Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan karunia-nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ahli Waris Yang Tidak
Jelas Kedudukannya” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu
tugas pada mata kuliah Fiqih Mawarits.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Kesimpulan................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek penting dalam hukum Islam adalah mengutamakan keadilan
dan kemaslahatan. Prinsip ini menjadi rujukan dalam penetapan dan
pemutusan hukum Islam. Prinsip ini bersifat mutlak dan pasti karena
merupakan keadilan dan kemaslahatan Ilahi. Dalam hal ini Ibnu al-
Qayyim al-Jawziyyah menyatakan bahwa sesungguh- nya bangunan dasar
hukum Islam adalah hikmah dan kemaslahatan manusia dalam kehidupan.
Hikmah berupa keadilan yang utuh, rahmat yang hakiki, kemaslahatan,
dan kemanfataan.
Pelaksanaan hukum pengecualian (darurah) dalam hukum Islam
sangatlah alami, karena mengutamakan azas kemudahan dan
menghindarkan kesempitan dan kesulitan. Ditambah karakter ajaran yang
lemah lembut sehingga tidak ada ada dalih untuk meninggalkan hukum
Islam hanya karena mengalami kesulitan dan kesempitan.1
Kaidah رريزالFF( الضkemudaratan harus dihilangkan), kembali kepada
tujuan untuk merealisasikan maqasid al syari’ah dengan menolak yang
mafsadah, dengan cara menghilangkan kemudaratan atau setidaknya
meringankannya. Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai:
pengertian darurah, sumber dalil kaidah darurah, beberapa kaidah minor,
dan contoh penggunaanya dalam kasus hukum islam kontemporer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kalalah?
2. Apa Pengertian Anak Zina beserta Pembagian Kewarisannya?
3. Apa Pengertian Anak Li’an beserta Pembagian Kewarisannya?
C. Tujuan Masalah
1
Iin Sholikhin, “Konsep Darurah Dalam Hukum Islam”, dalam Jurnal Al-Manahij, Vol.
2, No. 2, 2008, h. 116
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Rachmadi Usman. Hukum Kewarisan Islam dalam Dimensi Kompilasi Hukum Islam.
(Bandung:cv mandar maju,2009),h.12
5
Ahmad Rofiq, Op. Cit, h. 169.
6
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak. Hukum Waris Islam. (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 63.
7
Ibid.
5
ulama fiqih ini berdasarkan kaidah istishab 8yaitu menetapkan hukum yang
berlaku sejak semula, sampai ada dalil yang menunjukkan hukum lain."
Terkait anggapan masih hidup tersebut tidak bisa dipertahankan terus-
menerus karena ini akan menimbulkan kerugian bagi orang lain. Terkait
itu, harus digunakan suatu pertimbangan hukum untuk mencari kejelasan
status hukum bagi si mafqud. Para ulama fiqih telah sepakat bahwa yang
berhak untuk menetapkan status bagi orang yang hilang tersebut adalah
hakim, baik untuk menetapkan bahwa orang hilang telah wafat atau
belum."
Adapun dua pertimbangan hukum yang dapat digunakan dalam
mencari kejelasan status hukum mafqud, yaitu:9
1. Berdasarkan bukti-bukti autentik yang dapat diterima secara syar'i.
Sebagaimana dalam kaidah: tsaa bitu bil bayyinati katsaabitu bil
mu'aa yanah, yang artinya "yang tetap berdasarkan bukti seperti yang
tetap berdasarkan kenyataan.”
Jadi, misalnya ada dua orang yang adil dan dapat dipercaya untuk
memberikan kesaksian bahwa yang hilang (mafqud) telah meninggal
dunia, maka hakim dapat menjadikan dasar persaksian tersebut untuk
menetapkan status kematian mafqud.
2. Berdasarkan batas waktu lamanya kepergian mafqud.
Pertimbangan dan upaya hukum demikian memang tidak cukup kuat
secara hukum, akan tetapi sebagian dapat diterima dan mempunyai
referensi atau acuan hukum" mengenai tenggang waktu untuk
menghukumi/menetapkan kematian orang yang hilang.10
8
Pengertian istishab adalah menetapkan hukum sesuatu hal menurut keadaan yang terjadi
sebelumnya sampai ada dalil yang mengubahnya, atau melangsungkan berlakunya hukum yang
telah ada karena belum ada ketentuan lain yang membatalkannya. Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
9
Ahmad Rofiq, Op. Cit, h. 168-169.
10
Muhammad Ali As-Shabuni. Hukum Waris dalam Syari’at Islam (Disertai
Contohcontoh Pembagian Harta Waris). (Bandung: CV Diponegoro, 1988), h.236
6
11
Ibnu Manżūr al-Ifrīqī, Lisān al-„Arab..., Jilid III, h. 331- 332.
12
Maṣur bin Yusuf al-Bahūtī, Kasyāf al-Qinā‟,..Jilid IV, h. 461
7
13
Muhammad Thaha Abdul Eka Khalifah, Pembagian Warisan Berdasarkan Syari‟at
Islam, Tiga Serangkai, Solo, h. 592
8
14
Fariani, “Problematika Pembagian Harta Warisan Pasca Tsunami Di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat,” Jurnal Ilmiah Islam Futura, 14.1
(2014), h.97 .