Dosen Pengampu:
Abu Bakar M. Pd I
Disusun Oleh:
2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di
Indonesia” tepat waktu. Dan tidak lupa shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada
Rasulullah SAW yang syafa‟atnya kita nantikan kelak.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, Kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan
Tinggi Islam di Indonesia.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu‟alaikumWarahmatullaahi Wabarakaatuh
Penyusun
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pendidikan Tinggi Islam Indonesia merupakan wahana yang penting dalam pembentukan
peradaban Indonesia masa depan. Lembaga yang didirikan sejak awal kemerdekaan ini telah
menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional melalui peraturan dan perundangan yang dibuat
oleh pemerintah. Pendidikan tinggi Islam mengalami dinamika dan pengembangan antara lain
dari STAIN/IAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri/Institut Agama Islam Negeri)
menjadi UIN (Universitas Islam Negeri).
Pendidikan tinggi Islam bagian noktah sejarah dalam perjalanan bangsa ini. Sejarah
mencatat institusi pendidikan yang diperuntukkan bagi umat Islam Indonesia didasari karena
telah memberikan sumbangsihnya terhadap kemerdekaan bangsa ini dari kekuasaan penjajah
oleh negara lain.
1
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), h. 123.
2
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasarPcndidikan pada Umumnya
dan Pendidikan di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 444-446
3
Haidar Putra Daulay, Sejarah, h. 119
Dr. Satiman Wir osandjoyo dalam Pedoman Masyarakat No. 15 Tahun IV (1938)
pernah melontarkan gagasan pentingnya sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam dalam
upaya mengangkat harga diri kaum Muslim di tanah Hindia Belanda yang terjajah itu.
Gagasan tersebut kemudian terwujud pads tanggal 8 Juli 19464.
Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di Jakarta di bawah pimpinan Prof. Abdul Kahar
Muzakkir sebagai realisasi kerja sebuah yayasan (Badan Pengurus Sekolah Tinggi Islam)
yang dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai ketua dan M. Natsir sebagai sekretaris.
Pada November 1947 dibentuk Panitia Perbaikan STI, yang dalam sidangnya sepakat
mendirikan Universitas Islam Indonesia (VII) pada tanggal 10 Maret 1948 dengan empat
fakultas yaitu Fakultas Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Pada tanggal 20 Februari
1951 Perguruan Tinggi Islam Indonesia (PTII), yang berdiri di Surakarta pada22 Januari
1950, bergabung dengan VII yang berkedudukan di Yogyakarta. VII Yogyakarta yang
berdiri tahun 1948 merupakan perguruan tinggi swasta pertama dan paling tua di Indonesia.
4
Enung K. Rukiati dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan di Indonesia, (Cet. 1;Bandung: Pustaka Setia, 2006), h.
128
Perlu diketahui, Pada tanggal 26 september 1959, bertepatan dengan ulang tahun
PTAIN, dibentuklah panitia perbaikan Perguruan Tinggi Agama Islam berdasarkan
ketetapan menteri agama nomor 41 tahun 1959 yang dipimpin oleh Prof. Mr. R.H.A.
Soenarjo.7 Hasil dari pada sidang panitia tersebut adalah PTAIN yang berada di
Yogyakarta dengan ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) yang berada di Jakarta
digabungkan menjadi IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Al-Jami‟ah al-Islamiyah
al-Hukumiyah.8
1. Lembaga pendidikan tinggi Islam negeri, yakni UIN, IAIN, dan STAIN.
2. Lembaga pendidikan tinggi Islam swasta yang berbentuk universitas di
lembaga ini dikembangkan berbagai fakultas, jurusan, serta program studi.
3. Lembaga pendidikan tinggi Islam swasta yang berbentuk institut dan sekolah
tinggi
5
Enung, h. 129
6
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
7
Haidar Putra Daulay,Sejarah, h. 130
8
Ibid, h. 131
IAIN pertama dibuka secara resmi di Yogyakarta pada tanggal 24 Agustus 1960 oleh
MenteriAgama RI yaitu K.H. Wahid Wahab, pada tahap awal IAIN terdiri dari beberapa
fakultas;fakultas Ushuluddin, Syari‟ah, Tarbiyah dan Fakultas Adab. Masing-masing
fakultas memilikibeberapa jurusan9.
Menurut Azyumardi Azra, dilihat dari segi usia, IAIN sebetulnya termasuk
perguruantinggi relatif cukup mapan di tanah air. Kehadiran IAIN tidak telepas dari cita
umat IslamIndonesia memajukan ajaran Islam di Indonesia.
9
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta: Kencana, 2013), h.
336
10
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Cet. II; Jakarta:
Kencana, 2006), h. 107-108
B. STAIN
Dengan adanya keputusan ini, maka seluruh STAIN bebas mengembangkan dirikarena
tidak lagi dikendalikan oleh IAIN, bahkan sudah ada beberapa STAIN berubah statusnya
menjadi IAIN seperti STAIN Serang, dan bahkan ada yang menjadi UIN, seperti STAIN
Malang berubah menjadi UIN Malang.
11
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan MiliniumIII, cet. 2 (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 194-198.
Sekitar bulan April tahun 1945 diadakan rapat dijakarta yang dihadiri oleh tokoh-
tokoh masyumi pada waktu itu, mereka diantaranya adalah:
1. PBNU yaitu K.H. Abdul Wahab, K.H. Bisri Syamsuri, K.H. Wahid Hasyim,
K.H. Masykur dan Zainal Arifin.
2. PB Muhammadiyah yaitu Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Mas Mansyur, K.H.
Hasyim, K.H. Farid Ma‟ruf, K.H. Mu‟thi, K.H. M. Yunus Anis, dan Kerto Sudarmo.
3. PB POI yaitu K.H. A. Halim dan H. Mansur.
4. PB PUII yaitu ASanusi dan Sumoatmojo.
5. PB Al-Islam yaitu K.H. Imam Ghazali.
6. Shumubu yaitu A. Kahar Muzakir, K.H. A. Moh. Adnan, K.H. Imam Zarkasi.
7. Cendekiawan intelektual yaitu Dr. Sukiman Wirdjo Sandojo, Dr. Satiman
Wirdjosandjojo, Wondoamiseno, Abukusno Tjokrosujoso, Muh. Rum, dan lain-
13
lain.
Melalui sidang kepanitian inilah yang melahirkan Sekolah Tinggi Islam, dengan
berjalannya waktu STI berubah nama menjadi IAIN pada tahun 1960.
12
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga,dan Masyarakat
(Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 169
13
Haidar Putra Daulay, Pendidikan, h. 98-99
14
Ibid
10 | U I N M A L I K I M a l a n g
IAIN didirikan sebagai perwujudan dari suatu cita-cita yang telah lama terkandung di
hati sanubari umat Islam Indonesia. Dalam perjalanan panjang selama 49 tahun STAIN/
IAIN/ UIN di Indonesia ini telah banyak menghasilkan lulusan baik pada strata satu, begitu
juga strata dua dan tiga. IAIN tumbuh dan brkembang sejak beberapa dasawarsa yang lalu,
dan telah menunjukan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan tinggi.
Setidaknya ada beberapa argumentasi terjadinya transforasi IAIN dan STAIN menjadi
UIN dan argumentasi tersebut menjadi faktor atau aspek-aspek yang melatarbelakangi
konversi PTKIN yang menuju panggung sajarah bangsa Indonesia. Adapun Aspek tersebut
ialah :
1. Aspek Politik
2. Aspek Sosial – Ideologis
3. Aspek Kelembagaan
4. Aspek Dunia Kerja
5. Aspek Keilmuan
6. Pembangunan Bangsa dan Negara
7. Aspek Kompetensi Global.16
15
Syahrizal, “Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Sahnun: Analisis Kritis Kurikulum Pengajarandi Institusi Pendidikan
Dasar Islam”, MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. XXXVI, h. 150.
16
Amiruddin, “Dinamika Lembaga Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia”, MIQOT : Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Vol.
XLI, no. 1, 2017, h. 108-111
11 | U I N M A L I K I M a l a n g
B. Bagan II (Karakteristik Transformasi PTKIN di Indonesia)
Jika dilihat karakterisik transformasi STI menjadi UII lebih kepada persoalan
integrasiilmu dan pengaruh dari pembaharuan di Mesir. Akhirnya UII menjadi sebuah
perguruantinggi yang berbentuk universitas Islam yang pertama di Indonesia. Kemudian
pada tahun1951 pemerintah mengambil Fakultas Agama Islam di UII menjadi PTAIN.17
Karakteristik yang terlihat jelas ialah di mana posisi ilmu yang pada awalnya
dikonstruksi secara monolitik dan dikotomi pada STI. Selanjutnya, posisi ilmu
dipandangtidak dikotomi dengan adanya UII. Ketika UII dibentuk, posisi ilmu dipandang
utuh dan tidakada disparitas. Akhirnya ilmu dikotomi kembali dengan didirikan PTAIN,
ADIA, IAIN danSTAIN. Durasi waktu yang panjang dari tahun 1951 sampai tahun 2002,
posisi ilmu dipandangtidak terintegrasi, kemudian ilmu dipandang terintegrasi pada tahun
2002, sebagai faktanya didirikan UIN.
17
Ibid, h.112
12 | U I N M A L I K I M a l a n g
Dengan adanya UIN dengan konsep integrasi ilmu, maka akan menghasilkan
perkembangan yang cukupmengembirakan, dalam istilah Azra disebut beyond imagination,
suatu kondisi yang tidakpernah dibayangkan sebelumnya, di mana santri-santri di UIN dapat
menjadi ahli ekonomi, ahli kedokteran, ahli teknologi, ahli politik, dan sebagainya, di
samping ahli di bidang agamaIslam.18
Masa depan peradaban Indonesia salah satunya akan terbentuk melalui pendidikan
tinggi Islam. Peradaban, menurut Koentjaraningrat, merupakan hasil kebiasaan manusia
berupa teknologi, adat kebiasaan atau merupakan sistem teknologi, sains dan lainnya yang
kompleks19.
Henry C. Link telah menulis The Return to Religion,20 yang menjelaskan peran
penting agama dalam masyarakat. Karya ini dicetak ulang tidak kurang sebanyak tiga
puluh delapan kali, pertama tahun 1936 dan terakhir tahun 1943. Tetapi harus diakui, buku
Link ini hanya memperkuat pandangan umum ketika itu bahwa agama memang
semakin menjauh dan ditempatkan secara tersendiri dan terpisah dari aspek-aspek
kehidupan manusia lainnya. Secara umum, modernisme yang ditandai oleh
sekularisme di pandang mengancam eksistensi agama.
18
Ibid, h. 113
19
Elly M. Stiyadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Kencana Pranadamedia, 2012), 49.
20
Henry C. Link, The Return to Religion(New York: Pocket Books Inc., 1943).
13 | U I N M A L I K I M a l a n g
Dalam Islam, ancaman modernitas tidak kalah serunya, dengan pembahasan yang
menarik, Yadullah Kazmi,21 telah memberi gambaran adanya dikhotomi dalam dunia
pendidikan antara ilmu agama dan ilmu umum (dan juga antara ilmu dan agama),
yang kemudian menjadi ciri di hampir seluruh dunia Islam termasuk Indonesia.
Dari segi Visi Akademik, PTI telah mengalami perjalanan sejarah yang amat
panjang. Dan perkembangan terakhir muncul ditandai dengan lahirnya institusi
baru yang dikenal dengan UIN. Visi Akademik dari institusi baru ini terutama
menegaskan akan pentingnya integrasi ilmu dan agama atau integrasi ilmu agama dan
ilmu umum. Dikhotomi ilmu dipandang tidak lagi relevan untuk mengantisipasi
budaya dan peradaban saat ini dan juga masa mendatang.
21
Yadullah Kazmi, “Islamic Education : Traditional Education or Education of Tradition?” Islamic Studies42:2
(2003), hlm. 259-288.
14 | U I N M A L I K I M a l a n g
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarakan Uraian Penjelesan diatas maka dapat kami tarik benang merah berupa :
15 | U I N M A L I K I M a l a n g
D. Setidaknya ada beberapa argumentasi terjadinya transforasi IAIN dan STAIN menjadi
UIN dan argumentasi tersebut menjadi faktor atau aspek-aspek yang melatarbelakangi
konversi PTKIN yang menuju panggung sajarah bangsa Indonesia. Adapun Aspek
tersebut ialah :
1. Aspek Politik
2. Aspek Sosial – Ideologis
3. Aspek Kelembagaan
4. Aspek Dunia Kerja
5. Aspek Keilmuan
6. Pembangunan Bangsa dan Negara
7. Aspek Kompetensi Global
E. Studi di UIN ini membutuhkan paduan antara dua pendekatan : normative and
empirical approaches. Dua pendekatan inilah yang membedakan UIN dari lembaga
pendidikan tinggi lainnya. Sejalan dengan ini, secara ideal setiap tenaga pengajar, di
samping disiplin ilmu yang ditekuni masing-masing, sebaiknya mempunyai bekal
cukup tiga hal : bahasa, filsafat dan sejarah.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis masih sangat terbatas, serta makalah
diatas masih jauh dan tidak bisa dibilang sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran agar penulis dapat memperbaiki dan menulis makalah menjadi lebih baik lagi.
16 | U I N M A L I K I M a l a n g
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, “Dinamika Lembaga Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia”, MIQOT : Jurnal Ilmu-
ilmu Keislaman, Vol. XLI, no. 1, 2017.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan MiliniumIII,
Cet. 2. Jakarta: Kencana, 2014.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
Cet. II; Jakarta: Kencana, 2006.
Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, Cet. I; Jakarta: Kencana, 2007.
Elly, M. Stiyadi, Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Kencana Pranadamedia. 2012.
Henry, C. Link. The Return to Religion. New York: Pocket Books Inc. 1943.
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006.
Nizar, Samsul. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana, 2013.
Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga,dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS, 2009.
Rukiati, Enung K. dan Fenti Hikmawati. Sejarah Pendidikan di Indonesia. Cet. I; Bandung:
Pustaka Setia, 2006.
Syahrizal. “Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Sahnun: Analisis Kritis Kurikulum Pengajarandi
Institusi Pendidikan Dasar Islam” MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman,
Vol.XXXVI, 2012.
Yadullah, Kazmi, “Islamic Education : Traditional Education or Education of Tradition?”
Islamic Studies. 42:2. 2003.
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. V. Jakarta: Bumi Aksara, Perguruan Tinggi
Islam. 1997.
17 | U I N M A L I K I M a l a n g