Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana.
Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad Saw
yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang
berupa agama islam.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas
makalah ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Amin
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian Warisan dan Wasiat....................................................................6
B. Warisan Dalam Hukum Islam.......................................................................9
C. Wasiat Dalam Hukum Islam.......................................................................10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Wasiat juga di sebut testamen adalah “pernyataan kehendak seseorang
mengenai apa yang akan kelak di lakukan terhadap hartanya setelah ia meninggal
dunia kelak”. Pelaksanaan wasiat ini baru akan dilakukan setelah pewaris
meninggal dunia. Dalam peraktek pelaksanaanya wasiat harus memenuhi
beberapa persyaratan tertentu agar pelaksanaanya tidak bertentangan dengan
ketentuan hukum waris dan tidak merugikan para ahli waris lain yang tidak
memperoleh pemberian melalui wasiat. Dalam kaitan ini pula hukum membatasi
kekuasaan seseorang untuk menentukan kehendak terakhirnya melalui wasiat agar
ia tidak mengesampingkan anak sebagai ahli waris melalui wasiat.
Maka penulis pada kesempatan ini ingin berbagi pengetahuan tentang
Konsep Wasiat dan Ketentuan-Ketentuannya lebih dalam melalui Risalah ini yang
mudah-mudahan akan bermanfaat bagi pembaca suatu hari nanti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian warisan dan wasiat ?
2. Bagaimana warisan dan wasiat Dalam islam?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Selain kata waris tersebut, kita juga menemukan istilah lain yang
berhubungan dengan warisan, diantaranya adalah:
6
a. Waris, adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima
warisan.
b. Muwaris, adalah orang yang diwarisi harta bendanya (orang yang
meninggal) baik secara haqiqy maupun hukmy karena adanya
penetapan pengadilan.
c. Al-Irsi, adalah harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris
yang berhak setelah diambil untuk pemeliharaan jenazah, melunasi
hutang dan menunaikan wasiat.
d. Warasah, yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris.
e. Tirkah, yaitu seluruh harta peninggalan orang yang meninggal dunia
sebelum diambil untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang,
menunaikan wasiat.
Adapun pengertian hukum kewarisan menurut Kompilasi Hukum Islam
(KHI) adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli
waris dan berapa bagiannya (Pasal 171 huruf a KHI).
2. Wasiat
Kata wasiat ( ) الوصيةberasal dari kata “washshaitu () وصيت, asy-syaia (
) الش~~~يئ, ushiiyah () أص~~~يه, artinya: aushaltu (( )أوص~~~لتaku menyampaikan
sesuatu)”.yang juga berarti pesanan, jadi berwasiat juga diartikan berpesan. Dalam
Al-Qur'an kata wasiat dan yang seakar dengan itu mempunyai beberapa arti di
antaranya berarti menetapkan, sebagaimana dalam surat al-An'am : 144أم كنتم شهداء
) )إذ وص~~اكم هللا, memerintahkan sebagaimana dalam surat Luqman: 14, (ووص~~ينا
)اإلنسان بولدي~~~~~~هdan Maryam: 31 )وأوص~~~~~~انى بالصالة, mensyari'atkan
(menetapkan) sebagaimana dalam surat An-Nisa' ayat 12 ()وصية من هللا. Adapun
pengartiannya menurut istilah Syariah ialah: pesan terakhir yang diucapkan
dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang yang merasa akan
wafat berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkannya.1
ُك ِتَب َع َلۡي ُك ۡم ِإَذ ا َحَضَر َأَح َد ُك ُم ٱۡل َم ۡو ُت ِإن َتَر َك َخ ۡي ًرا ٱۡل َو ِص َّيُة ِلۡل َٰو ِل َد ۡي ِن َو ٱَأۡلۡق َر ِبيَن ِب ٱۡل َم ۡع ُروِۖف َح ًّق ا َع َلى ٱۡل ُم َّتِقيَن
١٨٠
Terjemah :
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu-bapak dan kaum kerabatnya secara ma'ruf. (Ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah : 180)
1
Machdum, Ilham.Pengertian Wasiat dan Hibah, http://ilhammachdum.blogspot.com/
2013/04/pengertian-wasiat-dan-hibah.html (diakses 20 Maret 2015).
7
Berdasarkan pengertian umum dari ayat Al-Quran seorang muslim yang
sudah merasa ada firasat akan meninggal dunia, diwajibkan membuat wasiat
berupa pemberian (hibah) dari hartanya untuk ibu-bapak dan kaum kerabatnya,
apabila ia meninggalkan harta yang banyak.
Dikaitkan dengan perbuatan hukum wasiat itu pada dasarnya juga
bermakna transaksi pemberian sesuatu pada pihak lain. Pemberian itu bisa
berbentuk penghibahan harta atau pembebanan/pengurangan utang ataupun
pembarian manfaat dari milik pemberi wasiat kepada yang menerima wasiat.
Pengertian yang diberikan oleh ahli hukum wasiat ialah "memberikan hak
secara suka rela yang dikaitan dengan keadaan sesudah mati, baik diucapkan
dengan kata-kata atau bukan” sedangkan menurut Sayid Sabiq mendefinisikan
sebagai berikut : “wasiat itu adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik
berupa barang, piutang , ataupun manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi
wasiat setelah yang berwasiat mati.”2
Menurut para fuqaha, wasiat adalah pemberian hak milik secara sukarela
yang dilaksanakan setelah pemberinya meninggal dunia3. Pemberian hak milik ini
bisa berupa barang, piutang atau manfaat.
Istilah-istilah wasiat dalam bahasa Arab :
- Al-washi ( )الواصيatau al-mushi ( = )الموصيpemberi wasiat/pewasiat
- Al-Musho bihi ( = )الموصى بهperkara/benda yang dijadikan wasiat.
- Al-Musho lahu ( = )الموصى لهpenerima wasiat (orang atau sesuatu)
- Al-mushu ilaih ( = )الموصى إليهorang yang menerima amanah menyampaikan
wasiat.
- Wasiat ( = )الوصيةperilaku/transaksi wasiat
Wasiat juga tidak hanya dikenal dalam system ekonomi Islam saja
melainkan system hukum barat misalnya testamen yakni suatu pernyataan yang
dikehendaki kepada seseorang yang akan dilakukan setelah wafat. Wasiat atau
Testamen ialah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang ia kehendaki
setelahnya ia meninggal dunia. Pada asasnya suatu pernyataan kemauan terakhir
itu adalah keluar dari satu pihak saja (eenzidig) dan setiap waktu dapat ditarik
kembali oleh yang membuatnya. Penarikan kembali itu (herroepen), boleh secara
tegas (uitdrukkelijk) atau seara diam-diam (stiilzwijgend).4
Menurut Abd Al-Rahim dalam bukunya Al-Muhabadat Fil Al-Miras Al-
Muqaram mendefenisikan wasiat adalah tindakan seseorang memberikan hak
kepada orang lain untuk memiliki sesuatu baik berupa benda atau manfaat secara
2
Hadiansyah, Diyan Shintaweecai. Pengertian Wasiat, http://diyanshintaweecai
hadiansyah.blogspot.com/2011/12/pengertian-wasiat.html (diakses 25 Maret 2015)
3
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2003. hal 91
4
Fuad, Syamsul. Makalah Wasiat, http://vuadz.blogspot.com/2012/12/v-
behaviorurldefaultvmlo.html (diakses 19 Maret 2015).
8
suka rela atau tidak mengharapkan imbalan yang pelaksanaannya ditangguhkan
setelah peristiwa kematian orang yang berwasiat kematian orang yang berwasiat. 5
5
Zarkasyi. Makalah Wasiat oleh Mahasiswa STAIN Al-Fatah Jayapura,
http://jundanjarblog.blogspot.com/2011/04/makalah-wasiat-oleh-mahasiswa-stain-al.html (diakses
26 Maret 2015).
6
Badran Abu al-Aynayn, al-Mawarith Wa al-Wasiyyah Wa al-Hibbah fi Alshari’ah alIslamiyyah
Wa al-Qanun, MISR : Muassasah Shabab al-Jami’ah al-Iskandariyyah, 1985, h 77.
9
kendala yang membuat pewarisan menjadi tidak mungkin. Misalnya, perbedaan
agama antara pewaris dan ahli waris, perbudakan dan pembunuhan.
Sama dengan persoalan-persoalan lainnya, hukum waris juga memiliki
beberapa rukun yang harus dipenuhi. Sebab jika tidak dipenuhi salah satu rukun
tersebut, harta waris tidak bisa dibagikan kepada para ahli waris. Untuk
menghindari hal tersebut, berikut beberapa rukun waris berdasarkan hukum waris
yang dilansir dari rumaysho.
Orang yang mewariskan atau secara Islam disebut Al-Muwarrits, dalam
hal ini orang yang telah meninggal dunia yang berhak mewariskan harta
bendanya.
Orang yang mewarisi atau Al-Warits, yaitu orang yang memiliki ikatan
kekeluargaan dengan orang yang meninggal berdasarkan sebab-sebab
yang menjadikannya sebagai orang yang bisa mewarisi.
Harta warisan atau Al-Mauruts, merupakan harta benda yang ingin
diwariskan karena ditinggalkan oleh mayit setelah peristiwa kematiannya. 7
7
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h.63
10
hutang yang tidak diketahui sselain dirinya, atau dia mempunyai titipan yang
tidak dipersaksikan.
2) Sunah
Wasiat itu disunatkan bila diperuntukkan bagi kebajikan, karib kerabat,
orang-orang fakir dan orang-orang saleh.
3) Haram
Wasiat itu diharamkan jika ia merugikan ahli waris. Wasiat yang
maksudnya merugikan ahli waris seperti ini adalah batil, sekalipun wasiat itu
mencapai sepertiga harta. Diharamkan juga mewasiatkan khamar,
membangun gereja, atau tempat hiburan.
4) Makruh
Wasiat itu makruh jika orang yang berwasiat sedikit harta, sedang dia
mempunyai seorang atau banyak ahli waris yang membutuhkan hartanya.
Demikian pula dimakruhkan wasiat kepada orang yang fasik jika diketahui
atau diduga keras bahwa mereka akan menggunakan harta itu di dalam
kefasikan dan kerusakan.
5) Jaiz
Wasiat diperbolehkan bila ia ditujukan kepada orang yang kaya, baik
orang yang diwasiati itu kerabat ataupun orang jauh (bukan kerabat).8; dan
8
Khalik, Subehan. Wasiat Kepada Ahli Waris, Makassar: Alauddin University Press,
2013. hal 21
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wasiat adalah pesan terakhir yang diucapkan dengan lisan atau disampaikan
dengan tulisan oleh seseorang yang merasa akan wafat berkenaan dengan harta
benda yang ditinggalkannya. Wasiat itu terkadang wajib, terkadang sunat,
terkadang haram, terkadang makruh, dan terkadang mubah (boleh). Hukum Waris
Islam adalah prosedur untuk mewariskan harta orang yang meninggal kepada ahli
waris dan menerima bagian. Susunan kata-katanya tidak terlepas dari nilai-nilai
keislaman Al-Qur’an. Ahli waris atau pewaris adalah mereka yang berhak
mewaris.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan masukan atau saran dari teman-teman demi perbaikan karya tulis
kami di masa yang akan datang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Machdum, Ilham.Pengertian Wasiat dan Hibah,
http://ilhammachdum.blogspot.com/ 2013/04/pengertian-wasiat-dan-
hibah.html.
Hadiansyah, Diyan Shintaweecai. Pengertian Wasiat, http://diyanshintaweecai
hadiansyah.blogspot.com/2011/12/pengertian-wasiat.html
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2003.
Fuad, Syamsul. Makalah Wasiat, http://vuadz.blogspot.com/2012/12/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
Zarkasyi. Makalah Wasiat oleh Mahasiswa STAIN Al-Fatah Jayapura,
http://jundanjarblog.blogspot.com/2011/04/makalah-wasiat-oleh-
mahasiswa-stain-al.html
Badran Abu al-Aynayn, al-Mawarith Wa al-Wasiyyah Wa al-Hibbah fi Alshari’ah
alIslamiyyah Wa al-Qanun, MISR : Muassasah Shabab al-Jami’ah al-
Iskandariyyah, 1985,
Fatchur Rahman, Ilmu Waris, Jakarta: Bulan Bintang, 1979,
Khalik, Subehan. Wasiat Kepada Ahli Waris, Makassar: Alauddin University
Press, 2013.
13