Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DI INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Abu Bakar M. Pd I

Disusun Oleh:

M. Sa‟dullah Akbar (200101110021)

Ibnu Khusairi (200101110058)

Ainun Ni‟matus Shalihah (200101110180)

Syahvira Indah Puspita (200101110187)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MUALANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di
Indonesia” tepat waktu. Dan tidak lupa shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada
Rasulullah SAW yang syafa‟atnya kita nantikan kelak.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, Kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan
Tinggi Islam di Indonesia.

Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Abu Bakar M. Pd I


selaku dosen matakuliah Sejarah Pendidikan Islam. Atas tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu‟alaikumWarahmatullaahi Wabarakaatuh

Malang, 28 April 2021

Penyusun

1|UIN MALIKI Malang


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3.Tujuan ........................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam ........................................................ 5


A. Bagan I (Sekolah Tinggi Islam) ....................................................................... 6
B. Bagan II (Institut Agama Islam Negeri) .......................................................... 7
2.2 Sekilas Mengenai IAIN dan STAIN ............................................................................. 8
A. IAIN ................................................................................................................. 8
B. STAIN .............................................................................................................. 9
2.3 Pembaharuan IAIN ...................................................................................................... 10
A. Bagan I .............................................................................................................. 11
B. Bagan II............................................................................................................. 12
2.4 IAIN, STAIN, UIN dan Masa Depan ........................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15


3.2 Saran ............................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

2|UIN MALIKI Malang


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perguruan Tinggi sebagai subsistem dalam pendidikan nasional menyelenggarakan


pendidikan tinggi dan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan tinggi
merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan tujuan
pendidikan tinggi. Penelitian merupakan kegiatan telaah kaidah dalam upaya untuk menemukan
kebenaran dan/atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian. Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang memanfaatkan ilmu
pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.
Pendidikan tinggi diselenggarakan melalui proses pembelajaran yang mengembangkan
kemampuan belajar mandiri. Dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi dapat dilakukan melalui
kuliah, seminar, simposium, diskusi panel, lokakarya, praktika dan kegiatan ilmiah lain.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 24 Ayat 2 disebutkan bahwa
perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Selanjutnya pada ayat 3 dijelaskan bahwa perguruan tinggi dapat memperoleh cumber dana dari
masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas publik.
Oleh karena itu, perguruan tinggi pada hakikatnya dapat mengembangkan diri sesuai dengan
amanat undang-undang, apalagi dipertegas dengan UndangUndang No.9 Tahun 2009 tentang
Badan Hukum Pendidikan (BHP). Tujuan BHP sebagaimana dalam Bab II Pasal 3 bahwa Badan
Hukum Pendidikan bertujuan memajukan pendidikan nasional dengan menerapkan manajemen
berbasis sekolah/madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dan otonomi perguruan
tinggi pada jenjang pendidikan tinggi.
Pada tahun 1954 didirikan Pendidikan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) berdasarkan
kesepakatan antara Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dengan Departemen
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya PTPG ini
diintegrasikan ke dalam universitas sebagai Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Akan tetapi, FKIP yang pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan tenaga guru di sekolah
lanjutan.
Selain itu, pada tahun 1954 universitas-universitas lain pun didirikan antara lain Universitas
Andalas di Padang, Universitas Airlangga di Surabaya, Universitas Pajajaran di Bandung,
Universitas Udayana di Denpasar, UniversitasLambung Mangkurat di Banjarmasin, di samping
itu didirikan pula Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, dan Institut Pertanian
Bogor.

3|UIN MALIKI Malang


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam ?
2. Bagaimana Sekilas Mengenai IAIN dan STAIN ?
3. Bagaimana Pembaharuan IAIN ?
4. Bagaimana IAIN, STAIN, UIN dan Masa Depan ?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui Sejarah Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam


2. Mengetahui Sekilas Mengenai IAIN dan STAIN
3. Mengetahui Pembaharuan IAIN
4. Mengetahui IAIN, STAIN, UIN dan Masa Depan

4|UIN MALIKI Malang


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam

Pendidikan Tinggi Islam Indonesia merupakan wahana yang penting dalam pembentukan
peradaban Indonesia masa depan. Lembaga yang didirikan sejak awal kemerdekaan ini telah
menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional melalui peraturan dan perundangan yang dibuat
oleh pemerintah. Pendidikan tinggi Islam mengalami dinamika dan pengembangan antara lain
dari STAIN/IAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri/Institut Agama Islam Negeri)
menjadi UIN (Universitas Islam Negeri).

Pendidikan tinggi Islam bagian noktah sejarah dalam perjalanan bangsa ini. Sejarah
mencatat institusi pendidikan yang diperuntukkan bagi umat Islam Indonesia didasari karena
telah memberikan sumbangsihnya terhadap kemerdekaan bangsa ini dari kekuasaan penjajah
oleh negara lain.

Dr. Satiman dalam catatannya beliau menulis didalam PM (Pedoman Masyarakat)


Nomor 15 bahwa keinginannya mendirikan sekolah tinggi Islam yang akan didirikan di
Jakarta, Solo dan Surabaya1. Eksistensi lembaga pendidikan tinggi Islam pada dasarnya
didorong oleh dua faktor utama. Pertama adalah faktor intern yaitudi Indonesia telah
berdiri perguruan tinggi umum, antara lain Sekolah Tinggi Teknik di Bandung 1920, Sekolah
Tinggi Hukum di Jakarta pada tahun 1920, dan Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta pada
tahun 19272. Kedua adalah faktor ekstern yaitu respon atas kebutuhan masyarakat untuk
merealisasikan kehidupan beragama ditanah air dan masuknya pengaruh ide-ide pembaruan
pemikiran Islam ke Indonesia3.

1
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), h. 123.
2
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasarPcndidikan pada Umumnya
dan Pendidikan di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 444-446
3
Haidar Putra Daulay, Sejarah, h. 119

5|UIN MALIKI Malang


A. Bagan I (Sekolah Tinggi Islam)

Kehadiran perguruan tinggi Islam di tengah masyarakat pada dasarnya merupakan


perwujudan dan suatu cita-cita yang telah lama terkandung di hati sanubari umat Islam
Indonesia. Hasrat untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Islam ini bahkan sudah muncul
sejak zaman penjajahan.

Dr. Satiman Wir osandjoyo dalam Pedoman Masyarakat No. 15 Tahun IV (1938)
pernah melontarkan gagasan pentingnya sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam dalam
upaya mengangkat harga diri kaum Muslim di tanah Hindia Belanda yang terjajah itu.
Gagasan tersebut kemudian terwujud pads tanggal 8 Juli 19464.

Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di Jakarta di bawah pimpinan Prof. Abdul Kahar
Muzakkir sebagai realisasi kerja sebuah yayasan (Badan Pengurus Sekolah Tinggi Islam)
yang dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai ketua dan M. Natsir sebagai sekretaris.

Pada November 1947 dibentuk Panitia Perbaikan STI, yang dalam sidangnya sepakat
mendirikan Universitas Islam Indonesia (VII) pada tanggal 10 Maret 1948 dengan empat
fakultas yaitu Fakultas Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Pada tanggal 20 Februari
1951 Perguruan Tinggi Islam Indonesia (PTII), yang berdiri di Surakarta pada22 Januari
1950, bergabung dengan VII yang berkedudukan di Yogyakarta. VII Yogyakarta yang
berdiri tahun 1948 merupakan perguruan tinggi swasta pertama dan paling tua di Indonesia.

Atas bantuan Sultan Hamengkubuwono IX, beberapa bangunan milikkraton


Yogyakarta digunakan untuk kegiatan perguruan tinggi dan sejak 7 Desember1949 semua
lembaga pendidikan tinggi negeri yang berada di Yogyakarta digabungkan dibawah satu
atap dalam naungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang kemudian
dikukuhkan dengan PP No.23 tanggal 16 Desember 1949, dan sejak 14 Desember 1949
Pemerintah RI secara resmi mulai menyelenggarakan Perguruan Tinggi Negeri yang dikenal
dengan Universitas Gadjah Mada.

4
Enung K. Rukiati dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan di Indonesia, (Cet. 1;Bandung: Pustaka Setia, 2006), h.
128

6|UIN MALIKI Malang


Pada tanggal 22 Januari 1950, sejumlah pemimpin Islam dan para ulama juga
mendirikan sebuah universitas Islam di Solo. Pada tahun itu juga, Fakultas agama yang
semula ada di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta diserahkan ke pemerintah, yakni
Kementerian Agama dan kemudian dijadikan PerguruanTinggi Agama Islam Negeri untuk
golongan Islam yang diambil dari Fakultas Agama UH berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 34 Tahun 1950.5

B. Bagan II (Institut Agama Islam Negeri)

Pada perkembangan berikutnya padatanggal 24 Agustus 1960 diresmikan Institut


Agama Islam Negeri (IAIN) di Yogyakarta sebagai gabungan antaraPTAIN yang
berkedudukan di Yogyakarta dan Akademik Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang
berkedudukan di Jakarta6.

Perlu diketahui, Pada tanggal 26 september 1959, bertepatan dengan ulang tahun
PTAIN, dibentuklah panitia perbaikan Perguruan Tinggi Agama Islam berdasarkan
ketetapan menteri agama nomor 41 tahun 1959 yang dipimpin oleh Prof. Mr. R.H.A.
Soenarjo.7 Hasil dari pada sidang panitia tersebut adalah PTAIN yang berada di
Yogyakarta dengan ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) yang berada di Jakarta
digabungkan menjadi IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Al-Jami‟ah al-Islamiyah
al-Hukumiyah.8

Setelah melalui fase-fase perkembangan pendidikan tinggi Islam di Indonesia


hingga kini lembaga pendidikan tersebut dapat dikategorikan kepada tiga macam:

1. Lembaga pendidikan tinggi Islam negeri, yakni UIN, IAIN, dan STAIN.
2. Lembaga pendidikan tinggi Islam swasta yang berbentuk universitas di
lembaga ini dikembangkan berbagai fakultas, jurusan, serta program studi.
3. Lembaga pendidikan tinggi Islam swasta yang berbentuk institut dan sekolah
tinggi

5
Enung, h. 129
6
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam (Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
7
Haidar Putra Daulay,Sejarah, h. 130
8
Ibid, h. 131

7|UIN MALIKI Malang


Dalam perkembangannya selanjutnya, berdirilah cabang-cabang IAIN yang terpisah
dari pusat. Hal ini didukung oleh Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 1963. Hingga
akhir abad ke-20, telah ada 14 IAIN. Perkembangan dari cabang-cabang IAIN bertujuan
untuk memberikan pelayanan pendidikan tinggi yang lebih luas terhadap masyarakat.
Untuk mengatasi masalah manajerial IAIN, dilakukan rasionalisasi organisasi. Pada
tahun 1997 sebanyak 40 fakultas cabang IAIN dilepas menjadi 36 Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) yang berdiri sendiri, hal ini berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 11 Tahun 1997.

2.2 Sekilas Mengenai IAIN dan STAIN


A. IAIN

Kehadiran Institut Agama Islam Negeri dalam perkembangan PTKIN di Indonesia


memiliki akar sejarah yang sangat kuat. Dimana lembaga ini tidak dilahirkan begitu saja
tanpa ada latar belakang yang membentuknya.

IAIN pertama dibuka secara resmi di Yogyakarta pada tanggal 24 Agustus 1960 oleh
MenteriAgama RI yaitu K.H. Wahid Wahab, pada tahap awal IAIN terdiri dari beberapa
fakultas;fakultas Ushuluddin, Syari‟ah, Tarbiyah dan Fakultas Adab. Masing-masing
fakultas memilikibeberapa jurusan9.

IAIN pada tahap awal berdirinya berdasarkan penetapan Menteri Agama RI


Nomor 43 tahun 1960 Jo. Peraturan Menteri Agama No. 15 Tahun 1961 terdiri atas
Fakultas Tarbiyah sebanyak delapanjurusan yaitu:1) Jurusan Pendidikan Agama, 2)
Jurusan Paedagogik, 3) Jurusan Bahasa Indonesia, 4) Jurusan Bahasa Arab, 5) Jurusan
Bahasa Inggris, 6) Jurusan Khusus (lman Tentara), 7) Jurusan Etnologi dan
Sosiologi, 8) Jurusan Hukum dan Ekonomi10.

Menurut Azyumardi Azra, dilihat dari segi usia, IAIN sebetulnya termasuk
perguruantinggi relatif cukup mapan di tanah air. Kehadiran IAIN tidak telepas dari cita
umat IslamIndonesia memajukan ajaran Islam di Indonesia.
9
Samsul Nizar, Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta: Kencana, 2013), h.
336
10
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Cet. II; Jakarta:
Kencana, 2006), h. 107-108

8|UIN MALIKI Malang


IAIN diharapkan mampu memberikanrespons dan jawaban Islam terhadap tantangan
zaman. Ia hendaklah dapat memberikanwarna dan pengaruh keislaman kepada masyarakat
Islam secara keseluruhan. Semua inidapat disebut sebagai ekspektasi sosial IAIN. Pada saat
yang sama IAIN juga diharapkanmampu menjadikan dirinya sebagai pusat studi dan
pengembangan Islam. Inilah ekspektasi akademis kepada IAIN.11

Sebagai lembaga pendidikan tinggi di tingkat Institut, IAIN mengkhususkan


pembelajaran sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mendalami
ilmu-ilmu agama. Pengkhususan ini sesuai dengan amanat PP No. 30 Tahun 1990
yang disempurnakan dengan PP No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi yang
membatasi ruang kerja dari sebuah lembaga pendidikan tinggi setingkat institut.

B. STAIN

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) merupakan lembaga pendidikan


tinggiIslam Indonesia. STAIN adalah lembaga baru setelah IAIN. STAIN juga tidak terlepas
dariakar sejarah kemunculannya. Artinya STAIN sebagai institusi pendidikan Islam
tidaklahlembaga yang dikonstruk tanpa latar belakang yang jelas, namun terbentuk seiring
denganperkembangan IAIN. Kehadiran STAIN juga tidak memiliki pengaruh pada IAIN,
dalampengertian bahwa setelah STAIN terbentuk IAIN dihilangkan. Justru kemunculan
STAIN untuk memperkuat kelembagaan IAIN dalam mengembangkan pendidikan Islam
untukmasyarakat.

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 11 tahun 1997 danKeputusan Menteri Agama RI


Nomor 285 tahun 1997, maka dari 38 buah seluruh fakultascabang yang masih ada di daerah
statusnya menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri(STAIN).

Dengan adanya keputusan ini, maka seluruh STAIN bebas mengembangkan dirikarena
tidak lagi dikendalikan oleh IAIN, bahkan sudah ada beberapa STAIN berubah statusnya
menjadi IAIN seperti STAIN Serang, dan bahkan ada yang menjadi UIN, seperti STAIN
Malang berubah menjadi UIN Malang.

11
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan MiliniumIII, cet. 2 (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 194-198.

9|UIN MALIKI Malang


Menurut Moh. Roqib, pada 1997, fakultas-fakultas di daerah tersebut kemudian
dimandirikan menjadi Sekolah Tinggi Agama IslamNegeri (STAIN) yang kadang disebut
dengan IAIN mini. Perubahan ini merupakan gejala positifbagi STAIN meskipun masih
sering dipertanyakan statusnya dalam sistem pendidikan diIndonesia.12

2.3 Pembaharuan IAIN

Sekitar bulan April tahun 1945 diadakan rapat dijakarta yang dihadiri oleh tokoh-
tokoh masyumi pada waktu itu, mereka diantaranya adalah:

1. PBNU yaitu K.H. Abdul Wahab, K.H. Bisri Syamsuri, K.H. Wahid Hasyim,
K.H. Masykur dan Zainal Arifin.
2. PB Muhammadiyah yaitu Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Mas Mansyur, K.H.
Hasyim, K.H. Farid Ma‟ruf, K.H. Mu‟thi, K.H. M. Yunus Anis, dan Kerto Sudarmo.
3. PB POI yaitu K.H. A. Halim dan H. Mansur.
4. PB PUII yaitu ASanusi dan Sumoatmojo.
5. PB Al-Islam yaitu K.H. Imam Ghazali.
6. Shumubu yaitu A. Kahar Muzakir, K.H. A. Moh. Adnan, K.H. Imam Zarkasi.
7. Cendekiawan intelektual yaitu Dr. Sukiman Wirdjo Sandojo, Dr. Satiman
Wirdjosandjojo, Wondoamiseno, Abukusno Tjokrosujoso, Muh. Rum, dan lain-
13
lain.

Dari nama-nama diatas, tokoh-tokoh tersebut sudah dapat dikatakan


mewakili umat Islam di Indonesia untuk memutuskan dan membentuk kepanitiaan
rencana Sekolah Tinggi Islam yang dibawah kepemimpinan Moh. Hatta.14

Melalui sidang kepanitian inilah yang melahirkan Sekolah Tinggi Islam, dengan
berjalannya waktu STI berubah nama menjadi IAIN pada tahun 1960.

12
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga,dan Masyarakat
(Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 169
13
Haidar Putra Daulay, Pendidikan, h. 98-99
14
Ibid

10 | U I N M A L I K I M a l a n g
IAIN didirikan sebagai perwujudan dari suatu cita-cita yang telah lama terkandung di
hati sanubari umat Islam Indonesia. Dalam perjalanan panjang selama 49 tahun STAIN/
IAIN/ UIN di Indonesia ini telah banyak menghasilkan lulusan baik pada strata satu, begitu
juga strata dua dan tiga. IAIN tumbuh dan brkembang sejak beberapa dasawarsa yang lalu,
dan telah menunjukan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan tinggi.

A. Bagan I (Transformasi menjadi UIN)

Perkembangan dan dinamika keilmuan manusia tidak terlepas dari


perkembangansituasi perkembangan zaman yang ada. Kenyataan masyarakat yang selalu
berubah tidakdapat dipungkiri lagi seiring pemikiran manusia yang dinamis.

Tantangan modernisasi dan globalisasi yang cenderungmembawa manusia menuju


eksistensi, humanistik, hedonistik, eksklusivisme, dan yanglebih buruk adalah dekadensi
moral yang melanda hampir semua aspek kehidupan manusia.15

Setidaknya ada beberapa argumentasi terjadinya transforasi IAIN dan STAIN menjadi
UIN dan argumentasi tersebut menjadi faktor atau aspek-aspek yang melatarbelakangi
konversi PTKIN yang menuju panggung sajarah bangsa Indonesia. Adapun Aspek tersebut
ialah :

1. Aspek Politik
2. Aspek Sosial – Ideologis
3. Aspek Kelembagaan
4. Aspek Dunia Kerja
5. Aspek Keilmuan
6. Pembangunan Bangsa dan Negara
7. Aspek Kompetensi Global.16

15
Syahrizal, “Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Sahnun: Analisis Kritis Kurikulum Pengajarandi Institusi Pendidikan
Dasar Islam”, MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. XXXVI, h. 150.
16
Amiruddin, “Dinamika Lembaga Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia”, MIQOT : Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman, Vol.
XLI, no. 1, 2017, h. 108-111

11 | U I N M A L I K I M a l a n g
B. Bagan II (Karakteristik Transformasi PTKIN di Indonesia)

Jika dilihat karakterisik transformasi STI menjadi UII lebih kepada persoalan
integrasiilmu dan pengaruh dari pembaharuan di Mesir. Akhirnya UII menjadi sebuah
perguruantinggi yang berbentuk universitas Islam yang pertama di Indonesia. Kemudian
pada tahun1951 pemerintah mengambil Fakultas Agama Islam di UII menjadi PTAIN.17

Kemudian PTAIN dan ADIA ditansformasikan kembali oleh pemerintah menjadi


IAIN.Semangat integrasi ilmu yang pada awalnya ada pada UII, kemudian menjadi
buramketika transformasi yang dilakukan oleh pemerintah pada saat didirikan IAIN pada
tahun1960 bukan berbentuk „Universitas‟, seperti UII. Akan tetapi berbentuk „Institut‟.

STAIN, karakteristiknya juga tidak mengintegrasikan ilmu di dalamnya. STAIN lebih


khususpada pengelolaan satu rumpun keilmuan Islam. Secara kelembagaan setingkat di
bawahIAIN atau dapat disebut IAIN mini.

Keinginan mendirikan sebuah universitas Islam bergulir kembali dalam


konstelasipemikiran para akademisi dan umat Islam menjelang tahun 2002. Akhirnya,
keinginanuntuk mendirikan perguruan tinggi Islam dalam bentuk universitas muncul
kembali. Akhirnya,pada tahun 2002, IAIN Syarif Hidayatullah diubah menjadi UIN, dan
disusul STAIN Malangmenjadi UIN Malang.

Karakteristik yang terlihat jelas ialah di mana posisi ilmu yang pada awalnya
dikonstruksi secara monolitik dan dikotomi pada STI. Selanjutnya, posisi ilmu
dipandangtidak dikotomi dengan adanya UII. Ketika UII dibentuk, posisi ilmu dipandang
utuh dan tidakada disparitas. Akhirnya ilmu dikotomi kembali dengan didirikan PTAIN,
ADIA, IAIN danSTAIN. Durasi waktu yang panjang dari tahun 1951 sampai tahun 2002,
posisi ilmu dipandangtidak terintegrasi, kemudian ilmu dipandang terintegrasi pada tahun
2002, sebagai faktanya didirikan UIN.

17
Ibid, h.112

12 | U I N M A L I K I M a l a n g
Dengan adanya UIN dengan konsep integrasi ilmu, maka akan menghasilkan
perkembangan yang cukupmengembirakan, dalam istilah Azra disebut beyond imagination,
suatu kondisi yang tidakpernah dibayangkan sebelumnya, di mana santri-santri di UIN dapat
menjadi ahli ekonomi, ahli kedokteran, ahli teknologi, ahli politik, dan sebagainya, di
samping ahli di bidang agamaIslam.18

2.4 IAIN, STAIN, UIN dan Masa Depan

Masa depan peradaban Indonesia salah satunya akan terbentuk melalui pendidikan
tinggi Islam. Peradaban, menurut Koentjaraningrat, merupakan hasil kebiasaan manusia
berupa teknologi, adat kebiasaan atau merupakan sistem teknologi, sains dan lainnya yang
kompleks19.

Sejarah menunjukkan, masa modern merupakan suatu tonggak peradaban


manusia yang berbeda dari masa-masa sebelumnya, klasik dan tengah. Berdasarkan
paham sekuler : agama urusan peribadatan, politik urusan negara. Agama sebagai satu
entitas yang terpisah dan harus dipindah dari aspek-aspek kehidupan lain. Agama
merupakan urusan pribadi yang bersifat sakral dan hanya berhubungan dengan Yang
Maha Sakral (Tuhan). Pandangan demikian kemudian berimbas hampir ke semua aspek
kehidupan manusia : politik, sosial, budaya, ekonomi dan tidak terkecuali dunia
pendidikan.

Henry C. Link telah menulis The Return to Religion,20 yang menjelaskan peran
penting agama dalam masyarakat. Karya ini dicetak ulang tidak kurang sebanyak tiga
puluh delapan kali, pertama tahun 1936 dan terakhir tahun 1943. Tetapi harus diakui, buku
Link ini hanya memperkuat pandangan umum ketika itu bahwa agama memang
semakin menjauh dan ditempatkan secara tersendiri dan terpisah dari aspek-aspek
kehidupan manusia lainnya. Secara umum, modernisme yang ditandai oleh
sekularisme di pandang mengancam eksistensi agama.

18
Ibid, h. 113
19
Elly M. Stiyadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Kencana Pranadamedia, 2012), 49.
20
Henry C. Link, The Return to Religion(New York: Pocket Books Inc., 1943).

13 | U I N M A L I K I M a l a n g
Dalam Islam, ancaman modernitas tidak kalah serunya, dengan pembahasan yang
menarik, Yadullah Kazmi,21 telah memberi gambaran adanya dikhotomi dalam dunia
pendidikan antara ilmu agama dan ilmu umum (dan juga antara ilmu dan agama),
yang kemudian menjadi ciri di hampir seluruh dunia Islam termasuk Indonesia.

Dengan demikian, secara epistemologis-metodologis, studi di UIN ini membutuhkan


paduan antara dua pendekatan : normative and empirical approaches. Dua
pendekatan inilah yang membedakan UIN dari lembaga pendidikan tinggi lainnya.
Sejalan dengan ini, secara ideal setiap tenaga pengajar, di samping disiplin ilmu yang
ditekuni masing-masing, sebaiknya mempunyai bekal cukup tiga hal : bahasa, filsafat
dan sejarah.

Dari segi Visi Akademik, PTI telah mengalami perjalanan sejarah yang amat
panjang. Dan perkembangan terakhir muncul ditandai dengan lahirnya institusi
baru yang dikenal dengan UIN. Visi Akademik dari institusi baru ini terutama
menegaskan akan pentingnya integrasi ilmu dan agama atau integrasi ilmu agama dan
ilmu umum. Dikhotomi ilmu dipandang tidak lagi relevan untuk mengantisipasi
budaya dan peradaban saat ini dan juga masa mendatang.

21
Yadullah Kazmi, “Islamic Education : Traditional Education or Education of Tradition?” Islamic Studies42:2
(2003), hlm. 259-288.

14 | U I N M A L I K I M a l a n g
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarakan Uraian Penjelesan diatas maka dapat kami tarik benang merah berupa :

A. Perguruan Tinggi sebagai subsistem dalam pendidikan nasional menyelenggarakan


pendidikan tinggi dan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan Tinggi
Islam Indonesia merupakan wahana yang penting dalam pembentukan peradaban
Indonesia masa depan.
B. Pendidikan tinggi Islam mengalami dinamika dan pengembangan antara lain dari
STAIN/IAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri/Institut Agama Islam Negeri)
menjadi UIN (Universitas Islam Negeri).
C. Eksistensi lembaga pendidikan tinggi Islam pada dasarnya didorong oleh dua faktor
utama.
 Pertama adalah faktor intern yaitu di Indonesia telah berdiri perguruan
tinggi umum
 Kedua adalah faktor ekstern yaitu respon atas kebutuhan masyarakat untuk
merealisasikan kehidupan beragama ditanah air dan masuknya pengaruh ide-
ide pembaruan pemikiran Islam ke Indonesia

15 | U I N M A L I K I M a l a n g
D. Setidaknya ada beberapa argumentasi terjadinya transforasi IAIN dan STAIN menjadi
UIN dan argumentasi tersebut menjadi faktor atau aspek-aspek yang melatarbelakangi
konversi PTKIN yang menuju panggung sajarah bangsa Indonesia. Adapun Aspek
tersebut ialah :
1. Aspek Politik
2. Aspek Sosial – Ideologis
3. Aspek Kelembagaan
4. Aspek Dunia Kerja
5. Aspek Keilmuan
6. Pembangunan Bangsa dan Negara
7. Aspek Kompetensi Global
E. Studi di UIN ini membutuhkan paduan antara dua pendekatan : normative and
empirical approaches. Dua pendekatan inilah yang membedakan UIN dari lembaga
pendidikan tinggi lainnya. Sejalan dengan ini, secara ideal setiap tenaga pengajar, di
samping disiplin ilmu yang ditekuni masing-masing, sebaiknya mempunyai bekal
cukup tiga hal : bahasa, filsafat dan sejarah.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis masih sangat terbatas, serta makalah
diatas masih jauh dan tidak bisa dibilang sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran agar penulis dapat memperbaiki dan menulis makalah menjadi lebih baik lagi.

16 | U I N M A L I K I M a l a n g
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, “Dinamika Lembaga Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia”, MIQOT : Jurnal Ilmu-
ilmu Keislaman, Vol. XLI, no. 1, 2017.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan MiliniumIII,
Cet. 2. Jakarta: Kencana, 2014.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
Cet. II; Jakarta: Kencana, 2006.
Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, Cet. I; Jakarta: Kencana, 2007.
Elly, M. Stiyadi, Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Kencana Pranadamedia. 2012.
Henry, C. Link. The Return to Religion. New York: Pocket Books Inc. 1943.
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006.
Nizar, Samsul. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana, 2013.
Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga,dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS, 2009.
Rukiati, Enung K. dan Fenti Hikmawati. Sejarah Pendidikan di Indonesia. Cet. I; Bandung:
Pustaka Setia, 2006.
Syahrizal. “Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Sahnun: Analisis Kritis Kurikulum Pengajarandi
Institusi Pendidikan Dasar Islam” MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman,
Vol.XXXVI, 2012.
Yadullah, Kazmi, “Islamic Education : Traditional Education or Education of Tradition?”
Islamic Studies. 42:2. 2003.
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. V. Jakarta: Bumi Aksara, Perguruan Tinggi
Islam. 1997.

17 | U I N M A L I K I M a l a n g

Anda mungkin juga menyukai