20 TAHUN 2003
Makalah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Studi Materi PAI
Tingkat Menengah
Kelompok 4 PAI 5A :
1. Hilyatussuada (18311910)
2. Muizzatin Maulidiyah (18311921)
3. Nurlaila Handayani (18311927)
4. Safirotul Aini (18311930)
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan agama dewasa ini merupakan bagian dari kurikulum
wajib yang diselenggarakan di sekolah umum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan. Dari zaman Rasulullah hingga zaman reformasi, pendidikan
mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi terutama dalam landasan,
tujuan pendidikan, sistem pendidikan. Kemajuan yang paling menonjol
adalah dalam masalah pendidikan agama. Pengajaran agama, khususnya
pendidikan agama Islam (PAI) dirasakan penting untuk dimasukan ke dalam
rencana pengajaran dalam pendidikan nasional. Pada perkembangan
selanjutnya pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang
pendidikan agama yang merupakan bentuk pengakuan resmi negara
terhadap pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional. Dalam
makalah ini, penulis akan menjelaskan kembali perjalanan pendidikan
agama Islam.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah PAI dalam pendidikan?
2. Bagaimana PAI dari masa ke masa?
3. Apa kedudukan PAI dalam Sisdiknas No. 20 Tahun 2003?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah PAI dalam pendidikan.
2. Untuk mengetahui PAI dari masa ke masa.
3. Untuk mengetahui kedudukan PAI dalam Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Luthfi Khairul Fikri, Perkembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
Tahun 1945-1966, Jurnal Tarbawy, Vol. 2 No. 2, 2015, hal. 173
2
mengerjakan tulisan pada hapalan, kepandaian dalam penyembuhan dan pengajaran
tentang moral.2
Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa kerajaan Islam di Aceh
tidak lepas dari pengaruh penguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga. Aceh
menjadi pusat pengkajian Islam sejak zaman Sultan Malik az-Zahir berkuasa,
dengan adanya sistem pendidikan informal berupa halaqoh yang pada
kelanjutannya menjadi sistem pendidikan formal.
Pendidikan Agama Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan
kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia. Mahmud Yunus mengatakan, bahwa
sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya Islam ke Indonesia. Hal
ini disebabkan karena pemeluk agama tersebut sudah tentu ingin mempelajari dan
mengetahui lebih mendalami tentang ajaran-ajaran Islam. Ingin pandai shalat,
berdo’a dan membaca al-Qur’an yang menyebabkan timbulnya proses belajar,
meskipun dalam pengertian yang amat sederhana. Dari sinilah mulai timbul
pendidikan agama Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah,
langgar/surau, masjid dan kemudian berkembang menjadi pondok pesantren.
Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang kita kenal
sekarang ini.
Sejak awal kemerdekaan dan selama masa Orde Lama, pengakuan tentang
eksistensi pendidikan agama Islam di sekolah umum mulai timbul, meskipun dalam
prekteknya perkembangan PAI pada kurun waktu tersebut menghadapi kendala
politis maupun non-politis. Kendala yang bersifat politis ialah berkaitan dengan
ketentuan perungdangan yang cenderung kurang memberikan ruang peran bagi
pendidikan agama, bahkan tidak mengakomodir keberadaan pendidikan agama
tersebut di sekolah-sekolah umum. Sebab pendidikan agama dipandang sebagai
urusan individu dan bukan menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan (sekolah).
Sedangkan kendala non-politis berkaitan dengan keadaan sosial budaya maupun
2
Ach. Syaikhu, Sejarah Pendidikan Islam (Telaah Kritis Dinamika Pendidikan Islam),
Jurnal Falasifa, Vol. 2 No. 2, 2011, hal. 119-120
3
keterbatasan-keterbatasan sumber PAI itu sendiri, baik kurikulum,guru maupun
metode pembelajaran.3
Setelah kemerdekaan Indonesia pendidikan di Indonesia mengalami perubahan.
Pemerintah ingin membuat sistem pendidikan nasional yang sesuai dengan keadaan
rakyat indonesia. PAI dimasukkan dalam kurikulum nasional, karena dirasa penting
sebagai dari perubahan dalam sistem kenegaraan yang dinyatakan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan pancasila dengan jelas menyebutkan bahwa negara
Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan bagi setiap warga negara
berhak memeluk agama yang di yakininya masing-masing. Perkembangan
Pendidikan Agama setelah dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam rentang
tahun 1946-1966 memperlihatkan perubahan yang lebih signifikan. Meskipun pada
awal dimasukkannya Pendidikan Agama hanya bersifat opsional.4
B. PAI Dari Masa ke Masa
1. Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW
Pendidikan di zaman Rasulullah saw., dapat dibagi ke dalam dua periode.
Pembagian ini sebenarnya lebih didasarkan pada kronologi waktu dan tempat
penyelenggaraan pendidikan termasuk dari segi materi yang yang disampaikan agar
lebih mudah untuk dipahami. Adapun periode tersebut adalah periode Makkah dan
Madinah.
a.) Periode Makkah
Kegiatan pendidikan Islam yang berlangsung pada perioe Makkah,
dilakukan selama kurang lebih 13 tahun lamanya. Selama periode tersebut
Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan ajaran Islam hanya sebatas pada
keluarga, kerabat maupun sahabat terdekat. Namun tidak jarang pula, ajaran
Islam yang beliau sampaikan ditunjukkan kepada orang kafir, miskin, budak
(hamba sahaya). Inilah yang kemudian dimaksud dengan konsep dakwah
secara diam-diam. Metode pembelajarann yang diterapkan oleh Rasulullah
3
Luthfi Khairul Fikri, Perkembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
Tahun 1945-1966, Jurnal Tarbawy, Vol. 2 No. 2, 2015, hal. 173
4
Luthfi Khairul Fikri, Perkembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
Tahun 1945-1966, ... , hal. 180
4
SAW. Ketika berada di Makkah yaitu hanya membuat kelompok-kelompok
belajar yang diselenggarakan secara sembunyi-sembunyi. Kelompok
belajar ini diselenggarakan sebagai media untuk mendidik kaum Muslim
yang baru mengenal Islam dengan memosisikan orang terdekat dan banyak
mendapat informasi dari Rasulullah SAW., menjadi pendakwah atau ahli
Ibadah (muqri’).5
b.) Periode Madinah
Rasulullah saw., diperintahkan oleh Allah Swt. Untuk hijrah ke
Yastrib (Madinah), meskipun sebenarnya tekanan dan undangan untuk
segera meninggalkan Negara Kota sudah lama ada. Namun Rasulullah baru
beranjak setelah mendapatkan perintah dari Allah Swt. Sesampainya di
Madinah dengan petunjuk Allah Swt., Rasulullah saw. Mendirikan
bangunan Masjid Nabawi. Penentuan lokasi pembangunannya diperantarai
hewan tunggangan unta al-Qashwa, selain merupakan upaya agar tidak
perasaan penduduk Yastrib yang ketika itu menginginkan Rasulullah saw.
Tinggal di rumah mereka.
Situasi umat Islam pada periode madinah sangat berbeda dengan ketika
mereka di Makkah. Tidak hanya secara politik dan ekonomi, kurikulum pendidikan
yang ada pada masa itu juga mengalami perubahan. Proses pendidikan yang
berlangsung bersifat praktis. Bahkan pada periode ini Islam sudah mengenal istilah
wajib militer.6 Metode pendidikan Islam di masa Rasulullah saw:
5
Muhamad Tisna Nugraha, Sejarah Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Diandra Kreatif,2019)
hlm:27-28
6
Muhamad Tisna Nugraha, Sejarah Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Diandra Kreatif,2019)
hlm:29
5
f) As-sama’, yaitu ceramah
g) Istima’, yaitu mendengar7
h) Suri tauladan, yaitu mengikuti akhlak Rasulullah SAW
2. Pendidikan Pada Masa Khulafa Urrasyidin
a.) Khalifah Abu Bakar Shiddiq
Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Abu Bakar Shiddiq yakni
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga pendidikan
pada masa Nabi, namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak
mengalami perkembangan.
1.) Kutab, pada masa Abu Bakar lembaga pendidikan Kutab mencapai
tingkat kemajuan yang berarti. Kemajuan lembaga kutab ini terjadi
ketika masyarakat muslim telah menaklukan beberapa daerah dan
menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Lembaga
pendidikan ini menjadi sangat penting sehingga para ulama berpendapat
bahwa mengajarkan al-Qur’an merupakan fardhu kifayah.
2.) Masjid, merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak-anak
tamat belajar pada kutab. Di masjid ini ada dua tingkat pendidikan, yaitu
tingkat menengah dan tingkat tinggi. Yang membedakan antara kedua
tingkatan tersebut adalah tingkat menengah, gurunya belum mencapai
status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi, parapengajarnya
adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam.
3.) Materi Pendidikan. Materi pendidikan yang diajarkan pada kutub
adalah; satu, membaca dan menulis, dua, membaca al-qur’an dan
menghafalnya, tiga, pokok-pokok agama Islam seperti keimanan,
ibadah, akhlak dan muamalat. Sedangkan materi pendidikan pada
tingkat menengah dan tinggi adalah: Al-Qur’an dan tafsirnya, Hadits
dan syarahnya, dan fiqih (tasyri’).
7
Muhamad Tisna Nugraha, Sejarah Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Diandra
Kreatif,2019)hlm.21-24
6
b.) Khalifah Umar Ibn Khattab (634-644)
1.) Lembaga Pendidikan. Lembaga Pendidikan pada masa khaliafah Umar
Ibn Khattab, sama dengan masa Abu Bakar.
2.) Materi Pendidikan pada masa Umar adalah materi pada Kutab masa Abu
Bakar, disamping ita materi yang diajarkan ditambah dengan beberapa
mata pelajaran dan keterampilan. Ketika Umar bin Khatab diangkat
menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada pendidik agar anak-anak
diajarkan : berenang. mengendarai onta, memanah. membaca, menghafal
syair-syair yang mudah, dan peribahasa. Pada masa ini tuntutan untuk
belajar bahasa Arab juga udah mulai kelihatan. Orang yang baru masuk
Islam dari daerah yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin
belajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa
ini sudah tendapat pengajaran Bahasa Arab.
3.) Pendidik. Pada masa khalifah Umar yang menjadi pendidik adalah beliau
sendiri, serta guru-guru yang beliau angkat.8
c.) Khalifah Usman Bin Affan (644-656)
Pola pendidikan pada masa Usman ini lebih merakyat dan lebih mudah
dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin mempelajari ajaran Islam
karena pusat pendidikan lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa
memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat. Pelaksanaan pendidikan pada masa ini diserahkan kepada
masyarakat dan masyarakatlah yang lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan
pendidikan termasuk pengangkatan para pendidik. Walaupun demikian ada
usaha yang sangat cemerlang yang dilakukan Usman Ibn Affan, yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pendidikan Islam dimasa yang akan datang, usaha
tersebut adalah terjadinya kodifikasi Al-Qur’an.
8
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta; Kalam Mulia, 2012). Hal 58-59
7
Pada masa Ali Ibn Abi Thalib tidak terlihat perkembangan pendidikan yang
berarti karena pada masa ini telah terjadi kekacauan politik dan penberontkan,
sehingga dimasa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan
politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan
dan gangguan. Pada saat itu Ali Ibn Abi Thalib sidak sempat lagi memikarkan
masalah pendidkan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpuhkan kepada
masalah keamana dalam pemerintahannya.9
a) Bersifat Arab dan Islam tulen. Artinya pada periode ini pendidikan masih
didominasi orang-orang arab, karna pada saat itu unsur-unsur Arab yang
memberi arah pemerintahan secara politis, agama dan budaya
b) Menempatkan pendidikan dan penempatan birokrasi lainnya, yang sebagai
ditempati oleh orang-orang non-muslim dan non-arab.
c) Berusaha Meneguhkan Dasar-Dasar Agama Islam yang Baru Muncul. Hal
ini berawal dari pandangan mereka bahawa Islam adalah agama, negara,
sekaligus sebagai budaya, maka wajar dalam periode ini banyak melakukan
penaklukan wilayah-wilayah dalam rangka menyiarkan dan memperkokoh
ajaran Islam.
d) Perioritas pada Ilmu Naqliyah dan Bahasa. Pada periode ini pendidikan Islam
memprioritaskan pada ilmu-ilmu naqliyah seperti baca tulis al-Quran,
pemahaman fiqih dan tasyri, kemudian dengan ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan ilmu-ilmu tersebut yaitu ilmu bahasa, seperti nahwu, sastra.
e) Menunjukan bahan tertulis pada bahasa tertulis sebagai bahan media
komunikasi
Pada masa Umayyah juga menulis semakin banyak, seperti membagi penulis
dalam bidang pemerintahan, seperti, penulis surat-surat, harta-harta, dan pada
9
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta; Kalam Mulia, 2012). Hal 60-61
8
bidang pemerintahan lainnya termasuk penulis dalam kalangan intelektual,
(penerjemah). Hal ini di buktikan dengan membuka jalan Pengajaran Bahasa
Asing.10
10
Ahmad Nasrul Anwar, “Pertumbuhan Dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada
Masa Dinasti Ummayyah”, Jurnal Tarbiyah Vol.1 No.1 2015. Hlm, 57
11
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2011), cet. 1, hlm 86
9
4) Ilmu Kalam
Munculnya ilmu ini berkaitan erat dengan masuknya bangsa-bangsa yang
telah berperadaban ke dalam Islam, yang menuntut menjelaskan aqidah
Islamiah, tidak cukup dengan dasar-dasar logika dan pemikiran filsafat
saja. Selain itu, untuk mempertahankan Islam dari serangan luar dan
sekaligus membawa perubahan besar dalam sejarah pemikiran aqidah
Islam. Mutakallimin yang terkenal di masa itu, antara lain seperti Washil
Ibn Atha '.12
b.) Ilmu Umum
a. Ilmu Filsafat
Ilmu ini muncul dan Berkembang pada masa Daulah Abbasiyah. ilmu ini
diperoleh melalui penterjemahan buku-buku filsafat Yunani yang terdapat
di berbagai negeri, seperti Mesir, Syiria, Mesopotamia, dan Persia, bahkan
dari Yunani sendiri.
b. Ilmu Falak
Orang pertama yang menelaah ilmu ini, yaitu Muhammad Ibn Ibrahim al-
Farazi. Diawali dengan lahirnya buku Al-Sindu Hindu pada masa khalifah
al-Mansur, kemudian berkembang pada masa Al Ma'mun dengan
dibangunnya teropong bintang dan diterjemahkannya buku Yunandi al-
Magiste, karya Potelemeus oleh Husain Ibn Ishak.
c. Ilmu Kedokteran
Ilmu ini mulai dikenal pada masa Daulah Abbasiyah dengan hadirnya
George Bakhtisyu ke istana, atas permintaannya al-Mansur untuk
mengobati dirinya.
d. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu ini telah digunakan secara praktis, ketika membuat perencanaan
Permbangunan kota Baghdad pada masa Al-Mahdi, Jabir Ibn Hayyam
(721-815 M) telah menulis Ilmu Kimia, pertambangan dan batu-batuan
yang dimanfaatkan oleh Barat di kemudian hari.13
12
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2012), cet.1, Hlm: 88
13
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2012) cet 1, hlm: 90-92
10
5. Pendidikan Pada Zaman Kerajaan Islam di Indonesia
a.) Kerajaan Samudera Pasai
Sejarah mencatat, bahwa Kerajaan Samudra Pasai pernah mengalami
kemajuan dalam seluruh bidang kehidupan, yakni kemajuan bidang
perekonomian yang berbasis pada perdagangan dan pelayaran.14 Pendidikan
yang berlaku di zaman Kerajaan Samudra Pasai yaitu sebagai berikut:
14
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), Hal: 236
15
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Sleman: Deepublish, 2016), Hal:
7
16
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ..., Hal: 9-10
11
bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab,
sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira
dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik
M. Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin
yang memerintah antara tanhun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan
yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan
Perguruan Tinggi Islam yaitu suatu Majelis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh
para murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan
membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya
kitab Al-Umm karya Imam Syafi’i. Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini
proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.17
Bila diklasifikasikan bentuk dan jenis Lembaga Pendidikan Islam pada masa
penjajahan Belanda pada awal dan pertengahan abad ke-20, adalah:19
17
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ..., Hal. 8
18
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ..., Hal 15
19
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ..., Hal 21-22
12
1. Lembaga Pendidikan pesantren yang masih berpegang secara utuh kepada
budaya dan tradisi pesantren, yakni mengajarkan kitab-kitab klasik semata-
mata.
2. Lembaga Pendidikan sekolah-sekolah Islam, di Lembaga ini di samping
mengajarkan ilmu-ilmu umum sebagai materi pokoknya, juga mengajarkan
ilmu-ilmu agama.
3. Lembaga Pendidikan madrasah, Lembaga ini adalah mencoba mengadopsi
sistem pesantren dan sekolah, dengan menampilkan sistem baru. Ada unsur-
unsur yang diambil dari pesantren dan ada pula unsur-unsur yang diambil
dari sekolah.
7. Pendidikan Pada Zaman Penjajahan Jepang
Pendidikan pada masa Jepang di Indonesia, memperhatikan gambaran yang
buruk, bila dibandingkan dengan masa pemerintahan Belanda. Sebagai gambaran
adalah jumlah sekolah dasar dari 21.500 menurun menjadi 13.500, sekolah lanjutan
dari 850 menjadi 20. Jumlah murid sekolah dasar merosot 30%. Disamping
membuka sekolah-sekolah yang pernah diasuh oleh Belanda, Jepang juga
mengizinkan untuk membuka sekolah-sekolah yang diasuh badan-badan swasta,
termasuk di antaranya sekolah-sekolah Islam.20
Kebijakan Jepang dalam pendidikan Islam ini adalah, pada tingkat rendah
Jepang merasa puas tidak mengawasinya secara langsung, berbeda dengan tingkat
lanjutan, sekolah guru dan Lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk diawasi dan
diatur oleh mereka sendiri. Diantara aturan-aturan yang ditegaskan oleh pemerintah
Jepang dalam pendidikan Islam adalah pada tahun 1943 melarang pengajaran
agama yang tidak wajib di sekolah-sekolah lanjutan negeri. Selanjutnya di bulan
yang sama didirikanlah organisasi yang bernama Pergaboengan Goeroe Islam
Indonesia, sebuah organisasi guru Islam yang dibentuk oleh pemerintah Jepang.21
20
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ..., Hal 23
21
Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ..., Hal 24
13
Setelah Indonesia merdeka, pelenggaraan pendidikan agama mendapat
perhatian serius dari perintah baik di sekolah negeri maupun swasta. Pendidikan
agama diberikan mulai kelas IV SR (Sekolah Rakyat), pembinaan pendidikan
agama di sekolah agama ditangani oleh departemen agama, sedangkan pendidikan
agama Islam untuk sekolah umum diatur secara resmi oleh pemerintah. Perlu
diketahu bahwa kondisi keamanan bangsa Indonesia pada waktu itu belum tenang,
sehingga SKB 2 menteri (Menteri Agama Dan Departemen Pendidikan Dan
Pengajaran) tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya.22
Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah orde lama terhadap kepentingan
pendidikan Islam:
22
Siti Hasniyati Gani Ali, Jurnal Al-Ta’dib, Kebijakan Pemerintah Terhadap Pembinaan
Pendidikan Islam, Vol 8 No. 2, 2015, Hal: 102
23
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2014 hal: 319
14
peraturan bersama menteri PP&K (Nomor K/652) dengan menteri agama
Nomor 1432 yang di dalamna mengatur pendidikan agama di sekolah.24
3. Memberikan perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan lembaga
pendidikan Islam, seperti madrasah dan pesantren. Dalam rangka
merumuskan kebijakan pendidikan yang dibentuk pada akhir tahun 1945,
dalam laporannya mengenai bentuk pendidikan Islam yang lama dan baru,
dinyatakan bahwa madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah
satu alat sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah
berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaknya pula
mendapat perhatian dan bantuan material dari pemerintah. Berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawab ini, maka departemen agama menetapkan
beberapa kebijakan sebagai berikut:
a. Memberi pelajaran agama di sekolah negeri dan partikulir
b. Memberi pengetahuan umum di madrasah
c. Mendirikan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan
Hakim Islam Negeri (PHIN) Kebijakan departemen agama ini
dimanfaatkan oleh masyarakat muslim Indonesia untuk mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4. Memberikan bantuan fasilitas dan sumbangan material kepada lembaga-
lembaga pendidikan Islam, seperti mengangkat guru agama, membantu
biaya pembangunan madrasah, bantuan buku-buku pelajaran, menegerikan
madrasah, dan bantuan lainnya, walaupun jumlahnya masih amat terbatas
sesuai dengan kemampuan ekonomi pada waktu itu.25
Pada masa orde lama, lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah ada
sebelumnya, seperti madrasah dan pesantren, mengalami perkembangan yang
pesat. Selain itu, pada zaman orde lama juga telah lahir lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang baru, yang sebelumnya tidak ada, seperti Pendidikan Guru
Agama (PGA), Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), Madrasah Wajib Belajar
24
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Cet Ke-1, … Hal: 320
25
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Cet Ke-1, … Hal: 322
15
(MWB), dan sebagainya. Keempatan ini digunakan oleh masyarakat muslim
Indonesia untuk mendirikan lembagalembaga pendidikan Islam, sehingga pada
tahun 1945 madrasah berkembang menjadi 849 buah, dengan murid sebanyak
2.071.26
Jenis-jenis Pendidikan Islam pada masa Orde baru adalah sebagai berikut:28
26
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Cet Ke-1, … hal: 324
27
Affan Goffar, Politik Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006). Hal 133
28
Sofyan Rofi, ..., Hal 50
16
e. Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
(MIN) 6 tahun, dengan menambahkan Kursus selama 2 tahun, yang
memberikan latihan keterampilan sederhana.
f. Pendidikan teologi agama tertinggi. Pada tingkat universitas diberikan sejak
tahun 1960 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dua bagian/dua fakultas di
Yogyakarta dan dua fakultas di Jakarta.
10. Pendidikan Islam Pada Masa Reformasi
Era reformasi dalam pemerintahan negara Indonesia memberikan angin segar
bagi perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia, setelah sebelumnya pada masa
orde baru program-program Pendidikan yang ditargetkan telah gagal. Krisis
ekonomi yang berlangsung sejak medio Juli 1997 telah mengubah konstelasi politik
maupun ekonomi nasional.29
29
Sofyan Rofi, ..., Hal 53
30
Sofyan Rofi, ..., Hal 73-78
17
(belajar) dan research (meneliti) dalam suasana yang partisipasif, inovatif,
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
8. Penerapan manajemen yang berorientasi pada pemberian pelayanan yang
naik dan memuaskan.
9. Kebijakan mengubah sifat madrasah menjadi sekolah umum yang berciri
khas keagamaan.
C. Kedudukan PAI dalam Sisdiknas No.20 Tahun 2003
UU No. 20 Tahun 2003 pada Bab II pasal 3, bahwa “pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu,cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Posisi Pendidikan Agama Islam dalam UU Sisdiknas 2003 adalah :31
1. Pasal 1 ayat (1),
Pendidikan adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pasal 1 ayat (2),
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Agama sebagai tujuan pendidikan (agar peserta
didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan) dan sumber nilai dalam
proses pendidikan nasional.
3. Pasal 4 ayat (1)
31
Fathul Jannah. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Dinamika Ilmu.
Vol 13 No 2. 2013. Hlm: 167-170
18
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukkan bangsa.
4. Pasal 12 ayat (1)
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama. Peserta didik berhak mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agamanya masingmasing dan diajarkan
oleh guru/pendidik yang seagama. Tiap sekolah wajib memberikan ruang
bagi siswa yang mempunyai agama yang berbeda-beda dan tidak ada
perlakuan yang diskriminatif.
5. Pasal 15
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, vokasi,keagamaan, dan khusus.
6. Pasal 17 ayat (2)
Pendidikan dasar terbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
7. Pasal 18 ayat (3)
Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasahaliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah
aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
8. Pasal 28 ayat (3)
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk
taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal(RA), atau bentuk lain yang
sederajat.Salah satu jenis pendidikan nasional adalah pendidikan agama.
Setingkat taman kanak-kanak (TK) dinamakan raudatul athfal(RA), sekolah
dasar (SD) dinamakan madrasah ibtidaiyah (MI), sekolah menengah
pertama (SMP) dinamakan madrasah tsanawiyah(MTs), sekolah menengah
19
atas (SMA) dinamakan madrasah aliyah(MA), dan sekolah menengah
kejuruan (SMK) dinamakan madrasah aliyah kejuruan (MAK).
9. Pasal 30 tentang Pendidikan keagamaan
(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadianggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal.
(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,
pasraman, pabhaja samanera,dan bentuk lain yang sejenis.
Dalam hal ini pendidikan agama merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat. Di samping sekolah/madrasah formal yang
didirikan oleh pemerintah seperti MIN, MTsN, maupun MAN, masyarakat
dapat juga menyelenggarakan pendidikan agama, baik formal (pesantren,
madrasah), nonformal (taman pendidikan AlQur’an (TPA), majlis taklim)
maupun informal (madrasah diniyah).
10. Pasal 36 ayat (3)
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan
pada Peningkatan iman dan takwa, Peningkatan akhlak mulia; dan
seterusnya.
11. Pasal 37
a. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan; dan seterusnya…
b. Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat,pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan danbahasa.
12. Pasal 55 ayat (1) mengenai Pendidikan Berbasis Masyarakat
20
Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis
masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan
agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan.32
32
Robiatul Awwaliyah Dan Hasan Baharun, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan
Nasional (Telaah Epistemologi Terhadap Problematika Pendidikan Islam), Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, Vol 19 No, 2018, Hlm: 43-45
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7
M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh
ummat manusia. islam merupaka gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang
zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Datangnya Islam ke Indonesia
dilakukan secara damai, melalui jalur perdagangan, perkawinan, ajaran tasawuf dan
tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semua mendukung proses
cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Awwaliyah Dan Hasan Baharun, Robiatul. 2018. Pendidikan Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional (Telaah Epistemologi Terhadap Problematika Pendidikan
Islam). Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Vol 19 No 1.
Goffar, Affan. 2006. Politik Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hasniyati Gani Ali, Siti. 2015. Jurnal Al-Ta’dib. Kebijakan Pemerintah Terhadap
Pembinaan Pendidikan Islam. Vol 8 No. 2.
Jannah. Fathul. 2013. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Dinamika Ilmu. Vol 13 No 2.
23