut menggunakan Emosinya dengan
tepat. karena menurut penelitian bahwa yang mempengaruhi keberhasilan bukanlah tingkat IQ
yang tinggi saja namun aspek lainnya yang justru berperan lebih besar daripada IQ, terbukti
bahwa IQ hanya berpengaruh 20% saja dalam keberhasilan, akan tetapi 80% lainnya dipengaruhi

57
oleh kecerdasan yang lain termasuk didalamnya peran emosi perlu dipertimbangkan.
Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat
mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang
negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu,
pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri
pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan
penciptaan kegembiraan belajar. kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama
kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana
kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman
dan nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan
pengembangan kecerdasan emosi pada siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan
seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang
lain.
Maka dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam proses pendidikan, emosi sangat
berperan dan perlu untuk dilibatkan dalam proses pembelajaran karena emosi mempunyai suatu
kekuatan yang dapat memicu kita dalam mencapai suatu prestasi belajar. Maka dengan ini
keberhasilan sangatlah keliru jika dianggap factor utamanya adalah IQ yang tinggi karena banyak
orang yang berhasil dalam sisi akademik namun tidak bisa melakukan apapun dengan
keberhasilannya dalam kehidupan yang nyata, oleh karena itu keterlibatan emosi sangat penting
dalam segala aktifitas, apalagi jika kita dapat mengelola emosi itu dengan tepat.

58
SIKAP DAN PERUBAHAN SIKAP
A. Definisi sikap
Attitude atau sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu atau orang sikap didasarkan pada
informasi afektif, behavioral, dan kognitif. Affectife coponent terdiri dari emosi perasaan orang
terhadap stimulus, khususnya evaluasi positif atau negatif. Behavioral component adalah cara
oarang bertindak dalam merespons stimulus. Cognitife component terdiri dari pemikiran
seseorang tentang objek tertentu, seperti fakta, pengetahuan dan kenyakinan. Ketiga komponene
sikap itu tidak selalu saling terkait, karenanya kita perlunmembahas tiga aspek itu.
B. Teori sikap
Ada beberapa teori yang membantu kita memahami bagaiman sikap kita dibentuk
1. Teori belajar
Teori yang dikembang kan oleh kall hoflan dan kawan-kawannya berasumsi bahwa
proses bembentukan sikap sama seperti penbentuakn kebiasaan orang mempelajari informasi
dan fakta tentang objek sikap yang berbeda-beda dan mereka juga mempelajari perasaan atau
nilai yang diasosiasikan dangan fakta itu. Kita menperoleh informasi melalui association
(asosiasi) yaitu penghubung dalam memori antara stimuli yang berkaitan. Belajar juga bisa
dilakukan melalui reinfosmen dan panismen. Sikap juga bisa dipelajari melalui imitetion
(nirwan) orang menirukan orang lain.
2. Konsistensi kognitif

59
Teori ini menegaskan bahwa seseorang selalu berusaha mendapatakn koherensi dan
makna dalam kognisinya ada beberapa teori yang spesifik yang menekankan arti penting
eksistensi kognitif. Teori keseimbangan. Teori konsistensi paling awal adalah balance theory
(heider, 1958). Teori ini membahas konsistensi diantara perasaan dan kenyakinan yang dianut
oleh seseoarang dan biasanya dideskripsikan dalam term oarang, oarang lain, dan ojek sikap.
3. Teori disonansi kognitif
Teori konsistensi kognitif yang paling berpengaruh adalah cognitif dissonance theory,
yang diusulkan oleh leon festinger (1957). Seperti teori konsistensi kognitif lainya, teori
disonansi kognitif mengasumsikan bahwa ada tekanan untuk menjadi konsisten. Teori
disonansi terutama membahas inkonsistensi antara siakp dan perilaku seseorang. Dissonance
didefinisikan sebagai keadaan motivasional aversif yang terjadi saat beberapa perilaku yang
kita lakukan tidak konsisten dengan sikap kita. Disonansi selalu muncul terutama jika sikap
dan perilaku yang tak selaras itu adalah penting bagi diri kita.
Disonansi setelah keputusan. Salah satu tindakan yang hampir selalu menimbulakan
disonansi adalah pengambilan keputusan. Ketika kita harus memilih dua atau lebih alternatif,
pilihan akhir kita biasa tak konsisten (tidak sesuai) denagn setidaknya beberapa kenyakinan
kita. Setelah kita mengambil keputuasan, semua aspek yang baik dari alternatif yang tidak
dipilih dan semua aspek buruk dari alternatif aspek yang dipilih adalah tidak konsisten denagn
keputusan.
Perilaku yang bertentangan dengan sikap. Beberapa oarang memilih kuliah di fakultas
hukum karena mereka percaya bahwa mereka bisa membantu oarang yang membutuhkan dan
miskin dan memeperbaiki masyarakat. Tetapi, saat mereka sudah bekarja, banyak dari mereka
yang hanya mengerjakan pekerjaan rutin dan tidak menarik, yang lebih berhubungan dengan
kontrak bisnis dan pajak. Banyak orang yang pada awalnya idealis akhirnya menjustifikasi dan
bahkan menikmati pekerjaan mereka itu. Mereka bahkan mulai percaya bahwa tak ada yang
bisa dilakukan untuk membantu orang miskin.
Ketika seseorang punya satu kenyakinan dan melakukan tindakan yang tidak konsisten
denagn kenyakinan itu, maka akan timbul disonansi. Teori disonansi menyatakan bahwa para
sarjana hukum dalam cotoh diatas melakukan attitude-discrepant behavior (perilaku yang
berbeda dengan sikap) saat mereka pertama kali bekerja. Untuk mendaptkan bayaran, mereka
harus menghabiskan banyakwaktu melakukan kerja yang menjemukan. Tetapi keharusan ini
menimbulkan disonansi perilaku mereka terjadi tidak konsisten denagn sikap mereka. Kerena
sulit untuk mundur dari pekerjaan itu, maka disonansi ini biasanya diredakan denagn
mengubah sikap.
Justifikasi yang tak mencukupi. Jika anda diminta bekerja dalam sebuah upaya politik
dan anda menghabiskan banyak waktu untuk mendukung seorang kandidat politik yang

60
kurang anda percayai, maka anda mulai memandang kandidat itu secara positif. Ancaman.
Pada prinsipnya, ancaman bekerja secara intensif. Yakni, agar orang melakukan pekerjaan
yang tidak disukainya, anda bisa membayar atau bisa mengancamnya dengan hukuman.
Misalnya, ada ancaman denda dan hukuman penjara jika anda tidak mau membayar.
Pilihan. Kontributor utama terjadinya disoanansi adalah perasaan tentang pilihan
perilaku yang diambil. Perilaku yang berbeda dengan sikap menimbulkan disonansi hanya
ketiak perilaku itu dipilih secara bebas (atau setidaknya orang itu bebas memilih perilaku)
Komitmen yang tak dapat dibatalkan. Faktor lain yang menimbulakan perubahan
perilaku sebagai cara untuk mereduksi disonansi adalah commitment seseorang terhadap
keputusan atau perilaku. Selama kita teriakt dengan suatu tindakan, disonansi akan
menimbulkan perubahan sikap.
Konsekuensi yang dapat dilihat. Agar disonansi terjadi, orang harus percaya bahwa
mereka bisa mengetahui konsekuensi negatif dari keputusan. Tanggung jawab atas
konsekuensi. Arti penting dari pilihan adalah pilihan mengamsusikan tanggung jawab atas
konsekuensi yang mungkin terjadi. Perasaan tanggung jawab ini akan menimbulkan disonansi.
Upaya. Semakin besar upaya yang kita curahkan dalam menjalankan suatu tindakan yang
menimbulkkan konsekuensi buruk, semakin besar pula donansi yang mungkin muncul
Relavansi diri. Didonansi lebuh mungkin terjadi pada saat ada ancaman bear atas espektasi
yang berkaitan denagn diri. Artinya, ketiak oarng merasakan ada perbedaan anatra sikap dan
perilakunya, perbedaan ini mungkin berpotensi mengubah penilaian-penilaianya atas
kompetensi atau moralitas dirinya (Aronson 1968). Dalam konteks ini, teori disonansi akan
menyatakan bahwa disonansi akan terjadi terutama dalam kondisi yang relevan denagn
dirinya.
4. Teori persepsi diri
Teori disonansi kognitif pada awalnya mengilhami riset tentang efek dari perilaku
terhadap perubahan sikap dan selama beberapa tahun teori itu hanya memberikan interpretasi
teoritis atas temuan riset. Bem (1967) kemudian menswarkan interpretasi lain self-perception
theory.
Konsistensi sebuah keberatan. Secara umum, ide bahwa konsistensi adalah aspek
epnting dari sikap kini mulai ditinggalkan salah satu penyebabnya adalah konsistensi
tampaknya hanya penting bagi kultur barat, yakni orang di AS dan Eropa Barat tetapi tidak
begitu penting bagi orang eropa timur dan asia.
5. Teori ekspektansi nilai
Orang yang sering merespon komunikasi persuasif, yakni berdasarkan untung-rugi dari
sikap tertentu. Menurut teori ini, pembentuakn sikap dan perubahan siakap adalah berasal dari
proses pertimbangan pro dan kontra (untung-rugi). Dari berbagi macam sikap, dan kemudian

61
orang akan mengambil sikap yang dianggapnya terbaik. Pendekatan ini disebut axpectancy-
value theory (edwards 1954).
Teori ekspentasi nilai mengasumsikan bhwa orang mengedopsi posisi
(pandangan)berdasarkan nilai pro dan kontra ( untung-rugi), yakni berdasrakn nilai yang
mereka diberiakan pada kemungkinan efeknya. Orang cenderung mengadopsi posisi yang
paling mungkin pada efek yang bagus atau menguntungkan dan menolak posisi yang mungkin
merugikan atau berakibat buruk. Dengan kata lain, teori ini mengasumsikan bahwa dalam
pengapdosian sikap, oarng cenderung memeksimalkan penggunaan subjektif atas berbagai
hasil yang diperkirakan, yang merupakan produk dari (1) nilai hasil tertentu (2) pengharapan
(ekpentasi) bahawa posisi ini akan menimbulakn posis yang bagus.
6. Teori dua pemrosesan
Dalam hal ini kita mempelajari argumen-argumen, mencari point yang relevan dengan
dirid kita, dan memberikan bantahan jka kita tidak setuju. Tetapi di lain waktu, kita terkadang
malas dan tidak berniat menganalisis keuntunagan dan kerugaian dari argumen yang komplek
Teori respons kognitif. Salah satu pendekatan dua pemprosesan sikap adalah cognitive
response theory. Yeori ini berusaha menjelaskan proses perubahan sikap denagn mencoba
memahami seseorang dalam merespons komunikasi persuasif atau bujukan. Teori ini
mengatakan bahwa orang bereaksi terhadap aspek pesan persuasif denagn memunculkan
pikiran negatif atau positif, yang pada gilirannya akan mempengaruhi apakah seseoarng itu
akan mendukung isi pesan itu atau tidak.
Teori respon kognitif memperkirakan bahwa cara perubahan siakap akan bergantung
pada seberapa besar dan apa jenis counterarguing (argumen yang berlawanan) yang muncul.
Jika pesan menimbulkkan argumen kotra yang kuat dan efektif, maka kemungkinan besar
tidak akan terjadi perubahan sikap. Sebaliknya, persuais dapat dilakukan denagn
menintervensi proses kontra argumen tersebut.
C. Akuisisi otomatis dan Aktivasi Sikap
Selama satu dekade terakhir ini jelas bahwa banyak dari proses yang lita diskusikan diatas
dapat berlangsung secara otomatis dan tanpa sadar, tanpa upaya rasional seperti yang diasumsikan
oleh model-model teori yang lama (Bargh & Ferguson, 2000). Gagasan bahwa sikap mungkin
diaktifkan secara otomatis juga menunjukan bahwa objek yang ada si lingkungan akan secara
otomatis mengaktifkan sikap kita tanpa kita sadari. Jadi, banyak dari perilaku kita mungkin dari
sikap kita yang tidak kita sadari atau tanpa kita niatkan.
D. PERUBAHAN SIKAP DARI WAKTU KE WAKTU
1. Perubahan Sikap Spontan
Memikirkan objek sikap secara mendalam cenderung akan membuat sikap menjadi lebih
ekstrim. Menurut Tesser (1978), kita merivew dan mengkaji keyakinan kita, dan tekanan

62
konsistensi menyebabkan kenyakinan kit accenderung konsisten. Pada dasarnya, teori Teori
tesser menyatakan bahwa memikirkan suatu isu akan melahirkan sikap lebih terpolarisasi
karena pemikiran akan menyebabkan oranmg menhasilkan lebih banyak sikap yang konsisten.
Semua aktivitas kognitif ini mengharuskan individu memiliki struktur, atau skema, tentang
seseorang atau isu. Tanpa ada pemahaman skematik atas suatu isu, sulit bagi seseorang untuk
menghasilakn kenyakinan baru atau untuk mengetahui cara mengintepretasikan ulang
kenyakinan lama.
Implikasinya adalah bahwa pemikiran akan mempolarisasi sikap hanya ketika orang
memiliki skema tentang suaatu isu.
2. Persistensi Perubahan Sikap
Persoalan lainya yang berkaitan denagn persistensi perubahan sikap dari waktu ke waktu
setelah menerima komunikasi persuasi. Secara umum, memori detail argumen aakn pudar
dengan cepat dan kemudian pudar secara leebih lambat. Salah satu faktor penting yang
membantu persistensi adalah apakah penerima komunikasi itu kemudisn ingat pada petujuk-
petunjuk penting, seperti kredibilitas sumber komunikasi. Kelman dan Hovland (1953)
memanipulasi kredibilitas sumber dan menemukan perbedaan pasca pengujian.
E. SIKAP DAN PERILAKU
Banyak minat terhadap sikap berasal dari asumsi bahwa sikap mempengaruhi perilaku.
Nmun, dalam banyak kasus, perilaku tidak selalu lshir dari sikap. Tingkat pengaruh siksp terhadap
perilaku adalah salah satu kontroversipenting dalam riset tentang sikap.Terkadang sikap
mempengaruhi perilaku orang, namun terkadang tidak.
1. Kekuatan Sikap
Salah satu kekeuatan penting umtuk lahirnya konsistensi sikap perilaku adalah sikap itu
harus kuat dan jelas. Sikap yang kuat biasanya stabil, memiliki imlikasi personal. Sikap ini
biasanya berkaitan denagn isu yang jelas dan penting secara personal. Siakp ini sering
terbentuk lewat pengalaman lanagsung(Armitage & Corner, 2000; Bizer & Krosnick, 2001).
Segala hal yang memberi kontribusi pada sikap yang kuat juga cenderung meningkatkan
konsistensi sikap-perilaku. Salah satu faktor kontribusi itu ialah jumlah informasi yang kita
punya tentang objek sikap. Faktor lain yang memperkuat siakp adalh pengulangan sikap.
Konsistensi sikap-perilaku akan lebih besar jika seseorang memikirkan dan mengekpresikan
sikapnya, mungkin karena hal ini membantu memperkuat sikap( Fazio, Chen, McDonel, &
Sherman, 1983). Sikap yang kuat sering teriakat denagn sesuatu yang lain . karesnanya sikap
semacam ini biasanya selaras denagn perilaku.
Konsep yang berkaitan erat denagn kekuatan siakap adalah arti penting. Sikap yang memiliki
arti penting adalah sikap yang merefleksiakn nilai-nilai fundimental, kepentingan diri,atau
identifikasi denagn individu atau kelaompok yang dihormati.

63
2. Stabilitas Sikap
Sikap yang stabil yang mudah di ingat kemungkinan besar lebih selaras denagn perilaku
ketimbang sikapyang kurang stabil dan tidak mudah diingat (kraus, 1992). Ketiak sikap
seseorang adalah tak stabil, sikap mereka yang sekarang kemungkinan lesbih sesuai denagn
perilaku ketimbang sikap mereka beberapa bulan atau bebrapa tahun lalu.
3. Aksesibilitas Sikap
Sikap yang lebih mudah diakses di memori akan kuat dalam mempengaruhi perilaku
(Kraus, 1995) faktor utama yang menetukan apakah sebuah sikaps dapat diakses dalam
memori adalah seberap seringkah sikapitu diekspresikan. Aksesibilitas sikap juga
mempengaruhi bagai man orang memproses pesan persuasif. Semakin mudah di akses
semakin mungkin seseorang akan mengelaborasi pesan persuasif, atau tiddak memprosesnya
secara heuritis (Frabigar, Priester Petty, & Wegener, 1998).
4. Relevansi Sikap terhadap Perilaku
Poin lain yang jelas, tetapi sering dilupakan, adalah bahwa ketika suatu sikap relevan
dengan perilaku, mak keduanya akan salinh terkait erat. Sikap bervariasi sedikit dalam
relevansinya dangan tindakan tersebut. Secar umum, perilaku cenderung lebih konsisten
denagnsikap yang secara spesifik relavan dangannya ketimbang denagn sikap umum yang
berlaku untuk perilaku yang lebih luas.
5. Kemenonjolan Sikap
Dalam kebanyakan situasi, beberapa sikap yang berbeda mungkin relevan dengan
perilaku.sikap tertentu yang menonjol akan lebih mungkin mempengaruhi perilaku.
Kemenonjolan sangat penting ketiak sikap tidak terlalu kuat. Ketika sikap sudah sangat kuat,
kemenonjolan mungkin tidak diperlukan lagi.
6. Aspek Afektif vs Aspek Kognitif dari Suatu Sikap
Beberapa sikap sangat bergantung pada kognisi yang menopangnya, yakni keyakinan
tentang objek sikap. Sikap lainnya mungkin didasarkan pada aspek afektif, terhgantung pada
perasaan positif atau negatif yang diasosiasikan seseoarang dengan sifat objek. Memperbesar
kemenonjolan komponen afektif dari suatu sikap.
7. Penalaran Tentang Sikap Seseorang
Jika seseorang berusaha memutuskan apakah dia akan magang kerja dimusim panas atau
memilih kuliyah tambahan, maka ia mungkin akan mengevaluasi berbagai aspek dari
keputusan dan menganalisis keuntunagn dari kerugian dari masing-masing plihan. Tindakan
semacam ini sering melemahakan relasi antara sikap dan perilaku.
8. Tekanan Situasi
Setiap kali seseorang melakukan perilaku yang jelas, mereka dapat dipengaruhi oleh sikap
dan situasi sekitar , ketiak tekakan situasi cukup kuat, sikap tidak akan menjadi penetu utama

64
dari perialku, apalagi dari sikapnya suddah lemah sejak awal (Lavine, Huff, Wagner,
&Sweeney, 1998). Karena begitu kuatnya tekanan situasi ini, maka terkadang orang
menunjukkan sikap yang berbeda-beda terhadap objek sikap yang sama dalam berbagi
maacam situasi. Penagruh terkuat terhadap perilaku adalah perialku dimasa lalu.oarnag yang
berp[erilaku tertent terkaddang akan mel;akuakan lagi, dan sikap itu hnya merupakan salh sstu
input dalam proses ini. Secara keseluruahan, terkadang sikap sangat terkait erat dngan perilaku
dan terkadang tidak.
9. Model Tindakan yang Beralasan
Mungkin usaha palinh berpengaruh untuk membuat dan menguji teorri umum hubunagn
sikap perilaku adalah usaha yang dialkukan Fishbein dan Ajzen (1975; Ajzen & Fishbein,
1980) yang mengemukakan teori tindakan yang beralsan. Teori ini berusaha
menunjukaknfaktor-faktor yang menetuakn konsisten sikap perilaku. Teori ini berasumsi
bahwa kita berperilaku sesuai denagn niat sadar kita, yang didasarkan pada kalkulasi rasional
tetang efek potensial dari perilaku kita dan tetang bagaiman oarng lain alan memandang
poerilaku kita

PENYESUAIAN DIRI DAN PERTAHANAN DIRI

A. Pengertian Penyesuaian Diri


Kemampuan individu dalam menyesuaikan diri secara sehat dengan lingkungan merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi terciptanya kondisi mental individu yang sehat.
Menurut Enung Fatimah dalam Psikologi Perkembangan (2006:194), penyesuaian diri merupakan
suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi
hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri dapat juga diartikan
sebagai berikut dilihat dari tiga sudut pandang:
1. Penyesuaian sebagai adaptasi (adaptation)
Dilihat dari perkembangannya pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan
adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian
diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis misalnya seseorang yang pindah tempat dari
daerah panas ke daerah dingin, harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin
tersebut.
2. Penyesuaian diri sebagai konformitas (Conformity)
Ada  juga penyesuaian diri diaratikan sama dengan  penyesuain yang mencangkup
konformitas terhadap suatu norma. Pemakaian penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak
membawa akibat lain. Denagn memaknai penyesuain diri sebagai konformitas, menyiratkan
65
bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat terhadap untuk harus selalu
mampu menghindari diri dari penyimpanagn perilak, baik secara moral, sosial maupun
emosional.
3. Penyesuaian diri sebagai penguasaan (mastery)
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimakanai sebagai usaha
penguasaan (mastery) yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respon
dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan-kesulitan dan frustasi tidak
terjadi.
B. Karakteristik Penyesuaian Diri
Dalam kenyataan, tidak selamanya individu berhasil dalam penyesuaian diri. Hal tersebut
disebabkan adanya hambatan tertentu sehingga individu tersebut tidak mampu menyesuaikan diri
secara optimal.
1. Penyesuaian Normal (Penyesuaian Diri yang Positif)
Seseorang dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal, yang baik apabila ia
mampu memenuhi kebutuhan dan memenuhi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri
sendiri dan lingkungannya serta sesuai dengan norma agama. Penyesuaian diri yang normal
memiliki karakteristik sebagai berikut (Schneiders,1964:274-276 dalam landasan bimbingan
dan konseling):
a. Terhindar dari ekspersi emosi yang berlebihan, merugikan atau kurang control diri,
b. Terhindar dari mekanisme psikologis (rasionalisasi, agresi, kompensasi dan sebagainya)
c. Terhindar dari perasaan frustasi atau kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhannya,
d. Memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional,
e. Mampu belajar dan mengembangkan kualitas dirinya,
f. Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu
g. Bersikap realistis dan obyektif

Dalam penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan berbagai bentuk sebagai
berikut:
a. Penyesuaian diri dalam mengahadapi masalah secara langsung
b. Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
c. Penyesuaian diri dengan trial dan eror
d. Penyesuaian dengan subtitusi (pengganti)
e. Penyesuaian diridengan belajar
f. Penyesuaian diri dengan pengendalian diri
g. Penyesuaian diri dengan perencanaan yang cermat
2. Penyesuaian Menyimpang (Penyesuaian yang Diri Negatif)

66
Penyesuaian diri menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan
kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau
bertentangan dengan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dapat juga
dikatakan bahwa penyesuaian diri ini sebgai tibngkah laku abnormal. Penyesuaian yang
menyimpang atau tingkah laku abnormal ditandai dengan respon-respon berikut:
a. Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu dikepung oleh tuntutan-tuntutan dari dalam diri dan dari luar kadang-kadang
mengancam rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman egonya, individu mereaksi
dengan mekanisme pertahanan diri (defene mechanism). Mengenai mekanisme
pertahanan diri secara luas akan dijelaskan di bab tersendiri.
b. Reaksi menyerang (aggressive reaction)
Agresi dapat diartikan sebagai bentuk respon untuk mereduksi atau menurunkan
ketegangan dan frustasi melalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa, atau
mendominasi. Agresi terefleksi dalam tingkah laku verbal dan non verbal. Verbal
misalnya bertengkar, panggilan nama yang jelek, kritikan tajam dan sebagainya. Non
verbal misalnya memberontak, berkelahi dan sebagainya.
Agresi dipengaruhi beberapa factor yaitu:
a. Factor fisik : sakit-sakitan
b. Factor psikis : ketidakpuasan atau ketidakmampuann dalam memenuhi kebutuah dasar misal
rasa aman, kebebasan, kasih sayang
c. Factor social : perhatian orang tua yang over protective, hubungan antar keluarga yang kurang
harmonis, kondisi sekolah yang tidak nyaman.
Gejala-gejala perilaku sikap agresif yaitu (M. Surya, 1976)
a. Selalu membenarkan diri sendiri
b. Selalu ingin berkuasa dalam setiap situasi
c. Mau memiliki segalanya
d. Senang mengganggu orang lain
e. Menggertak, baik ucapan maupun perbuatan
f. Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
g. Menunjukka sikap menyerang dan merusak
h. Keras kepala
i. Bersikap balas dendam
j. Merebut hak orang lain
k. Bertindak serampangan (impulsif)
l. Marah secara sadis
m. Reaksi melarikan diri dari kenyataan (escape reaction)

67
Reaksi escape dan withdrawal merupakan perlawanan pertahanan diri individu terhadap
tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan dimana dia hidup. Dalam reaksi ini individu
individu akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya.
Escape merefleksikan perasaan jenuh atau putus asa, seemntara withdrawal mengindikasikan
kecemasan, atau ketakutan. Bentuk-bentuk rekasi escape dan withdrawal diantaranya:
a. Berfantasi, melamun
b. Banyak tidur, atau tidur yang patologis : narcolepsy (kebiasaan tidur yang tidak
terkontrol)
c. Minum-minuman keras, menjadi pecandu narkoba, bunuh diri,
d. Regresi, yaitu kembali kepada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya orang dewasa
yang bersikap dan bertingkah laku seperti anak kecil.
C. Mekanisme Pertahanan Diri
1. Pengertian  Mekanisme Pertahanan Diri
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2009:212) berpendapat bahwa mekanisme
pertahanan diri dapat diartikan sebagai respon yang tidak disadari yang berkembang dalam
kepribadian individu dan menjadi menetap, sebab dapat mereda ketegangan dan frustasi, dan
dapat memuaskan tuntutan-tuntutan penyesuaian diri. Orang yang melakukan mekanisme
pertahanan ini seolah-olah tidak mengalami kegagalan, menutupi kegagalan,atau menutupi
kelemahan dirinya sendiri dengan cara-cara atau alasan-alasan tertentu.
2. Latar Belakang Munculnya Mekanisme Pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan diri ini muncul dlatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologis,
seperti: inferiority, inadequacy, failure, dan guilt. Masing-masing dasar psikologis akan
dibahas dalam uraian berikut:
a. Perasaan Rendah Diri (Inferiority)
Perasaan rendah diri dapat diartikan sebagai perasaan atau sikap yang pada
umumnya tidak disadari yang berasal dari kekurangan diri, baik secara nyata maupun
tidak nyata (imajinasi). Perasaan rendah diri menimbulkan sikap atau perilaku sebagai
berikut:
1) Peka (merasa tidak senang) terhadap kritikan orang lain
2) Sangat senang terhadap pujian atau penghargaan
3) Senang mengkritik atau mencela orang lain
4) Kurang senang untuk berkompetisi
5) Cenderung menyendiri, pemalu, dan penakut
Berkembangnya sikap rendah diri ini dipengaruhi beberapa factor, yaitu :
1) Kondisi fisik : lemah, kerdil, cacat, wajah tidak menarik,

68
2) Psikologis : kecerdasan di bawah rata-rata, konsep diri yang negative sebagai
dampak frustasi yang terus menerus dalam memenuhi kebutuhan dasar.
3) Kondisi lingkungan yang tidak kondusif : hubungan interpersonal dalam keluarga
kurang harmonis.
b. Perasaan Tidak Mampu (Inadequacy)
Inadequasi atau perasaan tidak mampu merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi tuntutan-tuntutan dari lingkungan. Misalnya seorang siswa yang mengeluh
karena merasa tidak mampu memenuhi tuntutan akademik di sekolahnya. Sama halnya
dengan perasaan rendah diri, factor penyebab perasaan tidak mampu juga frustasi dan
konsep diri yang tidak sehat.
c. Perasaan Gagal (Failure)
Perasaan gagal sangat dekat hubungannya dengan perasaan tidak mampu, karena jika
seseorang sudah merasa bahwa dirinya tidak mampu, maka ia cenderung mengalami
kegagalan untuk melakukan sesuatu atau mengatasi masalah yang dihadapinya.
d. Perasaan Bersalah (Guilt)
Perasaan bersalah muncul setelah seseorang melakuakan perbuatan yang melanggar
aturan moral atau sesuatu yang dianggap berdosa.
3. Bentuk-Bentuk Mekanisme Pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan diri memiliki beberapa bentuk yaitu:
a. Kompensasi
Kompensasi diartikan sebagai usaha-usaha psikis yang biasanya tidak disadari untuk
menutupi keterbatasan atau kelemahan diri dengan cara mengembangkan respon-respon
yang dapat mengurangi ketegangan dan frustasi sehingga dapat meningkatkan
penyesuaian individu. Kompensasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Mensubtitusi prestasi yang ada
2) Mengalihkan perhatian dari ketidakmampuan
3) Memelihara status, harga diri dan integritas
Untuk mengetahui wujud kompensasi dapat dilihat dari gejala-gejala yang nampak
dalam perilaku berikut:
1) Over action (reaksi yang berlebihan)
2) Identifikasi, misalnya orang tua yang senang membicarkan keberhasilan anaknya
dalam rangka menutupi kelemahan dirinya mencapai hal itu.
3) Bermain dan berfantasi
Agar kompensasi dapat mendukung penyesuaian yang sehat, maka perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
1) Dalam mereduksi ketegangan jangan menimbulkan kerusakan pada diri sendiri

69
2) Landasilah kompensasi dengan kesadaran yang jelas tentang keterbatasan atau
kelemahan diri sendiri.
3) Jangan menghindar untuk mencapai prestasi, tetapi tingkatkanlah usah untuk
mencapainya.
b. Sublimasi
Sublimasi adalah pengerahan energy-energi drive atau motif secara tidak sadar  ke
dalam kegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara moral maupun social. Contoh
mekanisme sublimasi yaitu:
1) Dorongan keibuan (maternal drive), atau dorongan cinta kasih disublimasikan dalam
kegiatan mengajar, kerja social atau kegiatan lain yang dapat mengekspresikan
keciantaan kepada anak.
2) Dorongan rasa ingin tahu (curiocity) yang sering diekspresiakan ke dalam cara-cara
yang tidak diinginkan seperti menggosip (ghibah).
c. Rasionalisasi
Rasionalisasi dapat diartikan sebagai upaya mereka-reka alasan untuk menutupi
suasana emosi yang tidak nyaman, tidak dapat diterima atau merusak keutuhan pribadi
(ego) atau status. Contoh mekanisme rasionalisasi yaitu:
1) Seorang siswa terlambat masuk kelas dengan alasan kendaraannya terjebak amcet
2) Seorang siswa tidak lulus ujian dengan alasan saat mengerjakan ujian ia sakit
Setiap kasus rasionalisasi memiliki persamaan sumber penyebab yaitu
ketidakmampuan menghadapi kegagalan secara wajar, mengahdapi kelemahan, dan
ketidakmampuan dalam menerima dan menjalankan tanggung jawab. Para ahli psikologi
sepakat bahwa rasionalisasi dapat merusak integritas pribadi dan penyesuaian diri yang
sehat. Rasionalisasi tidak ada bedanya dengan berbohong karena keduanya menunjukkan
gejala tidak konsisten, kontradiksi pribadi dan inkoherensi.
d. Sour Grape (Anggur Masam)
Mekanisme pertahanan diri ini sama dengan rasionalisasi yaitu suka menipu diri
sendiri (self-deception). Sikap sour-grape ini merupakan indikator ketidakmampuan dan
kelemahan kepribadian karena mendistorsi kemampuan. Oleh karena itu sikap ini
merupakan penyesuaian diri yang tidak normal.
e. Egosentrisme dan Superioritas
Egosentrisme dan superioritas merupakan sikap-sikap yang dipandang efektif  untuk
melindungi dampak-dampak buruk dari perasaan inferioritas dan perasaan gagal dalam
mencapai sesuatu yang disenangi.

70
Factor-faktor yang menyebabkan berkembangnya sikap egosentris adalah perasaan
tidak aman (pada umumnya berasal dari persaan rendah diri) dan perlakuan orang tua
yang sangat memanjakan atau yang selalu memberikan pujain yang berlebihan.
f. Intrijeksi dan identifikasi
Kedua mekanisme pertahanan diri ini sama-sama berusaha memelihara atau
melindungi ego dari kelemahannya introjeksi merupakan mekanisme dengan cara
individu berusaha mengasimilasi kualitas-kualitas yang diingini atau disenangi dari orang
lain atau kelompok. Identifikasi diartikan sebagai suatu proses diman seseorang
membanngun persamaan psikologis dengan orang lain baik dalam aspek kapasitas
maupun sifat-sifat.
g. Proyeksi dan Sikap Mencela (Blaming)
Proyeksi merupakan mekanisme pertahanan diri dimana individu melepas dirinya
sendiri dari kualitas atau keadaan yang tidak diinginkan dengan cara
mengambinghitamkan orang lain atau sesuatu sebagai penyebabnya. Misalnya seorang
remaja memproyeksikan penyebab kenakalannya kepada orang tuanya, bukan kepada
dirinya sendiri. Reaksi proyeksi sering dihubungkan dengan reaksi blaming dan
merefleksikan perasaan tidak mampu dan bersalah yang mendalam.
h. Represi
Represi merupakan proses penekanan pengalaman, dorongan, keinginan, atau pikiran
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan social ke alam bawah sadar karena
hal itu mengancam keamanan egonya. Represi melindungi individu dari ketegangan,
konflik, frustasi, perusakan ego dan juga dapat mengembangkan motif-motif yang tidak
disadari yang mengarah kepada pembentukan gejala-gejala gangguan tingkah laku.

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL


A. Pengertian Hubungan Sosial
Hubungan sosial (sosial relationship) dapat menunjukkan pada suatu bentuk interaksi sosial
yang lebih luas, yang diatur oleh norma sosial, antara dua orang atau lebih yang memiliki posisi
dan peran sosial. Menurut hierarki sosiologi, konsep hubungan sosial itu lebih luas daripada
tingkah laku, tindakan, tingkah laku sosial, kontak sosial, dan interaksi sosial. Selain itu,
hubungan sosial juga dapat mengandung arti sebagai asosiasi (perkumpulan/pergaulan), kerja
sama, saling ketergantungan, dan saling memiliki. Meskipun istilah hubungan sosial sering
digunakan dalam bidang ilmu sosia, namun banyak yang tidak sependapat dengan pengertian
konsep hubungan sosial tersebut.
B. Sebab hubungan tertutup sering terjadi dalam kehidupan social
71
Pada saat ini hubungan social dapat di golongkan menurut status,
1. Hubungan Tertutup
Yaitu hubungan social yang terjadi dalam satu golongan social tertentu.Misalnya
golongan bangsawan bergaul dengan golongan bangsawan.
2. Hubungan Terbuka
Yaitu bentuk hubungan social yang disebabkan oleh perbedaan status di masyarakat
bukan oleh kelompok social.Misalnya hubungan antara pimpinan dengan bawahan,hubungan
antara guru dan siswa.
Hubungan tertutup dalam kehidupan social dapat terjadi di akibatkan pola piker
masyarakat yang masih memandang perbedaan derajat. Masyarakat yang berkelompok antara
kaya dan miskin, masyarakat kaya/bangsawan berfikiran bergaul dengan rakyat miskin
adalah hal yang tidak lazim, pendapat tersebut memiliki dasar berbagai alasan.
C. Sebab hubungan social secara vertical jarang ditemui dalam lingkungan
sekolah.
Sekarang kebanyakan hubungan social secara horizontal yang terjadi di lingkungan atau
kawasan sekolah. Misal siswa dengan siswa atau guru dengan guru, dsb. Sebelumnya hubungan
social menurut tingkatnya digolongkan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hubungan social horizontal
Yaitu hubungan social antara individu atau kelompok yang sederajat yang memiliki
kepentingan yang sama.
2. Hubungan social vertical
Yaitu hubungan social yang berdasar perbedaan kedudukan , jika dalam lingkungan
sekolah / keluarga seperti siswa dengan guru / anak dengan orangtua.
Hubungan social secara vertical terjadi saat kegiatan belajar mengajar berkangsung.
Selebihnya itu jarang sekali terjadi .Guru dan siswa berinteraksi apabila ada hubungannya dengan
tugas-tugas / dengan masalah baru untuk siswa dengan siswa yang bermasalah . Untuk disekolah,
hubungan social terjadi siswa dengan siswa untuk kebanyakan yang terjadi. Hal tersebut karena
faktor usia yang sama, dengan itu kita mempunyai banyak teman yang bisa diajak untuk
berbicara, bekerjasama, dll. Kita bisa bercerita apa saja , bersenang-senang dengan teman.
Walaupun begitu dalam berinteraksi social kita harus bertutur kata dengan baik meskipun usia
yang sebaya. Karena dengan begitu tidak akan ada yang tersakiti , salah paham.Terutama salah
paham yang akan menyebabkan perkelahian yang sebenarnya masalahnya sepeleh yang
dibesarka-besarkan dan tidak ada yang mau mengalah untuk meminta maaf terlebih dahulu.
D. Penjelasan Hubungan Sosial menurut waktu
Hubungan social menurut waktu di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Hubungan Temporer/Sementara
72
Yaitu bentuk hubungan social yang sifatnya sementara/dalam waktu tertentu. Contoh:
Pekerja yang dikontrak, bila kontraknya habis sesuai dengan perjanjian, hubungan pekerja
dengan yang memberikan kontrak telah putus/habis
2. Hubungan Permanen
Yaitu hubungan social yang sifatnya lama bahkan dapat seumur hidup. Contoh :
Hubungan ayah,ibu dengan anak , hubungan dengan saudara akan berlangsung
selamanya,selama masing-masing dari mereka masih hidup.
E. Penjelasan Hubungan Sosial menurut kepentingan
Hubungan sosial menurut kepentingan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Hubungan Sosial Primer
yaitu hubungan sosial yang bersifat pribadi. Hubungan pribadi tersebut melekat pada
kepribadian seseorang, dan tidak dapat diganti oleh orang lain. Contoh: Tono mempunyai
hubungan pribadi dengan tata, maka hubungan pribadi tersebut hanya terjadi antara toto dan
tata, tidak mungkin kakak atau adik tata menggantikannya. Hubungan primer bersifat suka rela
dalam arti bahwa hubungan tersebut tidak berdasarkan kepentingan. Misalnya, dalam keluarga
inti yang terdiri dari ayah ibu dan anak-anaknya,kedua orang tua memelihara anak-anaknya
dengan suka rela. Ayah bertindak sebagai kepala keluarga dan anak-anak menjadi pewaris dari
orang tuanya. Hubungan sosial primer yang masih murni dapat dijumpai pada masyarakat desa
yang belum banyak menerima pengaruh dari luar. Hubungan sesama warga merupakan satu
kesatuan setiap individu saling kenal satu dengan yang lain secara baik. Sebagaimana yang
dikenal dengan istilah paguyuban. Paguyuban (gemainscaft)yaitu satu kesatuan sosial yang
diikat oleh hubungan batin murni dari setiap anggotanya, bersifat alamiah dan kekal. Bentuk
hubungan sosial seperti ini dapat ditemukan dalam keluarga,rukun tetangga,kelompok
kekerabatan, desa didaerah pedalaman, dan sebagainya.
2. Hubugan Sosial Sekunder
Hubungan Sosial Sekunder, Yaitu hubungan sosial yang bersifat formal (resmi),
impersonal (tidak bersifat pribadi), dan segmental (terpisah-pisah) yang didasarkan asas
manfaat. Selain itu pada hubungan social sekunder ada factor yang dapat mempengaruhi dan
menghambat terjadinya hubungan social sekunder
F. Factor mempengaruhi dari hubungan social sekunder
1. Sikap dan kesediaan saling menenggang (toleransi)
Didalam hubungan sekunder ini akan membentuk kesatuan yang homogen, yang
ditandai dengan adanya mengurangi perbedaan ,maka dengan ini sikap toleransi
muncul,dengan sikap toleransi yang ada maka dalam menjalin sebuah hubungan, hubungan
itu akan berjalan dengan baik.

73
2. Adanya kesempatan dibidang ekonomi
Maksudnya adalah bila salah satu kelompok perusahaan A mengalami kemunduran
dalam ekonominya ,maka perusahaan A akan meminta kerjasama dengan perusahaan B yang
sama-sama menekuni bidang tertentu. Maka dengan adanya kerjasama itu perusahaan
keduannya akan seimbang ekonominya.
3. Adanya kesamaan dalam berbagai unsure budaya
Maksudnya adalah dengan adanya unsure budaya yang sama dari dua kepentingan
suatu bisnis maka kerja sama dan hubungan social skunder dapat terjadi. Dan hubungan social
itu dapat bersifat formal (resmi), impersonal (tidak bersifat pribadi) dan segmental (terpisah -
pisah) sesuai dengan tujuan yang manfaat yang sudah di tentukan.

74
DAFTAR RUJUKAN

Wijaya W., A. 1986. Individu, Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Akademika Pressindo.
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Poernadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka
Tri Rama. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung
Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia
Agus Sujanto. 2001. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ahmad Tantowi. 1986. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Angkasa.
Effendi Usman. 1984. PengantarPsikologi. Bandung: Angkasa.
Elizabeth B Hurlock. 1980. Psikologi perkembangan, Jakarta: Erlangga.
Fuad Amsyari. 1986. Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Ghalia Indonesia,
Jakarta.
La Sulo Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahastya.
Muhibbin Syah. 1995. PsikologiPendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah. 2000. Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwanto Mangalin. 1955. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa.
Rosleny Maryani. 2010. Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Samsi Haryanto. 1994. Pengantar Teori Pengukuran Kepribadian, Surakarta: Sebelas Maret
University.
Singgih D. Gunarsa. 1992. Psikologi untuk Membimbing, Jakarta: BPK Gunung Muria.
Soemanto Wasty. 1990. PsikologiPendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

75

Anda mungkin juga menyukai