Anda di halaman 1dari 16

PERGURUAN TINGGI ISLAM DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Islam di Indonesia

Dosen Pengampu: Mushbihah Rodliyatun, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

1) Miqdad 23010170313
2) Ramdan Dwi Raharjo 23010170340
3) Dewi Setyowati 23010190388

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala macam
nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyalesaikan apa yang sudah
seharusnya menjadi tugas seorang mahasiswa, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perguruan Tinggi Islam di Indonesia”
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Nabi
Agung Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.
Amin ya robbal’alamin.

Penulis sangat bersyukur dengan terselesaikannya makalah ini tepat pada


waktunya dan tidaklah kurang suatu apapun. Penulis hanya berharap kritik dan
saran yang membangun, karena setiap karya itu tidak lah luput dari kesalahan dan
keliputan, terkecuali karya Tuhan Yang Maha Esa.

Akhir kata, semoga makalah ini nantinya menjadi manfaat bagi penulis
dan pembaca dikemudian hari. Amin yaa robbal ‘alamin.

Salatiga, 7 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Masalah.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Tinggi Agama Islam di


Indonesia.............................................................................................................3

1. Sebelum Kemerdekaan..............................................................................3

2. Orde Lama.................................................................................................4

3. Orde Baru..................................................................................................6

4. Zaman Reformasi......................................................................................7

B. Konsep Pendidikan Peguruan Tinggi Islam.............................................8

C. Pembaharuan Kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam di


Indonesia...........................................................................................................10

D. Problematika dan Solusi Perguruan Tinggi Islam di Indonesia..........11

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 disebutkan bahwa
pendidikan tinggi adalah pendidikan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah
pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur
pendidikan sekolah. Pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas memiliki posisi yang sangat strategis. Hal ini
sejalan dengan tujuan pendidikan tinggi yakni menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
Di antara faktor terpenting penyebab pertumbuhan kelembagaan Islam
adalah ekspansi kaum santri melalui pendidikan. Harus diakui, bahwa kaum
Muslimin Indonesia umumnya hanya memiliki akses yang sangat terbatas ke
dalam sistem pendidikan kolonial Belanda. Tetapi dengan tercapainya
kemerdekaan, kaum Muslimin memperoleh kesempatan lebih luas untuk
mendapatkan pendidikan. Kesempatan lebih luas itu mulai secara actual
terwujud khususnya sejak akhir 1950-an dengan pembentukan universitas-
universitas negeri, dan lebih khusus lagi perguruang tinggi agama Islam.
Perkembangan PTKI dengan istilah yang sebelumnya digunakan yaitu
Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) secara kuantitatif mengalami
peningkatan. Berdasarkan data pada tahun 2020, jumlah Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTAIN) yang semula hanya satu kini sudah mencapai
58 Institusi. PTAIN saat ini terdiri dari 17 Universitas Islam Negeri (UIN), 34
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan 7 Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN). Kecuali Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur, semuanya
sudah terdapat perguruan tinggi keagamaan Islam. Adapun Perguruan Tinggi
Agama Islam yang berstatus swasta (PTAIS), tercatat sebanyak 461 Institusi

1
yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Keberadaan Perguruan Tinggi
termasuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) mempunyai kedudukan dan
fungsi penting dalam perkembangan suatu masyarakat.
Dalam makalah ini penulis mencoba menjabarkan dimulai dari sejarah
perkembangan perguruan tinggi Islam, peran PTI, pembaharuan kurikulum
PTI serta problematika dan solusi pengembangan perguruan tinggi Islam di
Indonesia. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca
umumnya dan penulis khususnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan perguruan tinggi agama Islam di
Indonesia?
2. Bagaimana konsep perguruan tinggi agama Islam?
3. Bagaimana pembaharuan kurikulum di perguruan tinggi agama Islam di
Indonesia?
4. Bagaimana problematikan dan solusi pengembangan perguruan tinggi
agama Islam di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan perguruan tinggi agama
Islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui konsep perguruan tinggi agama Islam.
3. Untuk mengetahui pembaharuan kurikulum di perguruan tinggi agama
Islam di Indonesia.
4. Untuk mengetahui problematika pengembangan perguruan tinggi agama
Islam di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Tinggi Agama Islam di Indonesia


Dalam sejarah berdirinya perguruan tinggi Islam di Indonesia terdapat
beberapa fase perkembangannya, sebagai berikut:
1. Sebelum Kemerdekaan
Pendirian lembaga pendidikan tinggi Islam sudah dirintis sejak
zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1930-an, Dr. Satiman
Wirjosandjoyo pernah mengemukakan pentingnya keberadaan lembaga
pendidikan tinggi Islam untuk mengangkat harga diri kaum muslim di
Hindia Belanda yang terjajah itu, namun gagal karena intervensi
pemerintah Hindia Belanda.1 Kemudian pada tanggal 1 November 1940 di
Padang, Sumatera barat telah berdiri Sekolah Tinggi Islam yang dipelopori
oleh Persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI). Tetapi ketika Jepang
masuk ke Sumatera barat pada tanggal 1 Maret 1942, pendidikan ini
ditutup sebab Jepang hanya mengizinkan dibuka tingkat dasar dan
menengah.2
Semangat untuk mendirikan pendidikan tinggi ini juga tercantum
dalam Kongres II Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang diadakan di
solo pada tanggal 2-7 mei 1939, dihadiri oleh 25 organisasi Islam yang
menjadi anggota MIAI. Di dalam laporan kongres itu salah satu agenda
pembahasannya adalah perguruan tinggi Islam. Akhirnya didirikanlah
Perguruan Tinggi Islam (PTI) di Solo yang dimulai dari tingkat menengah
dengan nama IMS (Islamische Midilbare Scholl). Akan tetapi, lembaga
pendidikan pada tahun 1941 ditutup karena pecah Perang Dunia II.3

1
Minhaji, Masa Depan Perguruan Tinggi Islam Di Indonesia (Perspektif Sejarah-Sosial),
Jurnal Tadris, 2 (2) November 2007, STAIN Pamekasan, hlm. 148-149.
2
Minhaji, Masa..., hlm. 149.
3
Minhaji, Masa..., hlm. 150.

3
Usaha untuk mendirikan PTI terus menggelora di kalangan umat
Islam. Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) merupakan
gabungan dari organisasi-organisasi Islam, memelopori untuk mendirikan
PTI. Pada April 1945, diadakanlah rapat di Jakarta yang dihadiri oleh
tokoh-tokoh organisasi Islam yang menjadi anggota Masyumi. Sidang itu
memutuskan membentuk panitia perencanaan Sekolah Tinggi Islam (STI)
berdiri di Jakarta di bawah pimpinan Prof. Abdul Kahar Muzakkir, sebagai
ketua pelaksana yayasan Badan Pengurus Sekolah Tinggi Islam yang
dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta dan M. Natsir sebagai sekretaris dan
K.H Wahid Hasyim. Akhirnya atas bantuan pemerintah Jepang STI dibuka
secara resmi pada tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan tanggal 8 Juli 1945
di Jakarta. Kurikulum yang digunakan, mencontoh Fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.4
Dapat disimpulkan pada masa sebelum kemerdekaan telah banyak
usaha dari para toko Umat Muslim Indonesia untuk mecoba mendirikan
berbagai Perguruan Tinggi Islam, namun pemerintah Hindia Belanda
maupun Jepang tidak menyetujuinnya dengan alasan dapat menjadi
kekuatan pemberontakan maupun pemerintah Jepang yang memiliki
kebijakan untuk berfokus pada sekolah dasar dan menengah terlebih
dahulu. Akan tetapi pada akhirnya tahun 1945 di Jakarta Sekolah Tinggi
Islam berhasil didirikan dengan mencontoh kurikulum di Universitas Al-
Azhar Kairo Mesir.

2. Orde Lama
Pasca Indonesia merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, maka
Ibukota negara RI dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta sampai tahun
1948. Dengan pindahnya pemerintah RI ke Yogyakarta maka STI pun ikut
pindah pula. Pada tanggal 10 April 1946 STI dibuka kembali di
Yogyakarta dengan dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Moh. Hatta. Untuk lebih meningkatkan efektifitas serta keluasan
jangkauan STI, maka diubahlah STI menjadi Universitas Islam Indonesia
4
Minhaji, Masa..., hlm. 150.

4
(UII) dengan membuka 4 fakultas, yaitu: Agama, Hukum, Pendidikan,
Ekonomi, yang kemudian secara resmi dibuka pada tanggal 10 Maret 1948
bertepatan pada tanggal 27 Rajab 1367 H.5
Dalam perkembangan berikutnya fakultas agama UII ini
dinegerikan, sehingga terpisah dari UII menjadi Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34
tahun 1950 yang ditanda tangani oleh Presiden RI. Sedangkan
pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan Pengajaran dan kebudayaan Tahun 1951.6
Dengan kelarnya SKB Menteri Agama dan Menteri P & K, sebagai
tindak lanjutnya ialah penyediaan dan pengadaan tenaga guru agama yang
ditugaskan di sekolah-sekolah umum negeri. Untuk memenuhi kebutuhan
guru agama Islam itu, maka pada tahun 1951 Departemen Agama
mendirikan Sekolah Guru Agama Islam (SGAI). Lulusan sekolah ini
dipersiapkan untuk menjadi guru agama Islam di Sekolah Dasar.7
Sedangkan untuk guru agama Islam di sekolah menengah, maka
didirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) pada tanggal 15 Mei 1957
berdasarkan ketetapan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1957 yang
dipimpin oleh Mahmud Yunus. Lama belajar di ADIA ini adalah 5 (lima)
tahun yang dibagi pada dua tingkatan, tingkat semi akedemik lama belajar
3 tahun, sedangkan tingkat akedemik lama belajarnya 2 tahun. Masing-
masing tingkat terdiri dari dua jurusan, yakni jurusan pendidikan agama
dan sastra Arab. Tamatan sekolah ini juga untuk memenuhi tenaga di
SGAI dan untuk tenaga panitera Pengadilan Agama.8
Perananan perguruan tinggi agama khususnya PTAIN semakin
dirasakan sebagai salah satu institusi pendalaman ajaran-ajaran Islam
dengan demikian maka peranan PTAIN dapat lebih luas cakupannya. Pada
tahun 1959 disepakatilah penggabungan PTAIN di Yogyakarta dan ADIA
5
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Cetakan Keempat, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2004), hlm. 86.
6
Zuhairini dkk, Sejarah..., hlm. 86.
7
Zuhairini dkk, Sejarah..., hlm. 86.
8
Zuhairini dkk, Sejarah..., hlm. 87.

5
di Jakarta menjadi Institut Agama Islam Negeri “Al-Jami’ah Al-Islamiyah
Al-Hukumiyah” .9 Kemudian tanggal 24 Agustus 1960 bertepatan tanggal
2 Rabiul Awal 1380 H IAIN “Al-Jami’ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah”
diresmikan di Yogyakarta oleh Menteri Agama K. H. Wahib Wahab. Sejak
tanggal 1 Juli 1965 nama "IAIN Al-Jami'ah" di Yogyakarta diganti
menjadi "IAIN Sunan Kalijaga" yang terdiri dari 4 fakultas yaitu tarbiyah,
Ushuluddin, Syari’ah, dan Adab dimana 2 fakultas berada di Jakarta yaitu
Tarbiyah dan Adab, sedangkan fakultas Ushuluddin dan Syari’ah berada di
Jogjakarta.10
Dalam perkembangan berikutnya selain PTAIN di Jogjakarta dan
Jakarta , untuk mengakomodasi perkembangan IAIN di daerah-daerah
maka di keluarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1963 sebagai
pengganti Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 yang memungkinkan
terbentuknya IAIN di daerah-daerah di luar Yogyakarta dan Jakarta.11

3. Orde Baru
Pada zaman Orde Baru perkembangan IAIN selanjutnya, berdirilah
cabang-cabang IAIN yang terpisah dari pusat; Hal ini didukung oleh
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 1963. Sampai dengan tahun 1973
telah ada 14 IAIN. Dalam perkembangan fakultas di IAIN telah
berkembang menjadi 5 fakultas, yakni fakultas Tarbiyah, Syariah,
Ushuluddin, Adab (Sastra) dan Dakwah, dilengkapi dengan berbagai
jurusan.12
Sejak IAIN didirikan tahun 1960, lembaga ini telah berkembang ke
berbagai kota di Indonesia, yang akhirnya IAIN-IAIN tersebut pada
mulanya cabang dari IAIN Yogyakarta atau IAIN Jakarta, menjadi IAIN
berdiri sendiri. Demikianlah hingga tahun 1973 IAIN tercatat 14 buah di
seluruh Indonesia. IAIN-IAIN yang telah berdiri sendiri itu, berdasarkan

9
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Tinggi Islam Di
Indonesia (Telaah Kritis Pemikiran Harun Nasution), Tesis tidak diterbitkan, (Riau: Prodi
Magister Pendidikan Agama Islam UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2013), hlm. 59.
10
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 59.
11
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 59.
12
Minhaji, Masa..., hlm. 150..., hlm. 152.

6
kebutuhan di berbagai daerah membuka cabang-cabang yang kemudian
dinamai Sekolah Tinggi Agama Islam negeri (STAIN). Pada tahun 1997
STAIN berjumlah 36 yang berdiri sendiri di daerah masing-masing
terpisah dari 14 IAIN yang ada, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
11 Tahun 1997 tanggal 2 Maret 1997.13

4. Zaman Reformasi
Beberapa tahun belakangan ini ada pikiran yang ingin
mengembangkan IAIN menjadi Universitas. Jika dilihat dari pengertian
universitas, megandung makna bahwa ilmu-ilmu yang dikembangkan
tidak hanya ilmu-ilmu agama saja, tetapi telah dikembangkan ke berbagai
disiplin ilmu-imu lainnya yang tergolong ilmu-ilmu kealaman (natural
science), ilmu-ilmu sosial (social science) dan ilmu humaniora.14
Jika dilihat dari perjalanan sejarah pendidikan tinggi Islam di
Indonesia, maka perjalanan evolusi perkembangan ini sudah saatnya
Perguruan tinggi Islam itu menjadi universitas. Mulai dari terbentuknya
Perguruan tinggi (PTAIN) dengan tingkatan sekolah tinggi kemudian
berevolusi menjadi Institut (IAIN) dan setelah ini telah banyak
mengharapkan untuk berkembang menjadi universitas.
Pada tahun 2000/2001 IAIN Jakarta telah membuka beberapa
fakultas dan program studi di luar disiplin ilmu-ilmu agama. Sejak tahun
2002 telah terjadi perubahan bagi sebagian IAIN menjadi UIN, yaitu IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta berdasarkan Keputusan Presiden No.31 Tahun 2002 Tanggal 20
Mei 2002. Seterusnya diikuti oleh beberapa IAIN dan satu STAIN. IAIN
yang telah berubah menjadi UIN adalah IAIN Syarif Hidayatullah menjadi
UIN Syarif Hidayatullah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, IAIN Syarif Qasim Pekanbaru menjadi UIN
Syarif Kasim Pekanbaru, IAIN Alaudin Makasar menjadi UIN Alaudin

13
Minhaji, Masa..., hlm. 150..., hlm. 152.
14
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 68.

7
Makasar, IAIN Sunan Gunung Jati Bandung menjadi UIN Sunan Gunung
Jati Bnadung dan STAIN Malang menjadi UIN Malang.15
Dapat disimpulkan pada zaman reformasi perkembangan perguruan
tinggi Islam di Indonesia semakin berkembang karena tuntutan zaman dan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mulai
dari pembaharuan kurikulum dan perkembangan status institusi yang
sebelumnya berbentuk STAIN atau IAIN menjadi Universitas, semua itu
dilakukan diharapkan mampu memajukan dan meningkatkan pendididkan
di perguruan tinggi Islam di Indonesia dengan kebutuhan yang ada di
masyarakat, dengan mengintegrasikan dan menginterkoneksikan ilmu
agam dengan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin berkembang.

B. Konsep Pendidikan Peguruan Tinggi Islam


Dalam pendidikan agama Islam di Indonesia khususnya perguruan
tinggi, yang dipraktekkan pada umumnya di perguruan-perguruan tinggi, baik
umum maupun agama selama ini adalah “pengajaran agama” dan bukan
“pendidikan agama.” Yang dimaksud dengan “pengajaran agama” ialah
pengajaran tentang pengetahuan keagamaan kepada siswa dan mahasiswa,
seperti pengetahuan tentang tauhid atau ketuhanan, pengetahuan tentang fiqh,
tafsir, hadis dan sebagainya. Di antara pengetahuan-pengetahuan yang
biasanya dipentingkan adalah fiqh dan itu pun pada umumnya hanya berkisar
di sekitar ibadah terutama shalat, puasa, zakat dan haji.16
Dengan demikian apa yang disebut pendidikan agama dalam sistem
pendidikan di perguruan tinggi, bukan bertujuan menghasilkan siswa dan
mahasiswa yang berjiwa agama, tetapi mahasiswa yang berpengetahuan
agama. Padahal inti ajaran Islam adalah moral atau akhlak yang mulia. Ibadah-
ibadah mahdah yang diajarkan Islam pun pada dasarnya merupakan

15
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 68.
16
Kasmiati, Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution (Kajian Filsafat
Pendidikan), Scolae: Journal of Pedagogy, 2 (2) Oktober 2019, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan Tolitoli, hlm. 270.

8
pendidikan akhlak yang mulia pula. Bahkan Muhammad SAW diutus ke dunia
dalam rangka memperbaiki akhlak yang mulia ini.17
Dengan demikian, bahan pendidikan agama di perguruan tinggi
sebaiknya didasarkan pada tujuan moral, spiritual, dan intelektual. Sebaliknya
tujuan pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan agama seharusnya
bukan lagi hanya menghasilkan agamawan dan ulama tanpa predikat tertentu,
tetapi ulama yang berpikiran luas, rasional, filosofis, dan ilmiah, serta teologi
rasionalnya, sebagai ganti dari ulama yang berpikiran tradisional yang pada
umumnya dihasilkan lembaga-lembaga pendidikan Islam selama ini. Untuk
menghasilkan ulama yang berpengetahuan luas, rasional, filosofis dan ilmiah
itu, maka kurikulum mulai madrasah ibtidaiyah hingga perguruan tinggi
agama, harus disusuri atas mata pelajaran yang dapat mencapai tujuan itu.18
Dalam kaitan ini, pendidikan tradisional harus diubah, dengan
memasukkan mata pelajaran-mata pelajaran tentang ilmu pengetahuan modern
(sains) ke dalam kurikulum madrasah atau perguruan tinggi. Juga mendirikan
sekolah-sekolah modern di samping madrasah-madrasah yang telah ada,
sehingga dapat memproduksi ahli-ahli Islam dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi.19
Dapat disimpulkan konsep pendidikan perguruan tinggi Islam
seyogyanya mengarahkan kepada pendidikan iman dan taqwa (imtaq) yang
sejalan dari segi pengetahuan, keterampilan, dan spriritualitasnya. Selain itu
pendidikan perguruan tinggi Islam harus memberikan materi perkuliahan
berbasis keagamaan dan ilmu umum atau sains. Selain itu, pendidikan juga
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang kreatif dan kritis. Untuk
mewujudkan sifat kritis, proses pembelajaran hendaknya berpusat pada peserta
didik atau mahasiswa, karena setiap peserta didik memiliki perbedaan minat,
kemampuan, kesenangan, pengalaman dan cara belajar. Kegiatan
pembelajaran perlu menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar dan

17
Kasmiati, Pembaharuan..., hlm. 270.
18
Kasmiati, Pembaharuan..., hlm. 270-271.
19
Kasmiati, Pembaharuan..., hlm. 271.

9
mendorong peserta didik untuk mengembangkan segenap bakat dan
potensinya secara optimal.

C. Pembaharuan Kurikulum Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia


Dalam konteks pembaharuan, Harun Nasution merupakan tokoh
pembaharu yang aktif sejak tahun 1970 sampai masa reformasi sebagai rektor
IAIN jakarta yang sekarang menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
memiliki pemikiran cemerlang. Lambang perpaduan antara timur dan barat,
maksudnya beliau menuntut ilmu di Timur Tengah dan di Eropa.20
Menurut Harun Nasution Kurikulum IAIN selama ini tidak
mencerminkan pengembangan pemikiran mahasiswa, karena tidak ada mata
kuliah yang dapat mendorong ke arah itu. Ia mengusulkan agar mata kuliah,
seperti pengantar ilmu agama, filsafat, tasawuf, teologi dan sebagainya
dimasukkan dalam ilmu.21 Untuk memenuhi harapan dan kebutuhan umat
Islam di atas, kurikulum pendidikan tinggi Islam harus dapat membawa
pengertian Islam secara luas. Islam bukan sekedar hukum fiqh, tetapi Islam
mengandung beberapa aspek.22
Aspek terpenting dalam Islam adalah aspek akidah yang menimbulkan
ilmu kalam dan teologi. Pemikiran teologi Islam menghasilkan lima aliran
besar, pertama, khawarij yang berpandangan sempit, kedua, Murjiah yang
berpandangan luas, ketiga, Mu’tazilah yang bercorak rasional, keempat,
Asy'ariyah yang bercorak tradisional dan kelima, Maturidiyah yang bercorak
antara Mu’tazilah dan Asy'ariyah.23
Aspek penting kedua adalah pemikiran di bidang ibadah yang
menghasilkan empat mazhab besar. Hanafi yang bercorak rasional, Maliki dan
Hambali yang bercorak tradisional dan Syafi'i yang bercorak penggabungan
antara corak tradisional dan rasional.24
20
Moh. Afifur Rahman, Pembaharuan Pendidikan Menurut Pemikiran Harun Nasution,
Jurnal Ahsana Media, 6 (1) Februari 2020, Universitas Islam Madura Pamekasan, hlm. 7.
21
Moh. Afifur Rahman, Pembaharuan..., hlm. 7.
22
Moh. Afifur Rahman, Pembaharuan..., hlm. 7-8.
23
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 99.
24
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 99.

10
Aspek tasawuf sangat erat hubungannya dengan ibadah menimbulkan
aliran-aliran besar. Aliran Sunni yang dipelopori oleh al-Ghazali yang
mempunyai pengaruh besar di dunia Islam yang sebagian besar mengikuti
mazhab Syafi'i dan menganut teologi Asy'ariyah. Aliran yang lain adalah
Syi'ah yang membenarkan pengalaman sufi bersatu dengan Tuhan dan hanya
dianut sebagian kecil umat Islam.25
Aspek filsafat, terdapat dua aliran yang membawa ciri masing-masing
dan mempunyai penganut yang berbeda. Misalnya Aliran filsafat al-Faraby
yang berpijak pada teologi Mu’tazilah berkembang pesat pada zaman klasik.
Sedangkan aliran filsafat al-Ghazali yang beraliran teologi Asy'ariyah nya
membentuk corak teologi tradisional yang kurang pengaruhnya. Aliran filsafat
ini berkembang pesat pada zaman pertengahan.26
Dapat disimpulkan berdasarkan deskripsi di atas, tujuan kurikulum
pendidikan Islam adalah memperkenalkan Islam pada umatnya secara utuh
dengan metode pikiran rasional ilmiah dan filosofis, sehingga terwujud sarjana
muslim atau ulama yang menguasai ilmu agama dan ilmu umum, berbudi
pekerti luhur dan menjadi pemimpin-pemimpin umat sesuai dengan harapan
umat Islam.

D. Problematika dan Solusi Perguruan Tinggi Islam di Indonesia

25
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 100.
26
Deddy Yusuf Yudhyarta, Pembaharuan..., hlm. 100.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan tinggi Islam di Indonesia telah berlangsung sejak
dibukanya Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta pads bulan Juli 1945
menjelang Indonesia merdeka. Sejak saat itu 140 dinamika dan perkembangan
Pendidikan Tinggi Islam dimulai. Setelah terbentuknya STI berubah menjadi
UII (Universitas Islam Indonesia). Perkembangan berikutnya fakultas agama
UII dinegerikan menjadi PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri),
kemudian fase berikutnya muncullah IAIN dan STAIN, selain itu muncul pula
pendidikan tinggi Islam swasta, baik berbentuk universitas, institut, maupun
sekolah tinggi.
Konsep pendidikan perguruan tinggi Islam seyogyanya mengarahkan
mahasiswa kepada tujuan pendidikan nasional yaitu mencetak generasi yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembaharuan kurikulum perguruan tinggi Islam menurut Harun
Nasution adalah memperkenalkan kepada mahasiswa dan umat agama Islam
yang menyeluh dengan pendekatan filosofis dan ilmiah sesuai dengan konteks
zaman yang dihadapi.
B. Saran
Makalah ini hasil dari sumber-sumber yang jelas, akan tetapi penulis
masih banyak kekurangan dan masih sangat kurang ilmu pengetahuan, penuis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, sebagai penulis kami mohon kerendahan hati
dari pembaca untuk memaklumi kekurangannya dan diharapkan kesediannya
untuk memberikan kritik yang nantinya dijadikan bahan evaluasi bagi penulis
agar di kemudian hari dapat menulis dengan lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kasmiati. 2019. Pembaharuan Pendidikan Islam Harun Nasution (Kajian Filsafat


Pendidikan). Scolae: Journal of Pedagogy 2 (2) Oktober. Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Tolitoli.

Minhaji. 2007. Masa Depan Perguruan Tinggi Islam Di Indonesia (Perspektif


Sejarah-Sosial). Jurnal Tadris 2 (2) November. STAIN Pamekasan.

Rahman. Moh Afifur. 2020. Pembaharuan Pendidikan Menurut Pemikiran Harun


Nasution. Jurnal Ahsana Media 6 (1) Februari 2020. Universitas Islam
Madura Pamekasan.

Yudhyarta, Deddy Yusuf. 2013. Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Tinggi


Islam Di Indonesia (Telaah Kritis Pemikiran Harun Nasution). Tesis
tidak diterbitkan. Riau: Prodi Magister Pendidikan Agama Islam UIN
Sultan Syarif Kasim Riau.

Zuhairini dkk. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan Keempat. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai