Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AHLI WARIS MEGHIJAB DAN TERHIJAB

Oleh

Ummu Kalsum Imran


2220203874234041
Siti Qadhry Ramadhani Waris
2220203874234038

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN PAREPARE

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena hanya dengan ridhaNya
kita selalu berada dalam keadaan sehat walafiat, dan karenaNya pula lah kami dapat
menyusun makalah ini. Shalawat beriringkan salam tak lupa pula kami sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia menuju jalan
kemenangan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ahli Waris
Hijab, yang mana akan membahas bagaimana sifat dan karakteristik, prinsip, serta
tujuan adanya hukum Islam.
Seperti pepatah lama tak ada gading yang tak retak, demikian juga dalam hal
penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan makalah ini
selanjutnya. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya.
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membaca nya, dan dapat menambah wawasan para pembaca.

2
DAFTAR ISI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN PAREPARE..........................................1
2024...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Hijab...................................................................................................................6
B. Ahli Waris Yang Dapat Menghijab.....................................................................6
C. Ahli Waris Yang Terhijab....................................................................................9
D. Pembagian Hijab...............................................................................................13
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian Warisan, adalah berpindahnya hak dan kewajiban atas segala
sesuatu baik harta maupun tanggungan dari orang yang telah meninggal dunia
kepada keluarganya yang masih hidup. "Dan untuk masing-masing (laki-laki dan
perempuan) Kami telah menetapkan para ahli waris atas apa vang ditinggalkan
oleh kedua orang tuanya dan karib kerabatnya. Dan orang-orang yang kamu telah
bersumpah setia dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka bagiannya.
Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. 4/An-Nisa': 33)

Menurut Hazairin, konsep hijab dalam harta waris adalah dengan


menggunakan pendekatan antropologi dengan menggunakan konsep bilateral8
(bentuk kekerabatan/keturunan) dan adat di masyarakat. Selanjutnya pendekatan
dan konsep tersebut berpedoman kepada al-Quran. Karena, dengan berpedoman
kepada al-Qur’an, sehingga maksud dan keinginan al- Qur’an tentang pembagian
harta waris akan dapat dipahami, seperti menetapkan ahli waris yang terhijab
dalam pembagian harta waris.

Adapun konsep hijab dengan menggunakan pendekatan antropologi dan


bilateral yaitu dalam menetapkan bagian dari harta waris, dimana dengan
mengkaji asal usul manusia, dari aspek suku dan keturunannya. Karena asal usul
seorang dipengaruhi oleh adat istiadat yang mengatur di masyarakat. seperti
perbedaan mendasar antara suku Jawa dengan Minangkabau, dan Batak.
Perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh bentuk kekerabatan (garis keturunan
yang digunakan).

Penyelesaian hak-hak dan kewajiban seseorang tersebut diatur oleh


hukum. Jadi, warisan itu dapat dikatakan ketentuan yang mengatur cara penerusan
dan peralihan harta kekayaan (berwujud atau tidak berwujud) dari pewaris kepada

4
para warisnya. Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras (
‫)موارث‬, yang merupakan mashdar (infinitif) dari kata : warasa – yarisu – irsan –
mirasan. Maknanya menurut bahasa adalah ; berpindahnya sesuatu dari seseorang
kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

Pembagian harta waris diatur oleh hukum islam supaya harta yang di
tinggalkan tidak menjadi pemicu permusuhan diantara keluarga yang
ditinggalkannya.

Didalam hukum pembagian waris terdapat beberapa asapek yang penting


untuk kita ketahui diantaranya hijab (penghalang) waris, yang menjelaskan
tentang waris yang terhalangi, dengan demikian kami mengangkat judul “hijab
(penghalang)”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ahli waris yang dapat menhijab?
2. Bagaimana ahli waris yag terhijab?
3. Bagaimana pembagian hijba?

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hijab
Al-hajbu (hijab) menurut bahasa adalah mencegah dan menghalangi
seperti Firman Allah:

١٥( ‫كل ا نهم عن ربهم يو مئذ لمحجو بو ن‬

"Ingat sesungguhnya mereka pada waktu itu terhalang dai Tuhan mereka".
(Al-Muthaffifin-15)

Penjaga pintu suka disebut hijab sebab ia suka menghalangi orang lain
untuk masuk menemui pembesar tanpa izin. Isimfa'il dari kata ini haajibdan isim
maf'ulnyamahjub jadi haajib orang yang menghalangi orang lain dari menerima
warits, sedangkan mahjub adalah orang yang terhalang dari menerima warits.

Sedangkan hajbu menurut istilah:

‫منع الو ارث من ال رث كال او بعضا لو جود من هو او ل منه بل ألر ث‬

“Ketercegahan ahli warits dari seluruh bagian waritsnya atau


sebahagiannya karena ada yang lebih berhak untuk menerima warits dari
padanya."

Hijab adalah terhalangnya seseorang ahli waris untuk menerima warisan,


disebabkan adanya ahli waris (kelompok ahli waris) yang lebih utama dari
padanya. (Suhrawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam,
Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hal .59.)

B. Ahli Waris Yang Dapat Menghijab


Wirjono Prodjodikoro waris menurut hukum waris nasional dalam suatu
cara penyelesaian perhubungan-perhubungan hukum dalam masyarakat, yang
melahirkan sedikit banyak kesulitan sebagai akibat dari wafatnya seseorang.

6
Warisan adalah soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban
tentang kekayan seorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada
orang lain yang masih hidup.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, ahli waris adalah seorang atau
beberapa orang yang berhak menerima warisan disebabkan adanya hubungan
kerabat dan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang
karena hukum untuk menjadi ahli waris.

Ulama berbeda pendapat, semata-mata aqad nikah apakah sudah cukup


untuk menentuka hubungan kekerabatan. Mayoritas fuqaha’ berpendapat bahwa
semata- mata aqad nikah belum menjamin terjadinya hubungan kekerabatan.
Sahnya hubungan kerabat, selain didahului aqad nikah yang sah, disyaratkan pula
bahwa diantara keduanya sedah berhubungan kelamin. Ulama hanafi mengatakan
bahwa semata-mata aqad nikah sah, sedah cukup untuk menetapkan hubungan
kekerabatan.

Kedua kelompok ulama di atas sepakat sebab hakiki adanyan hubungan


kelamin yang menghasilkan janin, tetapi karena tidak nyata maka diganti dengan
mazinnahnya( akad nikah yang sah antara ayah dan ibu). Keduannya juga sepakat
bahwa mazinnah yang dapat dijadikan Ilat hukum adalah aqad nikah.bila sebab
hakiki itu tidak mungkin dibuktikan, apakah semata-mata mazinnah sudah cukup
kuat untuk dijadikan bukti.

Kelahiran terjadi ketika ayah dan ibu masih dalam ikatan perkawinan,
anak yang lahir mempunyai hubungan kekerabatan dengan ayahnya, kecuali jika
ayah mengikarinya dalam sumpah li’an. Jika ketika lahir, hubungan perkawinan
antara suami isteri sudah putus, untuk membuktikan adanya hubungan
kekerabatan antara anak yang lahir dengan suami yang menceraikan ibunya,
diukur jarak waktu antara putusnya perkawinan dengan waktu kelahiran atau
diukur dari maksimal masa kandungannya.

7
Hijab secara harfiyah berarti satir, penutup aau penghalang, orang yang
menghalangi disebut hajib, dan orang yang terhalang disebut mahjub. Hijab ada
dua, pertama hijab nuqsan yaitu menghalangi yang berakibat mengurangi bagian
ahli waris yang mahjub, seperti suami, seharusnya menerima bahagian ½, karena
bersama anak perempuan, bagiannya terkurangi menjadi ¼. Kedua hijab hirman
yaitu menghalangi secara total. Hak-hak waris si mahjub tertutup sama sekali
dengan adanya ahli waris yang menghijab. Misalnya, saudara perempuan
sekandung semula berhak menerima bagian ½, tetapi karena bersama anak
lakilaki, menjadi tertutup sama sekali.

Rincian hijab menurut Ahlu Sunnah ialah :

1. Cucu baik laki-laki maupun perempuan ditutup oleh anak laki-laki.

2. Kakek ditutup oleh ayah.

3. Nenek ditutup oleh ibu dan ayah.

4. Saudara kandung ditutup oleh anak atau cucu laki-laki.

5. Saudara seayah ditutup oleh saudara sekandung laki-laki dan oleh ahli
waris yang menutup saudara kandung.

6. Saudara seibu ditutup oleh anak,cucu,ayah,dan kakek.

7. Anak saudara kandung ditutup oleh saudara laki-laki seayah dan oleh
ahli waris yang menutup saudara laki-laki seayah.

8. Anak saudara seayah ditutup oleh anak laki-laki saudara kandung dan
oleh ahli waris yang menutup anak saudara kandung.

9. Paman kandung ditutup oleh anak laki-laki saudara seayah dan oleh ahli
waris yang menutup anak laki-laki saudara seayah.

8
10. Paman seayah ditutup oleh paman kandung dan oleh ahli waris yang
menutup paman kandung.

11. Anak laki-laki paman kandung ditutup oleh paman seayah dan oleh
ahli waris yang menutup paman seayah.

12. Anak laki-laki paman seayah ditutup oleh anak laki-laki paman
kandung dan oleh ahli waris yang menutup anak laki-laki paman kandung.

Misalnya, terhalangnya hak waris seorang kakek karena adanya ayah,


terhalangnya hak waris cucu karena adanya anak, terhalangnya hak waris saudara
seayah karena adanya saudara kandung, terhalangnya hak waris seorang nenek
karena adanya ibu, dan seterusnya.

Adapun hujub nuqshan (pengurangan hak) yaitu penghalangan terhadap


hak waris seseorang untuk mendapatkan bagian yang terbanyak. Misalnya,
penghalangan terhadap hak waris ibu yang seharusnya mendapatkan sepertiga
menjadi seperenam disebabkan pewaris mempunyai keturunan (anak).

Demikian juga seperti penghalangan bagian seorang suami yang


seharusnya mendapatkan setengah menjadi seperempat, sang istri dari seperempat
menjadi seperdelapan karena pewaris mempunyai anak, dan seterusnya

Satu hal yang perlu diketahui di sini, dalam dunia faraid apabila kata al-
hujub disebutkan tanpa diikuti kata lainnya, maka yang dimaksud adalah hujub
hirman. Ini merupakan hal mutlak dan tidak akan dipakai dalam pengertian hujub
nuqshan.

C. Ahli Waris Yang Terhijab

No Nama Ahli Waris Ahli Waris Penghalang


1. Cucu laki-laki Anak laki-laki
2. Kakek Bapak
3. Saudara laki-laki sekandung a. Anak laki-laki

9
No Nama Ahli Waris Ahli Waris Penghalang

b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki


c. Bapak
4. Saudara laki-laki sebapak a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Saudara laki-laki kandung
e. Saudara perempuan kandung bersama dengan anak/
cucu perempuan
5. Saudara laki-laki seibu a. Anak laki-laki
b. Anak perempuan
c. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
d. Cucu perempuan dari anak laki-laki
e. Bapak
f. Kakek dari pihak bapak
6. Saudara perempuan kandung a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
7. Saudara perempuan sebapak a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Saudara perempuan kandung dua orang atau lebih,
jika tidak ada saudara laki-laki sebapak
e. Seorang saudara perempuan bersama anak/ cucu
perempuan (dari pihak anak laki-laki)
8. Saudara perempuan seibu a. Anak laki-laki
b. Anak perempuan
c. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
d. Cucu perempuan dari anak laki-laki
e. Bapak

10
No Nama Ahli Waris Ahli Waris Penghalang
f. Kakek dari pihak bapak
9. Paman sekandung (saudaraa. Anak laki-laki
laki-laki sekandung denganb. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
bapak) c. Bapak
d. Kakek dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki bapak
g. Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama
anak/ cucu perempuan (dari pihak anak laki-laki)
h. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki
kandung
i. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
10. Paman sebapak (saudaraa. Anak laki-laki
laki-laki sebapak denganb. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
bapak) c. Bapak
d. Kekek dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama
anak/cucu perempuan (dari anak laki-laki)
h. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki
kandung
i. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
j. Paman kandung
11. Keponakan laki-laki dari a. Anak laki-laki
saudara laki-laki sekandung b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Kakek dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki sebapak

11
No Nama Ahli Waris Ahli Waris Penghalang
g. Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama
anak/ cucu perempuan (dari pihak anak laki-laki)
12. Keponakan laki-laki dari a. Anak laki-laki
saudara laki-laki sebapak b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Kakek dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki bapak
g. Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama
anak/ cucu perempuan (dari pihak anak laki-laki)
h. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki kandung
13. Keponakan laki-laki paman a. Anak laki-laki
sekandung b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Kakek dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara perempuan kandung atau sebapak
bersama
h. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki
kandung
i. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
j. Paman kandung
k. Paman sebapak
14. Keponakan laki-laki paman a. Anak laki-laki
sebapak b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Bapak
d. Kakek dari pihak bapak
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki sebapak

12
No Nama Ahli Waris Ahli Waris Penghalang
g. Saudara perempuan kandung atau sebapak bersama
anak/ cucu perempuan (dari anak laki-laki)
h. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki
kandung
i. Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
j. Paman kandung
k. Paman sebapak
l. Anak laki-laki paman kandung
15. Cucu perempuan dari anaka. Anak laki-laki
laki-laki b. Dua anak perempuan atau lebih jika tidak ada cucu
laki-laki dari anak laki-laki
16. Nenek dari pihak bapak Bapak
17. Nenek dari pihak ibu Ibu

D. Pembagian Hijab
Hijab terbagi dua bagian :

1. hijab bil wasfi (hijab sebab sifat),yaitu :

‫حجب عن المير ا ث بل لكلية لو جو د وصف قا ئمىبالورث يمنعة عن الميرات‬

“Ketercegahan seorang ahli warits dari bagian warisnya secara total,


karena dia mempunyai suatu sifat yang menghalanginya dari mendapatkan
warits.”

Seperti jika ahli warits sebagai pembunuh orang yang meninggal atau
murtad sebagaimana telah diketahui dalam

2. hijab bisy syakhsi(hijab karena aa seseorang), yaitu :

‫ان يو جد ثخص احق بل الرث من غيره فيحجبة عن الميراث‬

13
"Bahwasannya terdapat salah seorang ahli warits yang lebih berhak
untuk menerima warits dari pada ahli warits yang lain sehingga dia
menghalanginya dari menerima yang terwarits.”

Hijabbisy syakhsiini terbagi 2, yaitu :

a) hijab hirman, yaitu :

‫حجب عن كل الميراث مع قيام االهليل لالرث‬

Menghijab (seorang ahli warits) dari seluruh harta warisan, padahal ia


masih mempunyai kelayakan untuk menerima warits, yakni tidak mempunyai
sifat-sifat yang termasuk

Contoh seorang kakek sama sekali tidak akan mendapatkan waritsan


karena ada bapa,seorang cucu tidak akan mendapatkan waritsan karena ada
anak laki-laki.

b) hijab nuqsan, yaitu :

‫ولكن اليرث فرضه االقّل لو جود شخٍص اخر‬،‫ان يكون للشخِص اهلية االرث وير با لفعل‬

Bahwasannya seseorang mempunyai kelayakan untuk menerima


warits dan memang kenyataannyapun ia menerima warits, tetapi tidak
mendapatkan bagiannya yang terbesar, ia hanya mendapatkan bagiannya yang
terkecil karena ada ahli warits yang lain.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hijab adalah orang yang menjadi penghalang atau pencegah. Mahjub
orang yang dicegah atau dihalangi ataupun ditutup. Hijab ada 2 macam yaitu :
hijab nuqsan adalah berkurangnya sebagian dari bagian yang diterima sebab
adanya ahli waris lain yang menjadi penghalang, hijab hirman adalah
tertutupnya (hilangnya) hak seorang ahli waris untuk seluruhnya, karena ada
ahli waris yang mendapatkan prioritas.

Dari pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa dalam pembagian


waris terdapat hijab (penghalang). Hijab di bagi menjadi dua bagian yaitu
hijab bil wasfi (hijab sebab sifat), hijab bisyi syahsi (hijab sebab aa
seseorang). Dari pengertian kedua hijab tersebut ditarik kesimpulan bahwa
sebelum membagikan waris, terlebih dahulu melihat runtuyan silsilah
keluarga, sehingga dapat di pastikan tidaada hijab (penghalang) mewarisi.

15
DAFTAR PUSTAKA
Rahman Fatchur, 1975, Ilmu Waris, (Bandung : PT Al-Ma’arif)

Muhammad As shabuni Ali, 1995, Hukum Waris dalam Syariat lslam, (Bandung : CV
diponegoro)

Salman Otje & haffas Mustofa, 2002, hukum waris islam, (Bandung : PT Refika
Aditama)

Rachmad Budiono, 1999, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,


( Bandung : PT. Citra aditya bakti,)

Dian khoirul umam, 1999, fiqih Mawaris, (Bandung : CV. Pustaka setia)

Amin husain nasution, 2012, Hukum Kewarisan, (Jakarta : PT raja grafindo persada)

Ahmad kuzairi, 1996, Sistem Asabah (Dasar Pemindahan Hak Milik Atas Harta
Tinggalan) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

K Lubis Suhrawardi, 1995 hukum waris islam,(Sinar grafika jakarta)

Syarifuddin amir, 2004 hukum kewarisan islam, (prenada media, jakarta)

Muhammad Ali As shabuni, hukum waris dalam syariat islam, (Bandung : CV


diponegoro, 1995)

Otje Salman & Mustofa haffas, hukum waris islam, (Bandung : PT Refika Aditama,
2002)

Ali parman, kewarisan dalam Al-Qur’an, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995)

16
17

Anda mungkin juga menyukai